Anda di halaman 1dari 21

OLEH KELOMPOK IV :

1. Ni Komang Tirta Dewi (13.321.1952)


2. Ni Koming Ayuk Sutrisni (13.321.1953)
3. Ni Luh Ari Windasari (13.321.1954)
4. Ni Luh Ayu Novian Dewi (13.321.1955)
5. Ni Luh Dessy Pradnya Dewi (13.321.1956)
6. Ni Luh Desy Japarini (13.321.1957)
7. Ni Luh Gede Sita Prahita Dani (13.321.1958)
8. Ni Luh Gede Swantini (13.321.1959)
9. Ni Luh Gede Windari Oktaviani (13.321.1960)
10. Ni Putu Intan Pradnya Dewi (13.321.1961)
11. Wayan Santiyasa (13.321.1976)

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Zaman yang semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Mengharuskan calon tenaga kerja memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
lingkungan kerjanya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kepedulian dan
profesionalisme yang dapat ditunjukan dengan pemahaman kecil mengenai
lingkungan tempat ia bekerja. Begitupun dengan calon tenaga kesehatan yang selalu
dituntut untuk professional. Jumlah penduduk yang meningkat juga mempengaruhi
rasa profesionalisme yang dimiliki oleh calon tenaga kerja. Banyaknya jumlah calon
tenaga kesehatan mengharuskan mereka bersaing untuk menjadi yang terbaik. Belum
lagi kini banyak tenaga kesehatan dari luar negeri datang ke Indonesia untuk
menawarkan jasanya. Tidak bisa dipungkiri kualitas sumber daya manusia memang
memiliki nilai tertinggi di bidang ini. Maka dari itu selain memiliki hard skill dan soft
skill yang bagus tenaga kesehatan juga diwajibkan memahami lingkungan rumah
sakit tempat ia bekerja, Peran dan fungsi profesinya guna untuk mengetahui batasan-
batasan pekerjaannya.
Begitu pun calon tenaga keperawatan. Profesi yang menawarkan jasa ini
sangat menuntut tenaganya untuk bersikap professional karena pekerjaan yang
diambil berhubungan dengan nyawa manusia. Maka dari itu calon perawat perlu
melakukan orientasi ke rumah sakit untuk mengetahui fungsi dan jenis dari masing-
masing ruangan. Oleh karena itu kami sebagai calon tenaga keperawatan
melaksanakan orientasi ke RSUD Wangaya pada hari kamis, 13 februari 2014 untuk
mengetahui gambaran umum lingkungan rumah sakit khususnya ruang cendrawasih.
Dengan adanya program orientasi ini diharapkan Mahasiswa dapat memahami
fungsi ruangan yang ada di lingkungan rumah sakit khususnya ruang cendrawasih
karena untuk kedepannya mahasiswa akan melakukan praktik asuhan keperawatan di
rumah sakit tersebut pada semester yang lebih tinggi, sehingga pada saat waktu
praktik tiba para mahasiswa tidak bingung lagi mengenai tempat dan fungsi ruangan
di tempat mereka melakukan praktik asuhan keperawatan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah rumah sakit wangaya?
2. Bagaimana keadaan ruang cendrawasih di RSUD Wangaya?
3. Apa saja inventaris yang dimiliki ruang cendrawasih?
4. Fasilitas apa saja yang ada di ruang cendrawasih?
5. Bagaimana SDM ( peran dan fungsi perawat ) di ruang cendrawasih?
6. Bagaimana pembagian tugas dan jadwal shifnya?
7. Bagaimana pendapat pasien mengenai pelayanan di ruang cendrawasih?
8. Apa salah satu tindakan yang dilakukan perawat pelaksana saat observasi?
9. Apa kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan perawat saat observasi?
10. Bagaimana kesan dan pesan ka.ru?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran umum ruangan cendrawasih di RSUD Wangaya Denpasar dan
memahami peran dan fungsi perawat di lapangan klinik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui infentaris di ruang cendrawasih
b. Mengetahui prisedus pelaksanaan vital sign
c. Mempercepat proses adaptasi
d. Mengenal ruangan/tempat-tempat pelayanan kesehatan
e. Mengetahui struktur pengorganisasian ruangan perawatan
f. Memahami peran dan fungsi perawat

D. Manfaat
1. Memudahkan mahasiswa untuk beradaptasi di rumah sakit
2. Mendapatkan informasi mengenai fasilitas,SDM dan struktur organisasi di ruang
cendrawasih
3. Mendapat pengetahuan mengenai prosedur vital sign

BAB II

OBSERVASI ORENTASI

A. Sejarah rumah sakit umum daerah wangaya


Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar didirikan pada Tahun
1921 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 30 buah, 15 buah untuk orang sakit
bangsa Eropa dan Cina serta 15 tempat tidur lainnya untuk bumiputera. Rumah Sakit
Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar merupakan pusat pelayanan kesehatan untuk
daerah Bali Selatan, sedangkan untuk daerah Bali Utara kegiatan pelayanan
kesehatannya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja. Apabila kita melihat
perkembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
Denpasar dapat dikatagorikan sebagai berikut:

1. Masa Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda ( 1921 - 1942 )


Pada masa ini Rumah Sakit Umum Wangaya juga memberikan pelayanan
penyakit Kusta, Penyakit Menular. Dokter yang memberikan pelayanan adalah
Dokter Belanda, Dokter Jawa dibantu oleh ZEIKEN OPASSER (Penjaga Orang Sakit
), I Wayan Nugra adalah seorang Zeiken Opasser yang paling rajin dan aktif waktu
itu. Pada masa ini ada beberapa kali pergantian Direktur , Tahun 1921 adalah Dokter
Abdul Tahir, Tahun 1923 adalah Dokter Wirasma, Tahun 1936 adalah Dokter Benne
dan Tahun 1937 adalah Dokter Eykman.

2. Masa Penjajahan Pemerintahan Jepang ( 1942 - 1945 )

Dengan jatuhnya belanda dan berkuasanya Jepang maka dengan otomatis


Rumah Sakit Umum berada di bawah Pemerintahan Jepang.Pada masa ini pelayanan
kesehatan sangat menurun karena semua dokter dan tenaga kesehatan dari Belanda
dan Eropa ditangkap oleh bangsa Jepang, obat - obatan dan sarana kesehatan sangat
terbatas sehingga derajat kesehatan masyarakat sangat rendah.

3. Masa Revolusi Fisik sampai dengan penyatuan RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( 1945 - 1951 )

Pada masa ini Rumah Sakit Wangaya utamanya perawatnya banyak


membantu para pejuang saat itu,yang tercatat diantaranya Made Suberata, I Gde
Pelasa, Ida Bagus Kompiang, I Nyoman Purna, I Made Rasna, Ida Bagus Jagra, I
Made Putra, I Gusti Putu Susesa. Disamping banyak membantu pejuang Rumah Sakit
Wangaya pada masa ini sangat berperan dalam mencetak tenaga - tenaga perawat
dengan membuka pendidikan juru rawat.
4. Masa pulau Bali sebagai bagian dari Propinsi Sunda Kecil / Nusa Tenggara sampai
Bali berdiri sebagai Propinsi sampai sekarang.

Pada masa ini pelayanan kesehatan sudah mulai berkembang dengan baik,
karena mulainya pemisahan Bali sebagai bagian propinsi Sunda Kecil. Pada Bulan
Maret 1963 waktu meletusnya Gunung Agung pengabdian tenaga perawat Rumah
Sakit Wangaya sangat besar, dimana Ida Bagus Kompiang pemimpin dan mengatur
tenaga perawat untuk bertugas selaku tenaga sukarela membantu korban gunung
meletus.Selama kurun waktu 1921 - 2007 Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
sudah dipimpin oleh 28 Orang Direktur. Dengan terbentuknya Pemerintah Kota
Denpasar pada Tahun 1992 maka Rumah Sakit Wangaya Denpasar dibawah naungan
Pemerintah Kota Denpasar dan Dengan Keputusan Walikota Kota Denpasar Nomor
96 Tahun 2008 tentang Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

B. Gambaran umum Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya

Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya berlokasi strategis di Jalan Kartini no


100 Denpasar. Dipimpin oleh seorang direktur yaitu dr. Setiawati Hartawan,M.Kes.
RSUD Wangaya memiliki luas tanah 23.271 m2 dan luas bangunan 12.063.372 m2.
Terdapat beberapa ruangan di RSUD Wangaya diantaranya 1 buah ruang IRD, 7 buah
ruang rawat inap yaitu ruang angsa untuk penyakit dalam, belibis untuk penyakit
dalam, cendrawasih untuk penyakit dalam, dara untuk nifas, elang untuk ruang bayi,
flamingo untuk bedah,dan kaswari untuk anak. Selain itu juga terdapat beberapa
poliklinik diantaranya poliklinik paru,bedah,kulit dan kelamin,TB DOTS, THT, saraf,
mata, anak, interna, kebidanan dan kandungan, gigi, anastesi, psikiatri. RSUD
Wangaya juga dilengkapi dengan ruangan instalasi rawat inap, instalasi rekam medis,
fisioterapi, apotek, instalasi radiologi, laboratorium, pojok asi, direktorat pelayanan
dan keperawatan,ruang endoscopy, ruang USG, ruang perawatan jenazah, kantin,
IBS, ruang PMI, ruang hemodialisa, instalasi sterilisasi central, dapur, ruang
BINATU, ICU, ruang operasi, laundry, instalasi gizi, incinerator, dan terdapat parkir
yang cukup memadai di depan dan belakang rumah sakit.

C. Gambaran umum ruang cendrawasih


1. Identitas ruangan

Ruangan cendrawasih merupakan ruang rawat inap kelas III khusus untuk
penyakit dalam. Dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang bernama Ns. Wayan
Murtini, S.Kep dan sampai saat ini belum ada wakil kepala ruangan . Terdiri dari 7
ruang rawat inap,1 ruang tindakan keperawatan,1 ruang spolhook,1 ruang perawat
yang terbagi menjadi 1 ruang kepala ruangan,1 dapur dan 1 ruang ganti,1 kamar
mandi. Ruang cendrawasih memiliki kapasitas 28 tempat tidur dan masing-masing
ruangan terdapat 5 tempat tidur. Pasien yang dirawat di ruang cendrawasih umumnya
menderita penyakit dalam,paru dan neuro.

2. Inventaris ruangan

ALAT TENUN
N NAMA JUMLAH N NAMA JUMLAH
O O
1 Sprei 105 10 Baju OK 5
2 Stik laken 105 11 Topi OK 2
3 Selimut lurik 81 12 Sarung OK 5
4 Sarung bantal 92 13 Masker 56
5 Handuk besar 14 14 Taplak meja 9
6 Handuk kecil 13 15 Waslap 36
7 Gorden 52 16 Sarung O2 6

ALAT MEDIS
N NAMA JIMLAH N NAMA JUMLAH
O O
1 Tensi meter 4 9 EKG 1
2 Termometer 5 10 Ambubag 1
3 Reflex hammer 2 11 Gagang mesk 2
4 Tongue spatol 3 12 Termometer digital 1
5 Funduskop kayu 1 13 Pulse oxymeter 1
6 Lampu baca film 1 14 Stetoskop 6
7 Suction 1 15 Bed side monitor 1
8 Nebulizer 1 16 Troli 5

ALAT MEDIS KEPERAWATAN


N NAMA JUMLAH N NAMA JUMLAH
O O
1 Gunting lancip 2 10 Regulator O2 30
2 Pinset anatomi 9 11 Kupet putih sedang 3
3 Kom stenless 5 12 Kupet putih besar 4
4 Kom plastic 4 13 Tromol bundar besar 2
5 Kupet stenless kecil 3 14 Tromol bundar kecil 1
6 Kupet stenless sedang 3 15 Standar infuse 3
7 Kupet stenless besar 4 16 Selang O2 5
8 Kupet putih kecil 2 17 Pispot 7
9 Timbangan BB dewasa 1 18 Urinal 7
10 Bengkok 5
ALAT TULIS KANTOR
NO NAMA JUMLAH NO NAMA JUMLAH
1 Buku kwarto 15 10 Staples 4
2 Buku ekspedisi 10 11 Isi staples 2 kotak
3 Buku folio 25 12 Klip 2 kotak
4 Buku folio 5 13 Lem 3
5 Buku register 4 14 Perporator 3
6 Spidol boardmarker 4 15 Kertas buram 1 rim
7 Spidol permanen 4 16 Karbon 1rim
8 Pensil merah-biru 1 17 Tip-X 2
9 Stempel 4 18 Map bening klip 5
3. Model yang digunakan dalam pembagian tugas perawat
Menurut Marquis dan Huston (1998), Model yang digunakan dalam pembagian tugas
perawat adalah :
a. Model tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda - beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien
perawat ruangan dibagi menjadi 2 - 3 tim atau grup yang terdiri atas tenaga profesional
teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu
1) Kelebihan metode tim
a) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
b) Pasien dilayani secara komprehensif
c) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
d) Tercipta kerja sama yang baik

2) Kekurangan metode tim


a) Perawat yang belum berpengalaman selalu tergantung pada anggota tim yang mampu
b) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
c) Tanggung jawab dalam tim kurang

b. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
1) Kelebihan dari metode perawat primer:
a) Mendorong kemandirian perawat
b) Ada keterikatan pasien dan perawat
c) Model keperawatan professional dapat diterapkan
d) Memberikan kepuasan bagi perawat
2) Kekurangan dari metode perawat primer
a) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan
b) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
c) Biaya relative lebih tinggi dibandingkan metode lain

c. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktik keperawatan profesional adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan.Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia
juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

1) Kelebihan MPKP
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan pada anggota tim
d) Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
e) Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar
f) Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

2) Kekurangan MPKP
a) Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan
waktu
b) Dimana sulit melaksanakannya pada waktu sibuk
c) Akuntabilitas pada tim kurang
d) Beban kerja tinggi
e) Pendelegasian tugas terbatas
f) Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien
tugas

Dari penjelasan tentang model asuhan keperawatan diatas, maka model yang
paling baik untuk diterapkan di rumah sakit adalah model MPKP. Sedangkan model yang
digunakan di Ruang Cendrawasih adalah model Tim karena sebagian besar perawat
berlatar belakang pendidikan D III Keperawatan dan pembagian tugas berdasarkan
shift.Dimana pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.

D. Fasilitas di ruangan cendrawasih

Di ruangan cendrawasih terdapat tujuh ruangan rawat inap dengan kapasitas 28


bed. Masing-masing ruangan terdapat fasilitas yaitu :

1. Pada ruang cendrawasih no 1,2,3,4,5,6,dan 8


Fungsi : Merawat dan memberi asuhan keperawatan kepada pasien.

Fasilitas : - 28 buah tempat tidur

-28 buah meja

- 28 buah kursi

- 28 buah standar infuse

- 28 oksigen central

- 1 buah kamar mandi di masing-masing ruangan

2. Ruang cendrawasih 7

Fungsi : Tempat melakukan tindakan keperawatan dan menyimpan alat-alat medis.

Fasilitas :-1 buah tempat tidur

-1 buah kursi

-3 buah lemari

-5 buah troli

-1 buah alat sterilisasi

-2 buah meja

-Alat-alat medis keperawatan

-1 buah wastafel

-1 buah kamar mandi

3. Dapur

Fungsi : Tempat makan dan menyimpan makanan,

Fasilitas : - Kompor dan perlengkapan dapur lainnya.


4. Ruang spolhook

Fungsi : Tempat laken kotor.

Fasilitas : - Ember untuk laken kotor.

5. Kamar mandi

Fungsi : Keperluan MCK bagi tenaga medis

Fasilitas : - Bak mandi, closet

- Gayung

6. Ruang kepala ruangan

Fungsi : Tempat kepala ruangan

Fasilitas :- 2 buah kursi

-1 buah meja

-1 buah lemari

7. Ruang jaga perawat

Fungsi : Tempat konsultasi tenaga kesehatan dengan pasien

Fasilitas:- Meja

-Kursi

-Rak buku

-AC

-File-file pasien

-Telepon

8. Meja Informasi
Fungsi :Tempat memperoleh infprmasi mengenai ruang cendrawasih

Fasilitas:-Meja

-Kursi

-File-file

E. SDM Keperawatan
1. Jumlah dan kategori pendidikan
Jumlah : 25 Perawat
Kategori pendidikan
- S-1 Keperawatan + ners : 8
- D III Keperawatan : 17

2. Daftar nama perawat di ruang cendrawasih

N Nama Golongan Pendidikan


o
Kepala Ruangan
1 Ns Wayan Murtini,S. Kep III D S I Kep + Ners
Perawat Primer I
2 KD Wirantini, Amd. Kep III A D III Kep
Perawat Associate I
3 Luh Suartini,Amd. Kep II D D III Kep
4 Uhluf Zahrohmatin,Amd. Kep II D D III Kep
5 I Wayan Gede Utama P,Amd Kep HNR D III Kep
6 GA. Ratih Kencani,Amd.Kep HNR D III Kep
Perawat Primer II
7 Ns. I Nyoman Riana,S.Kep III C S I Kep + Ners
Perawat Associate II
8 Putu Eka Ambarawati,Amd. Kep III A D III Kep
9 Ni utu Eka Rasnuari,Amd. Kep II D D III Kep
10 Nurhenita,Amd. Kep III A D III Kep
11 Ns. Herry Suwaja Cahyadi, S.kep HNR S I Kep + Ners
12 Pt. Vina Vitriadewi,Amd. Kep HNR D III Kep
Perawat Primer III
13 Ni Kadek Devi Kumarayanti,Amd. Kep III A D III Kep
Perawat Associate III
14 Ni Komang Sri Martini,Amd. Kep HNR D III Kep
15 Putu Eka Renadi,Amd. Kep II D D III Kep
16 Ns. Putu Ety Priandari,S.Kep HNR S I Kep + Ners
17 Ns. Kadek Tony Suteja,S. Kep HNR S I Kep + Ners
18 AA. Md Yulia Permatasari,Amd. Kep HNR D III Kep
Perawat Primer IV
19 Kt Ayu Sugiantari,Amd. Kep III A D III Kep
Perawat Associate IV
20 Diah Kesmayanti,Amd. Kep II D D III Kep
21 I.A Sri Wulandari,Amd. Kep III A D III Kep
22 Ns. Luh Md Dewi Intan P,S. Kep HNR S I Kep + Ners
23 Ns. I Ketut Kurnia H,S. Kep HNR S I Kep + Ners
24 Ns.I.A Dwijati,S. Kep HNR S I Kep + Ners
25 Ni Wayan Merta Supartini,Amd. Kep III D D III Kep

3. Jadwal rotasi dan shift


Pembagian shif di ruang cendrawasih dibagi menjadi tiga, yaitu :
Pagi : jam 07.30 13.30 dengan jumlah perawat jaga sebanyak 8 perawat.
Siang : jam 13.30 19.30 dengan jumlah perawat jaga sebanyak 4 perawat.
Malam : jam 19.30 07.30 dengan jumlah perawat jaga sebanyak 4 perawat.

F. Peran dan fungsi perawat


a. Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 :
1. Pemberi asuhan keperawatan
Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, dari
yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Advokat
Menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
3. Edukator
Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Koordinator
Mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
Tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peneliti
Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Hampir semua peran perawat sudah dijalankan di ruang cendrawasih namun,
peran perawat sebagai peneliti masih kurang maksimal.

b. Fungsi Perawat
Menurut Kozier (1991) terdapat tiga fungsi perawat dalam melaksanakan
perannya, yaitu:

1. Fungsi Independen
Adalah fungsi yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lainya fungsi ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.

Semua fungsi perawat sudah berjalan dengan baik di ruang cendrawasih.

G. Hasil wawancara antar mahasiswa dan perawat mengenai masalah kesehatan


pasien
Nama Px : Ny. Rampeg
Umur : 80 th
Dx : DM + gangren
Diet : Puasa pra operasi

Ny. Rampeg mengatakan perasaannya sedikit takut karena ia akan dioperasi. Kaki
beliau akan diamputasi karena ganggreng yang semakin parah. Beliau mengatakan
pelayan yang diberikan oleh perawat yang merawatnya sudah bagus. Tidak ada
pembedaan kedudukan. Semua sama rata. Fasilitas di ruangannya pun lengkap
layaknya ruang kelas tiga lainnya.

H. Kompetensi pengukuran Tanda-Tanda Vital


Adalah pengukuran tanda-tanda kehidupan (vital) yang meliputi tekanan darah,
suhu, respirasi, dan denyut nadi dengan menggunakan alat ukur.
Tujuan pengukuran tanda-tanda vital :

- Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.


- Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
- Menilai kemampuan kardiovaskuler
- Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
- Menilai kemampuan fungsi pernapasan
- Mengetahui nilai tekanan darah.
1. Pengukuran tekanan darah
Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai system kardiovas
kular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat di
ukur dengan dua metode yaitu: metode langsung : Metode yang yang
menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan kedalam pembuluh darah yang
dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat
untuk menentukan tekanan darah, tapi memerlukan persyaratan dan keahlian
khusus. Metode tak langsung : metode yang menggunakan sfigmomanometer.
Pengukuran tak langsung ini menggunakan dua cara. Yaitu palpasi yang
mengukur tekanan sistolik dan diastolic dan cara ini memerlukan alat stetoskop.
a. Persiapan alat :
1) Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari:
a. Manometer air raksa + ktep penutup dan pembuka
b. Manset udara
c. Slang karet
d. Pompa udara dari karet dan sekrup pembuka dan penutup
2) Stetoskop
3) Handskun dan masker
4) Buku catatan tanda vital
5) Pena

a. Prosedur Kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun dan masker
4) Atur posisi klien
5) Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang
6) Lengan baju dilipat ke atas
7) Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun longgar)
8) Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra
9) Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
10) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
11) Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam
12) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
13) Catat hasil
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2. Pengukuran suhu (aksila)


Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan
menunjukan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian
disebakan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventinasi dan lain-lain.

a. Persiapan alat
1) Thermometer
2) Tiga buah botol
a) Botol pertama berisi larutan sabun
b) Botol kedua berisi larutan desinfektan
c) Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok
4) Tissue
5) Buku catatan suhu
6) Handskun dan masker

b. Prosedur kerja
1) Jelas prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun
4) Atur posisi klien
5) Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisu.
6) Turunkan thermometer dibawah suhu 34 - 35 c.
7) Letakkan thermometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi di atas dada.
8) Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya.
9) Catat hasil.
10) Bersihkan thermometer dengan kertas tisu.
11) Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
12) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

3. Pengukuran respirasi
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam basa.
Tujuan Tindakan :
-Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
-Menilai kemampuan fungsi penapasan
a. Persiapan alat
1) Arloji atau stopwatch
2) Handskun dan masker
3) Buku catatan
4) Pena

b. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Gunakan handskun dan masker
4) Atur posisi pasien
5) Hitung frekuensi dan irama pernapasan
6) Catat hasil
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

4. Pengukuran denyut nadi


Nilai denyut nadi merupakan indicator untuk menilai sistem kardi
ovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan
(palpasi) ataua dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana
maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri berakhialis pada siku bagian dalam, arteri
karotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan
pada arteri frontalis pada bayi.
Tujuan Tindakan :
- Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi dan kekuatan)
- Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler.

a. Persiapan alat
1) Arloji atau stopwatch
2) Buku catatan
3) Pena

b. Prosedur kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi klien
4) Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
5) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6) Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, tulunjuk,
jari tengah dan jari manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama,
dan kekuatan denyutan
7) Catat hasil
8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Hasil observasi tindakan keperawata vital sign

A. Persiapan alat
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
3. Thermometer
4. Buku catatan
5. Pena
6. Masker
7. Arloji
Ket : Perawat tidak menyiapkan alat sesuai dengan SOP
B. Prosedur kerja
Dalam pemeriksaan vital sign perawat hanya mengukur suhu dan tekanan darah
dengan prosedur :
1. Pengukuran suhu
a. Gunakan masker
b. Atur posisi klien
c. Tentukan letak aksila
d. Turunkan thermometer dibawah suhu 34 - 35C
e. Letakkan thermometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi di atas dada.
f. Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya.
g. Catat hasil.
h. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2. Pengukuran tekanan darah


a. Gunakan masker
b. Atur posisi klien
c. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang
d. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun longgar)
e. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
f. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba
g. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam
h. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali
i. Catat hasil
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
I. Kelebihan dan kekurangan tindakan keperawatan
1. Kelebihan
Penerapan 3S (senyum, sapa, salam) yang optimal
2. Kekurangan
a. Perawat tidak membawa alat sesuai dengan SOP saat pengukuran suhu,
seperti : tissue, larutan pembersih, bengkok dan handskun saat melakukan
tindakan
b. Tindakan yang dilakukan oleh perawat saat pengukuran suhu tidak mengikuti
prosedur. Perawat tidak menjelaskan prosedur kepada pasien sebelum
melakukan tindakan, tidak mencuci tangan, tidak menggunakan handskun,
tidak membersihkan daerah aksila dengan tissue, tidak membersihkan
thermometer dengan tissue dan mencucinya dengan air sabun, desinfektan,
membilasnya dengan air bersih dan mengeringkannya setelah dicuci.
c. Perawat tidak membawa handskun saat pengukuran tekanan darah.
d. Tindakan yang dilakukan oleh perawat saat pengukuran tekanan darah tidak
mengikuti prosedur. Perawat tidak menjelaskan prosedur kepada pasien, tidak
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, tidak menggunakan handskun
dan tidak melipat lengan baju pasien sebelum memasang manset.

J. Pesan dan kesan kepala ruangan terhadap mahasiswa


1. Pesan
a. Jangan ragu bertanya
b. Tingkatkan rasa percaya diri
c. Murah senyum
2. Kesan
a. Mahasiswa masih malu untuk bertanya mengenai tugas yang diberikan
b. Mahasiswa masih terkesan takut berbicara dengan tenaga kesehatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari laporan hasil observasi kami adalah ruang cendrawasih adalah
ruangan kelas tiga untuk pasien yang menderita penyakit dalam yang terdiri dari tujuh
ruang perawatan dengan kapasitas pasien dua puluh delapan orang dengan jumlah tenaga
keperawatan sebanyak dua puluh lima orang yang dibagi menjadi satu kepala ruangan,
empat perawat primer, dan dua puluh perawat associate.
B. Saran
Sebaiknya mahasiswa menggunakan program orientasi untuk memudahkannya
untuk beradaptasi dan mengetahui fasilitas apa saya yang ada di ruangan yang
diobservasi agar nantinya dapat memahami tindakan keperawatan yang lakukan oleh
perawat.

Anda mungkin juga menyukai