Anda di halaman 1dari 20

A.

PENGERTIAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak),
dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu
menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang
lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk
tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau
perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada
tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan
proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi
Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk,
GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis,
Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total,
Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi,
imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.
Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif,
semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik,
otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang
dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya
tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit
atau keluhan pasien.
B. TUJUAN

Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai


tujuan :

1. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis

2. Konfirmasi pasti diagnosis

3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan


gejala klinis

4. Membantu pemantauan pengobatan

5. Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit

6. Memantau perkembangan penyakit

7. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak


dijumpai dan potensial membahayakan

8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena


tidak didapati penyakit

C. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Macam-macam Pemeriksaan:

1. Pemeriksaan hematologi
2. Pemeriksaan kimia darah/serum untuk faal ginjal
3. Pemeriksaan kimia darah untuk faal hati dan imunoserologi infeksi hati
4. Pemeriksaan elektrolit darah
5. Pemeriksaan kadar gula darah
6. Pemeriksaan urine
7. Pemeriksaan tinja
8. Pemeriksaan mikrobiologi

1. PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
a. Hb (Hemoglobin)

Hb adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan Haem (berisi zat


besi) dan 4 rantai globin (alfa, beta, gama dan delta), berada di dalam
erirosit dan bertugas utama untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan
warna darah ditentukan oleh kadar hemoglobin. Struktur Hb dinyatakan
dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141
molekul asam amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai
beta, gama dan delta.

Nilai normal Hb adalah:

Wanita : 12-16 gr/dl

Pria : 14-18 gr/dl

Anak : 10-16 gr/dl

Bayi baru lahir : 12-24 gr/dl

b. Trombosit

Adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan


hemopoetik dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah.
Penurunan sampai dibawah 100.000/mcl berpotensi untuk terjadinya
perdarahan dan hambatan pembekuan darah. Nilai normal trombosit
adalah 200.000-400.000 per microliter darah.
Leukosit

Adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis
bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak bergranula
(mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Nilai normal leukosit:

Dewasa : 4.000-10.000/mm3

Bayi/anak : 9.000-12.000/mm3

Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3

2. PEMERIKSAAN ELEKTROLIT DARAH

Natrium

adalah kation terdapat banyak pada cairan elektrolit ekstra seluler, mempunyai
efek menahan air, berfungsi untuk :

1. Mempertahankan cairan tubuh

2. Konduks impuls neuromuskuler

3. Aktivasi enzim
Nilai normal dalam serum :

Dewasa : 135-145 mEq/L, atau 135-145 mmol/L

Bayi : 134-150 mEq/L

Anak : 135-145 mEq/L

Dalam urine : 40-220 mEq/L/24 jam

Makanan sumber Natrium : garam dapur, corneed beef, daging babi,


Ham, ikan kaleng, keju, buah ceri, saus tomat, acar, pepsi cola.

c. Kalium (K)

Adalah elektrolit yang berada pada cairan vaskuler, dan 90% dikeluarkan
memlalui urine, rata-rata 40 mEq/L atau 25-120 mEq/24 jam walau input kalium
rendah. Berperan penting dalam pengaturan impuls neuromuskuler terutama
denyut jantung

Nilai normal :

Dewasa : 3,5-5,0 mEq/L atau 3,5-5,0 mmol/L

Anak : 3,6-5,8 mEq/L

Bayi : 3,6-5,8 mEq/L

Makanan sumber kalium : Buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, buah


kering, sayuran, kopi, the dan cola.

Klorida (Cl)
Merupakan anion yang banyak terdapat pada cairan ekstra seluler, tidak berada
dalam serum, berperan dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan basa,
dan dengan Na menentukan osmolalitas. Cl sebagian besar terikat dengan Na
dalam bentuk NaCl.

Nilai normal :

Dewasa : 95-105 mEq/L atau 95-105 mmol/L

Anak : 98-110 mEq/L

Bayi : 95-110 mEq/L

Bayi baru lahir : 94-112 mEq/L

Kalsium (Ca)

Merupakan elektrolit yang berada pada serum dan berperan dalam membentuk
keseimbagan elektrolit, pencegahan tetani, dan dimanfaatkan untuk mendeteksi
adanya gangguan pada paratiroid dan tiroid.

Nilai normal :

Dewasa

Serum : 4,5-5,5 mEq/L atau 9-11 mg/dl atau 2,3-2,8 mmol/L

Urine : dalam 24 jam < 150 mg (diet rendah Ca), 200-300 md (diet
tinggi Ca)

Anak : 4,5-5,8 mEq/L atau 9-11,5 mg/dl


Bayi : 5,0-6,0 mEq/L atau 10-12 mg/dl

Bayi baru lahir : 3,7-7,0 mEq/L atau 7,4-14,0 mg/dl

Magnesium

Merupakan elektrolit ion+ (kation), berada pada cairan ekstra seluler dan sel
menempati urutan terbanyak kedua, diekskresi melalui ginjal dan faeces.
berpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein yang berperan untuk aktivasi
neuromuskuler dan enzim pada metabolism hidrat arang dan protein.

Nilai normal :

Dewasa : 85-135ml/min

Makanan sumber Mg : Ikan laut, daging, sayuran hijau, biji-bijian, dan kacang-
kacangan.

3. PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH

Pemeriksaan gula darah

Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam
sebelum pemeriksaan (GDP/Gula Darah Puasa) atau 2 jam setelah makan.

Nilai normal GDP:

Dewasa : 70-110 mg/dl

Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl

Anak : 60-110 mg/dl

Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan:


Dewasa : <140 mg/dl/2 jam

Hasil pemeriksaan berulang diatas nilai normal kemungkinan menderita DM


(Diabetes Mellitus). Pemeriksaan kadar gula darah toleransi adalah pemeriksaan
kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah
diberi glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
melihat toleransi tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari waktu
ke waktu.

Pemeriksaan glukosa sewaktu

Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan bertujuan untuk melihat kadar gula
darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan. Dilakukan
untuk penjajakan awal pada penderita yang diduga DM sebelum dilakukan
pemeriksaan yang sungguh-sungguh dipersiapkan misalnya GDP, GD 2 jam
setelah makan dan toleransi.

4. PEMERIKSAAN URINE

Penafsiran berdasarkan warna urine

Warna Urine Penyebab Patologis Penyebab non Patologis


Ada hemoglobin, Oleh karena obat tertentu
mioglobin (berarti ada karena zat warna dari
1. Merah
perdarahan pada makanan tertentu misal
saluran kencing) robarber, biet.
Obat-obatan: antiseptik
Jingga Zat warna empedu saluran kencing, dan obat
fenotiazin)
Urine pekat: karena
Banyak makan wortel, obat
Kuning pekat keberadaan urobilin
fenacetin, nitrofurantoin.
dan bilirubin.
Keberadaan biliverdin
Obat preparat vitamin dan
Hijau dan keberadaan bakteri
psikoaktif
pseudomonas
Biru Tak patologis Obat diuretika tertentu
Keberadaan hematin
Obat-obatan nitrofurantoin,
Coklat asam, mioglobin dan
levodopa.
zat warna empedu.
Hitam/hampir Keberadaan melamin, Obat levodopa, senyawa besi
hitam urobilin dan fenol.

Penafsiran berdasarkan keberadaan hemoglobin urine


Penafsiran berdasarkan keberadaan gula dalam urine
Pemeriksaan reduksi

Pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan glukosa dalam urine dengan


menggunakan reagen (misal: benedict, fehling, nylander). Dinyatakan negatif (-)
apabila tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak ada
glukosa).

sNormal: urine reduksi negatif

Reduksi (+) dalam urine menunjukkan adanya hiperglikemia diatas 170 mg%
karena nilai ambang batas ginjal untuk absorbsi glukosa adalah 170 mg%.
Reduksi (+) dengan disertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit DM.

Pregnosticon Planotes (PPT)

Pemeriksaan ini untuk menemukan adanya Human Chorionic Gonadotropin


(HCG) dalam urine. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kehamilan pada wanita. Hasil positif menandakan tanda kehamilan pada wanita.

Asam urat

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin dan sulit larut dalam air.
Konsentrasi tinggi dalam urine dapat membentuk batu asam urat dan
mencerminkan kadar asam urat dalam darah yang tinggi dengan segala akibatnya.
Pemeriksaan asam urat (uric acid) dalam urine bertujuan untuk mendeteksi asam
urat secara kualitatif dan kuantitatif. Biasanya dilakukan pada pasien gagal ginjal,
penyakit gout, radang sendi, batu ginjal/saluran kencing.
5. PEMERIKSAAN TINJA

Tinja yang diperiksa sebaiknya berasal dari defekasi spontan, sewaktu dan masih
segar.

Pemeriksaan tinja meliputi:

1. Pemeriksaan makroskopik: bau, konsistensi, keberadaan darah dan parasit.


2. Pemeriksaan mikroskopik: sel epitel, leukosit, eritrosit, kristal, sisa
makanan, telur, jentik cacing dan protozoa.

Analisa pemeriksaan tinja:

Volume tinja normal pada orang dewasa: 100-300 gr/hari yang terdiri dari 70% air
dan 30% sisa makanan dan kuman.

1. Analisa tinja berdasarkan warnanya

Jenis pemeriksaan Nilai normal Keterangan


Tergantung makanan/obat
Warna Kuning kehijauan
yang dikonsumsi
Bau busuk, asam, tengik
menunjukkan adanya
Bau indol, scatol, asam
Bau proses pembusukan
butirat.
makanan atau gangguan
pencernaan.
Agak lunak dan
Konsistensi
berbentuk
100-300 gr/hari (70%
Volume air dan 30% sisa
makanan)
Lendir banyak ada
rangsangan. Lendir bagian
Lendir Tidak ada luar tinja: iritasi usus
besar. Lendir bercampur
tinja: iritasi usus halus.

1. Pemeriksaan mikroskopis tinja

Jenis Pemeriksaan Tujuan Pemeriksaan


Pemeriksaan parasit diambil Untuk melihat keberadaan parasit (telur)
tinja segar pada bagian yang dari cacing dan amuba
ada darah atau lendirnya
Melihat proses pencernaan, adanya
Sisa makanan
gangguan pencernaan.
Sel epitel iritasi mukosaLeukosit proses
Seluler
inflamasi ususEritrosit perdarahan usus

PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN

1) Pemeriksaan Darah

1. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan


laboratorium.

Perifer (pembuluh darah tepi)

Vena

Arteri

Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah

Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit

1. Bentuk pemeriksaan

Jenis/golongan darah

HB

Gula darah

Malaria

Filaria dll

1. Persiapan alat
Lanset darah atau jarum khusus

Kapas alkohol

Kapas kering

Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam


pemeriksaan

Bengkok

Hand scoon

Perlak dan pengalas

1. Prosedur kerja
2. Mendekatkan alat
3. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
4. Memasang perlak dan pengalas
5. Memakai hand scoon
6. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
7. Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol
8. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
9. Merapikan alat
10. Melepaskan hand scoon

2) Pemeriksaan Urine

1. Kegunaan

Menafsirkan proses-proses metabolisme

Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)

1. Jenis pemeriksaan

Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.

Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)

Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

1. Persiapan alat

Formulir khusus untuk pemeriksaan urine

Wadah urine dengan tutupnya

Hand scoon

Kertas etiket

Bengkok

Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

1. Prosedur tindakan
2. Mencuci tangan
3. Mengisi formulir
4. Memberi etiket pada wadah
5. Memakai hand scoon
6. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup
rapat.
7. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
8. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
9. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
10. Membereskan dan merapikan alat
11. Melepas hand scoon
12. Mencuci tangan

3) Pemeriksaan Faeces

1. Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara
pengambilan yang tertentu.
2. Tujuan
Untuk menegakkan diagnosa
3. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir,
darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
4. Persiapan alat

a. Hand scoon bersih


b. Vasseline
c. Botol bersih dengan penutup
d. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
e. Bengkok
f. Perlak pengalas
g. Tissue
h. Tempat bahan pemeriksaan
i. Sampiran

1. Prosedur tindakan
2. Mendekatkan alat
3. Memberitahu pasien
4. Mencuci tangan
5. Memasang perlak pengalas dan sampiran
6. Melepas pakaian bawah pasien
7. Mengatur posisi dorsal recumbent
8. Memakan hand scoon
9. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
10. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
11. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
12. Melepas hand scoon
13. Merapikan pasien
14. Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara
steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan
dalam keadaan steril.

4) Pengambilan sputum

1. Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea,
bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
2. Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam
tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
3. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila
diperlukan).
4. Persiapan alat

a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup


b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok
g. Tissue

1. Prosedur tindakan
2. Menyiapkan alat
3. Memberitahu pasien
4. Mencuci tangan
5. Mengatur posisi duduk
6. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
7. Memakai hand scoon
8. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah
disiapkan (sputum pot)
9. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
10. Membersihkan mulut pasien
11. Merapikan pasien dan alat
12. Melepas hand scoon
13. Mencuci tangan

5) Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia

1. Persiapan alat

a. Kapas lidi steril


b. Objek gelas
c. Bengkok
d. Sarung tangan
e. Spekulum
f. Kain kassa, kapas sublimat
g. Bengkok
h. Perlak

1. Prosedur

a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang


akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memasang sampiran
d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian
bawah (jaga privacy pasien)
e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
g. Mencuci tangan
h. Memakai sarung tangan
i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan
sesuai kebutuhan
k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
l. Membuang kapas lidi pada bengkok
m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung
kimia dan ditutup
n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim
ke laboratorium
o. Membereskan alat
p. Melepas sarung tangan
q. Mencuci tangan
r. Melakukan dokumentasi tindakan

D. Perencanaan Post Pemeriksaan Laboratorium


Pasca Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk
meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar benar valid atau
benar.
Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tahap preanalitik sangat
berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara
kuantitas. Tahap pre analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau
dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar benar
berusaha bekerja sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja sehingga
meminimalisasi terjadinya kesalahan. Disamping faktor pengerjaan dari internal
pada tahap preanalitik juga sangat tergantung pada kondisi pasien saat itu,
kejujuran dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi sampel itu
sendiri, suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan.

Paska analitik merupakan kegiatan yang dilakukan setelah fase pra analiik
(persiapan pengambilan sampel), dan fase analitik (pengolahan sampel) yang
semua kegiatannya berhubungan dengan informasi, yaitu berupa penulisan hasil
pemeriksaan, interpretasi hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Informasi ini nantinya harus berinteraksi dengan instrument dan system informasi
lainnya

1. Tahap Post Analitik


Tahap post analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan
untuk meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid
atau dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di
laboratorium harus dilakukan dengan
cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (Depkes
RI,1999).
Menurut Charles (2007), kegiatan tahap post analitik di laboratorium antara
lain :
1.Rekaman Analisis (Catatan Pengujian=CP)
Rekamananalisis atau catatan pengujian adalah rekaman orisinil
pengujian yang direkam oleh personel penguji. Suatu rekaman analisis
minimal merekam informasi hasil pemeriksaan.
Format rekaman analisis dapat berupa buku catatan atau lembaran
analisis.
Suatu laboratorium, rekaman analisis direkam terlebih dahulu dalam
buku catatan dan kemudian informasi itu dipindahkan ke lembar catatan
pengujian(CP) sebagai bentuk pelaporan dari personel penguji kepada
penyelia atau manajer teknis.
Buku catatan pengujian disimpan oleh personel penguji sebagai arsipnya.
Catatan pengujian setelah diperiksa oleh penyelia atau manajer teknis, menjadi
sumber data untuk laporan hasil uji (LHU) dan catatan pengujian menjadi arsip
laboratorium yang dijadikan satu berkas dengan salinan laporan hasil uji bersama
-sama dengan dokumen lainnya yang berkaitan dengan pengujian sampel tersebut.
Jadi, catatan pengujian adalah penghubung utama antara pekerjaan analitik itu
sendiri dan informasi yang disajikan kepada pasien dalam laporan hasil uji akhir.
2. Pelaporan Hasil Pengujian
Suatu laboratorium, yang terpenting dalam melayani pasien adalah cara
pelaporan hasil uji yang perlu disetujui lebih dulu. Format dari laporan, unit
dari pengukuran dan dasar perhitungan yang dibuat harus dapat dimengerti
oleh pasien, sehingga mempermudah pasien menginterpretasi hasilnya.
E.Kesalahan-Kesalahan Tahap Post Analitik
Setiap hasil pengujian mengandung kesalahan yang tidak dapat dihindari.
Pengetahuan dan perhatian kepada sumber kesalahan akan membantu
mengurangi terjadinya kesalahan dan menemukan penyebabnya lebih cepat dari
suatu kesalahan yang timbul.
11Menurut Charles (2007), jika suatu proses post analitik digunakan secara rutin,
kesalahan yang timbul dapat diatasi dan digolongkan
sebagai berikut :
1)Kesalahan Perhitungan (perhitungan dan pemindahan data tidak dicek ulang
oleh personel lain, kesalahan rumus dalam prosedur atau instruksi kerja,
satuan yang tidak benar, kesalahan pembulatan, mengabaikan penggunaan
data estimasi ketidakpastian pengukuran yang tertera pada sertifikat kalibrasi
alat yang digunakan, mengabaikan penggunaan faktor pengenceran atau
menggunakan faktor pengenceran yang tidak benar, tidak memahami komponen
ketidakpastian dalam perhitungan, dan ketidakpastian pengukuran dalam suatu
pengujian).
2)Kesalahan dalam pelaporan hasil (informasi yang kurang dalam laporan
hasil,salah penulisan hasil pemeriksaan, tidak ada tanda tangan personel yang
berwenang, interpretasi yang tidak sesuai tentang hasil pemeriksaan, dan salah
alamat penerimaan hasil pemeriksaan).
DAFTAR PUSTAKA

https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1202116005-2-BAB%20I%20GR%20Rev%201.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-retnosugih-5279-1-
bab1.pdf

https://enynurazizah1.wordpress.com/2014/06/24/materi-pemeriksaan-
laboratorium/

Buletin PRODIA. 2007. Pentingnya Pemeriksaan HbA1c secara Berkala Untuk


Pemantauan Diabetes Melitus. Edisi 5 Agustus Desember 2007.

Anda mungkin juga menyukai