Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA
PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN DAMPAK BENCANA BURUK PADA
IBU PKK

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. INDRIA SRI UTARI (180103042)


2. DESI AYUNINGSIH (180103021)
3. RIRIN WAHYU UTAMI (180103087)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2021
A. Penanggulangan dan pencegahan dampak buruk bencana pada ibu PKK
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (BNPB,2021). Dalam kejadian tersebut, unsur yang terkait langsung
atau terpengaruh harus merespon dengan melakukan tindakan luar biasa guna
menyelesaikan sekaligus memulihkan kondisi seperti semula atau menjadi lebih baik.
Pengetahuan tentang siaga bencana penting ditanamkan kepada ibu-ibu saat
ini.Keterlibatan peran perempuan terutama kaum ibu dalam mitigasi bencana masih perlu
ditingkatkan.Berdasarkan data dari BNPB menganalisa bahwa perempuan memiliki
risiko 14 kali lebih tinggi menjadi korban bencana dibanding pria dewasa. Hal ini
disebabkan karena naluri perempuan yang ingin melindungi keluarga dan anak-anaknya,
sehingga seringkali membuat mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Beberapa kejadian bencana dalam dekade terakhir terbukti peran perempuan lebih
sering sebagai objek dalam manajemen resiko. kaum perempuan dipandang sebagai kaum
yang lemah dan tidak memiliki daya apapun ketika terjadi bencana. Bahkan, sebagai
objek manajemen risikopun seringkali kurang memperhstiksn kebutuhan perempuan.
Pengelolaan bencana yang kebanyakan laki-laki kurang memahami dan kurang
memenuhi kebutuhan khususnya kaum perempuan. Rendahnya keterlibatan kaum
perempuan karena ketersediaan akses untuk peningkatan kapasitasnya dalam
penanggulangan risiko bencana masih terbatas.
Peningkatan kapasitas terhadap kaum perempuan merupakan kegiatan yang
mutlak dilakukan. Keberhasilan program mitigasi berbasis kepada masyarakat sangat
ditentukan oleh keterlibatan perempuan, terutama ibu-ibu. Dalam penanganan bencana
pemerintah seringkali kurang memperhatikan kebutuhan dan keterlibatan perempuan.
Pengelolaan bencana kebanyakan dilakukan oleh kaum laki-laki yang dimana mereka
kurang memahami dan kurang memunuhi kebutuhan khususnya perempuan. Selain itu
perempuan seringkali juga tidak diikut sertakan dalam kegiatan penanganan bencana,
termasuk dalam fase tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta mitigasi bencana
(Hidayati, 2012).
Maka dari itu ibu-ibu PKK merupakan kelompok strategis yang dapat
diberdayakan untuk memiliki peran dalam membentuk sebuah desa siaga bencana.
Pembentukan desa siaga bencana harus diawali dengan adanya pembinaan terhadap
anggota-anggota masyarakat agar memiliki pemahaman dan pengetahuan yang homogen
terhadap bencana.
Pemerintah tidak akan mampu melakukan manajemen resiko bencana secara
optimal tanpa melibatkan masyarakat secara aktif. Keterlibatan masyarakat dalam
manajemen resiko bencana mutlak diperlukan karena masyarakat adalah subjek sekaligus
objek dari manajemen resiko bencana. Pasca bencana masyarakatlah pelaku utama
mitigasi dan masyarakat pula yang berptensi menderita kerugian seandainya terjadi
bencana susulan. Optimalisasi peran pemerintah untuk mengoptimalkan peran
masyarakat dapat dmulai dari proses pemahaman, pengembangan kapasitas,
menggabungkan kajian resiko dan dukungan teknis.
Tujuan dari manajemen bencana berbasis kaum ibu / masyarakat adalah:
1. Meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat, terutama daerah-daera
yang rawan bencana.
2. Memperkenalkan cara membuat peta bahaya setempat.
3. Memperkuat kemampuan masyarakat dalam menangguangi bencana dengan
menjalin kerja sama dengan pihak-pihak tertentu.
4. Mengembangkan organiasi bencana di daerah.
5. Memperkaya pengetahuan masyarakat dengan pendidikan tentan bencana.
6. Mempertinggi keadaran masyarakat akan lingkungan hidup.
Pelaksaan sosiaisasi dilakukan denga mengutamakan pemahaman ibu-ibu PKK
terhadap konsep terjadinya encana dan cara peanggulangannya. Sosialisasi didkung
dengan metode penyampaian materi dan diskusi yang menarik da mudah di pahami oleh
peserta. Kemudian dilanjutkan dengan praktik. Evaluasi pemahaman terhadap sosialisasi
dilakukan dengan diskusi lisan dan didukung dengan pemberian rewars/ hadiah.
Dalam mengatasi hal tersebut, metode yang digunakan agar program dapat
berkelanjutan adalah dengan melakukan pelatihan, implementasi, pendampingan, dan
jejaringan sehingga kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemberian materi mitigasi bencana melalui sosialisasi
2. Pemberian materi pembuatan peta daerah rawan bencana sehingga masyarakat
dapat lebih tanggap khususnya terhadap daerah rawan bencana
3. Praktek lapangan berupa simulasi (skala kecil) sehingga ilmu yang diberikan
dapat diterapkan saat simulasi
4. Memfasilitasi terciptanya kerjasama pendampingan antara UII dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka mengurangi risiko
bencana
Pemerintah dapat meningkatkan kapasitas perempuan khususnya ibu-ibu pkk, pada setiap
tahapan manajemen bencana.
1. Pada tahap mitigasi dan kesiapsiagaan;
pemerintah dapat memanfaatkan pertemuan-pertemuan PKK/Dama, pengajian dan
arisan sebagai media sosialisasi kebencanaan. Baik itu mengenai tanda-tanda
bencana, kondisi lingkungan sekitar, cara menyelamatkan diri dan keluarga dan
barang-barang yang harus dipersiapkan.
2. Pada tahap response/tanggap darurat;
jika di daerah tersebut terjadi bencana dan mereka menjadi bagian dari korban.
Mereka telah mengetahui cara-cara menyelamatkan diri, telah membantu
menyelamatkan barang-barang berharga dan melakukan evakuasi sesegera mungkin,
meskipun suami sedang tidak ada di rumah. Oleh karena itu, pemerintah melalui
kelompok perempuan dapat memberikan simulasi bencana, pelatihan keterampilan
mendirikan tenda, pelatihan memasak di dapur umum, pelatihan cara melakukan
pertolongan pertama pada orang sekitar dan pelatihan traumatic healing. Sehingga
apabila mereka bukan merupakan bagian dari bencana, mereka dapat segera
memberikan bantuan kepada korban bencana.
3. Pada tahap recovery/pemulihan;
Hasil penelitian yang peneliti lakukan sebelumnya di Desa Kemiri Kec. Panti,
menunjukkan bahwa kelompok pengajian, Dama dan arisan memiliki peranan yang
sangat penting dalam pemulihan korban bencana. Karena melalui forum-forum
tersebut mereka dapat saling menguatkan, mengingatkan dan saling berbagi tentang
apa saja. Oleh karenanya, pemerintah dapat memaksimalkan peran dari kelompok
perempuan dengan cara meningkatkan kapasitas yang mereka miliki.

Anda mungkin juga menyukai