HIDRAMNION
DI SUSUN OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
dr.PARYANTO, Sp. OG
UNIVERSITAS JAMBI
2009/2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin. Kelainan jumlah amnion dapat terjadi dan sering kali merupakan
pertanda yang paling awal terlihat pada janin yang mengalami gangguan. Di pihak
lain, kelainan jumlah cairan amnion dapat menimbulkan gangguan pada janin, seperti
hipoplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat, prematuritas, kelainan letak,
dan kematian janin. Oleh sebab itu, kelainan jumlah cairan amnion yang terjadi oleh
sebab apapun akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.1
Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksinya
agak alkalis atau netral, dengan berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas air 98%,
sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, verniks kaseosa dan garam
organik. Kadar protein kira-kira 2,6 % g/liter, terutama albumin.2
Dijumpainya lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah paru-paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin
merupakan tanda bahwa permukaan paru-paru diliputi oleh zat surfaktan. Ini
merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. 2
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Jika
jumlah air ketuban < liter maka disebut dengan oligohidramnion. Jika jumlah
cairan > 2 liter disebut dengan hidramnion.2,3
2
b. Transudasi dari darah ibu
c. Sekresi dari epitel amnion
d. Asal campuran (mixed origin)2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban
(amnion) melebihi batas normal. Biasanya melebihi 2 liter (4-5 liter). 4
2. Etiologi
3
Etiologi hidramnion ini belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena :
3. Epidemiologi
Kasusnya berkisar 0.5 - 1 % dari kehamilan. Multigravida (hamil >1) lebih
sering daripada primigravida (hamil pertama).1
4. Klasifikasi
Hidramnion berdasarkan onset nya :
Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.4,5,7
Hidramnion akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda,
bulan ke 5 dan ke 6. 4,5,7
b. Hidramnion sedang
4
Didefinisikan sebagai kantung-kantung yang hanya mengandung
bagian-bagian kecil dan berukuran kedalaman 12-15cm, dijumpai pada 15 %
kasus. 1,4
c. Hidramnion berat
Didefinisikan adanya janin mengambang bebas dalam kantung cairan
yang berukuran 16 cm atau lebih, terjadi hanya pada 5 % kasus. 1,4
5. Patogenesis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya
sangat mirip dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan,
pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion
tetapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih,
menelan, dan menghirup cairan amnion (Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan
Pritchard, 1976). Proses-proses ini hampir pasti secara bermakna mengatur
pengendalian volume cairan. Walaupun pada kasus hidramnion epitel amnion
sering dianggap sebagai sumber utama cairan amnion belum pernah ditemukan
adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan kimiawi pada cairan
amnion. 1
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan
bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban.
Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi
apabila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esophagus. Proses ini
jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard
(1966) dan Abramovich (1970) mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada
beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan cairan amnion dalam jumlah
yang cukup banyak.
Pada kasus anensefalus dan spina bifida, factor etiologinya mungkin adalah
meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga
amnion. Penjelasan lain yang mungkin pada anensefalus, apabila tidak terjadi
gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di
serebrospinal yang tidak terlindungi atau berkurangnya efek antidiuretik akibat
gangguan sekresi arginin vasopresin. Hal yang sebaliknya telah dijelaskan, bahwa
kelainan janin yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan
oligohidramnion. 1
Pada hidramnion yang terjadi pada kahamilan monozigot, diajurkan hipotesis
bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami
5
hipertrofi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan keluaran urin.
Naeye dan Blanc (1972) menemukan pelebaran tubulus ginjal, pembesaran
kandung kemih, dan peningkatan keluaran urin pada masa neonatus dini, yang
mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh peningkatan produksi urin
janin. Sebaliknya, donor dari pasangan transfuse transplsenta parabiotik
mengalami penciutan tubulus ginjal disertai oligohidramnion. 1
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester
ketiga masih belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannaya adalah bahwa
hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis
osmotik. Barhava dkk (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester
ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikenik terakhir.
Yasuhi dkk. (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita
diabetic yang puasa dibandingkan dengan control nondiabetik. Yang menarik,
produksi urin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal
ini tidak dijumpai pada wanita diabetic. 1
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala polihidramnion adalah sebagai berikut :
a. Pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi fundus uteri jauh melebihi
ukuran yang diperkirakan untuk usia kehamilan.
b. Dinding uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit
atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit
ditemukan.
c. Pada hidramnion berat akan timbul dispnea, edema pada vulva dan ekstremitas
bawah, nyeri tekan pada punggung abdomen, dan paha, nyeri ulu hati, mual
dan muntah.
d. Letak janin sering berubah (letak janin tidak stabil.6
7. Diagnosis Banding
Bila seorang ibu dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang
seharusnya kemungkinan:
a. Hidramnion
b. Gemeli
c. Asites
d. Kista Ovarii
e. Kehamilan beserta tumor.5
8. Diagnosis
a. Anamnesis
Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
6
Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat
keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama
pada diafragma, seperti sesak, nyeri ulu hati, dan sianosis
Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin
dan sesak.1,5,6
b. Inspeksi
Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-
retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
Kalau akut si ibu terlihat sesak dan sianosis, serta terlihat payah
membawa kandungannya. 5
c. Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut,
vulva dan tungkai.
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya.
Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan.
Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement
jelas sekali.
Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat
terjadi kesalahan-kesalahan letak janin. 5
d. Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali. 5
7
9. Tatalaksana
Terapi hidramnion dibagi dalam 3 fase:
a. Waktu hamil
Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan
diberikan terapi simtomatis
Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di
rumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-
obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat
sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan pungsi abdominal pada
kanan bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc/jam sampai keluhan berkurang. Kalau
cairan dikeluarkan secara banyak dikhawatirkan terjadi his dan solusio
placenta, apalagi bila anak belum viable. 4,5,7
b. Waktu partus
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis, maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Bila sewaktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkanlah tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. 4,5,7
c. Waktu postpartum
Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan postpartum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah atau donor serta
sediakan obat uterotonika.
Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan
postpartum
Kalau perdarahan banyak dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka
untuk menghindari infeksi berikan antibiotik yang cukup. 4,5,7
10. Komplikasi
8
e. Malpresentasi janin
f. Ketuban pecah
g. Prolaps tali pusat
h. Gangguan pernafasan pada ibu6
11. Prognosis
Pada janin, prognosisnya agak buruk (mortalitas 50 %) terutama karena :
Kongenital anomali
Prematurritas
Komplikasi karna keselamatan anak yaitu pada letak lintang atau tali
pusat menumbung
Eritroblastosis
Diabetes melitus
Solusio plasenta kalau ketuban pecah tiba-tiba5
Pada ibu:
Solusio plasenta
Atonia uteri
Perdarahan psot partum
Retensi plasenta
Syok
Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan
sukar. 5
BAB III
KESIMPULAN
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air
ketuban (amnion) melebihi dari batas normal. Biasanya melebihi 2 liter (4-5 liter).
Kasusnya berkisar 0.5 - 1 % dari kehamilan.
9
Penegakkan diagnosa hidramnion berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (USG dan Rontgen). Tatalaksana hidramnion ini
tergantung dari berat ringannya gejala.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, dkk. Gangguan volume cairan amnion dalam buku Obsetri
Williams edisi 21. Jakarta 2005, EGC. Hal 909-915
2. Mochtar Rustam. Anatomi dan fisiologi alat-alat kandungan, janin dan wanita
hamil dalam buku Sinopsis Obstetri Jilid 1 edisi 2. Jakarta 1998, EGC. Hal 24-26
3. Benson Ralph. Penyesuaian fisiologi ibu terhadap kehamilan dalam buku saku
Obstetri dan ginekologi edisi 9. Jakarta 2008, EGC. Hal 86
4. Sinclair Constance. Komplikasi kehamilan dan penatalaksanaannya dalam buku
saku kebidanan. Jakarta 2009, EGC. Hal 103-104
5. Mochtar Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan dalam buku Sinopsis
Obstetri Jilid 1 edisi 2. Jakarta 1998, EGC. Hal 251-255
6. Varney Helen, Kriebs M Jan. penapisan dan penatalaksanaan kolaboratif
komplikasi antepartum dalam buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 volume 1.
Jakarta 2006, EGC. Hal 634
7. Llewellyn Derek. Penyakit plasenta dan membran dalam buku dasar-dasar obsetri
dan ginekologi edisi 6. Jakarta 2001, Hipokrates. Hal 137
10
11