Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

POLI HIDRAMNION
DI RUANG VK RSD GUNUNG JATI

DISUSUN OLEH :
VRADA NURFAUZIAH MUBAROCH
17.059

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
1. Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal
atau lebih dari dua liter.dimana normal air ketuban itu adalah 500-1500 ml. Menurut
Rustam Muchtar (1998)

2. Tanda dan Gejala


TANDA :
a. Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
b. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
c. DJJ sulit terdengar
d. Balotemen janin jelas
GEJALA :
a. Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
b. Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
c. Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
d. Varises dan hemoroid (Nyeri abdomen)
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering
berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak”
serta rasa mual. Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih
baru Polihidramnion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau persalinan
preterm.
3. Perjalanan penyakit
1.  Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam
beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut
2. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu
beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5
dan ke-6. komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan,
serupa saja dengan air ketuban yang normal.

4. Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3
liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden
dari kongenital anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%.
Hidramnion sering terjadi bersamaan dengan :
a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei
f. Eritroblastosis foetalis
5. Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori
hidramnion terjadi karena :
1. Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam
ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
2. Pengaliran air ketuban terganggu; Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi
oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu.
Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,
anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga
bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-
sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada
gemelli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur
jantungnya lebih kuat dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing.
Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada
hidramnion sering ditemukan placenta besar.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur,
Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
a. Prduksi air jernih berlebih
b. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing
kongenital
c. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air
ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastic
d. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni
e. Ada proses infeksi
f. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
3. Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
a. Anensepali
b. Spina bifida
c. Atresia oesophaguis
d. Omphalocele
e. Hipoplasia pulmonal
f. Hidrop fetalis
g. Kembar monosigotik (hemangioma)
4. Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:
a. Diabetes Melitus
b. Penyakit jantung
c. Preeklampsia
Perkembangan polihidramnion berlangsung secara gradual dan umumnya terjadi pada
trimesteri III
6. Pathway

Cairan amnion

Jumlah cairan >2000

Hidramnion

Pengairan amnion terganggu

Janin susah menelan amnion

peningkatan tekanan dalam dan sekitar uterus Cairan berlebihan

dispnea (sesak napas) Pembesaran rongga Rahim

Intoleransi aktivitas Peningkatan pergerakan janin

Perubahan fisik seperti pembesaran Resiko cidera tinggi


Perut yang tidak sesuai kehamilan

Kurang pengetahuan
7. Penatalaksanaan
Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi secara teliti antara lain untuk melihat penyebab
dari keadaan tersebut. Dilakukan pemeriksaan OGTT untuk menyingkirkan kemungkinan
diabetes gestasional. Bila etiologi tidak jelas, pemberian indomethacin dapat memberi
manfaat bagi 50% kasus Pemeriksaan USG janin dilihat secara seksama untuk melihat
adanya kelainan ginjal janin
Meskipun sangat jarang, kehamilan monokorionik yang mengalami komplikasi
sindroma twin tranfusin , terjadi polihidramnion pada kantung resipien dan harus
dilakukan amniosentesis berulang untuk mempertahankan kehamilan.

8. Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat
mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan
molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit
janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan
amnion. Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan
amnion.karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan
bahwamekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion. Teori ini
dibenarkandengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak
dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-
satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion.
Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa
kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin adalah
meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion.
Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan,
adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak
terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin
vasopressin. Hal sebaliknya telah jelasdibuktikan bahwa kelainan janin yang
menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkanoligohidramnion.
Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan
hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan
mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran
urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh
meningkatnya produksi urin janin.Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu
selama trimester ketiga masih belumdapat diterangkan.
Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan
diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair
ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi
urin janin padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik.
Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan,
tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
9. Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1. Penyakit jantung
2. Nefritis
3. Edema umum (anasarka)
4. Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur
esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus.
Dalam hal ini terjadi karena :
a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b. Exscressive urinary secration
c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
e. Simpul tali pusat
f. Diabetes mellitus
g. Gemelli uniovulair
h. Mal nutrisi
i. Penyakit kelenjar hipofisis
j. Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion

10. Diagnosis
1) Anamnesis
a. Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
c. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-
keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma,
seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan diagnosis
d. Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
e. Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
f. Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2) Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit
jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
b. Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah
membawa kandungannya

3) Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan
tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
c. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4) Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
5) Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang
banyak janin tidak jelas
b. Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan
etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
6) Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his
7) Pemeriksaan penunjang
·         Foto rontgen (bahaya radiasi)
·         Ultrasonografi
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-
25 cm pada pemeriksaan USG. Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
1) Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam
dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
2) Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
3) Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas
dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
Weeks gestation Fetus (gr) Placenta Amnionic fluid Fluid (%)
(gr) (ml)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

From Queenan (1991) Diagnosa banding


·         Gemelli (kembar)
·         Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
·         Kista ovarium
Kehamilan dengan tumor
Diagnosis :
1. Anamnesis
2. Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar.
3. Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
4. Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap
sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
5. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya.
6. Bagian-bagian janin sukar dikenali.
7. Ultrasonografi
Alasan merujuk :
Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk
klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah
terhadap janin dan juga ibunya. Masalah potensial yang akan dialami adalah:
Pada Janin :
1. Kelainan kongenital
2. Prematuritas
3. Letak lintang atau tali pusat menumbung
4. Eritroblastosis
5. Diabetes Melitus
6. Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba
Ibu :
1. Solusio plasenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan postpartum
4. Retensio palsenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar

Alur Rujukan : Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas
memadai.
Tindakan Selama Rujukan :
1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit
karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan
baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi lahir premature, tali pusat menumbung, syok,
dll.
3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh
tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemunginan:
1) Hidramnion
2) Gemelli
3) Asites
4) Kista ovarri
5) Kehamilan beserta tumor
6) kehamilan kembar
7) mola hidatidosa
8) kandung kemih yang penuh

11. Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
a. Kongenital anomaly
b. Prematuritas
c. Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
d. Eritroblastosis
e. Diabetes mellitus
f. Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba
Pada ibu:
1. Solutio placenta
2. Atonia uteri
3. Perdarahan post partum
4. Retentio placenta
5. Syok
6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar 
Cara melakukan amniosentesis adalah dengan memasukkan sebuah kateter plastik
yangmenutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18 melalui dinding abdomen yang telah
dianestesilokal ke dalam kantung amnion. Jarum ditarik dan set infus intravena
disambungkan ke kateter.Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder
berskala yang diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan
klem putar sehinggadikeluarkan sekitar 500 ml/jam.
Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang
sehingga kateter dapat dikeluarkan. Dengan menggunakan teknik aseptik ketat, tindakan ini
dapat diulang sesuai kebutuhan agar wanita yang bersangkutan merasanyaman. Elliott dan
kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding dan mengeluarkan1000 ml dalam
20 menit (50 ml/menit).
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm,
membaik  pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua kasus baik.
Kirshon dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari
minggu ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis terapeutik
sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom
transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.
Langkah I : PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
penatalaksanaan, bidan perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter. Tahap ini
merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan
data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Bidan harus mengkaji ulang data yang sudah
dikumpulkan untuk menilai ketepatan, kelengkapan dan keakuratan.
Data-data yang dikumpulkan
1. Data subjektif
a. Biodata atau identitas klien dan suami
 Nama ibu/ suami  : membedakan antara pasien satu dengan yang lain
 Umur ibu/ suami   : mengetahui faktor resiko
 Kebangsaan : memudahkan dalam berkomunikasi
 Agama : memudahkan penanganan  sesuai dengan kepercayaan pasien dan dapat
memberi penyuluhan yang tidak bertentangan dengan agama pasien
 Pekerjaan : mengetahi status ekonomi dan aktivitas pasien
 Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan ibu sehingga bisa meyesuaikan
dalam pemberian penyuluhan
 Alamat kantor : mengetahui dimana pasien bekerja
 Alamat rumah : mengetahui apakah rumah ibu  jauh dari tempat pelayanan
kesehatan atau tidak sehingga apabila terjadi sesuatu pada ibu, ibu bisa langsung
mendapatkan pelayanan segera.
 Nomor telepon        : memudahkan menghubungi ibu.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan
kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini
keluhan utama yang mungkin ditemui: Ibu mengatakan :
 perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya
 mengeluh sesak nafas
 mual muntah
 nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c. Riwayat kesehatan
 Lalu :   mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit
jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
 Sekarang    :   mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC.
Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes melitus karena
polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin
juga akan terganggu.hipotesis mentakan bahwa janin merampas sebagian besar sirkulasi
ibu sehingga megamlami hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa
neonatus dini yang mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan
produksi urin.
DM
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih
belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin
yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan
bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan
status glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan
produksi urin janin pada wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produks iurin janin meningkat pada wanita nondiabetik
setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
 Keluarga      :   mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
 Riwayat menstruasi
Mengetahui tingkat kesuburan ibu
 Menarche     : mengetahui kapan ibu haid pertama kali
 Siklus         : mengetahui keteraturan haid
 Lama           : merupakan dalah satu indikator tingkat kesuburan ibu
 Banyak nya  :         berapa kali ibu mengganti duc dalam satu hari
 Dismenore    : mengetahui apakah ibu mengalami kesulitan selama hamil
khususnya rasa nyeri pada saat datangnya haid.
 HPHT           : mengetahui kapan ibu mulai hamil dan menentukan usia
kehamilan ibu.
 TP                 : mengetahui tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H
datang, ibu dan suami serta keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan
ibu dan bayi.
Riwayat kehamilan, persalinan , nifas yang lalu.
 Kehamilan, mengetahui apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak nyaman
diperu dan djj sulit ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC, serta
mengetahui apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
 Persalinan, mengetahui tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan,dan
penyulit dalam persalinan.
 Anak, mengetahui jenis kelamin,berat badan anak.
 Nifas , mengetahui bagaimana prses laktasi dan apakah ada penyulit selama proses
menyusui, involusi uterus serta lochea.
Riwayat kehamilan sekarang
 Kemungkinan klien merasa mual, muntah
 Sesak nafas dan tdak nyaman diperut
 Gangguan pencernaan
 Oedema
 Nyeri abdomen
 Ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (megindikasikan trjadinya
polihidramnion)
Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi  yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk berhenti
memakai kontrasepsi.
Data psikososial dan spiritual
Mengetahui bagaimana hubungan ibu dan suami keluarga serta tetangga, apakah
lingkungan ibu mendukung kehamilannya karena ini sangat berpengaruh terhadap mental ibu
menjalani kehamilaannya. Mengetahui bagaimana kebiasaan berobat klien, apakah ke nakes
atau non nakes, serta bagaimana hubungan ibu dengan Allah SWT, apakah ibu ada sholat
atau tidak.
Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
Mengetahui  seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya(polihidramnion), tanda dan gejala, serta cara mengatasinya.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
 Makan : mengetahui apa saja jenis, porsi,frekwensi,pantangan dan masalah
dalam pemenuhan makan ibu sehingga kita bsa menilai bagaimana status nutrisi
ibu.
 Minum: mengetahui jenis, frekuensi, jumlah dan malasalh dalam pemenuhan
kebutuhan cairan sehingga kita bisa menilai bagaimana  kondisi cairan dan
elektrolit ibu aoakah tepenuhi atau tidak.
2) Eliminasi
 BAB: mengetahui frekuensi,konsistensi,warna, bau dan masalah pada BAB ibu
sehingga bidan bisa melakukan intervensi yang tepat
 BAK: mengetahui frekwuensi, jumlah, bau dan masalah dalam buang air kecil.
Apabila ada masalah bisa dilakukan skrining lebih awal.
3) Istirahat
 Mengetahui berapa jam ibu tidur siang dan malam,gangguan tidur serta masalah
sehingga bidan bisa mengeathui bagaimana pola pemenuhan istirahat
pasien : kemungkinan ditemukan: pasien mengalami gangguan tidur dan
masalah tidak nyaman
4) Personal hygiene
 Mengetahui berapa kali ibu mandi sehari, keramas, menggosok gigi,ganti
pakaian ibu serta masalh.
5) Aktifitas
 Mengetahui denagn adanya olihidramnion ini apakah ibu masih dapat melaukan
aktifitas seperti biasa atau tidak.
2. DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a. Pemeriksaan umum
Secara teoritis mungkin ditemukan dalam keadaan baik.
 Keadaan umum   :    mengetahui apakah ibu bisa bekerja sama dengan tenaga
kesehatan atau tidak.
 TTV(TD,N,P,S)     :    mengetahui keadaan ibu dalam batas normal atau tidak
 TB, BB, LILA        :    mengetahui kebutuhan gizi ibu
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan yang dilakukan secara head to too.
 Inspeksi (periksa pandang)
Yang dinilai adalah bentuk tubuh normal.
 Kepala, apakah ada massa atau tidak,bagaimana kebersihannya,warna
rambut, distribusi rambut.
 Muka, simetris atau tidak, apakah ada closmagravidarum,warna serta oedema.
 Mata , menilai bagaimana kedaan conjunktiva,sklera,serta oedema palpebra.
 Hidung, menilai bagaimana bentuk dan kebersihannya.
 Telinga,menilai bagaimana bentuk,pendengaran dan pengeluarannya.
 Mulut, menilai bagaimana keadaan bibir, lidah, gusi seta gigi apakah ada
caries.
 Leher,pemeriksaan kalenjer tiriod dan limfe serta vena jugularis.
 Payudara/dada, menilai bentuk payudara,apakah ada bekas OP, papilla
mammae menonjol atau tidak,apakah areola mammae hiper[igmentasi, masaa
ada atau tidak, masalah.
 Abdomen, menilai bagaimana pembesaran perut(apakah sesuai usia kehamilan
atau tidak), dari kasus polihidramniomn ini ditemukan pembesaran perut tidak
sesuai dengan umur kehamilan,kelihatan perut sangat buncit dan tegang,kulit
perut berkilat, retak-retak kulit jelas,kadang-kadang umbilikus
mendatar.Menilai apakah ada bekas OP , beraa TFU, serta menilai apakah ada
masalah pada abdomen ibu. Dalam kasus polihidramnion ini kemungkinan ibu
mengeluh bahwa ada masalah pada perutnya yaitu perutnya lebih berat dan
lebih besar dari biasanya,nyeri tekan karena tegangnya uterus serta adanya
oedema pada abdomen.
 Ektremitasbawah/atas, menilai bagaimana bentuk tungkai, apakagh ada
varises, oedema serta reflek patella.Dari kasus hidramnion ini ditemukan ada
oedema.
 Genitalia eksterna,menilai bagaimana kebersihannya, apakah ada varises
pengeluaran, masalah serta oedema. Pada kasus hidramnion ini ditemukan
adanya oedema pada vulva.
 Menggunakan cara leopold,kemungkinan hasil yang didapatkan:
o Perut teraba tegang serta terjadi oedema pada dinding perut
o Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
 Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak tertafsir maka terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin.
- Auskultasi
Kemungkinan djj sukar didengar/ terdengar halus.
- Perkusi, reflek paella positif ki/ka
c. Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba menonjol meskipun diluar his.
d. Pemeriksaan penunjang
-          Laboratorium : HB, protein urin, reduksi.
-          USG : nampak bayangan terselubung kabut karena banyaknya cairan, kadang
bayangan janin tidak jelas.

LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR


Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar diagnosis tetapi
akan menciptakan masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan
rencana untuk mengurangi rasa takut. Diagnosisi kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:
1.      Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2.      Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3.      Memiliki ciri khas kebidanan
4.      Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktik kebidanan
5.      Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan.
Berdasarkan kasus polihidramnion, maka kemungkinan interpretasi datayang timbul
adalah:
Diagnosa Ny ....umur....G..P..A..H..gravid....minggu, janin hidup,tunggal intrauterin, KU
ibu....dengan polihidramnion.
Data subjektif
-          Ibu mengatakan umurnya......
-          Ibu mengatakan hamil.....bulan
-          Ibu mengatakan perutnya lebih besar dan berat dari biasanya
-          Ibu mengatakan mual muntah
-          Ibu mengatakan sesak nafas dan nyeri pada ulu hati serta perut karena tegangnya
uterus.
Data objektif
-          Ku ibu .....
-          Hb.....
-          USG.....
Masalah
-          Nyeri pada ulu hati dan sesak
Dasar: menegangnya uterus dan banyaknya cairan amnion.
Kebutuhan
-          Pertahankan keadaan umum ibu
-          Istirahat yang cukup
Dasar: agar keadaan umum ibu tidak lemah
-          Kurangi aktifitas
Dasar: agar ibu merasa aman dan nyaman
-          Penuhi gizi selama kehamilan.
Dasar:agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi, agar janin tumbuh kembang dalam keadaan yang
baik.
LANGKAH III : DIAGNOSA/ MASALH POTENSIAL
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila kemungkinan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siapmencegah diagnosa dan masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang berlebihan (misalnya
polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan
kembar). Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan
bersiap terhadap kemungkinan terjadi perdarahan pascapartum yang disebabkan atonia uteri
karena perbesaran uterus yang berlebihan.
Pada langkah ke-3 bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Bidan harus mengkaji ulang apakah diagnosa atau maslah potensial yang diidentifikasi sudah
tepat.
            Kemungkinan diagnosa potensial yang timbul:
            Pada ibu
-          Solusio plasenta
Dasar: solusio plasenta merupakan terlepasnya plsenta sebelum waktunya.
Polihidramnion ini menyebabkan regangan yang kuat pada uterus sehingga
kmungkinan bisa menyebabkan terjadinya solusio plasenta.
-          Atonia uteri
Dasar: atonia uteri merupakan kegagalan dari proses kontrak si
uteri (mometrium). uterus menajdi lunak dan pembuluh darah pada daerak perlekatan
plasenta terbuka lebar yang bisa menyebabkan perdarahan.polihidramnion merupakan
salah satu penyebab uterus meregang melebihi normal sehinngga terjadilah atonia
uteri.

-          Perdarahan post partum


Dasar: perdarahan pospartum ini salah satunya disebabkan oleh atonia uteri, dan
atonia uteri merupakan kegagalan proses kontraksi uterus yang menyebabkan
perdarahan. Dan atonia uteri ini disebabkan oleh polihidramnion.
-          Partus lama
Dasar: air ketuban yang banyak menyebabkan kesalahan- kesalahan letak janin seperti
letak lintang, sehinngga proses persalinan menjadi memanjang.
-          Syok
Dasar: apabila terjadi perdarahan pada ibu setelah persalinan,kemungkinan dapat
menyebabkan ibu syok.
-          Retensio plasenta
Dasar: gangguan pelepasan plasenta(terlepasnya sebagian plasenta)  yang
menyabkibatkan perdarahan pada ibu. Ini merupakan salah satu akibat terjadinya
hidramnion pada ibu.
Pada janin
-          Prematuritas
Dasar: peregangan yang kuat pada uterus menyebabkan ketuban pecah sebelum
waktunya yang menaykibatkan terjadinya bayi lahir orenatur.
-          Kesalahan letak
Dasar: kebebasan abnak bergerak karena hidramnion.
LANGKAH IV : Menetapkap Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan
Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan tau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja
tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada saat wanita
tersebut dalam persalinanbidan bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan
jiwa ibu dan anak.
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi
lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau ahli
seorang perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus
sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakuakan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah
potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan secara mandiri secara kolaborasi atau rujukan. Kaji ulang apakah
tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Dalam kasus ini tindakan segera yang dilakukan adalah:
-          Periksa keadaan umum ibu
-          Periksa kesejahteraan janin

LANGKAH  V :  INTERVENSI (MENYUSUN RENCANA ASUKAN YANG


MENYELURUH)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap maslah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.setiap rencana
asuhan haruslah disetujui olehkedua pihak.yaitu oleh bidan dan klien agar dapat di
laksanakan dengan efektif karena kline juga akan melaksankan rencana tersebut.oleh karena
itu, pada rangka ini adalah tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakanya.
Semua keputusan yang di kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien. Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah
meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap wanita.
Perencanaan yang munkin dilaukan antara lain:
1.      Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
a.      Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini dalam keadaan
baik
b.       Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
Dasar :agar diketahui perkembangan ku ibu dan janin
2.      Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang berat
a.      Anjurkan ibu untuk istirahat dan cukup tidur 8 jam sehari
b.      Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa
dilakukan Sebelum hamil.
Dasar :agar keadaan umum ibu tidak lemah dan ibu merasa nyaman.
c.       Anjurkan ibu untuk tetap rileks dan tenang menghadapi kehamilannya saat ini
dasar: agar tidak terjadi fetal distres pada janin, karena apabila ibu cemas dapat
menyebabkan penagruh yang buruk pada janinnya.
d.      Anjurkan ibu untuk istirahat baring dalam keadaan setengah duduk atau miring ke
kiri
Dasar : agar ibu merasa nyaman dan tidak merasa sesak karenan dalam kedaan
polihidramnion apabila ibu tidur terlentang maka dapat menyebabkan sesak.
3.      Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan
a.      Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
b.       Anjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan nutrisi yang cukup
c.       Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
Dasar: agar kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
4.     Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu saat ini
a.      Libatkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu
b.   Beritahu keluarga untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
c.   Persiapkan ibu dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya Dasar:
untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu.
5.      Observasi keadaan umum, pembesaran perut dan kenaikan berat badan ibu
a.      Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
b.       Pantau keadaan ibu dan janin agar dapat dideteksi dini adanya komplikasi
c.       Anjurkan ibu untuk datang kembali dan memeriksakan kehamilannya dalam 1
minggu mendatang atau bila ada keluhan
6.     Evaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu
a.      Evaluasi perkembangan kecemasan dan kekhawatiran ibu terhadap janinnya
b.       Meyakinkan ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat
7.     menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratue
8.      Memberi penjelasan tentang keluhan sesak, nyeri, mual dan muntah yang dialami ibu
9.      pantau perkembangan janin dengan USG
10.   kolaborasi dengan dokter kandungan.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.

Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.

Prawirhadjo, Sarwono . Ilmu Kebianan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,


Jakarta, 2008, hal;588-595

Sastrawinata,S.dkk.2004.obsetri patologi.jakarta:ECG

Sastrawinata, S. 2005. obsetri patologi. bandung: bagian obsetri dan


gynekologi. FK.UNPAD. Edisi ke-2.jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai