Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi
(kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
b. Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung kehamilan berkembang di dalam rahim,
namun kantung kosong dan tidak mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio berhenti
berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap. Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa
embrio.
c. Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim,
tetapi embrio tidak berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak embrio itu sendiri.
d. Blighted ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang
dihasilkan berhenti berkembang sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)
e. Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel ke dinding uterus,
tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu
sendiri. Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama sebelum wanita tersebut mengetahui tentang
kehamilannya.
2. Etiologi
a.
b.
Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas seltelur yang tidak bagus).
Blighted ovum merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester pertama dan biasanya merupakan
akibat dari masalah kromosom. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak
mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat
disebabkan oleh pembelahan sel abnormal, atau kualitas sperma yang buruk atau telur.
c.
Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted
ovum.
d.
Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted ovum.
e.
Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit
kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol pada ibu hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan
kosong.
f.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma.
Tubuh ibu mengenali adanya kromosom yang abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk
tidak melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal yang sehat. Hal ini
dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau telur yang kurang baik. Infeksi
TORCH dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta
HCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko
juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
3. Patogenensis
Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai
penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang
sama sekali. Hasil konsepsi ini akantetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan
mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam
rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone
HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan
otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif.
Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human
chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan
4. Manifestasi Klinis
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
a. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
b. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
c. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
d. Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
e.
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :
Periode menstruasi terlambat
Kram perut
Minor vagina atau bercak perdarahan
Tes kehamilan positif pada saat gejala
Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan
Hampir sama dengan kehamilan normal
Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang
lambat)
8)
Tidak sengaja ditemukan dengan USG
5. Diagnosa
a.
b.
c.
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan penunjang (USG) Diagnosis kehamilanan embrionik bisa dilakukan saat
kehamilan memasuki usia 6-7minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter
sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi
janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30
mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang wanita baru dapat
diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Karena gejalanya yang
tidak spesifik, makabiasanya blighted ovum baru ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimanamuncul
keluhan perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil,dapat disebabkan hamil anggur (mola
hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.
6. Penatalaksanaan
Jika telah di diagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim
(kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya .
Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat
dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Lebih penting adalah trauma mental untuk
pasangan. Hal ini membutuhkan konseling dan meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik
untuk menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu menunggu sangat lama.Umumnya
sel telur blighted adalah kejadian acak dan kemungkinan pengulangan cukup kurang.
7. Pencegahan
a.
Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika
dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali,
dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.
b.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti
pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu,
dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan
kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup
sehat.
B. KONSEPASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Tanggal
Pengkajian Jam
: jam dilakukan
Pengkajian Tempat
A.
1)
: tanggal dilakukan
: tempat dilakukan poengkajian
Data Subyektif
Biodata
Nama Istri / Suami
memberikan asuhan
Pendidikan
kunjungan rumah.
2)
Keluhan Utama
Apa yang dikeluhkan pasien saat pengkajian :
Pada kasus blighted ovum kemungkinan mengalami kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.
Keluhan padaTrimester I
: Chloasma gravidarum, mual dan muntah (akan hilang pada kehamilan 1214 minggu) sering kencing, pusing, ngidam, obstipasi.
3)
4)
5)
ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu
sehingga mempengaruhi masa kehamilan.
6)
Riwayat Pernikahan
Menikah
:
Umur pertama menikah :
Lama menikah
:
kali
tahun
tahun
Ditanyakan kawin berapa kali, umur/ lama perkawinan, jarak perkawinan dengan kehamilan, perkawinan pada
masyarakat pedesaan sering terjadi pada usia muda,yaitu sekitar usia menarche resiko melahirkan BBLR sekitar 2
kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Semua ini akan
menyebabkan kebanyakan wanita di negara berkembang mempunyai TB yang pendek.
7)
Riwayat Menstruasi
Ditanyakan kapan pertama kali klien mendapat haid (menarche), apakah haidnya teratur atau tidak, berapa hari siklus
haidnya, berapa lama haidnya, berapa banyak darah haid yang keluar selama haid, bagaimana warna darah haidnya,
bagaimanabaunya dan konsistensinya. Juga ditanyakan keluhan apa saja yang dialami klien saathaid. Apakah
dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah klien saat haid, apakah dismenorhoe, bila ya, kapan : apakah klien pernah
mengalami flour albus, bila ya kapan, bagaimana warna flour albus, apakah berbau atau gatal, bagaimana konsistensinya
dan jumlahnya. Menarche sekitar umur 13-16 tahun Siklus 28-30 hari Lama 3-5 hari Jumlah + 50 cc.
8)
dapatmenyebabkan anemia. Frekuensi ibu ANC ditangani oleh tenaga kesehatan, obat atau vitamin yang dikonsumsi ibu
saat hamil
Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7 minggu.
Persalinan
Ibu melahirkan tanggal dan jam berapa, pada usia kehamilan berapa, dimana,ditolong oleh siapa, jenis kelamin anaknya,
berat dan panjangnya, spontan ataut indakan, anak lahir langsung menangis atau tidak, adakah penyulit selama proses
persalinan seperti inersia uteri, tetania uteri, perdarahan atau KPD
Nifas
Bagaimana keadaan nifas ibu saat ini, apakah ibu mengalami demam atauperdarahan, apakah ibu menyusui bayinya
10) Riwayat KB
Ditanyakan apakah klien pernah ikut KB atau tidak, jenis atau metode KB apa yang digunakan, berapa lama
menggunakan menggunakan metode KB dari apakah klien mengalami efek samping akibat KB tersebut, bila iya, efek
samping apa yang dialami, apa yang dilakukan klien terhadap efek samping tersebut, apa rencana KB klien setelah
melahirkan
11) Pola Kebiasaan Sehari-hari selama Hamil.
a. Pola Nutrisi
Sebelum Hamil
: Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja menunya,
serta adakah tambahan makanan selain nasi.
Selama hamil
: Berapa kali ibu makan dalam sehari, bagaimana porsi makannya, dan apa saja
menunya, serta adakah tambahan makanan selain nasi. Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamiladalah
300 kalori per hari, dengan komposisi menu seimbang (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral,
air)
b.
Pola Eliminasi
Sebelum hamil
BAB
:
: Berapa kali sehari, warna tinjanya apa, konsistensinyalunak atau keras, ada keluhan atau tidak
c.
d.
e.
Pola Aktifitas
Sebelum hamil
Saat hamil
Pola Istirahat/Tidur
Sebelum hamil
Saat hamil
: Bagaimana ibu menjaga hygiennya, ibu mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa
: Tidak boleh mencapai 140/90 mmHg, perubahan 30 sistole dan 15 diastole diatas tekanan darah
: 80-100 x/menit.
Suhu
: 36,5-37,5
RR
e.
dan Wajah
: 16-20 x/menit.-
Berat badan
Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan yang berlebih, perlu
f.
diperkirakan adanya resiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, atau bayi besar.
Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko untuk ibu hamil/bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145
g.
h.
i.
: Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis.
ara
: Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum
atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen
abdomene.
: Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata, pembesaran
kelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Intoleransi aktifitas
b.d. kelemahan
umum
Rencana Tindakan
Rasiona
Tujuan
Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan
1.
Monitor vital sign sebelum 1. Mengetahui perub
dan sesudah latihan dan lihat aktifitas yang terjad
tindakan keperawatan
pasien
selama 3x24 jam, masalah respon pasien saat latihan
2.
Monitor lokasi
keperawatan intoleransi
ketidaknyamanan / nyeri
aktifitas teratasi dengan
selama gerakan atau aktifitas 2. Mengetahui faktor
indikator:
3.
Kaji kemampuan pasien
intoleransi aktifitas
1.
Klien mampu
dalam aktifitas
menentukan interve
Latih pasien dalam
tepat
menunjukkan kemampuan4.
pemenuhan
kebutuhan
ADL
3.
Mengetahui sejauh
berpindah
secara mandiri sesuai
batasan aktifitas pas
2.
Klien menunjukkan
kebutuhan
4.
Mengoptimalkan ke
kemampuan ambulasi :
5.
Dampingi dan bantu pasien pasien dalam aktifit
berjalan/kursi roda
saat mobilisasi dan bantu
3. Tidak terdapat adanya
pemenuhan kebutuhan ADL
tanda dan gejala gangguan6.
Berikan alat bantu bila
5. Memberikan rasa a
sirkulasi akibat aktifitas
pasien membutuhkan
pasien saat melakuk
yang terbatas
7. Ajarkan bagaimana
dan meningkatkan r
merubah posisi dan berikan
diri pasien
bantuan bila diperlukan
6. Menurunkan resiko
cidera
7. Menghindari terjad
No
2.
Diagnosa
Keperawatan
Ansietas b.d.
perubahan status
kesehatan
Rencana Tindakan
Rasiona
Tujuan
Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan1.
Gunakan pendekatan yang 1. Membina hubunga
menyenangkan
percaya guna mend
keperawatan selama 2x24
informasi adekuat
jam, masalah keperawatan
dibutuhkan perawa
2.
Pahami perspektif pasien 2. Penilaian seseoran
cemas teratasi dengan
terhadap stress
stres dan mekanism
indikator:
kopingnya tidak se
3. Temani pasien untuk
3. Faktor dukungan m
1. Klien menunjukkan
memberikan kemanan
membuat pasien m
kecemasan berkurang
dan menurunkan k
2. Secara verbal klien
4.
Berikan informasi adekuat 4. Informasi adekuat
mengenai diagnosis, tindakan membuat pasien ik
mengatakan cemas dapat
dan prognosis
berpartisipasi dalam
teratasi pada level yang
keperawatan dan m
tingkat kecemasan
dapat ditangani oleh pasien
5.
Dorong keluarga untuk
5. Menghindari peril
sendiri
menemani pasien
sosial karena fakto
kondisi tubuh dan
dan meningkatkan
6.
Bantu pasien mengenali
pasien
situasi yang menimbulkan 6. Pengetahuan yang
kecemasan
sehingga pasien m
memilih mekanism
7.
Instruksikan pasien
yang tepat terhadap
menggunakan teknik
7. Relaksasi pikiran
relaksasi
menstimulasi rang
agar menjadi tenan
No
3.
Rencana Tindakan
Diagnosa
Rasion
Keperawatan
Tujuan
Intervensi Keperawatan
Risiko infeksi b.d
Setelah dilakukan tindakan1.
Bersihkan lingkungan atau 1.
Mencegah inva
prosedur pembedahan
alat-alat setelah dipakai oleh
sekitar lingkunga
keperawatan selama 3x24
(kuretase)
pasien
jam, masalah keperawatan2.
Instruksikan pengunjung
2. Mencegah terja
untuk mencuci tangan sebelum penyebaran infek
risiko infeksi teratasi
dan sesudah menengok pasien
nosokomial
dengan indikator:
3.
Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan 3. Mencegah terja
1. Tidak didapatkan tanda
penyebaran bakte
terjadinya infeksi
4.
Gunakan universal
pasien maupun p
2. Tidak didapatkan fatigue
precaution / APD selama
4. Sebagai standar
kontak dengan kulit yang luka tindakan dan men
kronis
5. Tingkatkan intake nutrisi dan invasi bakteri
3. Temperatur badan sesuai
cairan
5. Nutrisi adekuat
yang diharapkan dengan 6.
Observasi dan laporkan tanda meningkatkan ke
dan gejala infeksi seperti
luka lebih efektif
interval 36,5C 37,5C
kemerahan, panas, dan nyeri 6. Acuan interven
7.
Kaji temperatur tiap 4 jam
tepat bagi kondis
mencegah kepara
8.
Pastikan teknik perawatan 7. Mengetahui po
luka yang tepat
metabolik
9. Anjurkan pasien istirahat
8. Mencegah infek
adekuat
pada luka pada p
9. Proses istirahat
10. Kolaborasi dengan dokter
akan membantu p
untuk pemberian antibiotik
regenerasi jaring
tubuh
10. Tahap penangana
dan menurunkan
penyebaran infek
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho
Definisi
Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada
kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.
Blighted Ovum (BO) Kehamilan Kosong adalah gejala dimana rahim/kandungan ibu
membesar seperti orang hamil walaupun di dalam rahim tersebut tidak terdapat janin sama
sekali.
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi
di dalam kandungan. Seperti kehamilan pada umumnya, ibu yang mengalami kehamilan kosong
ini juga mengalami terlambat menstruasi, mual dan muntah diawal kehamilan serta terjadi
pembesaran perut. Selain itu juga saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif.
2.
Etiologi
a.
Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas sel telur
b.
Patogenesis
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan
hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam
di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana
hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan
munculnya
gejala-gejala
kehamilan
seperti
mual,
menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin)
yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.
Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan blighted ovum. Seorang
wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah melakukan pemeriksaan
USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia
6-7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter
sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang
kosong dan tidak berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru ditemukan
setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan. Selain blighted
ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa),
tumor rahim atau penyakit usus.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel
telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes
mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti
adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Resiko juga meningkat
bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan
hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa
penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati
sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan
pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila
Manifestasi Klinis
a.
b.
c.
Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7
minggu.
5.
Pencegahan
a.
Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus
b.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin yang
berkembang dalam rahim
7.
Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
Identitas klien meliputi : nama, uumr, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, status perkawinan
Data umum kesehatan meliputi: tinggi badab, berat badan, masalah kesehatan khusus, obatobatan.
Perdarahan, haid terakhir dan pola siklus haid
b.
c.
Pemeriksaan genikologi
Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakan dari
dinding vagina atau dari jaringan servik.
d.
e.
Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus, tantukan juga apakah
satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium dengan mudah atau tidak.
8.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.