DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Atresia Esophagus ini dapat diselesaikan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan laporan ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya, kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Kesimpulan..................................................................................11
B. Saran............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fistula trakheoesofagus merupakan kelainan kongenital yang terjadi sekitar 1
dalam 4000 kelahiran hidup, lebih dari 85 % disertai dengan atresia oesofagus. Cacat
bawaan dari sudut anatomis disebabkan oleh perkembangan embrio yang abnormal
oleh karena adanya fistula esofagus membentuk tracheoesofageal fistel. Perbaikan dari
segi pembedahan adalah pengobatan definitif untuk kelainan ini. Pembedahan
umumnya dilakukan dalam waktu 24 hingga 72 jam pada neonatus sehat.
Keterlambatan dalam melakukan koreksi atresia oesophagus dapat meningkatkan resiko
aspirasi.Berdasarkan hasil penelitian sekitar 70 % kebanyakan bayi yang
mengalaminya, memiliki paling tidak satu abnormalitas lain. Hampir 20 – 25 % disertai
dengan penyakit jantung bawaan, meliputi ventricular septal defect, patent ductus
arteriosus, tetralogy of fallot, atrial septal defect, atrioventricular canal, coartasio aorta
dan arcus aorta. Kecenderungan abnormalitas penyerta lebih banyak pada kasus atresia
oesofagus tunggal dan lebih sedikit pada kasus fistula trakheoesophagus tunggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Atresia Esofagus?
2. Bagaimana etiologi dari Atresia Asofagus?
3. Bagaimana patofisiologi Atresia Esofagus?
4. Apa saja jenis-jenis Aatresia Esofagus?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Atresia Esofagus?
6. Bagaimana manifestasi klinis Atresia Esofagus?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Atresia Esofagus?
8. Bagaimana pathways Atresia Esofagus?
9. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan Atresia Esofagus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Atresia Esofagus
2. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Asofagus
3. Untuk mengetahui patofisiologi Atresia Esofagus
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Atresia Esofagus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Atresia Esofagus
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Atresia Esofagus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Atresia Esofagus
8. Untuk mengetahui pathways Atresia Esofagus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan Atresia Esofagus
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat
ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih
terus berlanjut. Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan
esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula
trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu
sel bagian depan dan belakang jaringan maka trakea akan membentuk atresia
esophagus.
C. Patofisiologi
Pada atresia esofagus, bagian usus embrionik (embryonic foregut) gagal
berkembang, dan trakeosofagus (tracheosophageal fistula, TEF/T-E Fistula) merupakan
sambungan (Fistula) antara trakea dan esofagus. Secara normal, bagian usus embrionik
memanjang dan terpisah untuk membentuk dua saluran yang sejajar (esofagus dan
trakea) selama minggu ke 4 dan ke 5 gestasi. Jika terjadi pemisahan yang tidak
sempurna atau pertumbuhan sel yang berubah selama pemisahan ini, anomali yang
mencakup esofagus dan trakea terjadi.
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif.
Pada janin dengan atresia esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir
menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak
air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila
terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga
dapat mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini
dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang sering kali mematikan. Trakea juga
dipengaruh oleh gangguan embriologenesis pada atresia esofagus. Membran trakea
seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan ini
menyebabkan kelemahan sekunder pada stuktur anteroposterior trakea atau
trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi
kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus
ke pneumonia berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah
manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang dapat menjurus ke
kegagalan nafas; hipoksia, bahkan apnea.
F. Manifestasi Klinis
Atresia esofagus harus dicurigai jika :
1. Terdapat polihidramnion ibu
2. Kateter yang digunakan pada saat kelahiran untuk resusitasi tidak dapat masuk ke
lambung
3. Bayi tersebut memiliki sekresi oral dan faring yang berlebihan
4. Jika terjadi aspirasi, sianosis atau batuk dalam pemberian makan bayi
G. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia
esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas Esophagus
Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat
dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah
mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus Refluks
Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung
naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical)
atau pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang.
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau Kesulitan menelan.
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki.
Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan
mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan Bernafas dan Tersedak
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya
makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk Kronis
Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan.
Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang
menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
vitamin dan suplemen.
8. Pneumonia aspirasi
Hal ini dapat disebabkan karena usaha makan
9. Atelektasis Paru (Pengkerutan sebagaian atau seluruh bagian)
Diakibatkan karena penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibatnya pernafasan yang sangat dangkal.
H. Penatalaksanaan
Atresia esofagus merupakan keadaan gawat darurat. Pada anak yang mengalami
atresia esofagus, segera dipasang kateter ke dalam esophagus dan bila mungkin lakukan
penghisapan terus-menerus. Sebelum pembedahan sebaiknya pasien diletakkan dalam
posisi terlungkup untuk mengurangi kemungkinan isi lambung mencapai ke paru-paru.
Kantung esofagus atas dikosongkan terus menerus dengan penghisapan sebagai upaya
untuk mempertahankan agar esofagus bagian atas tetap kosong dan tidak terjadi
aspirassi sekret. Perhatian yang cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu,
fungsi respirasi, dan pengelolaan anomali penyerta.
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan dengan operasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah
terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering
diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi
hendaknya dirawat dalam incubator agar mendapatkan lingkungan yang cukup
hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering dilakukan.
Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.
Perawatan di rumah sakit lebih kurang 2 minggu atau lebih, tergantung pada
terjadinya komplikasi yang bisa timbul pada kondisi ini. Pemeriksaan
esofagografi dilakukan pada bulan kedua, ke enam, setahun setelah operasi untuk
monitor fungsi esofagus.
I. Pathways
Kelainan Bawaan (Kongenital) Faktor Idiopatik Polihydroamnion pada Ibu Faktor Presipitasi :
Gen : Sindroma trisomi 21, 13, 18
(kkk((Kongenital) Defisiensi vitamin
Obat-obatan dan alkohol
Paparan virus
Esophagus tidak terbentuk sempurna Bahan kimia
ATRESIA ESOPHAGUS
Jika atresia jenis fistula Perubahan status kesehatan Dinding trakea lemah Prosedur pengobatan
Torakotomi
Terjadi perkembangan abnormal (fistula) antara esophagus
Kurang MekanismeMempengaruhi kemampuan bayi untuk batuk
terpapar koping
informasi inefektif Mempengaruhi mekanisme koping Insisi jaringan kulit
Gangguan pertukaran gas Jika penanganan tidak maksimal Jika terus berlanjut
Sel darah putih
bereplikasi
Terjadi perforasi akut pada gaster
(Leukositosis) Infeksi kronis
Terus terpapar kuman patogen
Mempengaruhi perfusi
Leukopeni/ Hb menurun
Merangsang nociceptor jaringan serebral
Tekanan intra abdomen Intake
naik inadekuat Menyebar melalui sistem hematogen
a. Biodata Pasien
Biodata pasien biasanya berisi nama, umur, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, diagnose medis, dan nomor register.
Umur pasien tersebut menunjukkan tahap perkembangan pasien secara fisik dan
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
Untuk biodata penanggung jawab berisi nama, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, dan status hubungan dengan pasien. Dicantumkan data tersebut supaya
bisa menjadi pertanggungjawaban jika ada sesuatu yang terjadi pada pasien.
b. Catatan Masuk
Catatan masuk pasien adalah data atau kapan pasien masuk ke rumah sakit untuk
menjalani rawat inap atau rawat jalan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berkaitan dengan keadaan sakit sekarang, menanyakan apa saja keluhan pertama
kali hal yang dirasakan pasien. Menanyakan tindakan apa saja yang dilakukan
keluarga atau pasien untuk mengatasi keluhan tersebut dan bagaimana efek yang
dirasakan atau ditimbulkan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit yang pernah dijalani pasien pada dahulu sebelum
sakit yang berhubungan dengan sakit sekarang. Jika ada, kapan sakit tersebut
dialami pasien dan tindakan apa saja yang dilakukan keluarga atau pasien untuk
mengatasi masalah saat itu.
3) Riwayat Keluarga
Berisi tentang siapa saja anggota keluarga yang menderita penyakit yang
berkaitan dengan pasien. Biasanya merupakan jenis penyakit keturunan.
A. Kesimpulan
Atresia esophagus merupakan keadaan dimana tertutupnya (buntu) bagian ujung
esophagus. Pada seperempat sampai sepertiga esophagus bagian bawah yang
berhubungan dengan trachea setinggi karina (atresia esophagus dengan fistula) dan
merupakan kelainan bawaan pada saat kehamilan. Penyakit ini sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti penyebab atau etiologinya. Sehingga untuk meminimalkan
angka kejadian atresia esophagus dan sebaiknya dilakukan pencegahan antara lain:
melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, menjaga pola hidup sehat oleh Ibu,
dan lingkungan sekitar untuk menghindari paparan (sinar X, asap rokok, polusi
kendaraan dan infeksi virus serta kelainan bawaan).
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Frufriolina. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Ed. 3. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda., & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Cetakan
1. Yogyakarta: Mediaction
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa Indonsia.
Elsevier.