Fasilitator:
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATANDAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020-2021
i
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberi hidayah serta rahmatnya sehingga memudahkan kami dalam
penyelesaian dalam pembuatan makalah dengan judul “osteomyelitis” yang
bermanfaat ini.
Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurhakan kepada junjungan nabi
besar kitaMuhammad SAW, yang telah mengajarkan kita dari jalan yang jahiliyah
menuju jalan yangdi ridhoi oleh ALLAH SWT.Makalah ini telah kami susun
dengan sebaik-baiknya semoga apa yang kami tuangkandalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Makalah yang telah kita tulis ini tentunya tak lepas dari kekurangan
maupunkelebihan dari segi bahasa maupun dari segi susunan kalimatnya. Maka,
dengan kelapanganhati, kami akan menerima kritik dan saran yang dari pembaca
semoga dapat memperbaikiapa-apa yang kurang baik dari makalah ini dan
menjadikan kami menjadi semakinberwawasan luas.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
luas, sertadapat menjadikan wawasan dan media informasi bagi masyarakat. Kami
mohon maaf jikaada kesalahan dari pembuatan makalah yang disengaja
maupun tidak disengaja.Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penyusun
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................4
2.1 Definisi.....................................................................................................4
2.2 Etiologi ....................................................................................................4
2.3 patofisiologi..............................................................................................5
2.4 WOC.........................................................................................................9
2.5 klasifikasi..................................................................................................9
2.6 tanda dan gejala .......................................................................................9
2.7 manifestasi klinik.....................................................................................9
2.8 pemeriksaan penunjang............................................................................10
2.9 komplikasi ...............................................................................................11
2.10 penatalaksanaan......................................................................................12
2.11 askep teori...............................................................................................13
2.12 askep kasus.............................................................................................16
BAB 3 PEMBAHSAN JURNAL...................................................................34
3.1 Kesimpulan..............................................................................................35
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................37
4.1 kesimpulan...............................................................................................37
4.2 saran.........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan
awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan
yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus
pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.
2
8. Untuk mengetahui penatalaksaan osteomyelitis
9. Untuk mengetahui pencegahan osteomyelitis
1.4 manfaat
1. bagi penulis : makalah ini diharapkan digunakan untuk menambah
referensi.
2. Bagi pembaca : makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
3. Bagi instusi : makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi sebagai bahan ajar lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang
akan datang
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 definisi
2.2 etiologi
3.jamur
4
4. mikroorganisme lain (smeltzer, Suzanne C, 2002).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya kemerahan dan bengkak. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2.3 patofisiologi
5
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
6
2.4 woc
Proses penuaan, luka tekanan, trauma jaringan Fraktur,prosedur operasi, luka tusuk
Trauma luka tembus , nekrose berhubungan Yang melukai tulang
dengan
Staphulococus aureus
Kuman masuk
Metafisis tulang
Reaksi inflamasi
Pertahanan tubuh
menurun
osteomielitis
7
nyeri Pertahankan Kesalahan
Perubahan sekunder menurus interpretasi
personal
Infeksibentuk
berlebihan hygiene
Gangguan rasa
Terputusnya Insisi terganggu
nyeri Resiko penyebaran Gerak terbatas
Pasien banyak
komunitas jaringan pembedahan
infeksi
Fungsitulang
Abses tulang bertanya
menurun
Kurang perawatan diri personal hygiene imobilitas
Merangsang
Kuman masuk Kurang
Nekrosesis syaraf mieline
Kemampuan pengetahuan
tulang kelemahan
melakukan pergerakan
pembentukan
menurun
Gangguan mobilitas fisik
2.5 klasifikasi
osteomyelitis diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu :
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi
menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada
tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis
dan onset yang lambat.
8
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder
akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari
focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
2.6 tanda dan gejala osteomyelitis
1. demam
2. malaise
3. anoreksia
4. nyeri yang konstan dan progresif pada daerah tulang yang terlibat,
Gejala pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap, pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya kemerahan dan bengkak. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
Gerakan dan hubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2.7 manifestasi klinik
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,
menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
9
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya
atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan
sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah
menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau
beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
2.8 pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
10
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
11
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1. Abses Tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur Patologis
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
2.10 penatalaksanaan
12
2.11 askep teori
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan
lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada osteomielitis kronis
penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi
perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
b) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
c) Tanda-tanda vital tidak normal
2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Kardiovaskuler
13
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
4) Sistem Muskuloskeletal
5) Tingkat kesadaran
6) Sistem perkemihan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi pada
kaki) ditandai dengan agen pencedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
No Diagnosa SlKI SIKI
1. Kategori : Tingkat nyeri (L.08066) Menajemen nyeri
psikologis Definisi : (1.08238)
Sub kategori : Pengalaman sensorik atau Definisi :
nyeri dan emosional yang berkaitan Mengidentifikasi dan
kenyamanan dengan kerusakan jaringan mengelola pengalaman
Kode : D.0077 actual atau fungsional, sensorik atau emosional
Definisi: dengan onset mendadak atau yang berkaitan dengan
Pengalaman lambat dan beintensitas kerusakan jaringan atau
14
sensorik atau ringan hingga berat atau fungsional dengan onset
konstan. mendadak atau lambat
emosional yang
Ekspektasi : menurun dan berintensitas ringan
berkaitan dengan Kriteria hasil : hingga berat dan konstan.
1. Keluhan nyeri dari Tindakan
kerusakan
skala 1 menjadi skala Observasi
jaringan actual 4 1. Identifikasi
atau fungsional, 2. Meringis dari skala 1 lokasi,
menjadi 4 karakteristik,
dengan onset
3. Gelisah dari skala 1 durasi, frekuensi,
mendadak atau menjadi skala 4 kualitas,
lambat dan intensitas nyeri
Keterangan : 2. Identifikasi skala
berintensitas 1=meningkat nyeri
ringan hingga 2=cukup meningkat 3. Identifikasi factor
3=sedang
berat yang 4=cukup menurun yang
memperberat dan
berlangsung
memperingan
kurang dari 3 nyeri
tahun
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
15
menggunakan
analgetic secara
tepat
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
16
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
(tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi )
C. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Sedangkan, tindakan kolaborasi
adalah tindakan keprawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan pasien dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
17
pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto
didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis sekitar
tulang, involucrum. Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan
deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge, seropurulent, dan
ekskoriasi sekitar sinus.Aktifitas sehari-hari dibantu berdiri dan berjalan
menggunakan kruk, Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+),
terdapat tiga lubang pada luka berdiameter masing-masing 0,5 cm.
Tampak konjungtiva anemis, kulit pucat, seklera tidak ikterik.
Pemeriksaan penunjang: Hb : 8,6 mg/dl, Leukosit : 16.400, LED : 96
mm/jam, Albumin : 3,2 gr/dl, Rontogen dada : tidak tampak TB paru
aktif, tidak tampak kardiomegali. Klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas,
sifatnya sering, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir
kering.Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 390C, N :
100 x/mnt, RR : 22 x/mnt
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. D No. RM : 124xxxx
Umur : 20 tahun Tgl. MRS : 20 Oktober 2020
Jenis Kelamin : ♂/♀ Diagnosa : osteomielitis
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SLTA
Alamat : Klitren Lot GK III No. 47
Tanggungan : Askes/Jamsostek/Jamkesda/Sendiri
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
18
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Raya Baru
Hubungan dengan klien: Ibu dari klien
19
Saat dikaji keadaan umum pasien kesadaran compos mentis. Pasien
terlihat lemas dan mengatakan bahwa badannya terasa panas, serta
terlihat membran mukosa pucat.
2) Sistem saraf
Saat dikaji tidak ada perubahan pada fungsi sitem saraf.
3) Sistem persanapasan
Pasien sedikit gelisah pernapasan cepat
4) Sistem gastroinstestinal
Saat dikaji bising usus hiperatif, tidak ada nyeri tekan pada abdomen,
tidak ada pembesaran hati dan limpha.
5) Sistem muskuloskeletal
Saat dikaji tidak ada perubahan pada sistem muskuloskeletal.
6) Sistem intergumen
Didapati pada wajah, leher, leher, dada, perut, dan punggung pasien
tampak vesikel yang seperti tetesan embun dan papula dengan dasar
kemerahan, pustul, erosi dan krusta. Pada lengan kiri dan kanan pasien
tampak papula dengan dasar kemerahan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang
ANALISA DATA
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
Data focus Etiologi Masalah
Ds: klien mengatakan Proses penyakit Nyeri akut
nyeri pada tungkai bawah (infeksi pada kaki)
yang mengalami fraktur
P : nyeri klien disebabkan
oleh penyakit
osteomyelitis
Q: hilang timbul
R : nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami
20
fraktur
S: skala 7
T: sering kambuh
D0:
a. Klien tampak
meringis kesakitan
b. pada plain foto
didapatkan
penebalan
periosteum, bone
resorption,
sclerosis sekitar
tulang, involucrum.
c. TD : 130/90
mmHg
d. S : 39C
e. N : 100x/menit
f. RR : 22x/menit
D0 : a. kongjungtiva
anemis
b. Klien tampak pucat
c. sklera tidak ikterik
a. d : TD : 130/90
mmHg
b. S : 39C
c. N : 100x/menit
RR : 22x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
21
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
NO Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (infeksi pada kaki)
ditandai dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ditandai dengan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
22
berat yang 1 menjadi skala 4 nyeri
berlangsung 4. Identifikasi skala
kurang dari 3 Keterangan : nyeri
tahun 1=meningkat
2=cukup meningkat Terapeutik
3=sedang 1. Berikan Teknik
4=cukup menurun
nonfarmakologis
Ekspektasi :
untuk mengurangi
rasa nyeri
misaynya
denganterapi
musik mozaik
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
3. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
23
3. Kategori : Tingkat infeksi Pencegahan infeksi
Lingkungan (L.14137) (1.14539)
Sub kategori : Definisi : Definisi :
Keamanan dan Derajat infeksi Mengidentifikasi dan
proteksi berdasarkan observasi menurunkan risiko
Definisi : atau sumber informasi terseranf organisme
Berisiko Ekspektasi : patogenik
mengalami menurun Observasi
peningkatan kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan
terserang 1. Demam dari skala gejala infeksi local
organisme 1 menjadi 4 dan sistemik
patogenik 2. Kemerahan dari Terapeutik
skala 1 menjadi 4 1. perawatan kulit
3. Nyeri dari skala 1 pada area edema
menjadi Edukasi
4. Bengkak dari
skala 1 menjadi 4 1. Ajarkan cara
Keterangan : memeriksa
1=meningkat kondisi luka atau
2=cukup meningkat luka operasi
3=sedang
4=cukup menurun
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.D
Umur : 37 Tahun
Diagnosa medis: osteomyelitis
No.D Tanggal Jam Implementasi Evaluasi paraf
x
1. 22-11- 07.0 Observasi S : Ds: klien Lely
20 0 1. Mengidentifikasi mengatakan
lokasi, karakteristik, nyeri pada
durasi, frekuensi, tungkai
bawah yang
kualitas, insitas
mengalami
24
nyeri. fraktur
P : nyeri klien
P : nyeri klien disebabkan
disebabkan oleh oleh penyakit
penyakit osteomyelitis
osteomyelitis Q: kualitas
Q: hilang timbul nyeri hilang
R : nyeri pada timbul
tungkai bawah yang R : nyeri pada
mengalami fraktur tungkai
S: skala 7 bawah yang
T: sering kambuh mengalami
2. Mengdentifikasi fraktur
skala nyeri S: skala 7
R : pasien T: hilang
mengatakan skala timbul,sering
nyeri 7 kambuh
terapeutik O : klien
3. Memberikan Teknik tampak
nonfarkologis untuk meringis
TD : 130/90
mengurangi rasa
mmHg
nyeri kompres S : 39C
hangat N:
R: pasien 100x/menit
memahami dan RR :
mendengarkan 22x/menit
dengan seksama. A : Masalah
Edukasi belom teratasi
4. Menjelaskan strategi P : intervensi
meredakan nyeri dilanjutkan
R : pasien kooperatif (1,2,3,7 dan
11)
25
Terapeutik
7. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
R/ respon pasien
kooperatif
Edukasi
26
mengalami fraktur timbul
S: skala 7 R : nyeri
T: sering kambuh pada tungkai
2. Mengdentifikasi bawah yang
skala nyeri mengalami
R : pasien fraktur
mengatakan skala S: skala 6
nyeri 7 T: hilang
terapeutik timbul,sering
3. Memberikan Teknik kambuh
O : klien
nonfarkologis untuk
tampak
mengurangi rasa meringis
nyeri kompres TD : 120/90
hangat mmHg
R: pasien memahami S : 37C
dan mendengarkan N:
dengan seksama. 90x/menit
RR :
22x/menit
A : Masalah
belom
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
(1,2,3,5 dan
10)
27
nyeri. baik
P : nyeri
P : nyeri klien klien
disebabkan oleh disebabkan
penyakit oleh
osteomyelitis peyankit
Q: hilang timbul osteomyeliti
R : nyeri pada s
tungkai bawah yang Q: kualitas
mengalami fraktur nyeri hilang
S: skala 7 timbul
T: sering kambuh R : nyeri
2. Mengdentifikasi pada tungkai
skala nyeri bawah yang
R : pasien mengalami
mengatakan skala fraktur
nyeri 7 S: skala 4
terapeutik T: hilang
3. Memberikan Teknik timbul,sering
nonfarkologis untuk kambuh
O : klien
mengurangi rasa
tampak
nyeri kompres meringis
hangat TD : 120/80
mmHg
R: pasien memahami dan S : 36,8C
mendengarkan dengan N:
seksama 90x/menit
RR :
18x/menit
A : masalah
teratasi
P:
intervensi
dihentikan
24-11- 12.00 Observasi
20 5.mengIdentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
R/ pasien kooperatif
28
BAB 3
PEMBAHASAN JURNAL
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK MOZART
TERHADAP NYERI PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI
RSUD WATES KULON PROGO
29
uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney. Hasil Penelitian:
Responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan belum pernah mengalami
operasi. Kebanyakan responden mengalami nyeri sedang sebelum diberikan terapi
musik Mozart. Setelah diberikan terapi musik Mozart pada responden kelompok
intervensi selama 15 menit mayoritas mengalami nyeri ringan. Sedangkan
responden kelompok kontrol dengan teknik napas dalam mayoritas mengalami
nyeri sedang. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan nilai pvalue = 0,000 (p <
0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemberian terapi musik Mozart terhadap
nyeri pasien pasca operasi fraktur. Kata Kunci: Nyeri, Pasca Operasi Fraktur,
Terapi Musik Mozart
1.1 Kesimpulan
Menurut kelompok kami kesimpulan dari jurnal ini adalah ,nyeri pada
penyakit osteomeilisis bisa di redakan melalui terapi musik Mozart
“Pachelbel Canon in D Major dan Symphony 40 in G Minor.” di karenakan
lagu atau nada yang di hasilkan dari musik trsebut sangat lembut dan
menenangkan dan nyaman. Terapi musik Mozart bisa menjadi salah
satu teknik non-farmakologi dalam menurunkan nyeri pasien.
30
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya supan darah, responds jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involucrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomyelitis diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
1. Osteomyelitis primer
2. Osteomyelitis sekunder
Adapun penyebab-penyebab osteolitis adalah :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
4.2 saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya
31
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A Newman. 2010. kamus kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta :
EGC
Price S.A., Wilson L.M. 2012. Patofiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Brunner & suddart , (2013). Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 volume
2 jakarta : EGC
Chihara S, Segreti J. Osteomyelitis. Dis Mon. 2010;56(1):5-31
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa keperawatan : aplikasi pada praktek klinik
(terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013. p. 903-5.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
32