BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Zaman yang semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Mengharuskan calon tenaga kerja memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
lingkungan kerjanya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kepedulian dan
profesionalisme yang dapat ditunjukan dengan pemahaman kecil mengenai
lingkungan tempat ia bekerja. Begitupun dengan calon tenaga kesehatan yang selalu
dituntut untuk professional. Jumlah penduduk yang meningkat juga mempengaruhi
rasa profesionalisme yang dimiliki oleh calon tenaga kerja. Banyaknya jumlah calon
tenaga kesehatan mengharuskan mereka bersaing untuk menjadi yang terbaik. Belum
lagi kini banyak tenaga kesehatan dari luar negeri datang ke Indonesia untuk
menawarkan jasanya. Tidak bisa dipungkiri kualitas sumber daya manusia memang
memiliki nilai tertinggi di bidang ini. Maka dari itu selain memiliki hard skill dan soft
skill yang bagus tenaga kesehatan juga diwajibkan memahami lingkungan rumah
sakit tempat ia bekerja, Peran dan fungsi profesinya guna untuk mengetahui batasan-
batasan pekerjaannya.
Begitu pun calon tenaga keperawatan. Profesi yang menawarkan jasa ini
sangat menuntut tenaganya untuk bersikap professional karena pekerjaan yang
diambil berhubungan dengan nyawa manusia. Maka dari itu calon perawat perlu
melakukan orientasi ke rumah sakit untuk mengetahui fungsi dan jenis dari masing-
masing ruangan. Oleh karena itu kami sebagai calon tenaga keperawatan
melaksanakan orientasi ke RSUD Wangaya pada hari kamis, 13 februari 2014 untuk
mengetahui gambaran umum lingkungan rumah sakit khususnya ruang cendrawasih.
Dengan adanya program orientasi ini diharapkan Mahasiswa dapat memahami
fungsi ruangan yang ada di lingkungan rumah sakit khususnya ruang cendrawasih
karena untuk kedepannya mahasiswa akan melakukan praktik asuhan keperawatan di
rumah sakit tersebut pada semester yang lebih tinggi, sehingga pada saat waktu
praktik tiba para mahasiswa tidak bingung lagi mengenai tempat dan fungsi ruangan
di tempat mereka melakukan praktik asuhan keperawatan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah rumah sakit wangaya?
2. Bagaimana keadaan ruang cendrawasih di RSUD Wangaya?
3. Apa saja inventaris yang dimiliki ruang cendrawasih?
4. Fasilitas apa saja yang ada di ruang cendrawasih?
5. Bagaimana SDM ( peran dan fungsi perawat ) di ruang cendrawasih?
6. Bagaimana pembagian tugas dan jadwal shifnya?
7. Bagaimana pendapat pasien mengenai pelayanan di ruang cendrawasih?
8. Apa salah satu tindakan yang dilakukan perawat pelaksana saat observasi?
9. Apa kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan perawat saat observasi?
10. Bagaimana kesan dan pesan ka.ru?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran umum ruangan cendrawasih di RSUD Wangaya Denpasar dan
memahami peran dan fungsi perawat di lapangan klinik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui infentaris di ruang cendrawasih
b. Mengetahui prisedus pelaksanaan vital sign
c. Mempercepat proses adaptasi
d. Mengenal ruangan/tempat-tempat pelayanan kesehatan
e. Mengetahui struktur pengorganisasian ruangan perawatan
f. Memahami peran dan fungsi perawat
D. Manfaat
1. Memudahkan mahasiswa untuk beradaptasi di rumah sakit
2. Mendapatkan informasi mengenai fasilitas,SDM dan struktur organisasi di ruang
cendrawasih
3. Mendapat pengetahuan mengenai prosedur vital sign
BAB II
OBSERVASI ORENTASI
3. Masa Revolusi Fisik sampai dengan penyatuan RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( 1945 - 1951 )
Pada masa ini pelayanan kesehatan sudah mulai berkembang dengan baik,
karena mulainya pemisahan Bali sebagai bagian propinsi Sunda Kecil. Pada Bulan
Maret 1963 waktu meletusnya Gunung Agung pengabdian tenaga perawat Rumah
Sakit Wangaya sangat besar, dimana Ida Bagus Kompiang pemimpin dan mengatur
tenaga perawat untuk bertugas selaku tenaga sukarela membantu korban gunung
meletus.Selama kurun waktu 1921 - 2007 Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
sudah dipimpin oleh 28 Orang Direktur. Dengan terbentuknya Pemerintah Kota
Denpasar pada Tahun 1992 maka Rumah Sakit Wangaya Denpasar dibawah naungan
Pemerintah Kota Denpasar dan Dengan Keputusan Walikota Kota Denpasar Nomor
96 Tahun 2008 tentang Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar sebagai Badan Layanan Umum Daerah.
Ruangan cendrawasih merupakan ruang rawat inap kelas III khusus untuk
penyakit dalam. Dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang bernama Ns. Wayan
Murtini, S.Kep dan sampai saat ini belum ada wakil kepala ruangan . Terdiri dari 7
ruang rawat inap,1 ruang tindakan keperawatan,1 ruang spolhook,1 ruang perawat
yang terbagi menjadi 1 ruang kepala ruangan,1 dapur dan 1 ruang ganti,1 kamar
mandi. Ruang cendrawasih memiliki kapasitas 28 tempat tidur dan masing-masing
ruangan terdapat 5 tempat tidur. Pasien yang dirawat di ruang cendrawasih umumnya
menderita penyakit dalam,paru dan neuro.
2. Inventaris ruangan
ALAT TENUN
N NAMA JUMLAH N NAMA JUMLAH
O O
1 Sprei 105 10 Baju OK 5
2 Stik laken 105 11 Topi OK 2
3 Selimut lurik 81 12 Sarung OK 5
4 Sarung bantal 92 13 Masker 56
5 Handuk besar 14 14 Taplak meja 9
6 Handuk kecil 13 15 Waslap 36
7 Gorden 52 16 Sarung O2 6
ALAT MEDIS
N NAMA JIMLAH N NAMA JUMLAH
O O
1 Tensi meter 4 9 EKG 1
2 Termometer 5 10 Ambubag 1
3 Reflex hammer 2 11 Gagang mesk 2
4 Tongue spatol 3 12 Termometer digital 1
5 Funduskop kayu 1 13 Pulse oxymeter 1
6 Lampu baca film 1 14 Stetoskop 6
7 Suction 1 15 Bed side monitor 1
8 Nebulizer 1 16 Troli 5
1) Kelebihan MPKP
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan pada anggota tim
d) Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e) Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f) Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing
2) Kekurangan MPKP
a) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan
waktu
b) Dimana sulit melaksanakannya pada waktu sibuk
c) Akuntabilitas pada tim kurang
d) Beban kerja tinggi
e) Pendelegasian tugas terbatas
f) Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien
tugas
Dari penjelasan tentang model asuhan keperawatan diatas, maka model yang
paling baik untuk diterapkan di rumah sakit adalah model MPKP. Sedangkan model yang
digunakan di Ruang Cendrawasih adalah model Tim karena sebagian besar perawat
berlatar belakang pendidikan D III Keperawatan dan pembagian tugas berdasarkan
shift.Dimana pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
- 28 buah kursi
- 28 oksigen central
2. Ruang cendrawasih 7
-1 buah kursi
-3 buah lemari
-5 buah troli
-2 buah meja
-1 buah wastafel
3. Dapur
5. Kamar mandi
- Gayung
-1 buah meja
-1 buah lemari
Fasilitas:- Meja
-Kursi
-Rak buku
-AC
-File-file pasien
-Telepon
8. Meja Informasi
Fungsi :Tempat memperoleh infprmasi mengenai ruang cendrawasih
Fasilitas:-Meja
-Kursi
-File-file
E. SDM Keperawatan
1. Jumlah dan kategori pendidikan
Jumlah : 25 Perawat
Kategori pendidikan
- S-1 Keperawatan + ners : 8
- D III Keperawatan : 17
b. Fungsi Perawat
Menurut Kozier (1991) terdapat tiga fungsi perawat dalam melaksanakan
perannya, yaitu:
1. Fungsi Independen
Adalah fungsi yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lainya fungsi ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
Ny. Rampeg mengatakan perasaannya sedikit takut karena ia akan dioperasi. Kaki
beliau akan diamputasi karena ganggreng yang semakin parah. Beliau mengatakan
pelayan yang diberikan oleh perawat yang merawatnya sudah bagus. Tidak ada
pembedaan kedudukan. Semua sama rata. Fasilitas di ruangannya pun lengkap
layaknya ruang kelas tiga lainnya.
a. Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun dan masker
4) Atur posisi klien
5) Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang
6) Lengan baju dilipat ke atas
7) Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun longgar)
8) Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra
9) Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
10) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
11) Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam
12) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
13) Catat hasil
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
a. Persiapan alat
1) Thermometer
2) Tiga buah botol
a) Botol pertama berisi larutan sabun
b) Botol kedua berisi larutan desinfektan
c) Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok
4) Tissue
5) Buku catatan suhu
6) Handskun dan masker
b. Prosedur kerja
1) Jelas prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun
4) Atur posisi klien
5) Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisu.
6) Turunkan thermometer dibawah suhu 34 - 35 c.
7) Letakkan thermometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi di atas dada.
8) Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya.
9) Catat hasil.
10) Bersihkan thermometer dengan kertas tisu.
11) Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
12) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3. Pengukuran respirasi
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam basa.
Tujuan Tindakan :
-Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
-Menilai kemampuan fungsi penapasan
a. Persiapan alat
1) Arloji atau stopwatch
2) Handskun dan masker
3) Buku catatan
4) Pena
b. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun dan masker
4) Atur posisi pasien
5) Hitung frekuensi dan irama pernapasan
6) Catat hasil
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
a. Persiapan alat
1) Arloji atau stopwatch
2) Buku catatan
3) Pena
b. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi klien
4) Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
5) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6) Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, tulunjuk,
jari tengah dan jari manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama,
dan kekuatan denyutan
7) Catat hasil
8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
A. Persiapan alat
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
3. Thermometer
4. Buku catatan
5. Pena
6. Masker
7. Arloji
Ket : Perawat tidak menyiapkan alat sesuai dengan SOP
B. Prosedur kerja
Dalam pemeriksaan vital sign perawat hanya mengukur suhu dan tekanan darah
dengan prosedur :
1. Pengukuran suhu
a. Gunakan masker
b. Atur posisi klien
c. Tentukan letak aksila
d. Turunkan thermometer dibawah suhu 34 - 35C
e. Letakkan thermometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi di atas dada.
f. Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya.
g. Catat hasil.
h. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari laporan hasil observasi kami adalah ruang cendrawasih adalah
ruangan kelas tiga untuk pasien yang menderita penyakit dalam yang terdiri dari tujuh
ruang perawatan dengan kapasitas pasien dua puluh delapan orang dengan jumlah tenaga
keperawatan sebanyak dua puluh lima orang yang dibagi menjadi satu kepala ruangan,
empat perawat primer, dan dua puluh perawat associate.
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa menggunakan program orientasi untuk memudahkannya
untuk beradaptasi dan mengetahui fasilitas apa saya yang ada di ruangan yang
diobservasi agar nantinya dapat memahami tindakan keperawatan yang lakukan oleh
perawat.