Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

POST DATE

Oleh:
NURMALA SARI
P07120119079

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATRAM
DIII KEPERAWATAN
2020/2021
DEFINISI
Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari
perhitungan usia kehamilan,seperti rumus Naegele atau dengan tinggi
fundus uteri serial (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I edisi III.2008)
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari
(Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.2008)
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 42
minggu belum terjadi persalinan (Bagus Gde Manuaba.2008)

A. ETIOLOGI
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat
ini sebab terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori yang
diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post
term sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa
teori diajukan antara lain sebagai berikut:
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya
merupakan kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam
memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa
terjadinya kehamilan karena berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post
term memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peran penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
c. Teori Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen
selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin.
Kadar kortisol rendah merupakan tidak timbulnya HIS.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek, dan bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab
kehamilan posterm.
e. Heriditer
Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post term saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
permpuannya akan mengalami kehamilan pos term, (Sarwono,2008)
f. Kurangnya air ketuban
g. Insufisiensi plasenta

B. PATOFISIOLOGI
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya
fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin
dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran  CO2/O2 akibat
tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi  dan O2 menurun menuju
janin di samping adanya spasme  arteri spiralis menyebabkan janin resiko
asfiksia  sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah
menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin
makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin
bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan,
terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan
makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
C. PATHWAY

Rendahnya Hormon progesteron saraf Kurangnya air ketuban/ Usia ibu Riwayat
hamil kehamilan
pelepasan tidak cepat turun uterus Heriditer oligohidramnion ≥ 35 tahun post term
oksitosin abnormal

Kepekaan uterus Riwayat RAS Kelainan pada SistemResiko berulang


terhadap oksitosin keluarga janin reproduksi
berkurang
menurun

Tak ada kelenjar


hipofisis

Stimulus
kontraksi uterus
terganggu Kortisol janin
tidak diproduksi
dengan baik

Kontraksi uterus
berlangsung lebih
lambat
Tidak timbul his

Pengaruh pada janin: Kehamilan lewat bulan/ Pengaruh pada ibu:


a. berat badan janin >42 minggu
bertambah besar a. partus lama
b. kematian janin dalam b. inersia uteri
kandungan c. atonia uteri
c. aspirasi mekonium Kehamilan post term
d. Penenkanan tali pusat
d. perdarahan
postpartum.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi
:
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
3. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes
tanpa tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak
dengan tes tekanan oksitosin
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
F. PENATALAKSANAAN
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan
atau persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak
menimbulkan penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat
persalinan induksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam
gawat janin, yang memerlukan pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan
metode :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit
dalam 500 cc glukosa 5 %, banyak dipergunakan
 Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih
sederhana, dan mulai dengan 8 tts/mnt, dengan maksimal 40
tts/mnt. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tts
sampai kontraksi optimal tercapai.
 Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal
telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai
terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan
anjuran dengan selang waktu 24-48 jam.
2. Amniotomi
 Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu
sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan
berlangsung.
 Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti
induksi persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5 IU
oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
 Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirnagsang
oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam
bentuk infuse intravena (Nalator) dan pervaginam (prostaglandin
vagina suppositoria)
 Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama
induksi persalinan.
 Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan
periksa DJJ.
 Kaji ulang indikasi
 Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6
jam kemudian (jika his tidak timbul)
 Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse oksitosin,
jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses
persalinan telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah 24
jam.
4. Pemberian misoprostol
 Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks
hanya pad kasus-kasus tertentu misalnya,
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan
atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.
- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum
inpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan
darah.
 Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks
posterior vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6
jam.
 Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25
mcg, naikkan dosis sampai 50 mcg tiap 6 jam
 Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan
jangan lebih dari 4 dosis/200 mcg.
 Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan
kejadian rupture uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di
pelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas operasi)
 Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah
pemberian misoprostol.
5. Kateter Foley
 Kateter foley merupakan alternative lain disamping
pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan
induksi persalinan
 Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat
perdarhan, ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau
infeksi vaginal.
 Kaji ulang indikasi
 Pasang speculum DTT di vagina
 Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks
dengan menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah
melewati ostium uteri internum
 Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
 Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul
kontraksi uterus atau sampai 12 jam.
 Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan
kateter, kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa
kematangan servik, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi
persalinan dengan atau tanpa amniotomi
e. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam
rahim, terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu
dirawat di rumah sakit.
f. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan
pada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat
janin, atau pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,
pereklamsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas dan
kesalahan letak janin.
g. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa
partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang
besar, dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedative
dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa, perawatan
neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.

G. KOMPLIKASI
a. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala
kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan
menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
b. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih
besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pad janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap, dan yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu . ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : waktu dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
1. Data Subyektif
 Biodata
- Nama perlu dikaji sehubungan dengan membedakan
pasien atau supaya tidak terjadi kesalahan pasien.
- Umur perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk
dalam usia resiko tinggi untuk hamil.
- Agama perlu dikaji untuk mempermudah dalam
melakukan pendekatan di dalam asuhan kebidanan.
- Pendidikan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat
penangkapan ibu terhadap pertanyaan yang diajukan, dan
kie yang diberikan oleh petugas.
- Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas
ibu dan social ekonominya.
- Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang
dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
- Alamat untuk mempermudah jika melakukan kunjungan
rumah.
- Biodata suami untuk mengetahui tingkat social ekonomi
sehubungan dengan pemberian obat atau terapi.
-
 Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang
dapat mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.
 Riwayat haid
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche,
siklus, jumlah darah serta adakah gangguan waktu haid,
misalnya: dismenorhe, siklus yang tidak teratur.
 Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu dikaji
untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana
dengan persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis
persalinannya, tempat persalinan, bagaimana keadaan setelah
persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang digunakan
setelah persalinan yang lalu.
 Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa
saja yang diperoleh dari ANC.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit
menular misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada
kehamilannya.
 Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita
saat ini.
 Riwayat psikososial dan budaya
Untuk mengetahui keadaan kondisi klien dalam keluarga dan
lingkungan keluarga, mengetahui tradisi yang dianut klien yang
berpengaruh pada kehailan, persalinan, nifas, dan
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

 Riwayat spiritual
Untuk mengetahui kepecayaan dan agama yang dianut klien
agar lebih mudah melakukan pendekatan pada klien.
 Pola kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa
belum ada pantangan apa tidak.
- Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
- Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
- Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh
atau tidak terhadap kehamilannya
- Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa
kali mandi, ganti baju dan ganti celana dalam berapa kali
sehari.
- Pola hubungan seksual
Untuk mengetahui hubungan seksual yang dilakukan saat
hamil dapat berpengaruh apa tidak pada kehamilannya.
- Kebiasaan lain
Untuk mengetahui kebiasaan lain yang ddilakukan oleh ibu
yang dapat membahayakan kehamilannya seperti
merokok, minum alcohol dan jamu-jamuan.
2. Data Objektif
 Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
Pernafasan : Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg
perminggu diwaspadai kemungkinan PE,
hingga akhir kehamilan pertambahan BB
normal 9-10 kg.
TB : Kurang dari 145 waspadai CPD
 Pemeriksaan fisik
Inspeksi
rambut : warna, bersih/tidak, rontok/tidak,
lurus/ikal/keriting
kepala : tampak ada luka/tidak, tampak ada
benjolan/tidak
pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma
muka : gravidarum, ekspresi wajah
simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak,
sclera ka/ki kuning/tidak
mata : adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran scret/tidak, adakah
hidung : pembesaran polip
bibir pucat/tidak, kering/lembab,
stomatitis/tidak, caries/tidak
apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
adakah retraksi dinding dada, payudara
mulut : simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek
puting susu menonjol/mendatar/tenggelam,
ada benjolan atau tidak, hiperpigmentasi
leher : aerola/tidak, adanya pembesaran perut
: sesuai kehamilan, ada strie/tidak, ada bekas
operasi/tidak
bersih/tidak, adakah jaringan parut pada
perineum, oedem/tidak
dada : adakah hemoroid
simetris/tidak, oedem/tidak
perut

genetalia :

anus :
ekstermita :
s atas dan
bawah
Palpasi
Leher : teraba pembesaran kelenjar tyroid/tidak,
teraba bendungan vena jugularis/tidak.
kolostrum keluar/tidak, ada nyeri
Payudara : tekan/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
sesuai usia kehamilan
Abdomen : Leopold I : menentukan TFU
Leopold II : menentukan letak janin
puka/puki
Leopold III : menentukan bagian
terbawah janin
Leopold IV : menentukan seberapa jauh
bagian terbawah, masuk PAP

Auskultasi
DJJ : berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan
janin
Frekuensi :teratur/tidak/bagaimana kekuatannya
 Pemeriksaan penunjang
USG : untuk mengetahui kondisi janin
 Pemeriksaan khusus
VT :untuk mengetahui kemajuan persalinan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. Agen cedera fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko pertahanan tubuh primer tidak
adekuat (integritas kulit di perinium tidak utuh)
3. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan
4. Kurang pengetahuan : perawatan post partum b.d kurang terpapar
informasi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS:  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: keperawatan selama …. Pasien tidak menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri mengalami nyeri, dengan kriteria  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Tingkah laku berhati-hati hasil: nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak  Mampu mengontrol nyeri (tahu kebisingan
capek, sulit atau gerakan kacau, penyebab nyeri, mampu  Kurangi faktor presipitasi nyeri
menyeringai) menggunakan tehnik  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Terfokus pada diri sendiri nonfarmakologi untuk mengurangi intervensi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi nyeri, mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
waktu, kerusakan proses berpikir,  Melaporkan bahwa nyeri dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
penurunan interaksi dengan orang dan berkurang dengan menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
lingkungan) manajemen nyeri  Tingkatkan istirahat
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-  Mampu mengenali nyeri (skala,  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
jalan, menemui orang lain dan/atau intensitas, frekuensi dan tanda nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri) antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
- Respon autonom (seperti diaphoresis,  Menyatakan rasa nyaman setelah  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
perubahan tekanan darah, perubahan nyeri berkurang pemberian analgesik pertama kali
nafas, nadi dan dilatasi pupil)  Tanda vital dalam rentang normal
- Perubahan autonomic dalam tonus otot  Tidak mengalami gangguan tidur
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum
- Kerusakan jaringan dan peningkatan dan sesudah tindakan
paparan lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Malnutrisi keperawatan selama…… pasien tidak  Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan lingkungan patogen mengalami infeksi dengan kriteria sebagai alat pelindung
- Imonusupresi hasil:  Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat pertahanan sekunder  Klien bebas dari tanda dan gejala dressing sesuai dengan
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan infeksi petunjuk umum
respon inflamasi)  Menunjukkan kemampuan untuk  Gunakan kateter intermiten
- Penyakit kronik mencegah timbulnya infeksi untuk menurunkan infeksi
- Imunosupresi  Jumlah leukosit dalam batas kandung kencing
- Malnutrisi normal  Tingkatkan intake nutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat  Menunjukkan perilaku hidup  Berikan terapi
(kerusakan kulit, trauma jaringan, sehat antibiotik:................................
gangguan peristaltik)  Status imun, gastrointestinal, .
genitourinaria dalam batas  Monitor tanda dan gejala
normal infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
perubahan status kesehatan, ancaman - Koping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
kematian, perubahan konsep diri, kurang  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
pengetahuan dan hospitalisasi Setelah dilakukan asuhan selama pelaku pasien
……………klien kecemasan teratasi  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
DO/DS: dgn kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
- Insomnia  Klien mampu mengidentifikasi  Temani pasien untuk memberikan keamanan
- Kontak mata kurang dan mengungkapkan gejala dan mengurangi takut
- Kurang istirahat cemas  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
- Berfokus pada diri sendiri  Mengidentifikasi, tindakan prognosis
- Iritabilitas mengungkapkan dan  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Takut menunjukkan tehnik untuk  Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
- Nyeri perut mengontol cemas tehnik relaksasi
- Penurunan TD dan denyut nadi  Vital sign dalam batas normal  Dengarkan dengan penuh perhatian
- Diare, mual, kelelahan  Postur tubuh, ekspresi wajah,  Identifikasi tingkat kecemasan
- Gangguan tidur bahasa tubuh dan tingkat  Bantu pasien mengenal situasi yang
- Gemetar aktivitas menunjukkan menimbulkan kecemasan
- Anoreksia, mulut kering berkurangnya kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR perasaan, ketakutan, persepsi
- Kesulitan bernafas  Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : keterbatasan  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
kognitif, interpretasi terhadap informasi  Kowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
yang salah, kurangnya keinginan untuk bagaimana hal ini berhubungan dengan
mencari informasi, tidak mengetahui Setelah dilakukan tindakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
sumber-sumber informasi. keperawatan selama …. pasien  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
menunjukkan pengetahuan tentang pada penyakit, dengan cara yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya proses penyakit dengan kriteria  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
masalah hasil: tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,  Pasien dan keluarga menyatakan  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
perilaku tidak sesuai pemahaman tentang penyakit, cara yang tepat
kondisi, prognosis dan program  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
pengobatan dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu  Sediakan bagi keluarga informasi tentang
melaksanakan prosedur yang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Pasien dan keluarga mampu  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
menjelaskan kembali apa yang mendapatkan second opinion dengan cara yang
dijelaskan perawat/tim tepat atau diindikasikan
kesehatan lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011. Jakarta : EGC.
Wilkinson, M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta:
EGC.
Prawirohajo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai