Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PENYAKIT AMENOREA

A. Definisi
Amenorea (A [bahasa Yunani yang berarti Negatif], men [bulan atau rembulan], rohia
[aliran] ) adalah gejala yang lazim dari berbagai jenis keadaan patofisiologik. Amenorea
biasanya terjadi apabila perubahan yang dinamis dan berirama yang terjadi pada system
endocrine reproduktif tidak diinisiasikan atau dihentikan oleh perubahan anatomic,
genetic, atau fungsional.
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan
setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia
18 tahun keatas, sedangkan amenorea sekunder penderita pernah mendapatkan
menstruasi, tetapi kemudian tidak menstruasi lagi.
Amenorea Hipotalamus Fungsional adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tidak
adanya menstruasi karena penindasan dari sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium, di mana
tidak ada penyakit anatomis atau organik diidentifikasi. Remaja atau wanita muda dengan
kondisi ini biasanya hadir dengan amenore durasi 6 bulan atau lebih. Pada remaja, kondisi
ini mungkin sulit untuk membedakan dari ketidakmatangan poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium selama tahun-tahun postmenarchal awal. Namun siklus menstruasi pada remaja
biasanya tidak lebih dari 45 hari, bahkan selama postmenarchal tahun pertama
menstruasi.
Tiga jenis penyebab utama amenore hipotalamus fungsional yang telah diakui, terkait
dengan stres, penurunan berat badan dan exercise. Terlepas dari pemicu spesifik, amenore
hipotalamus fungsional ditandai dengan penekanan Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH) pulsatility. Tetapi wanita yang kurus atau berat badan normal mungkin akan
terkena, tetapi dalam banyak kasus, semua tiga faktor yang hadir. Terlepas dari pemicu
spesifik, amenore hipotalamus fungsional ditandai dengan penekanan Gonadotropin-
Releasing Hormone (GnRH) pulsatility.
B. Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak mencukupi
untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya
sedikit.
3. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
4. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
5. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
6. Endometrium tidak bereaksi
7. Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar
dan ginjal.
Untuk membedakan kedua bentuk amenorea primer atau sekunder,diperhatikan
kelainan anatomis. Pada beberapa keadaan amenorea primer atau sekunder mempunyai
sebab yang sama, sehingga perlu dasar yang pasti. Dikemukankan gambaran sebab
amenorea primer dan sekunder sebagai berikut:

Primer amenorea Sekunder amenorea

Hipothalamus atau Pituitary gland.

 Gangguan pengeluaran GnRH  Kehamilan,laktasi dan pos


 Gangguan siklus HPO. menopause.
 Hiperestrogen,hiper-
 Hipothalamus dan Pituitary gland.
androgen anovulasi  Defisiensi sekresi GnRH.
 Stres berat psikologis,fisik dan
menahun.
 Poli kistik sindroma. nutrisi.
 Ovarium.  Penyakit sistemik.
 Hipergonadotropin ame-  Gangguan siklus HPO.
 Hiperestrogenik,hiperandrogenik
norea karena gonad
anovulasi menahun.
disgenesis.
 Poli kistik ovarii sindroma.
Uterus dan vagina.  Pituitary gland
 Hiperprolaktenemia.
 Tidak terbentuk sama sekali  Ovariumnya .
 Mayer-Rokitansky-Kusner  Hipergonadotropin amenorea
Hauser sindroma. karena ovarium premature.
 Androgen intensif.  Uterus
 Obstruksi.  Tekanan obat terhadap
 Imperorasi himen endometrium seperti oral
kontrasepsi atau suntikannya.

C. Epidemiologi
Tidak ada bukti menunjukkan bahwa prevalensi amenorea bervariasi menurut asal-
usul kebangsaan atau kelompok etnis. Namun, faktor lingkungan setempat yang
berhubungan dengan gizi dan prevalensi penyakit kronis berpengaruh. Misalnya, usia
menstruasi pertama (menarche) bervariasi tergantung lokasi geografis, seperti yang
ditunjukkan oleh sebuah studi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang
membandingkan 11 negara, melaporkan rata-rata usia menarche dari 13-16 tahun.
Data terbaru adanya peningkatan tingkat obesitas di seluruh dunia juga berkontribusi
untuk onset menarche yang lebih awal dan meningkatan prevalensi gangguan menstruasi
terkait obesitas, terutama di daerah di mana obesitas lebih dominan. Paparan lingkungan,
yaitu hormonally active endocrine disruptors dapat juga meningkatkan gangguan haid
dan gangguan reproduksi di daerah endemik.
Amenorea primer menunjukkan suatu kelainan medis yang bermakna disebabkan oleh
genetik, anatomik, atau endokrin yang mempunyai prevalensi 1-2 % . Hal ini terjadi pada
usia 14 tahun dengan tidak adanya pertumbuhan tanda-tanda kelamin sekunder atau pada
usia 16 tahun yang telah tampak tanda-tanda kelamin sekunder, atau tidak haid selama 3
tahun setelah thelarche. Sedangkan angka kejadian amenorea sekunder berkisar antara 1 –
5%. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi dan lain-lain.

D. Klasifikasi
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi
dan sesudah menopause.
2. Amenorrhea Patologik
a. Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetik.
b. Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress
psikologis.

E. Manifestasi Klinis
Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya menstruasi pada usia 16 tahun, dengan
atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan
rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi
padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung
dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.
Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala yang ada adalah
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan
bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan pembesaran perut.
Jika penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung
yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :
1. Pernah mengalami menstruasi.
2. Tidak mengalami menstruasi selama 6 bulan atau lebih.
3. Sakit kepala.
4. Peningkatan atau penurunan berat badan.
5. Vagina kering.
6. Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan (disebabkan oleh tumor pituitari).

F. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa
tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan
oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea
primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (disgenesis gonad).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan
kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan
kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan
bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone
dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.

G. Pathway
Terlampir

H. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah
tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan
terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone
seperti osteoporosis.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder
maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan
dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi, histeroskopi dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan
seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah
kemungkinan kehamilan disingkirkan.
Pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hormone
prolaktin dalam tubuh.

J. Penatalaksanaan
Penanganan amenorea lebih ditujukan pada penyebab utama, bukan pada amenorea-
nya sendiri. Dengan memperbaiki keadaan yang menyebabkan amenorea, maka
diharapkan si wanita tersebut kembali mendapatkan haid secara lancar dan teratur.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorea yang dialami, apabila
penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk
mengatasi stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan
bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Identitas pasien
nama, umur, berat badan, jenis kelamin,alamat rumah, suku bangsa,
agama dan nama suami
b. Keluhan utama
pasien biasanya mengeluh tidak mendapat siklus haid
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penyakit sekarang meliputi sejak kapan timbul keluhan dan upaya yang
harus dilakukan
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit
yang pernah di derita oleh pasien maupun. Apakah dalam keluarga pernah
mempunyai riwayat keturunan atau pernah menderita penyakit kronis
sehingga harus dirawat di rumah sakit
2. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan sejak kanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat
pertama kali mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut
kemaluan. Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan
saudara wanita) mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama,
informasi tentang banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode
menstruasi terakhir, juga perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis
yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan juga penting untuk
ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan
narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah & sekolah dan kelainan psikisnya juga
penting untuk dianyakan.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
b. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan).
c. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
d. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
e. Mulut dan Gigi
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
f. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan
ada.
g. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
h. Paru
1) Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
4) Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya
seperti stridor dan ronchi.

i) Jantung
1) Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
2) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
3) Perkusi
Suara dullness
4) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
j) Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
3) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4) Auskultasi
Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

• Cervix : Periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan mukosa vagina


dan sekresi mukus. Adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang
diproduksi oleh ovarium. Kekurangan mukus dan keringnya vagina adalah
tanda bahwa tidak adanya estradiol yang sedang diproduksi.

n) Kulit
Tidak terdapat erytema
o) Ekstermitas
Kekuatan otot, adanya oedema atau tidak, suhu akral, dan ROM.

4. Pola-pola fungsi kesehatan


1) Pola Persepsi Managemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /
penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah miksi (oliguria, dysuria,dll ), penggunaan
kateter, frekuensi defekasi dan miksi,karakteristik urin dan feses, pola
input cairan, infeksi saluran kemih, masalah bau badan, aspirasi berlebih
dll.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.latihan gerak dalam keadaan sehat dan sakit, kemampuan menata
diri ( ADL ), kekuatan otot ( ROM ).
5) Pola Kognitif Perseptual
Fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya
terhadap tubuh. Kemampuan daya ingat,kemampuan orientasi klien
terhadap waktu, tempat, dan nama, tingkat pendidikan , persepsi nyeri ( 0-
10 ), tingkat kesadaran, pemakaian alat bantu pendengaran, kehilangan
bagian tubuh atau fungsinya, orientasi pasien.
6) Pola Istirahat dan Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energy. Jumlah
jam tidur, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaaan
obat, mengeluh letih.
7) Pola Konsep Diri Persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan. Kemampuan konsep diri ( gambaran diri, harga diri, peran,
identitas dan ide diri sendiri). Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian
terhadap diri, dampak sakit terhadap diri, kontak mata,asersif atau passive,
isyarat non verbal, ekpresi wajah, merasa tak berdaya, gugup/relaxs.
8) Pola Peran dan Hubungan
Hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat
tempat tinggal klien. Pekerjaaan, tempat tinggal, tingkah laku yang
passive/asertif terhadap orang lain, masalah keuangan.
9) Pola Reproduksi/seksual
Riwayat haid dan pemeriksaan genital
10) Pola Pertahanan Diri ( Coping Toleransi Stres )
Kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan system pendukung,
penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang terdekat,
menangis, kontak mata,metode koping yang biasa digunakan efek penyakit
terhadap stress.
11) Pola keyakinan dan Nilai
Pola nilai , keyakinan terhadap spiritual,agama,budaya,melaksanakan nilai
keyakinan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan, perseptual,
dan penyakit
3. Harga diri rendah situasional berhubungkan dengan gangguan fungsional (amenorrhea
primer)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya (amenorrhea)

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk menentikan
berhubungan asuhan keperawatan kecemasan : ringan, tindakan
dengan status selama .. x 24 jam sedang, berat, panic selanjutnya
kesehatan cemas pasien dapat 2. Berikan 2. Membantu
teratasi dengan kenyamanan dan menenangkan
kriteria hasil : ketentraman hati pasien
· Cemas berkurang 3. Beri dorongan pada 3. Membantu pasien
· Tidak pasien untuk mengetahui
menunjukan mengungkapkan penyebab
perilaku agresif pikiran dan cemasnya
perasaan untuk
mengeksternalisasik
an kecemasan
4. Anjurkan distraksi 4. Membantu pasien
seperti nonton tv, melupakan atau
dengarkan radio, memfokuskan
permainan untuk pikiran ke hal lain
mengurangi
kecemasan.
5. Singkirkan 5. Untuk mencegah
stimulasi yang hiperstimulasi
berlebihan

Gangguan citra Setelah diberikan 1. Gunakan 1. Untuk membina


tubuh asuhan keperawatan pendekatan yang hubungan saling
berhubungan selama .. x 24 jam menenangkan percaya
pasien diharapkan 2. Berikan informasi 2. Untuk
dengan biofisik,
tidak factual mengenai menumbuhkan
tahap
mengalamigangguan diagnosis, tindakan rasa saling
perkembangan,
citra tubuh dengan prognosis percaya
perseptual, dan
kriteria hasil : 3. Dengarkan dengan 3. Membuat pasien
penyakit  Mengidentifi penuh perhatian merasa dihargai
kasi dan
mengungkapkan 4. Identifikasi tingkat 4. Untuk
gejala cemas kecemasan menentukan
 Mengungkap kemungkinan
kan tehnik
mengontrol cemas terjadi gangguan
citra diri

Harga diri Setelah diberikan 1. Tetapkan 1. Untik membina


rendah asuhan keperawatan hubungan saling hubungan yang
situasional selama .. x 24 jam percaya perawat harmonis
pasien diharapkan dan pasien
berhubungkan
tidak mengalami 2. Cipakan batasan 2. Menjaga perasaan
dengan
harga diri rendah terhadap klien
gangguan
dengan kriteria pengungkapan
fungsional
hasil : negative
(amenorrhea
· Mengungkapkan 3. Bantu untuk 3. Membantu pasien
primer) penerimaan diri mengidentifikasi menemukan aspek
secara verbal respon positif positif pada
terhadap orang lain dirinya
4. Bantu penyusunan 4. Membantu pasien
tujuan yang menemukan atau
realitas untuk meningkatkan rasa
mencapai harga percaya dirinya
diri yang tinggi 5. Memberikan
5. Berikan perasaan dihargai
penghargaan dan karena telah
pujian terhadap melakukan
pengembangan sesuatu
pasien dalam
pencapaian tujuan
Defisit Setelah dilakukan 1. Mengkaji tingkat 1. Menggali tingkat
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan pengetahuan
berhubungan selama .. x 24 jam pasien tentang pasien
dengan kurang pasien mampu penyakit yang
informasi yang menjelaskan dideritanya
didapat tentang penyakit dan mampu 2. Memberikan 2. Menerapkan
penyakitnya mengenal pengajaran sesuai metode yang
(amenorrhea) penyakitnya dengan dengan tingkat efektif dalam
kriteria hasil : pemahaman pasien komunikasi yang
· pasien mengetahui digunakan pada
tentang pasien
penyakitnya 3. Memberikan 3. Mempertahankan
informasi dari kepercayaan
sumber-sumber pasien kepada
yang akurat dan konselor
dapat
dipertanggungjawa
bkan

D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan implementasi
E. Evaluasi
1. Dx 1
a. Cemas berkurang
b. Tidak menunjukan perilaku agresif
2. Dx 2

a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


b. Mengungkapkan tehnik mengontrol cemas
3. Dx 3
a. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
4. Dx 4
a. pasien mengetahui tentang penyakitnya

Pathway

Kelainan
Kegagalan fungsi Penyakit, Stress, Obat-
genetik
hipotalamus-hipofisis obatan

Hipogonadotropin Tertikular Disgenesis gonad Siklus menstruasi


feminization terganggu
FSH & LH
menurun Ovarium gagal
Tidak Testis Amenore sekunder
berkembang
Ovarium tidak punya menggantikan
Tidak terjadi
teransang uterus ovarium Ovarium berupa
menstruasi
Estrogen & Tidak dapat jaringan pengikat
progesterone tidak mengalami Defisit
dihasilkan menstruasi Pengetahuan
Tidak terjadi Amenore Primer Ansietas
siklus
menstruasi Harga diri rendah
Gangguan citra situasional
diri

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 2015. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.
Galle, Danielle. Charette, Jane.2016. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai