Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

ASUHAN KEPERAWATAN DAN PATOFISIOLOGI OSTEOMYEOLITIS

Kelompok 8 / Kelas 5B:

Moh ulil albab (1130018048)


Nur layli (1130018053)

Fasilitator:

Siti Nurhasinah, S.Kep.Ns.M.Tr.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATANDAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020-2021

i
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberi hidayah serta rahmatnya sehingga memudahkan kami dalam
penyelesaian dalam pembuatan makalah dengan judul “osteomyelitis”  yang
bermanfaat ini.

Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurhakan kepada junjungan nabi
besar kitaMuhammad SAW, yang telah mengajarkan kita dari jalan yang jahiliyah
menuju jalan yangdi ridhoi oleh ALLAH SWT.Makalah ini telah kami susun
dengan sebaik-baiknya semoga apa yang kami tuangkandalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Makalah yang telah kita tulis ini tentunya tak lepas dari kekurangan
maupunkelebihan dari segi bahasa maupun dari segi susunan kalimatnya. Maka,
dengan kelapanganhati, kami akan menerima kritik dan saran yang dari pembaca
semoga dapat memperbaikiapa-apa yang kurang baik dari makalah ini dan
menjadikan kami menjadi semakinberwawasan luas.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
luas, sertadapat menjadikan wawasan dan media informasi bagi masyarakat. Kami
mohon maaf jikaada kesalahan dari pembuatan makalah yang disengaja
maupun tidak disengaja.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 01 november 2020

Penyusun

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................4
2.1 Definisi.....................................................................................................4
2.2 Etiologi ....................................................................................................4
2.3 patofisiologi..............................................................................................5
2.4 WOC.........................................................................................................9
2.5 klasifikasi..................................................................................................9
2.6 tanda dan gejala .......................................................................................9
2.7 manifestasi klinik.....................................................................................9
2.8 pemeriksaan penunjang............................................................................10
2.9 komplikasi ...............................................................................................11
2.10 penatalaksanaan......................................................................................12
2.11 askep teori...............................................................................................13
2.12 askep kasus.............................................................................................16
BAB 3 PEMBAHSAN JURNAL...................................................................34
3.1 Kesimpulan..............................................................................................35
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................37
4.1 kesimpulan...............................................................................................37
4.2 saran.........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama
sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri
dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2012).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah
radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai
agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks,
jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2010).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan
ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling

1
sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan
awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan
yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus
pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi osteomyelitis ?
2. Apa etiologi osteomyelitis ?
3. Apa patofiologi osteomyelitis ?
4. Apa klasifikasi osteomyelitis?
5. Apa manifestasi klinik osteomyelitis ?
6. Apa pemeriksaan penunjang osteomyelitis ?
7. Apa komplikasi osteomyelitis?
8. Bagaimana penatalaksanaaan ?
9. Bagaimana pencegahan osteomyelitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yaitu
tentang osteomyelitis agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat dan benar pada pasien asma.
1.3.2 Tujuan khusus :
Untuk mengetahui tentang makalah Asma yang meliputi :
1. Untuk Mengetahui Definisi osteomyelitis
2. Untuk mengetahui etiologi osteolyelitis
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi osteomyelitis
4. Untuk mengetahui klasifikasi osteomyelitis
5. Untuk Mengetahui Manifestasi klinik osteomyelitis
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang osteomyelitis
7. Untuk mengetahui komlikasi osteomyelitis

2
8. Untuk mengetahui penatalaksaan osteomyelitis
9. Untuk mengetahui pencegahan osteomyelitis
1.4 manfaat
1. bagi penulis : makalah ini diharapkan digunakan untuk menambah
referensi.
2. Bagi pembaca : makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
3. Bagi instusi : makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi sebagai bahan ajar lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang
akan datang

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 definisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2013). 
 Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1.      Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 2010).
2.      Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2013).
3.      Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 2010)
4.      Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus
influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

2.2 etiologi

Adapun penyebab -penyebab osteomyelitis ini adalah :


1. bakteri
Menurut joyce dan hawks (2005), penyebab osteolitis adalah Staphylococcus
aureus (70-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherechia coli,
pseudomonas, klebsiella, salmonella, dan proteus.
2.virus

3.jamur

4
4. mikroorganisme lain (smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara :

a.       Aliran darah


infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
focus infeksi ditempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai lengan.
Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.
Osteolyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat dimana
terdapat trauma
b.      Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
c.       Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau
ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing
manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang
tengkorak.
Gejala yang biasanya menyertai adalah demam, malaise, anoreksia, serta rasa
nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang yang terlibat. Gejala pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya kemerahan dan bengkak. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2.3 patofisiologi

5
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan  penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

6
2.4 woc

Osteomyelitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang


lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respon
terhadap inflamasi.

Proses penuaan, luka tekanan, trauma jaringan Fraktur,prosedur operasi, luka tusuk
Trauma luka tembus , nekrose berhubungan Yang melukai tulang
dengan

Staphulococus aureus

Kuman masuk

Metafisis tulang

Reaksi inflamasi

Pertahanan tubuh
menurun

osteomielitis

Kerusakan Operasi Hospitalisasi


jaringan tulang (pembedahan)

7
nyeri Pertahankan Kesalahan
Perubahan sekunder menurus interpretasi
personal
Infeksibentuk
berlebihan hygiene
Gangguan rasa
Terputusnya Insisi terganggu
nyeri Resiko penyebaran Gerak terbatas
Pasien banyak
komunitas jaringan pembedahan
infeksi
Fungsitulang
Abses tulang bertanya
menurun
Kurang perawatan diri personal hygiene imobilitas
Merangsang
Kuman masuk Kurang
Nekrosesis syaraf mieline
Kemampuan pengetahuan
tulang kelemahan
melakukan pergerakan
pembentukan
menurun
Gangguan mobilitas fisik

2.5 klasifikasi
osteomyelitis diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :
1.      Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2.      Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1.      Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi
menjadi 2, yaitu:
a.       Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada
tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis
dan onset yang lambat.

8
b.          Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder
akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari
focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2.      Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3.      Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
2.6 tanda dan gejala osteomyelitis
1. demam
2. malaise
3. anoreksia
4. nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang yang terlibat,
Gejala pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap, pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya kemerahan dan bengkak. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
Gerakan dan hubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2.7 manifestasi klinik
1. Demam
2.      Nafsu makan menurun
3.      Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4.      Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,
menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan

9
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya
atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan
sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah
menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau
beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
2.8 pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri  salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk  serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound

10
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang


tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri
penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari
fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.      Abses Tulang
2.      Bakteremia
3.      Fraktur Patologis
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
2.9 Komplikasi

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi


yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi
bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang
semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya
infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik.

11
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.      Abses Tulang
2.      Bakteremia
3.      Fraktur Patologis
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
2.10 penatalaksanaan

1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan


penderita dan reaksi alergi penderita
2.      penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4.      Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6.      Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7.      Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8.      Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9.      Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a.       Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b.      Vitamin A,B dan C  : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.       Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini
adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.

12
2.11 askep teori

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan
lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis
penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi
perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-lumbal


yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
imunosupresif.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
b) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
c)  Tanda-tanda vital tidak normal
2) Sistem Pernafasan

Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami


kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.

3) Sistem Kardiovaskuler

13
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.

4) Sistem Muskuloskeletal

Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan


osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

5) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6) Sistem perkemihan

Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat


jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.

7) Pola nutrisi dan metabolism

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah


muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat.
Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah
sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi pada
kaki) ditandai dengan agen pencedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
No Diagnosa SlKI SIKI
1. Kategori : Tingkat nyeri (L.08066) Menajemen nyeri
psikologis Definisi : (1.08238)
Sub kategori : Pengalaman sensorik atau Definisi :
nyeri dan emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan
kenyamanan dengan kerusakan jaringan mengelola pengalaman
Kode : D.0077 actual atau fungsional, sensorik atau emosional
Definisi: dengan onset mendadak atau yang berkaitan dengan
Pengalaman lambat dan beintensitas kerusakan jaringan atau

14
sensorik atau ringan hingga berat atau fungsional dengan onset
konstan. mendadak atau lambat
emosional yang
Ekspektasi : menurun dan berintensitas ringan
berkaitan dengan Kriteria hasil : hingga berat dan konstan.
1. Keluhan nyeri dari Tindakan
kerusakan
skala 1 menjadi skala Observasi
jaringan actual 4 1. Identifikasi
atau fungsional, 2. Meringis dari skala 1 lokasi,
menjadi 4 karakteristik,
dengan onset
3. Gelisah dari skala 1 durasi, frekuensi,
mendadak atau menjadi skala 4 kualitas,
lambat dan intensitas nyeri
Keterangan : 2. Identifikasi skala
berintensitas 1=meningkat nyeri
ringan hingga 2=cukup meningkat 3. Identifikasi factor
3=sedang
berat yang 4=cukup menurun yang
memperberat dan
berlangsung
memperingan
kurang dari 3 nyeri
tahun
Terapeutik

1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan

15
menggunakan
analgetic secara
tepat

Kategori : Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi


fisiologis Definisi : (1.05173)
Sub kategori : Kemampuan dalam Gerakan Definisi :
aktivitas/istirahat fisik dari satu atau lebih Memfasilitasi pasien
Definisi : ekstremitas secara mandiri untuk meningkatkan
Keterbatasan Ekspektasi : meningkat aktivitas pergerakan
Kriteria hasil : fisik.
dalam Gerakan
1. Pergerakan ektremitas Tindakan
fisik dari satu atau 2. Kekuatan otot Observasi
3. Tentang gerak (ROM 1. Identifikasi
lebih ekstremitas
adanya nyeri atau
secara mandiri Keterangan : keluhan fisik
1= menurun lainnya
2=cukup menurun 2. Identifikasi
3=sedang
4=cukup meningkat toleransi fisik
melakukan
pergerakan
3. Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum memulai
mobilisasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
monilisasi

Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan

16
pergerakan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
(tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi )

C. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Sedangkan, tindakan kolaborasi
adalah tindakan keprawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan pasien dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

2.11 Askep kasus

Seorang lelaki, Tn. D (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri


patogenik dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai
bawah. 2 tahun yang lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka

17
pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto
didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis sekitar
tulang, involucrum. Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan
deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge, seropurulent, dan
ekskoriasi sekitar sinus.Aktifitas sehari-hari dibantu berdiri dan berjalan
menggunakan kruk, Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+),
terdapat tiga lubang pada luka berdiameter masing-masing 0,5 cm.
Tampak konjungtiva anemis, kulit pucat, seklera tidak ikterik.
Pemeriksaan penunjang: Hb : 8,6 mg/dl, Leukosit : 16.400, LED : 96
mm/jam, Albumin : 3,2 gr/dl, Rontogen dada : tidak tampak TB paru
aktif, tidak tampak kardiomegali. Klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas,
sifatnya sering, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir
kering.Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 390C, N :
100 x/mnt, RR : 22 x/mnt

a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. D No. RM : 124xxxx
Umur : 20 tahun Tgl. MRS : 20 Oktober 2020
Jenis Kelamin : ♂/♀ Diagnosa : osteomielitis
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Alamat : Klitren Lot GK III No. 47
Tanggungan : Askes/Jamsostek/Jamkesda/Sendiri
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

18
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Raya Baru
Hubungan dengan klien: Ibu dari klien

I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


I.1 Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : tidak ada
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : tidak ada
Kebiasaan berobat : tidak ada
Alergi : Tidak mempunyai alergi
Kebiasaan merokok/alkohol : Tidak merokok dan tidak minum
alkohol

I.2 Riwayat Penyakit Sekarang :


c. Keluhan utama :Nyeri didaerah sekitar luka dan tidak bisa
beraktifitas normal
d. Riwayat penyakit
1) Riwayat keluhan utama: Pasien mengatakan merasakan nyeri di daerah
sekitar luka dan tidak bias beraktifitas normal
2) Riwayat penyakit terdahulu :
Memeriksakan ke Puskesmas diperiksa Dokter dan selanjutnya diberikan
rujukan ke RS
Terapi/operasi yang pernah dilakukan: tidsk pernah melakukan terapi
maupun operasi
e. riwayat penyakit keluarga : tidak ada
f. pemeriksaan fisik umum :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Suhu : 38oC
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien

19
Saat dikaji keadaan umum pasien kesadaran compos mentis. Pasien
terlihat lemas dan mengatakan bahwa badannya terasa panas, serta
terlihat membran mukosa pucat.

2) Sistem saraf
Saat dikaji tidak ada perubahan pada fungsi sitem saraf.
3) Sistem persanapasan
Pasien sedikit gelisah pernapasan cepat
4) Sistem gastroinstestinal
Saat dikaji bising usus hiperatif, tidak ada nyeri tekan pada abdomen,
tidak ada pembesaran hati dan limpha.
5) Sistem muskuloskeletal
Saat dikaji tidak ada perubahan pada sistem muskuloskeletal.
6) Sistem intergumen
Didapati pada wajah, leher, leher, dada, perut, dan punggung pasien
tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papula dengan dasar
kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien
tampak papula dengan dasar kemerahan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang

ANALISA DATA
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
Data focus Etiologi Masalah
Ds: klien mengatakan Proses penyakit Nyeri akut
nyeri pada tungkai bawah (infeksi pada kaki)
yang mengalami fraktur
P : nyeri klien disebabkan
oleh penyakit
osteomyelitis
Q: hilang timbul
R : nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami

20
fraktur
S: skala 7
T: sering kambuh
D0:
a. Klien tampak
meringis kesakitan
b. pada plain foto
didapatkan
penebalan
periosteum, bone
resorption,
sclerosis sekitar
tulang, involucrum.
c. TD : 130/90
mmHg
d. S : 39C
e. N : 100x/menit
f. RR : 22x/menit

Ds : klien mengataakan Nyeri Gangguan mobilitas fisik


kegiatan sehari-harinya
dibantu berdiri dan
berjalan menggunakan
kruk

D0 : a. kongjungtiva
anemis
b. Klien tampak pucat
c. sklera tidak ikterik
a. d : TD : 130/90
mmHg
b. S : 39C
c. N : 100x/menit

RR : 22x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

21
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
NO Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi pada kaki)
ditandai dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ditandai dengan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis

NO. Diagnosa Standar luaran Standar intervensi


keperawatan keperawatan Indonesia keperawatan indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Kategori : Tingkat nyeri (L.08066) Menajemen nyeri
psikologis Definisi : (1.08238)
Sub kategori : Pengalaman sensorik atau Definisi :
nyeri dan emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan
kenyamanan dengan kerusakan mengelola pengalaman
Kode : D.0077 jaringan actual atau sensorik atau emosional
Definisi: fungsional, dengan onset yang berkaitan dengan
Pengalaman mendadak atau lambat kerusakan jaringan atau
sensorik atau dan beintensitas ringan fungsional dengan onset
emosional yang hingga berat atau konstan. mendadak atau lambat
berkaitan dengan Ekspektasi : menurun dan berintensitas ringan
kerusakan Kriteria hasil : hingga berat dan konstan.
jaringan actual 1. Keluhan nyeri dari Tindakan
atau fungsional, skala 1 menjadi Observasi
dengan onset skala 4 1. Identifikasi lokasi,
mendadak atau karakteristik,
2. Meringis dari
lambat dan durasi, frekuensi,
berintensitas skala 1 menjadi 4
3. Gelisah dari skala kualitas, intensitas
ringan hingga

22
berat yang 1 menjadi skala 4 nyeri
berlangsung 4. Identifikasi skala
kurang dari 3 Keterangan : nyeri
tahun 1=meningkat
2=cukup meningkat Terapeutik
3=sedang 1. Berikan Teknik
4=cukup menurun
nonfarmakologis
Ekspektasi :
untuk mengurangi
rasa nyeri
misaynya
denganterapi
musik mozaik

Edukasi

1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

Kategori : Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi


fisiologis (L.05042) (1.05173)
Sub kategori : Definisi : Definisi :
aktivitas/istirahat Kemampuan dalam Memfasilitasi pasien
Definisi : Gerakan fisik dari satu untuk meningkatkan
Keterbatasan atau lebih ekstremitas aktivitas pergerakan fisik.
dalam Gerakan secara mandiri Tindakan
fisik dari satu atau Ekspektasi : meningkat Observasi
lebih ekstremitas Kriteria hasil : 1. Identifikasi
secara mandiri 4. Pergerakan adanya nyeri atau
ektremitas keluhan fisik
5. Kekuatan otot lainnya
2. Identifikasi
6. Tentang gerak
toleransi fisik
(ROM
melakukan
Keterangan : pergerakan
1= menurun
2=cukup menurun Terapeutik
3=sedang 1. Fasilitasi aktivitas
4=cukup meningkat mobilisasi dengan
5=meningkat alat bantu

Edukasi

3. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

23
3. Kategori : Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
Lingkungan (L.14137) (1.14539)
Sub kategori : Definisi : Definisi :
Keamanan dan Derajat infeksi Mengidentifikasi dan
proteksi berdasarkan observasi menurunkan risiko
Definisi : atau sumber informasi terseranf organisme
Berisiko Ekspektasi : patogenik
mengalami menurun Observasi
peningkatan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan
terserang 1. Demam dari skala gejala infeksi local
organisme 1 menjadi 4 dan sistemik
patogenik 2. Kemerahan dari Terapeutik
skala 1 menjadi 4 1. perawatan kulit
3. Nyeri dari skala 1 pada area edema
menjadi Edukasi
4. Bengkak dari
skala 1 menjadi 4 1. Ajarkan cara
Keterangan : memeriksa
1=meningkat kondisi luka atau
2=cukup meningkat luka operasi
3=sedang
4=cukup menurun

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
No.D Tanggal Jam Implementasi Evaluasi paraf
x
1. 22-11- 07.0 Observasi S : Ds: klien Lely
20 0 1. Mengidentifikasi mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri pada
durasi, frekuensi, tungkai
bawah yang
kualitas, insitas
mengalami

24
nyeri. fraktur
P : nyeri klien
P : nyeri klien disebabkan
disebabkan oleh oleh penyakit
penyakit osteomyelitis
osteomyelitis Q: kualitas
Q: hilang timbul nyeri hilang
R : nyeri pada timbul
tungkai bawah yang R : nyeri pada
mengalami fraktur tungkai
S: skala 7 bawah yang
T: sering kambuh mengalami
2. Mengdentifikasi fraktur
skala nyeri S: skala 7
R : pasien T: hilang
mengatakan skala timbul,sering
nyeri 7 kambuh
terapeutik O : klien
3. Memberikan Teknik tampak
nonfarkologis untuk meringis
TD : 130/90
mengurangi rasa
mmHg
nyeri kompres S : 39C
hangat N:
R: pasien 100x/menit
memahami dan RR :
mendengarkan 22x/menit
dengan seksama. A : Masalah
Edukasi belom teratasi
4. Menjelaskan strategi P : intervensi
meredakan nyeri dilanjutkan
R : pasien kooperatif (1,2,3,7 dan
11)

22-11- 07.0 Observasi


20 0 5. mengIdentifikasi
adanya nyeri atau
keluhan fisik
lainnya
R/ pasien kooperatif
6. mengdentifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
R/ pasien kooperatif

25
Terapeutik
7. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
R/ respon pasien
kooperatif

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi

R/ pasien memahami apa


yang disampaikan oleh
perawat

22-11- 07.0 Observasi


20 0 9. Memonitor tanda
dan gejala infeksi
local dan sistemik
R/ respon pasien
kooperatif
Terapeutik
10. perawatan kulit pada
area edema
R/ Pasien kooperatif
Edukasi
11. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
R/ pasien
memahami
23-11- 10.00 Observasi S : klien lely
20 1. Mengidentifikasi mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri pada
durasi, frekuensi, tungkai kaki
bawah
kualitas, insitas
O:
nyeri. P : nyeri
klien
P : nyeri klien
disebabkan
disebabkan oleh
oleh
penyakit
peyankit
osteomyelitis
osteomyeliti
Q: hilang timbul
s
R : nyeri pada
Q: kualitas
tungkai bawah yang
nyeri hilang

26
mengalami fraktur timbul
S: skala 7 R : nyeri
T: sering kambuh pada tungkai
2. Mengdentifikasi bawah yang
skala nyeri mengalami
R : pasien fraktur
mengatakan skala S: skala 6
nyeri 7 T: hilang
terapeutik timbul,sering
3. Memberikan Teknik kambuh
O : klien
nonfarkologis untuk
tampak
mengurangi rasa meringis
nyeri kompres TD : 120/90
hangat mmHg
R: pasien memahami S : 37C
dan mendengarkan N:
dengan seksama. 90x/menit
RR :
22x/menit
A : Masalah
belom
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
(1,2,3,5 dan
10)

23-22- 10.00 Terapeutik


30 1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
R/ pasien kooperatif

23-11- 10.00 Edukasi


20 1. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
R/ pasien memahami
penjelasan perawat
24-11- 12.00 Observasi S : klien
20 1. Mengidentifikasi mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri pada
durasi, frekuensi, tungkai kaki
bawah sudah
kualitas, insitas
jauh lebih

27
nyeri. baik
P : nyeri
P : nyeri klien klien
disebabkan oleh disebabkan
penyakit oleh
osteomyelitis peyankit
Q: hilang timbul osteomyeliti
R : nyeri pada s
tungkai bawah yang Q: kualitas
mengalami fraktur nyeri hilang
S: skala 7 timbul
T: sering kambuh R : nyeri
2. Mengdentifikasi pada tungkai
skala nyeri bawah yang
R : pasien mengalami
mengatakan skala fraktur
nyeri 7 S: skala 4
terapeutik T: hilang
3. Memberikan Teknik timbul,sering
nonfarkologis untuk kambuh
O : klien
mengurangi rasa
tampak
nyeri kompres meringis
hangat TD : 120/80
mmHg
R: pasien memahami dan S : 36,8C
mendengarkan dengan N:
seksama 90x/menit
RR :
18x/menit
A : masalah
teratasi
P:
intervensi
dihentikan
24-11- 12.00 Observasi
20 5.mengIdentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
R/ pasien kooperatif

24-11- 12.00 Terapeutik


20 10. perawatan kulit pada
area edema
R/ Pasien kooperatif

28
BAB 3
PEMBAHASAN JURNAL
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK MOZART
TERHADAP NYERI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI
RSUD WATES KULON PROGO

Silvester Harda Prist, (2020) PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK MOZART


TERHADAP NYERI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD WATES KULON
PROGO. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Latar Belakang: Komplikasi yang sering ditemui setelah menjalani pembedahan


adalah nyeri. Nyeri yang tidak ditangani dapat mengganggu status fisik pasien,
menimbulkan ketegangan, penurunan kualitas hidup pasien sehingga menambah
hari rawat di rumah sakit. Terapi musik dengan menggunakan Musik Mozart
“Pachelbel Canon in D Major dan Symphony 40 in G Minor.” Nada yang
dihasilkan sangat lembut dan dapat membuat orang menjadi tenang dan nyaman.
Terapi musik Mozart bisa menjadi salah satu teknik non-farmakologi dalam
menurunkan nyeri pasien. Tujuan: Diketahuinya pengaruh pemberian terapi musik
Mozart terhadap nyeri pasien pasca operasi fraktur di RSUD Wates Kulon Progo.
Metode Penelitian: Jenis penelitian merupakan quasi experiment dengan desain
pretest-posttest with control group. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22
Januari – 14 Maret 2020. Sampel berjumlah 54 responden dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi
diberi perlakuan terapi musik Mozart pada 5 jam setelah pemberian analgesik dan
kelompok kontrol dengan perlakuan teknik napas dalam. Penilaian skala nyeri
menggunakan instrumen Numeric Rating Scale. Pengambilan sampel penelitian
menggunakan non-probability sampling dengan consecutive sampling. Dilakukan

29
uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney. Hasil Penelitian:
Responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan belum pernah mengalami
operasi. Kebanyakan responden mengalami nyeri sedang sebelum diberikan terapi
musik Mozart. Setelah diberikan terapi musik Mozart pada responden kelompok
intervensi selama 15 menit mayoritas mengalami nyeri ringan. Sedangkan
responden kelompok kontrol dengan teknik napas dalam mayoritas mengalami
nyeri sedang. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan nilai pvalue = 0,000 (p <
0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian terapi musik Mozart terhadap
nyeri pasien pasca operasi fraktur. Kata Kunci: Nyeri, Pasca Operasi Fraktur,
Terapi Musik Mozart

1.1 Kesimpulan
Menurut kelompok kami kesimpulan dari jurnal ini adalah ,nyeri pada
penyakit osteomeilisis bisa di redakan melalui terapi musik Mozart
“Pachelbel Canon in D Major dan Symphony 40 in G Minor.” di karenakan
lagu atau nada yang di hasilkan dari musik trsebut sangat lembut dan
menenangkan dan nyaman. Terapi musik Mozart bisa menjadi salah
satu teknik non-farmakologi dalam menurunkan nyeri pasien.

30
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya supan darah, responds jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involucrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomyelitis diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
1. Osteomyelitis primer
2. Osteomyelitis sekunder
Adapun penyebab-penyebab osteolitis adalah :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
4.2 saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya

31
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A Newman. 2010. kamus kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta :
EGC
Price S.A., Wilson L.M. 2012. Patofiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Brunner & suddart , (2013). Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 volume
2 jakarta : EGC
Chihara S, Segreti J. Osteomyelitis. Dis Mon. 2010;56(1):5-31
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa keperawatan : aplikasi pada praktek klinik
(terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013. p. 903-5.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia

32

Anda mungkin juga menyukai