Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGIS SISTEM PENDENGARAN

Disusun Dalam Rangka MemenuhiTugas Mata Kuliah


Ketrampilan Keperawatan Dasar (KKD) I
DosenPengampu : Liliek Wijaya S.Kep., M.K
Disusunoleh:
KELOMPOK 5
1. Danang Rozali (108115036)
2. Ratna (108115044)
3. Fani Fajriyati (108115057)
4. Nindya Ayuningtyas (108115042)
5. Afiq Wahyu A.S (108115062)
6. Edi Karsito (108115045)
7. Endah Aryani (108115046)
8. Sulis setyoningsih (108115052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN II B


STIKESAL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan
luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan
yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh
tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung,
telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima /
panca indera yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan
sehingga dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan atau sesuai
dengan insting kita. Orang yang cacat indra masih bisa hidup namun tidak
akan bisa menikmati hidup layaknya manusia normal. Indera Manusia ada
lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi / pengertian, yaitu :
1. Indera Penglihatan
2. Indra Penciuman
3. Indera Pengecap .
4. Indera Pendengaran
5. Indera Peraba.
Dalam kesempatan ini kami akan membahas salah satu dari alat indera
tersebut, yaitu anatomi dan fisiologi pada indera pendengaran. Telinga adalah
alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar
kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di
sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang
yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian
yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, diantaranya :
1. Apa saja anatomi dan fisiologi indera pendengaran ?
C. Tujuan
Makalah ini di buat dalam memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi Manusia. Selain itu diharapkan agar mahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan memahami panca indera khusunya dalam indera
pendengaran.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari indera
pendengaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Telinga

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.
Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian
lateral dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997).
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh
kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi
hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang
yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran
timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta
bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan
menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills JH et al,
1997).
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga
tengah terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak
di atas dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum
timpani terletak medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak
kaudal dari membran timpani (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991).
Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani,
rangkaian tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan
tingkap bundar (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997).
Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah
anteromedial, mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam,
sehingga besar energi suara yang masuk dibatasi (Liston SL et al,1989;
Pickles JO,1991; Mills JH et al, 1997).
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal
dari telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki
koklea bunyi akan diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani
dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari
membran timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke dalam koklea
mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun efisiensi energi dan
kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi yang
diterima sampai 130 dB (Mills JH et al, 1997).
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga reflek stapedius pada manusia
akan muncul pada intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk reflek
bilateral dengan sisi homolateral lebih kuat. Reflek otot ini berfungsi
melindungi koklea, efektif pada frekuensi kurang dari 2 khz dengan masa
latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB. Dengan demikian dapat
dikatakan telinga mempunyai filter terhadap bunyi tertentu, baik terhadap
intensitas maupun frekuensi (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991; Mills JH
et al, 1997; Wright A, 1997).
Gambar 2.1. Anatomi Telinga (Dhingra PL., 2007)

Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran.


Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin
karena bentuknya yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya
sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring dengan
pertumbuhan tulang tempo ral. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu
labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan susunan
ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis ( ruang perilimfatik)
dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari
vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea (Santi PA, 1993; Lee KJ, 1995;
Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang
dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial
menghadap ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada
dinding medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recess untuk sakulus
dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah eliptical recess terdapat lubang
kecil akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus endolimfatikus ke
fossa kranii posterior diluar duramater (Santi PA, 1993; Lee KJ, 1995; Wright
A, 1997; Mills JH et al, 1998).

Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest.


Pada ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus kohlearis yang
membawa serabut saraf kohlea kebasis kohlea. Serabut saraf untuk utrikulus,
kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada
daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus
akustikus internus. Di dinding posterior vestibulum mengandung 5
lubang ke kanalis semisirkularis dan dinding anterior ada lubang
berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea (Mills JH et al, 1998; Santi PA,
1993).

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Dalam (Dhingra PL., 2007)

Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior,


posterior dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.
Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama
tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu
ujungnya masing-masing kanalis ini melebar disebut ampulla yang berisi
epitel sensoris vestibular dan terbuka ke vestibulum (Wright A., 1997).

Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada


masing-masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior
terletak dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior
yang tidak mempunyai ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus
communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah.
Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki ampulla masuk vestibulum sedikit
dibawah cruss communis (Ballenger, 1996).
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama
yaitu bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap
bidang horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus
terhadap kanal ini sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir
sejajar dengan posterior telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior
telinga kiri sejajar dengan kanalis superior teling kanan (Mills JH, 1998).
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan
panjang sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala
timpani. Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan
konsentrasi K+ 4 mEq/l dan Na+ 139 mEq/l. Skala media berada dibagian
tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan
dinding lateral, berisi cairan endolimfa dengan konsentrasi K + 144 mEq/l dan
Na+ 13 mEq/l. Skala media mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat
istirahat dan berkurang secara perlahan dari basal ke apeks (Ballenger JJ,
1996).

Gambar 2.3 Kohklea (Dhingra PL., 2007)

Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di


bagian basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti
spiral. Beberapa komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam,
sel rambut luar, sel penunjang Deiters,
Hensens, Claudius, membran tektoria dan lamina retikularis (Santi PA,
1993; Wright A, 1997; Mills JH et al, 1998).
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel
rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh
pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial
terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel
rambut luar dengan jumlah 12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi
dalam bentuk energi mekanik menjadi energi listrik (Ballenger JJ, 1996).

Gambar 2.4 Organ Corti (Dhingra PL., 2007)

1. Vaskularisasi telinga dalam


Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.
Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis.
Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A.
Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang pula
menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior
memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis.
A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea terpisah
menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang kohlear. Cabang vestibular
memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea.
Cabang kohlear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan
ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus
internus dan didalam kohlea mengitari modiolus (Santi PA, 1993; Lee K.J, 1995).
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau
sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke
sinus petrosus superior dan inferior (Santi PA, 1993 ; Lee K.J, 1995).

2. Persarafan telinga dalam


N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian
kohlear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi
lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel
sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis
(scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus.

Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis


corti terletak di modiolus (Santi PA,1993; Wright A, 1997; Mills JH et
al,1998).

B. Fisiologi Pendengaran
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran
adalah membrane tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga
struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada
bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara
satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik
akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia
terdapat rantai pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan
stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan
stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan
menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut.
Keadaan tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran
sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan
mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan
menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan
endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea
disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang
berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan
sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar (May, Budelis, & Niparko, 2004).
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan
dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi
stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul
oleh bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum
pada bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz)
mempunyai pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang
timbul oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian
apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian
basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat
meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan dengan
meningkatkan gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini
disebut sebagai cochlear amplifier.
Gambar 2.5. Skema Fisiologi Pendengaran (Hall, J. 1998)

Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar,
lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke
telinga dalam dan di proyeksikan pada membran basilaris, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-
sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran.

C. Gangguan pada telinga


Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan
ketulian total. Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat
mengakibatkan gangguan pada keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga
kita harus ditangani oleh dokter spesialis khusus yang disebut otolaryngologist, yang
mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan yang terjadi pada gendang telinga
sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik. Kelainan-kelaina yang
biasa ditemui pada telinga, diantaranya yaitu :

1. Radang telinga (otitasmedia)


Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada
telinga, demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga
berdengung, mual, muntah, vertigo, dan berkurang pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini
merupakan gangguan pada fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan
yang terus menerus oleh gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan,
baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai dengan muka pucat, keluarnya
keringat dingin serta merasa pusing di kepala.

4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar.
Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli
konduktif terjadi disebabkan oleh menumpuknya kotoran telinga di saluran
pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi bila
terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya pada
organ korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut
othematoma atau popular dengan sebutan telinga bunga kol, suatu kondisi dimana
terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan
internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak
berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya aurikel dan
kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan
membuang serumen dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan
menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi
perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga
tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen
dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya
tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi
pada kulit saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan
sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di
sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke
kartilago, menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis
cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan. Untuk membuang
nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago. Untuk
infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang
lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan
yang terjadi pada alat pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan
lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga
manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
a. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
b. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke
tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
c. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik
yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga
dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga
memberikan respon terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di udara.
Factor utama yang menyokong kepekaan telinga adalah sistem mekanik dari
telinga luar dan telinga tengah, yang satu mengumpulkan suara dan kedua
menyalurkan ke telinga bagian dalam.
DAFTAR PUSTAKA4
Wibowo, danil S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT Grasindo
Hutapea. Albert M. 2003. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Gipson, John MD. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Edisi kedua.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai