Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI KRONIK

Di Susun Oleh:

Rizkia Halimatusyadiyah (113119032)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana pada umumnya mempunyai tekana
darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah lebih
dari atau sama dengan 90 mmHg. Batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg.
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan. Hipertensi
kronis adalah penyakit hipertensi yang menetap dengan penyebab apa pun dan
sudah diderita sebelum kehamilan atau timbul sebelum minggu ke-20 tanpa
adanya mola hidatidosa atau perubahan molar yang luas atau hipertensi yang
menetap selama 6 minggu postpartum.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Hipertensi Esensial
Wanita hamil yang mengalami hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala
lain kecuali hipertensi. Hipertensi esensial jinak paling banyak dijumpai
dengan tekanan darah sekitar 140/90 sampai 160/100. Hipertensi jarang
berubah menjadi ganas secara mendadak hingga mencapai sistolik 200
mmHg atau lebih. Gejala-gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis,
perdarahan otak, dan penyakit ginjal baru timbul dalam waktu lama dan
penyakit terus berlanjut.
2. Hipertensi Sekunder/renal
Berbagai faktor dihubungkan dengan hipertensi esensial, akan tetapi belum
terdapat keterangan pasti yang dapat menjelaskan penyebabnya.
3. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria. Hipertensi dalam kehamilan (hipertensi gestasional) didefinisikan
sebagai kenaikan tekanan darah yang timbul pada paruh kedua masa
kehamilan atau dalam waktu 24 jam setelah persalinan. Kenaikan tekanan
darah ini tidak disertai dengan tanda-tanda lain preeklamsi atau hipertensi
kronis yang mendasarinya dan bisa sembuh dalam waktu 10 hari setelah
persalinan
4. Hipertensi (kronis) yang timbul bersamaan
Semua hipertensi kronis dengan penyebab apa pun, akan memudahkan
timbulnya superimposed preeclampsia atau superimposed eclampsia.
Kelainan ini sering menimbulkan permasalahan yang sulit dalam menegakan
diagnosis dan menentukan penatalaksanaan pada wanita yang tidak
mengikuti perawatan antenatal hingga paruh-kedua masa kehamilan.
Diagnosis hipertensi kronis/hipertensi yang timbul bersamaan, ditunjukkan
oleh keadaan berikut ini: (1) hipertensi (140/90 mmHg atau lebih) sebelum
masa kehamilan, (2) hipertensi yang diketahui sebelum minggu ke-20
kehamilan (kecuali terdapat penyakit trofoblas), atau (3) tambahan yang
mendukung dignosis adalah riwayat multiparitas dan hipertensi yang
mempersulit kehamilan sebelumnya yang bukan kehamilan pertama.

C. ETIOLOGI
1. Keluarga dengan riwayat hipertensi
2. Pemsukan sodium berlebih
3. Konsumsi kalori berlebih
4. Kurangnya aktifitas fisik
5. Pemasukan alkohol berlebih
6. Rendahnya pemasukan potassium
7. Lingkungan
8. Penggunaan estrogen
9. Penyakit ginjal
10. Hipertensi vaskuler renal
11. Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dll.

D. MANIFESTASI KLINIS
Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target sepertu pada ginjal, mata, otak
dan jantung. Gejalanya adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migren,
marah, telinga berdengung, mimisan, sukar tidur dan sesak nafas, rasa berat dit
tengkuk, mata berkunag-kunang.
Gangguan serebral akibat hipertensi dapat berupa kejang, atau gejala- gejala
akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan
kesadaran bahkan sampai koma. Apabila gejala tersebut timbul,
merupakanpertanda tekanan darah perlu segera diturunkan.

E. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah dipengaruhi curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua
faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah. Secara mudah tekanan darah dapat dituliskan
dengan formulasi sebagai berikut :
Tekanan darah = Curah jantung X Tahanan perifer
Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah
dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan, akan tetapi karena tekanan atrium
kanan mendekati nol, nilai tersebut tidak mempunyai pengaruh

F. PATHWAYS
IBU HAMIL

Pola hidup tidak Stress atau emosi Plasenta


sehat (makanan
berlemak,alkohol)

Menumpuk di Sistem saraf simpatis Menghasilkan


dinding pembuluh progesteron
darah

Merangsang Diuretik ringan


pembuluh darah
Kelenjar adrenal Ekskresi Na +

Pengeluaran
epinefrin

Vasokontriksi

Cadiac output

TD naik (>-140/90
mmHg)
HIPERTENSI
DALAM
KEHAMILAN

HIPERTENSI
KRONIS DALAM
KEHAMILAN

Janin Paru otak Pembuluh darah Aliran darah


ginjal

Aliran darah Cairan interstisial Hipoksia Vasokontriksi GFR


plasenta paru
Perfusi plasenta Edema paru Pusing Akral dingin Retensi H2O dan
tidak adekuat Na +

Resiko cedera Dispnea Nyeri akut Perubahan Oliguria,


janin perfusi jaringan proteinuria
perifer

Edema
Ansietas Pola nafas tidak
efekif

Kekurangan
volume cairan

G. FAKTOR RESIKO
Yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah :
1. Faktor genetik :adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai
pada penderita kembar monozoit daripada heterozigot
2. Umur dan jenis kelamin :wanita lebih banyak menderita hipertensi dari pada
pria
3. Peranan ginjal :penyebab hipertensi sekunder
4. Penumpukan garam
5. Ketidakseimbangan kimiawi : disebabkan oleh pembesaran dan kegiatan yang
berlebihan pada salah satu kelenjar adrenalin
6. Diet
7. Kegemukan/ obesitas
8. Sembelit terkait masalah diet
9. Rokok : non significant
10.Alkohol : meninggi bila minum lebih dari 3X per hari
11.Emosional
12. Obat-obatan yang menyebabkan hipertensi
13.Kapsul utuk menghilangkan gejala pilek
14.Pil kontrasepsi kombinasi
15.Hormon

H. KOMPLIKASI
Umumnya mengenai organ-organ vital seperti :
1. Mata : spasme fokal, penyempitan arteriola, perdarahan, eksudat dan papil
bendung
2. otak : infark otak, pecahnya pembuluh darah otak, kematian
3. Jantung : gagal jantung
4. Ginjal : gagal ginjal

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam buku (Handriani Kristanti, 2009) jika seseorang diduga menderita
hipertensi, maka dilakukan beberapa pemeriksaan :
1. HB : untuk menilai vikositas dan indikator faktor resik seperti anemia.
2. BUN kreatinin menilai perfusi / faal renal
3. Glukosa serum hiperglikemia ( DM adalah presipilator hipertensi / akibat dari
peningkatan katekolamin
4. Kadar kolesterol trgliserida : peningkatan mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaquatheromaatus
5. Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme primer
6. Uric acid : hiperuricemia merupkan implikasi faktor resiko hipertensi
7. Elektrolit : seru potasium ( hipokalemi ) mengindikasikan adanya
aldosteronisme, efek samping terapi diuretik, serum calcium bisa meningkat
berkontribusi terhadap hipertensi
8. Urine : analisa adanya darah, protein, glukosa dalam urine untuk
mengidentifikasikan fungsi renal.
9. ECG
10. Untuk mengetahui cardiomegali dan gangguan konduksi kelistrikan jantung
11. Tampak gelombang P pulmonal ( hipertensi pulmonal, RVH )

J. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
Pengobatan yang tepat dimulai dengan hal-hal yang bersifat non-obat
(non farmakologik), antara lain dengan mengurangi berat badan jika gemuk,
menghentikan merokok, mengatur pola konsumsi, olahraga teratur,
pengendalian stres, dan tentu saja menghentikan konsumsi obat-obatan yang
menaikkan tensi. Untuk diet, kurangi garam dapur menjadi 5-6 gr/hari dan
perbanyak unsur kalium (buah-buahan).

2. Farmakologi
Obat-obatan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi pasien. Obat-
obat utama yang digunakan adalah Diuretika, Beta Blocker, ACE
(Angiotensin Converting Enzyme) Inhibitor, Angiotensin II Receptor Blocker,
Calcium Antagonis. Obat-obatan diberikan bertahap dari satu macam, mulai
dengan dosis rendah sampai kombinasi juga dimulai dengan dosis rendah.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Biodata : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agam, pekerjaan,
pendidikan dll. Umur dan jenis kelamin penting menentukan penyakit
hipertensi terutam yang terkait dengan gaya hidup.
b. Keluhan utama: Keluhan utama pada hippertensi pada umumnya dalah
sakit kepala, tersa berat, terutama saat bangun tidur, di daerah oksipital
separuh (migrain), pusing, cepat lelah, penglihatan kabur, nyeri dada,
nafas sesak, berkeringat lebih, penurunan BB, tremor, cemas, mual-
muntah, anoreksia, telinga berdenging, penurunan reflek.
c. Riwayat penyakit yang lalu: penyakit yang menjadi faktor pencetus
adanya hipertensi antara lain penyakit parenkhim dan vaskuler ginjal, DM,
tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatrik, merokok, alkoholik, kafein,
kurang olah rag (menyangkut gaya hidup)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi klien yang terkaji oleh perawat seperti tiungkat
ketegangan, kelemahan, kecenasan, dan tingkat kesadaran.
b. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah : mengalami peningkatan, tekanan nadi meningkat.
2) Tekanan nadi : amplitudo meningkat pada arteri karotis, pulsasi
radialis, perbedaan denyut nadi, atau tidak ada denyut nadi pada area
tertentu, seperti arteri popiteal, posterior tibia, tachicardi, disritmia.
3) Respiratori rate : tachipnea
4) Temperatur : umumnya normal ( 36,7° C – 37,3°C )
c. Pemeriksaan Kepal – Leher
1) Wajah : pucat, cianosis pada mukosa mulut dan bibir, grimace, tanda
ketegangan atau tanda kelelahan
2) Hidung : pernapasan cuping hidung, sianosis, epistaksis
3) Mata : konjungtiva pucat, gangguan visus, ptechie, perdarahan, papil
edema.
4) Leher : distensi vena jugularis jika terkena CHF, arteri karotis, denyut
nadi kecil jika tejadi arteri sklerosis, da / tidaknya pembesaran kelenjar
thiroid, kesimetrisan trachea
d. Pemeriksaan Thorak
1) Inspeksi
a) Kesimetrisan dan bentuk thorak
b) Pernapasan : pola napas tachipnea, orthopnea, tanda-tanda
penggunaan otot bantu pernapasan. Jika terjadi hipertrofi dan
dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan yang
bisa m,engarah ke cor pulmonal.
2) Palpasi
a) Tractile fremitus
b) Denyut apek : point maximum impuls (PMI) bergeser dan atau kuat
angkat
3) Perkusi
Kemungkinan terjadi cardiomegali
4) Auskultasi
Terdengar suara napas tambahan ( ronchi / rales / wheezing ) jika
terjadi cor pulmonal sebagai akibat darai gagal jantung.
e. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi
a) Kaji bentuk, ketegangan dinding perut, gerakan dinding perut
b) Adanya denyutan dari hipocardium kanan yang menunjukkan
denyut dan vena hepar akibat hipertensi dan decompensasi cordis
kanan
2) Palpasi
Teraba massa di abdomen, acites, hepatomegali, slenomegali jika CHF

3) Perkusi
shifting dulness menunjukkan adanya acites
4) Auskultasi
bising usus umumnya normal
f. Pemeriksaan Ekstrimitas dan Integumen
1) Inspeksi
a) Diaphoresis
b) Warna kulit pucat kebiruan / sianosis pada kuku, ujung jari, edema
jika gagal jantung kanan
2) Palpasi
a) Turgor kulit > dari 2 detik
b) Suhu ekstrimitas dingin, penurunan relek tendon
c) Mati rasa / kelumpuhan salah satu sisi badan jika hipertrofi
ventrikel
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Menurunnya cardiac output s/d beban kerja jantung yang berlebih sekunder
terhadap ischemia myocard
2. Intoleransi aktivitas s/d ketidakseimbangan antara supali dan kebutuhan
oksigen
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut ( sakit kepala ) s/d peningkatan tekanan
vaskuler serbral
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa I
Penurunan curah jantung s/d beban kerja jantung yang berlebih sekunder
terhadap ischemia myocard
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah, ukur pada kedua tangan / paha untuk evaluasi awal
Rasional : perbandingan darai tekanan memberikan tekanan yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler
b. Catat keberadaan, kualitas, denyutan sentral dan perifer
Rasional : denyutan cordis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati / terpalpasi, denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokonstriksi dan kongesti vena
c. Awasi warna kulit, kelembapan, suhu dan masa pengisian kapiler
Rasional : awasi pucat, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi / mencerminkan dekompensasi /
penurunan curah jantung
d. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan
Rasional: membantu untuk menurunkan rangsang simpatik meningkatkan
relaksasi
2. Diagnosa II
Intervensi :
a. Kaji respon klien terhadap aktivitas, pertahankan frekuensi nadi > 20
kali / menit diatas frekuensi., istirahat, peningkatan tekanan darah nyata
selama / sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolik meningkat 20 mmHg ), dispnea atau nyeri dada,
keletihan dan kelemahan yang berlebih.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
b. Instruksikan klien tentang tehnik penghematan energi, misalnya :
penggunaan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut dan menyikat
gigi
Rasional: menghemat energi mengurangi penggunaan energi juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas pearawatan diri secara
bertahap jika dapat ditoleransi beriak bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba memberikan bantuan hanya sebatas kebutuha akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
3. Diagnosa III
Intervensi :
a. Kompres dingin pada dahi, tehnik relaksasi, pijat punggung dan leher
Rasional: aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler
b. Minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala mis; mengejan saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatakan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
c. Berikan cairan, makanan lunak, perawatn mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung
Rasional : menigkatkan kenyamanan umum
DAFTAR PUSTAKA

A. price, silvya, 1995.. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Anonim, 2008. http://infohidupsehat.com/?p=91. (Darah Tinggi/Hipertensi) diakses


tanggal 4 Agustus 2012.

Bare & Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2,
Jakarta, EGC.

Dongoes, E. Marillyn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Indriyani Nur, W, 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi & Stroke, Edisi 1,
Millestone.

Mansjoer, Arief dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Ratna Dewi P, 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakrta, Nuha Medika.

Ridwan,M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang,


Pustaka Widyamara.

Soeparman, 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai