Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG ANGINA PECTORIS

DI SUSUN OLEH : DESI RATNA DEWI


NIM : 1701011001
DOSEN PEMBIMBING : NS.ASTUTI ARDI PUTRI M,KEP
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
ANGINA PECTORIS

1. PENGERTIAN

 Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen
jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779)

 Angina pektoris adalah suatu sindrom kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada
yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Noer, Sjaifoellah,
dkk. IPD, 1999 : 1082)

 Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis
Kardiovaskuler)

Angina pektroris (angina) adalah rasa nyeri pada dada yang terjadi saat aliran darah dan oksigen menuju
otot jantung tersendat atau terganggu, khususnya saat arteri jantung mengeras atau menyempit. Angina
umumnya terjadi pada orang dewasa berusia antara 55 hingga 64 tahun, dengan mayoritas berjenis
kelamin laki-laki.

2. ETIOLOGI

 Ateriosklerosis
 Spasme arteri koroner
 Anemia berat
 Artritis
 Aorta Insufisiensi

3. EPIDEMIOLOGI

Di AS kurang lebih 50 % dari penderita jantung koroner ( PJK ) mempunyai manifestasi angina
pectoris, jumlah angina pectoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden angina pectoris
pertahun pada penderita di atas 3 th sebesar 213 penderita / 100.000 penduduk.

4. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Dapat Diubah (dimodifikasi)

 Diet (hiperlipidemia)
 Rokok
 Hipertensi
 Stres
 Obesitas
 Kurang aktifitas
 Diabetes Mellitus
 Pemakaian kontrasepsi oral

 2. Tidak dapat diubah

 Usia
 Jenis Kelamin
 Ras
 Herediter

Faktor Pencetus Serangan

Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara lain :

ü Emosi atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, mengakibatkan frekuensi
jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah, dengan
demikian beban kerja jantung juga meningkat.

ü Kerja fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung

ü Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan,
sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. (pada jantung yang sudah sangat
parah, pintasan darah untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
Terdapat dua jenis angina

yang dapat menyerang, yaitu angina stabil dan angina tidak stabil.

Angina stabil disebabkan oleh pemicu tertentu seperti olahraga berat, stres, masalah pencernaan,
atau kondisi medis lain yang mendorong jantung bekerja lebih keras. Cuaca dingin juga bisa
menjadi salah satu pemicu gejala angina terjadi. Nyeri dada biasanya akan membaik dalam
jangka waktu 5 menit setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Walaupun tidak berbahaya,
angina stabil berpotensi mengakibatkan serangan jantung atau stroke jika tidak ditangani dengan
tepat.

Sedangkan, angina tidak stabil merupakan nyeri dada yang dirasakan tanpa penyebab awal yang
jelas dan biasanya tidak kunjung membaik setelah beristirahat atau mengonsumsi obat. Rasa
nyeri yang dialami lebih lama dibanding angina stabil, yaitu sekitar 30 menit. Ini merupakan
kondisi darurat dan membutuhkan penanganan medis segera.

Dalam kondisi tertentu, penderita juga dapat mengalami angina varian, atau angina Prinzmetal,
yaitu nyeri hebat yang terjadi saat seseorang sedang beristirahat. Hal ini dipicu oleh kejang urat
atau penyempitan arteri sementara, dan dapat mereda dengan obat-obatan.

Penyebab Angina Pektoris

Jantung adalah organ utama dalam tubuh, di mana peredaran darah dan oksigen harus selalu
lancar agar organ tubuh lainnya dapat bekerja dengan baik. Darah dialirkan menuju jantung
melalui dua pembuluh darah besar yang dinamakan arteri koroner. Dalam jangka waktu tertentu,
arteri berisiko diendapi plak seperti lemak, kolesterol, kalsium dan zat lainnya yang
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat (aterosklerosis). Kondisi ini
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih, khususnya pada saat melakukan aktivitas berat, yang
pada akhirnya berpotensi mengakibatkan gejala angina pektoris, atau yang lebih parah adalah
penyakit jantung koroner (PJK).

Risiko seseorang mengalami angina pektoris meningkat saat memasuki usia tua, memiliki
keturunan kelainan jantung atau gejala angina, dan kondisi medis lainnya seperti hipertensi,
kolesterol tinggi, dan diabetes. Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor yang dapat
meningkatkan risiko, seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebih, mengonsumsi makanan
berlemak, kurang berolahraga, obesitas, dan stres.

Gejala Angina Pektoris

Angina pektoris umumnya ditandai dengan rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat, dan
tumpul. Nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di lengan kiri, leher, rahang, dan
punggung, khususnya pada penderita wanita. Beberapa gejala lainnya yang dapat dialami
meliputi:

 Sesak napas.
 Merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung (GERD).
 Mual.
 Pusing.
 Mudah lelah.
 Gelisah.
 Keringat berlebih.

Segera temui dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat jika nyeri dada tidak kunjung reda,
walaupun sudah beristirahat atau mengonsumsi obat-obatan.

Diagnosis Angina Pektoris

Angina pektoris tidak mudah untuk didiagnosa karena ada beberapa penyakit yang memiliki
gejala yang sama, contohnya penyakit asam lambung. Selain melakukan tes fisik dan
menanyakan riwayat kesehatan pasien beserta keluarga, tes berikut juga akan dilakukan:

 Tes tekanan darah menggunakan tensimeter untuk mencari tahu jika penderita mengalami
hipertensi.
 Mengukur berat badan dan ukuran pinggul untuk memeriksa jika terdapat kecenderungan
obesitas.
 Tes darah untuk memantau potensi pemicu, seperti kadar kolesterol, glukosa, protein C-
reaktif (CRP), dan fungsi organ hati.
 Tes urine untuk memeriksa fungsi ginjal penderita.

Tes lanjutan berikut mungkin akan dilakukan jika referensi diagnosis tambahan diperlukan:

 Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika
terdapat interupsi pada irama jantung.
 Ekokardiogram, yaitu pemindaian jantung menggunakan gelombang suara untuk
mengidentifikasi kerusakan pada otot jantung dan aliran darah yang tersendat.
 Foto Rontgen dan CT scan. Pemindaian ini dilakukan untuk memeriksa kondisi otot,
pembuluh darah dan ukuran jantung, dan paru-paru.
 Tes darah lanjutan, untuk memeriksa jika terdapat kebocoran enzim jantung di dalam
darah.
 Tes toleransi olahraga (ETT), untuk memantau toleransi jantung saat melakukan
olahraga ringan hingga berat. Tes ini umumnya dilakukan di atas mesin treadmill atau
sepeda statis.
 Myocardial perfusion scintigraphy (MPS), untuk memeriksa aliran darah menuju otot
jantung pada saat melakukan olahraga dan saat beristirahat, dengan menyuntikkan zat
radioaktif pada pembuluh darah dan dipantau menggunakan alat pemindaian khusus.
MPS pada penderita yang tidak mampu berolahraga, dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kerja jantung seperti saat sedang
beraktivitas.
 Angiogram koroner, untuk memeriksa kondisi arteri jantung dengan menyuntikkan zat
pewarna (bahan kontras) khusus dan dipantau dengan memasukkan selang tipis dan
lentur (kateter) melalui pembuluh darah besar di paha atau lengan menuju ruang jantung.
Meskipun jarang terjadi, tes ini berisiko mengakibatkan komplikasi seperti serangan
jantung dan stroke. Dokter biasanya akan merekomendasikan tes ini jika diagnosis angina
belum ditemukan atau pasien mengalami angina tidak stabil.

Pengobatan Angina Pektoris

Angina pektoris dapat ditangani dengan:

 Perubahan gaya hidup. Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau
menjauhi asap rokok, mengonsumsi makanan bergizi dan rendah lemak dalam porsi
kecil, melakukan olahraga sesuai petunjuk dokter, dan menjaga kadar glukosa bagi
penderita diabates. Perubahan gaya hidup disarankan bukan hanya pada saat pengobatan,
tetapi untuk jangka panjang agar serangan angina pektoris berkurang atau berhenti
sepenuhnya.
 Obat-obatan. Saat angina menyerang, obat glyceryl trinitrate bisa dikonsumsi untuk
meredakan gejala dalam waktu singkat. Glyceryl trinitrate termasuk dalam golongan
nitrat yang berfungsi untuk menenangkan dan melebarkan pembuluh darah agar
memudahkan darah mengalir menuju jantung. Efek samping seperti pusing dan kulit
kemerahan mungkin akan terjadi. Hindari mengonsumsi alkohol, mengoperasikan alat
berat, atau menyetir saat dalam pengobatan ini. Glyceryl trinitrate dapat dikonsumsi
dalam dua dosis, saat angina menyerang dan saat gejala tidak mereda dalam jangka waktu
5 menit. Jika gejala masih dirasakan, kunjungi rumah sakit terdekat agar cepat ditangani.
Glyceryl trinitrate juga dapat digunakan sebagai pencegah sesaat sebelum berolahraga
atau melakukan aktivitas berat lainnya. Pastikan Anda menanyakan dokter sebelum
mengonsumsi obat ini. Jika angina sering terjadi, dokter mungkin akan meresepkan salah
satu atau beberapa obat berikut ini:
o Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi
untuk meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan menekan risiko
serangan jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah iritasi pada perut,
mual dan masalah pencernaan. Hindari pemberian obat ini pada anak-anak atau
remaja berusia 16 tahun ke bawah sebelum berkonsultasi dengan dokter.
o Obat penghambat beta (beta blocker), membantu menurunkan tekanan darah
dengan menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin yang dapat
meningkatkan denyut jantung secara berlebihan. Obat ini juga membantu
melebarkan pembuluh darah dan melancarkan aliran darah. Efek samping yang
mungkin dialami adalah mudah lelah, diare, mual, dan keringat dingin.
o Obat anti pembekuan darah, digunakan untuk menghambat pembekuan darah
dengan cara mencegah sel platelet darah menempel. Efek samping yang mungkin
dialami adalah pusing hebat, pendarahan, rambut rontok, dan memar pada kulit.
o Obat penghambat kanal kalsium (calcium channer blockers). Obat ini
berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dengan merelaksasi otot dinding
arteri. Efek samping yang mungkin dialami adalah wajah kemerahan, pusing, dan
mudah lelah.
o Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan
menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu
tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di
dinding arteri, dan memberikan efek positif lainnya. Efek samping yang mungkin
dialami adalah konstipasi, diare, dan nyeri perut.
o Obat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), bekerja dengan
menghambat hormon angiotensin II sebagai pemicu penyempitan pembuluh darah
dan menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Obat ini dapat mengurangi pasokan
darah ke ginjal, karena itu sangat disarankan untuk memeriksa kondisi ginjal
melalui tes darah dan urine sebelum dan saat mengonsumsi obat ini. Efek
samping yang mungkin dialami adalah pusing, mudah lelah, dan batuk kering
yang umumnya hanya bersifat sementara.
o Ivabradine. Obat ini menurunkan kecepatan denyut jantung seperti obat
penghambat beta, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih bagi penderita infeksi
paru, atau penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan mengonsumsi obat
penghambat beta. Efek samping yang mungkin dialami adalah penglihatan buram
atau silau untuk beberapa saat. Penderita disarankan untuk tidak mengemudi
setelah mengonsumsi obat ini.
o Ranolazine, digunakan untuk melemaskan otot jantung dan meningkatkan aliran
darah. Obat ini umumnya diresepkan bagi penderita gagal jantung dan aritmia
karena tidak mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Efek samping yang
mungkin dialami adalah pusing, mudah lemas, dan konstipasi.
o Nicorandril. Obat ini mengandung penggerak kanal kalium yang berfungsi
melebarkan pembuluh arteri dan melancarkan peredaran darah menuju jantung.
Nicorandil umumnya digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal
kalsium bagi penderita dengan kondisi medis tertentu. Efek samping yang
mungkin dialami adalah mual dan pusing.
 Operasi. Jika gelaja angina pektoris tidak mereda dengan pengobatan, tindakan operasi
dapat disarankan. Terdapat dua jenis tindakan operasi untuk kasus angina pektoris, di
antaranya:
o Coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan bedah yang dilakukan dengan
menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan arteri melalui
pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini biasanya
disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65
tahun, dan memiliki lebih dari 3 penyumbatan pada arteri.
o Percutaneous coronary intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga
dengan angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada
bagian luar arteri yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin
besi (sten) agar aliran darah kembali lancar. Tindakan ini tidak direkomendasikan
bagi penderita dengan kelainan struktur pembuluh darah.
 Terapi dan tindakan medis lainnya. Jika pengobatan dan tindakan operasi tidak dapat
dilakukan atau tidak membantu banyak, saran untuk melakukan terapi perilaku kognitif
atau cognitive behaviour therapy (CBT) dapat menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan
dengan mengubah pola pikir penderita dengan respons positif dengan tujuan mengurangi
gejala-gejala yang berkaitan dengan stres pikiran dan memudahkan proses penyembuhan.
Terapi ini juga dapat dilakukan jika penderita mengalami depresi atau kegelisahan
dikarenakan gejala angina pektoris yang berulang kali menyerang. Terkadang, terapi
akupuntur menjadi pilihan alternatif terapi. Disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter sebelum melakukannya, guna menghindari efek samping yang dapat
membahayakan.

Komplikasi Angina Pektoris

Komplikasi paling berbahaya yang mungkin terjadi pada angina adalah serangan jantung.
Kondisi ini membutuhkan penanganan segera di rumah sakit. Gejala yang yang dapat muncul
pada serangan jantung, meliputi:

 Nyeri dada seperti ditekan untuk waktu yang lama dan berulang-ulang.
 Nyeri menyebar ke anggota tubuh lainnya seperti punggung, bahu, lengan, rahang, gigi,
dan perut.
 Nyeri perut berkepanjangan.
 Merasa gelisah.
 Mengalami serangan panik.
 Mual.
 Muntah.
 Napas pendek.
 Keringat dingin.
 Pingsan.
 Mengalami kesulitan berbicara dan bergerak.

Pencegahan Angina Pektoris

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan gaya hidup, seperti:

 Berhenti merokok.
 Mengurangi konsumsi alkohol.
 Mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, seperti nasi merah, roti, pasta,
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
 Mengurangi makanan tinggi lemak jenuh dan tidak jenuh seperti sosis, daging berlemak,
pai daging, mentega, keju, lemak babi, ikan goreng, alpukat, kue, biskuit, serta makanan-
makanan yang mengandung minyak kelapa murni, kelapa sawit, atau minyak zaitun.
 Mengurangi konsumsi garam.
 Menjaga berat badan.
 Melakukan olahraga ringan seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara rutin atau
sesuai saran dokter. Hindari olahraga yang menguras tenaga, seperti tenis atau sepak
bola.
 Memonitor kadar glukosa, kolesterol, dan tekanan darah secara rutin.
Anatomi anginapectoris

1.

2.
3.

PATOFISIOLOGI

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-
sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban
kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau
menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan perantaraan
lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik
melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb. Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami
penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan
tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan menimbulkan nyeri.

Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersedia serta asidosis menyebabkan
gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang
berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng. Selain
itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal; bagian tersebut akan
menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.

Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika. Respon
hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan ukuran segmen yang mengalami iskemia dan
derajat respon refleks kompensasi oleh system saraf otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel kiri
dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup (jumlah darah yang
dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).

Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia miokardium.
Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa sakit masih belum jelas.
Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik yang tertimbun atau oleh suatu zat
kimia antara yang belum diketahui atau oleh sters mekanik lokal akibat kontraksi miokardium
yang abnormal. Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan substernal, kadang-
kadang menyebar turun kesisi medial lengan kiri. Tetapi banyak pasien tak pernah mengalami
angina yang pas; rasa sakit angina dapat menyerupai rasa sakit karena maldigesti atau sakit gigi.
Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang meningkatkan miokardium akan oksigen,
seperti latihan fisik. Sedangkan angina akan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau
nitrogliserin.

EVALUASI

1) Pasien bebas dari nyeri.

2) Peningkatan curah jantung

a. EKG dan kadar enzim jantung normal

b. Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut

3) Pasien dapat mengontrol aktivitas yang dapat memicu serangan angina

4) Menunjukan penurunan kecemasan

a. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya

b. Mematuhi semua aturan medis

c. Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah

d. Menghindari tinggal sendiri saat terjadi episode nyeri

5) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukan tanda-tanda bebas dari komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Smelzer. C, Suzanne, 2002. Bounner & Sularti. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

Mansjoer Arif, 2002. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 5. Jakarta: FKUI

Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah 2, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan


Keperawatan, Bandung, 1996.

Brunner & Suddarth.2002. keperawatan Medikal Bedah.edisi 8 vol.2. EGC. Jakarta

Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse. Alice C Geissler Rencana Asuhan


Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta ,2000. Hal 73 – 82.

Sjaifoellah, (1998). Ilmu Penyakit dalam, Jilid I edisi ketiga Jakarta. Balai Penerbit FKUI hal.
1082 – 1089.

Sylvia A. Price (1995) Patofisiologi, ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Buku I
Jakarta EGC.

Tambayong,Jan. 2002. Patofisiologi untuk Keperawatan. Buku kedokteran (ECG). Jakarta

http//www. Kalbe. Co.id/file/147_05 penyakit jantung koroner

http//www. Tanaman obat. Com/index. Php/ penyakit jantung

http//www.kardiologi-vi.com

http//.bintang mawar.net

http// mediacastove.com/ 2007/12/16 penguna.

Disusun oleh: Mahasiswa Akper Pemkab. Tapanuli Tengah ( Subina Pasaribu, Yusra Aryati
Simamora, Yolius Gulo, Tomi Nopem Simanungkalit dan Triwandes Tambunan) untuk memenuhi
tugas mata ajar KMB.

Anda mungkin juga menyukai