0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
120 tayangan4 halaman
Makalah ini membahas pentingnya meningkatkan peran ibu-ibu PKK dalam penanggulangan dan pencegahan dampak bencana melalui peningkatan kapasitas. Ibu-ibu PKK merupakan kelompok strategis yang dapat diberdayakan untuk membentuk desa siaga bencana melalui pemberian pemahaman tentang bencana dan simulasi tanggap darurat. Pemerintah perlu melibatkan ibu-ibu PKK dalam sosialisasi bencana, pelatihan keter
Makalah ini membahas pentingnya meningkatkan peran ibu-ibu PKK dalam penanggulangan dan pencegahan dampak bencana melalui peningkatan kapasitas. Ibu-ibu PKK merupakan kelompok strategis yang dapat diberdayakan untuk membentuk desa siaga bencana melalui pemberian pemahaman tentang bencana dan simulasi tanggap darurat. Pemerintah perlu melibatkan ibu-ibu PKK dalam sosialisasi bencana, pelatihan keter
Makalah ini membahas pentingnya meningkatkan peran ibu-ibu PKK dalam penanggulangan dan pencegahan dampak bencana melalui peningkatan kapasitas. Ibu-ibu PKK merupakan kelompok strategis yang dapat diberdayakan untuk membentuk desa siaga bencana melalui pemberian pemahaman tentang bencana dan simulasi tanggap darurat. Pemerintah perlu melibatkan ibu-ibu PKK dalam sosialisasi bencana, pelatihan keter
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO TAHUN 2021 A. Penanggulangan dan pencegahan dampak buruk bencana pada ibu PKK Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (BNPB,2021). Dalam kejadian tersebut, unsur yang terkait langsung atau terpengaruh harus merespon dengan melakukan tindakan luar biasa guna menyelesaikan sekaligus memulihkan kondisi seperti semula atau menjadi lebih baik. Pengetahuan tentang siaga bencana penting ditanamkan kepada ibu-ibu saat ini.Keterlibatan peran perempuan terutama kaum ibu dalam mitigasi bencana masih perlu ditingkatkan.Berdasarkan data dari BNPB menganalisa bahwa perempuan memiliki risiko 14 kali lebih tinggi menjadi korban bencana dibanding pria dewasa. Hal ini disebabkan karena naluri perempuan yang ingin melindungi keluarga dan anak-anaknya, sehingga seringkali membuat mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri. Beberapa kejadian bencana dalam dekade terakhir terbukti peran perempuan lebih sering sebagai objek dalam manajemen resiko. kaum perempuan dipandang sebagai kaum yang lemah dan tidak memiliki daya apapun ketika terjadi bencana. Bahkan, sebagai objek manajemen risikopun seringkali kurang memperhstiksn kebutuhan perempuan. Pengelolaan bencana yang kebanyakan laki-laki kurang memahami dan kurang memenuhi kebutuhan khususnya kaum perempuan. Rendahnya keterlibatan kaum perempuan karena ketersediaan akses untuk peningkatan kapasitasnya dalam penanggulangan risiko bencana masih terbatas. Peningkatan kapasitas terhadap kaum perempuan merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan. Keberhasilan program mitigasi berbasis kepada masyarakat sangat ditentukan oleh keterlibatan perempuan, terutama ibu-ibu. Dalam penanganan bencana pemerintah seringkali kurang memperhatikan kebutuhan dan keterlibatan perempuan. Pengelolaan bencana kebanyakan dilakukan oleh kaum laki-laki yang dimana mereka kurang memahami dan kurang memunuhi kebutuhan khususnya perempuan. Selain itu perempuan seringkali juga tidak diikut sertakan dalam kegiatan penanganan bencana, termasuk dalam fase tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta mitigasi bencana (Hidayati, 2012). Maka dari itu ibu-ibu PKK merupakan kelompok strategis yang dapat diberdayakan untuk memiliki peran dalam membentuk sebuah desa siaga bencana. Pembentukan desa siaga bencana harus diawali dengan adanya pembinaan terhadap anggota-anggota masyarakat agar memiliki pemahaman dan pengetahuan yang homogen terhadap bencana. Pemerintah tidak akan mampu melakukan manajemen resiko bencana secara optimal tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen resiko bencana mutlak diperlukan karena masyarakat adalah subjek sekaligus objek dari manajemen resiko bencana. Pasca bencana masyarakatlah pelaku utama mitigasi dan masyarakat pula yang berptensi menderita kerugian seandainya terjadi bencana susulan. Optimalisasi peran pemerintah untuk mengoptimalkan peran masyarakat dapat dmulai dari proses pemahaman, pengembangan kapasitas, menggabungkan kajian resiko dan dukungan teknis. Tujuan dari manajemen bencana berbasis kaum ibu / masyarakat adalah: 1. Meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat, terutama daerah-daera yang rawan bencana. 2. Memperkenalkan cara membuat peta bahaya setempat. 3. Memperkuat kemampuan masyarakat dalam menangguangi bencana dengan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak tertentu. 4. Mengembangkan organiasi bencana di daerah. 5. Memperkaya pengetahuan masyarakat dengan pendidikan tentan bencana. 6. Mempertinggi keadaran masyarakat akan lingkungan hidup. Pelaksaan sosiaisasi dilakukan denga mengutamakan pemahaman ibu-ibu PKK terhadap konsep terjadinya encana dan cara peanggulangannya. Sosialisasi didkung dengan metode penyampaian materi dan diskusi yang menarik da mudah di pahami oleh peserta. Kemudian dilanjutkan dengan praktik. Evaluasi pemahaman terhadap sosialisasi dilakukan dengan diskusi lisan dan didukung dengan pemberian rewars/ hadiah. Dalam mengatasi hal tersebut, metode yang digunakan agar program dapat berkelanjutan adalah dengan melakukan pelatihan, implementasi, pendampingan, dan jejaringan sehingga kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pemberian materi mitigasi bencana melalui sosialisasi 2. Pemberian materi pembuatan peta daerah rawan bencana sehingga masyarakat dapat lebih tanggap khususnya terhadap daerah rawan bencana 3. Praktek lapangan berupa simulasi (skala kecil) sehingga ilmu yang diberikan dapat diterapkan saat simulasi 4. Memfasilitasi terciptanya kerjasama pendampingan antara UII dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka mengurangi risiko bencana Pemerintah dapat meningkatkan kapasitas perempuan khususnya ibu-ibu pkk, pada setiap tahapan manajemen bencana. 1. Pada tahap mitigasi dan kesiapsiagaan; pemerintah dapat memanfaatkan pertemuan-pertemuan PKK/Dama, pengajian dan arisan sebagai media sosialisasi kebencanaan. Baik itu mengenai tanda-tanda bencana, kondisi lingkungan sekitar, cara menyelamatkan diri dan keluarga dan barang-barang yang harus dipersiapkan. 2. Pada tahap response/tanggap darurat; jika di daerah tersebut terjadi bencana dan mereka menjadi bagian dari korban. Mereka telah mengetahui cara-cara menyelamatkan diri, telah membantu menyelamatkan barang-barang berharga dan melakukan evakuasi sesegera mungkin, meskipun suami sedang tidak ada di rumah. Oleh karena itu, pemerintah melalui kelompok perempuan dapat memberikan simulasi bencana, pelatihan keterampilan mendirikan tenda, pelatihan memasak di dapur umum, pelatihan cara melakukan pertolongan pertama pada orang sekitar dan pelatihan traumatic healing. Sehingga apabila mereka bukan merupakan bagian dari bencana, mereka dapat segera memberikan bantuan kepada korban bencana. 3. Pada tahap recovery/pemulihan; Hasil penelitian yang peneliti lakukan sebelumnya di Desa Kemiri Kec. Panti, menunjukkan bahwa kelompok pengajian, Dama dan arisan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemulihan korban bencana. Karena melalui forum-forum tersebut mereka dapat saling menguatkan, mengingatkan dan saling berbagi tentang apa saja. Oleh karenanya, pemerintah dapat memaksimalkan peran dari kelompok perempuan dengan cara meningkatkan kapasitas yang mereka miliki.