Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATRESIA ESOPHAGUS

Dosen Pengampu : Lucia Endang H YK, S.Kep., MN

DISUSUN OLEH :

1. RAHMA SABILA RUSYDI (P1337420618035)


2. RINTIYA DEWI WAHYU M. (P1337420618038)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Atresia Esophagus ini dapat diselesaikan.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan laporan ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya, kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 30 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3

A. Definisi Atresia Esofagus............................................................3


B. Etiologi Atresi Esofagus..............................................................3
C. Patofisiologi Atresia Esofagus....................................................4
D. Jenis-jenis Atresia Esophagus.....................................................4
E. Tanda Dan Gejala Atresia Esofagus............................................5
F. Manifestasi Klinis Atresia Esofagus...........................................5
G. Penatalaksanaan pada Atresia Esofagus......................................6
H. Pathways Atresia Esofagus.........................................................7
I. Asuhan Keperawatan Anak Atresia Esofagus.............................8

BAB III PENUTUP...............................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................11
B. Saran............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fistula trakheoesofagus merupakan kelainan kongenital yang terjadi sekitar 1
dalam 4000 kelahiran hidup, lebih dari 85 % disertai dengan atresia oesofagus. Cacat
bawaan dari sudut anatomis disebabkan oleh perkembangan embrio yang abnormal
oleh karena adanya fistula esofagus membentuk tracheoesofageal fistel. Perbaikan dari
segi pembedahan adalah pengobatan definitif untuk kelainan ini. Pembedahan
umumnya dilakukan dalam waktu 24 hingga 72 jam pada neonatus sehat.
Keterlambatan dalam melakukan koreksi atresia oesophagus dapat meningkatkan resiko
aspirasi.Berdasarkan hasil penelitian sekitar 70 % kebanyakan bayi yang
mengalaminya, memiliki paling tidak satu abnormalitas lain. Hampir 20 – 25 % disertai
dengan penyakit jantung bawaan, meliputi ventricular septal defect, patent ductus
arteriosus, tetralogy of fallot, atrial septal defect, atrioventricular canal, coartasio aorta
dan arcus aorta. Kecenderungan abnormalitas penyerta lebih banyak pada kasus atresia
oesofagus tunggal dan lebih sedikit pada kasus fistula trakheoesophagus tunggal.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Atresia Esofagus?
2. Bagaimana etiologi dari Atresia Asofagus?
3. Bagaimana patofisiologi Atresia Esofagus?
4. Apa saja jenis-jenis Aatresia Esofagus?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Atresia Esofagus?
6. Bagaimana manifestasi klinis Atresia Esofagus?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Atresia Esofagus?
8. Bagaimana pathways Atresia Esofagus?
9. Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan Atresia Esofagus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Atresia Esofagus
2. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Asofagus
3. Untuk mengetahui patofisiologi Atresia Esofagus
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Atresia Esofagus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Atresia Esofagus
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Atresia Esofagus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Atresia Esofagus
8. Untuk mengetahui pathways Atresia Esofagus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan Atresia Esofagus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Esophagela Atrhisia/ Atresia Esofagus


Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang
atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada 1/4 - 1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan
esophagus untuk mengadakan pasase yang contineu. Esophagus mungkin saja
membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L.
2013: 512)
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus.
Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan
gastro intestinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemi vertebrata). Atresia
esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran cotineu dari faring ke
lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah
segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (kongenital) dan tetap
sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran. Fistula trakeoesophagus adalah hubungan
abnormal antara trakeo dan esofagus. Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan
mungkin disertai oleh anomali lain seperti penyakit jantung kongenital. Untuk alasan
yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat
selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia esofagus termasuk kelompok
kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa
hubungan persisten dengan trachea.

B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat
ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih
terus berlanjut. Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan
esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula
trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu
sel bagian depan dan belakang jaringan maka trakea akan membentuk atresia
esophagus.

C. Patofisiologi
Pada atresia esofagus, bagian usus embrionik (embryonic foregut) gagal
berkembang, dan trakeosofagus (tracheosophageal fistula, TEF/T-E Fistula) merupakan
sambungan (Fistula) antara trakea dan esofagus. Secara normal, bagian usus embrionik
memanjang dan terpisah untuk membentuk dua saluran yang sejajar (esofagus dan
trakea) selama minggu ke 4 dan ke 5 gestasi. Jika terjadi pemisahan yang tidak
sempurna atau pertumbuhan sel yang berubah selama pemisahan ini, anomali yang
mencakup esofagus dan trakea terjadi.
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif.
Pada janin dengan atresia esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir
menuju trakea, ke fistula kemudian menuju usus.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak
air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila
terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga
dapat mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini
dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang sering kali mematikan. Trakea juga
dipengaruh  oleh gangguan embriologenesis pada atresia esofagus. Membran trakea
seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan ini
menyebabkan kelemahan sekunder pada stuktur anteroposterior trakea atau
trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi
kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus
ke pneumonia berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah
manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang dapat menjurus ke
kegagalan nafas; hipoksia, bahkan apnea.

D. Jenis – Jenis Atresia Esofagus


Lima bentuk atresia esofagus dan TEF yang paling sering terjadi :
1. Tipe A : Hanya atresia esofagus (5% - 8%)
Saat bagian atas dan bawah esofagus tidak terhubung dan ujungnya tertutup pada
tipe ini, tidak ada bagian kerongkongan yang menempel pada trakea.
2. Tipe B (jarang) : Atresia esofagus disertai TEF proksimal
Pada tipe ini, bagian atas esofagus melekat pada trakea, tetapi bagian bawah
esofagus memiliki ujung yang tertutup. 
3. Tipe C : atresia esofagus disertai TEF distal (80%-95% dari semua kasus)
Pada tipe ini, bagian atas esofagus memiliki ujung tertutup dan bagian bawah
esofagus melekat pada trakea.
4. Tipe D (jarang) : atresia esofagus disertai TEF proksimal dan distal
Pada tipe ini, bagian atas dan bawah esofagus tidak terhubung satu sama lain tetapi
masing-masing terhubung secara terpisah ke trakea. 
5. Tipe E : TEF yang tidak disertai atresia esofagus ( bisa disebut juga tipe H)

E. Tanda dan Gejala


Ada beberapa keadaan yang merupakan gejala dan tanda atresia esofagus, antara
lain :
1. Mulut berbuih (gelembung udara dari hidung dan mulut) dan liur selalu meleleh
dari mulut bayi
2. Sianosis
3. Batuk dan sesak napas
4. Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esofagus yang buntu dan
regurgitasi cairan lambung melalui fistel ke jalan napas
5. Perut kembung atau membuncit, karena udara melalui fistel masuk kedalam
lambung dan usus
6. Oliguria, karena tidak ada cairan yang masuk
7. Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti kelainan
jantung, atresia rectum atau anus.

F. Manifestasi Klinis
Atresia esofagus harus dicurigai jika :
1. Terdapat polihidramnion ibu
2. Kateter yang digunakan pada saat kelahiran untuk resusitasi tidak dapat masuk ke
lambung
3. Bayi tersebut memiliki sekresi oral dan faring yang berlebihan
4. Jika terjadi aspirasi, sianosis atau batuk dalam pemberian makan bayi

G. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia
esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas Esophagus
Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat
dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah
mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus Refluks
Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung
naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical)
atau pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang.
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau Kesulitan menelan.
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki.
Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan
mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan Bernafas dan Tersedak
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya
makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk Kronis
Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan.
Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang
menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
vitamin dan suplemen.
8. Pneumonia aspirasi
Hal ini dapat disebabkan karena usaha makan
9. Atelektasis Paru (Pengkerutan sebagaian atau seluruh bagian)
Diakibatkan karena penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibatnya pernafasan yang sangat dangkal.

H. Penatalaksanaan
Atresia esofagus merupakan keadaan gawat darurat. Pada anak yang mengalami
atresia esofagus, segera dipasang kateter ke dalam esophagus dan bila mungkin lakukan
penghisapan terus-menerus. Sebelum pembedahan sebaiknya pasien diletakkan dalam
posisi terlungkup untuk mengurangi kemungkinan isi lambung mencapai ke paru-paru.
Kantung esofagus atas dikosongkan terus menerus dengan penghisapan sebagai upaya
untuk mempertahankan agar esofagus bagian atas tetap kosong dan tidak terjadi
aspirassi sekret. Perhatian yang cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu,
fungsi respirasi, dan pengelolaan anomali penyerta.
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan dengan operasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah
terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru. Cairan lambung harus sering
diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi
hendaknya dirawat dalam incubator agar mendapatkan lingkungan yang cukup
hangat. Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering dilakukan.
Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru berkembang.

3. Pendekatan Post Operasi


Segera setelah operasi pasien dirawat di NICU dengan perawatan sebagai
berikut :
a. Monitor pernafasan, suhu tubuh, fungsi jantung dan ginjal
b. Oksigen perlu diberikan dan ventilator pernafasan dapat diberi jika
dibutuhkan.
c. Analgetik  diberi jika dibutuhkan
d. Pemeriksaan darah dan urin dilakukan guna mengevaluasi keadaan janin
secara keseluruhan
e. Pemeriksaan scaning dilakukan untuk mengevalausi fungsi esofagus
f. Bayi diberikan makanan melalui tube yang terpasang lansung ke lambung
(gastrostomi) atau cukup dengan pemberian melalui intravena sampai bayi
sudah bisa menelan makanan sendiri.
g. Sekret dihisap melalui tenggorokan dengan selang nasogastrik.

Perawatan di rumah sakit lebih kurang 2 minggu atau lebih, tergantung pada
terjadinya komplikasi yang bisa timbul pada kondisi ini. Pemeriksaan
esofagografi dilakukan pada bulan kedua, ke enam, setahun setelah operasi untuk
monitor fungsi esofagus.
I. Pathways

Kelainan Bawaan (Kongenital) Faktor Idiopatik Polihydroamnion pada Ibu Faktor Presipitasi :
Gen : Sindroma trisomi 21, 13, 18
(kkk((Kongenital) Defisiensi vitamin
Obat-obatan dan alkohol
Paparan virus
Esophagus tidak terbentuk sempurna Bahan kimia

Saluran esophagus buntu/ sempit

ATRESIA ESOPHAGUS

Jika atresia jenis fistula Perubahan status kesehatan Dinding trakea lemah Prosedur pengobatan

Torakotomi
Terjadi perkembangan abnormal (fistula) antara esophagus
Kurang MekanismeMempengaruhi kemampuan bayi untuk batuk
terpapar koping
informasi inefektif Mempengaruhi mekanisme koping Insisi jaringan kulit

Pengeluaran produksi sekret tidak maksimal


Defisit Stress Mempengaruhi keutuhan integritas kulitterbuka
Luka
Udara mengalir ke fistula pengetahuan berlebihan Respon maladaptif
Koping individu/ keluarga inefektif

Jika berlanjut Terjadi penumpukan sekret


Difusi O2 dan CO2 berkurang/ tidak maksimal Ansietas terus pada jalan napas Port the entry kuman
Gangguan integritas kulit
Terjadi invasi kuman pada saluran nafas sampai jaringan paru Krisis
maturasional Jika tidak ditangani dengan baik
Tubuh berkompensasi
O2 yang masuk ke jaringan tubuh berkurang, terjadi penumpukan CO2.
S/S : Hipersekresi
Sianosis jalan napas Ansietas
RR naik
Hiperventilasi Terjadi konsolidasi / pemadatan
S/S : Nafas cepat, dangkal Terjadi proses pathogenesis dari replikasi kuman
RR naik Kesadaran menurun Bersihan jalan nafas tidak efektif
Retraksi dada PNEUMONIA
Pola nafas tidak efektif Ventilasi paru tidak seimbang Terjadi proses infeksi pada jaringan tubuh

Gangguan pertukaran gas Jika penanganan tidak maksimal Jika terus berlanjut
Sel darah putih
bereplikasi
Terjadi perforasi akut pada gaster
(Leukositosis) Infeksi kronis
Terus terpapar kuman patogen

Jika menembusMenyerang sistem barier sel darah putih


Reflux GastrofagealDistensi
Mempengaruhi
abdomen absorbsi nutrient tidak
Obstruksi
maksimal
intestinal jaringan serebri
Menginvasi jaringan tubuh lainnya

Mempengaruhi perfusi
Leukopeni/ Hb menurun
Merangsang nociceptor jaringan serebral
Tekanan intra abdomen Intake
naik inadekuat Menyebar melalui sistem hematogen

Gangguan perfusi jaringan serebral


Menstimulus nyeri Resiko infeksi
Merangsang reflex vagus
Resiko defisit nutrisi Proses infeksi berjalan Jaringan serebral ikut terinvasi kuman patogen

Nyeri akut Tubuh terkompensasi


Anorexia Kerusakan hipotalamus
Mempengaruhi sistem thermoregulasi
Pusat pengatur suhu terganggu
Hipotermia

Output berlebihan Merangsang hipotalamus

Jika berlanjut terus Resiko ketidakseimbangan cairan


Pelepasan histamin, bradikinin
Mempengaruhi kadar cairan dan elektriolit tubuh

Aliran darah terganggu


Mempengaruhi
(tidakkerja
maksimal)
jantung untuk memompa darah Jantung memompa darah
Resiko
tidak
penurunan
maksimalcurah jantung
Beban jantung bertambah
Hipertropi ventrikel
Hiponatremia, hipovolemia Terjadi vasokontriksi pembuluh darah

Resiko ketidakseimbangan cairan


J. Asuhan Keperawatan Atresia Esophagus
I. Pengkajian
Pada bayi baru lahir, lakukan pengkajian bayi baru lahir. Kemudian, observasi
manifestasi atresia esofagus dan fistula trakeoesofagus (FTE), serta tanda-tanda distress
pernapasan.

a. Biodata Pasien
Biodata pasien biasanya berisi nama, umur, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, diagnose medis, dan nomor register.
Umur pasien tersebut menunjukkan tahap perkembangan pasien secara fisik dan
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
Untuk biodata penanggung jawab berisi nama, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, dan status hubungan dengan pasien. Dicantumkan data tersebut supaya
bisa menjadi pertanggungjawaban jika ada sesuatu yang terjadi pada pasien.

b. Catatan Masuk
Catatan masuk pasien adalah data atau kapan pasien masuk ke rumah sakit untuk
menjalani rawat inap atau rawat jalan.

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Berkaitan dengan keadaan sakit sekarang, menanyakan apa saja keluhan pertama
kali hal yang dirasakan pasien. Menanyakan tindakan apa saja yang dilakukan
keluarga atau pasien untuk mengatasi keluhan tersebut dan bagaimana efek yang
dirasakan atau ditimbulkan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang riwayat penyakit yang pernah dijalani pasien pada dahulu sebelum
sakit yang berhubungan dengan sakit sekarang. Jika ada, kapan sakit tersebut
dialami pasien dan tindakan apa saja yang dilakukan keluarga atau pasien untuk
mengatasi masalah saat itu.
3) Riwayat Keluarga
Berisi tentang siapa saja anggota keluarga yang menderita penyakit yang
berkaitan dengan pasien. Biasanya merupakan jenis penyakit keturunan.

II. Pola Gordon


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Tindakan/usaha apakah yang dilakukan oleh pasien dan atau keluarga untuk
mempertahankan keadaan sehat. Apakah pasien dan keluarga melakukan program
pemeriksaan kesehatan secara teratur. Jika ada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan apakah yang digunakan oleh pasien
dan keluarga. Jika pasien/keluarga pasien ada yang mengalami penyakit kronis,
usaha apakah yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi pasien/keluarga.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit :
- Tanyakan frekuensi makan (berapa kali sehari)
- Tanyakan keteraturan pola makan (teratur/sering menunda makan)
- Tanyakan jenis makanan/minuman yang di konsumsi (apakah selalu
mengandung karbohidrat, lemak dan protein)
- Tanyakan jumlah makanan/minuman yang dikonsumsi setiap hari
- Tanyakan kebiasaan mengkonsumsi buah
- Tanyakan kebiasaan makan sayur
- Adakah riwayat alergi terhadap makanan yang dimakan
Saat sakit :
- Amati apakah klien menggunakan NGT atau tidak?
- Apakah klien kesulitan dalam menelan?
- Tanyakan nafsu makan pasien
- Apakah pasien selalu makan dari menu yang disediakan?
- Apakah menu yang disediakan di habiskan? Jika tidak, mengapa?
- Berapa jumlah air yang dikonsumsi
- Apakah menu yang disediakan RS ada yang di pantang oleh pasien?
- Observasi :
A : Antropometri : BB, TB, (LILA)
B : Biochemical : Kadar Hb dan Albumin
C : Cinical Sign : turgor kulit, keadaan rambut, konjunctiva
D : Diet intake : jumlah menu yang dikonsumsi
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
- Bagaimana pola eliminasi BAB/BAK, Teratur atau tidak teratur?
- Berapa kali BAB/BAK setiap hari
- Adakah kesulitan dalam BAB/BAK
- Apa yang dilakukan pasien jika mengalami kesulitan pada waktu BAB/BAK
- fecal : tanyakan warna, bau dan konsistensi (padat/cair)
- urine : tanyakan warna dan bau
Saat sakit :
- Bagaimana pola eliminasi BAB/BAK? Teratur atau tidak teratur?
- Berapa kali BAB/BAK dalam sehari
- Adakah kesulitan dalam BAB/BAK
- Adakah obat yang digunakan untuk membantu eliminasi fecal/urine
- fecal : observasi warna, bau dan konsistensi (padat/cair)
- urine : observasi warna dan bau
d. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
- Bagaimana pola istirahat dan tidur pasien?
- Bagaimana kualitas tidur pasien?
- Jam berapa pasien tidur dan jam bangun
- Adakah gangguan selama tidur (missal: BAK yang sering/ sering mimpi
buruk, dll)
Saat sakit :
- Apakah kondisi rumah sakit mengganggu kebutuhan tidurnya
- Apakah klien sering menangis di tengah tidurnya?
- Adakah masalah fisiologis yang mengganggu tidur pasien?
- Berapa jam pasien tidur malam
- Berapa jam pasien tidur siang
- Apakah pada malam hari terbangun? Berapa lama pasien terjaga, apakah bisa
langsung tidur lagi
- Observasi keadaan pasien jika ada gangguan tidur (missal: mata sayu/ mata
merah akibat kurang tidur/ sering menguap
e. Pola persepsi sensori dan Kognitif
- Bagaimana tingkat pegetahuan keluarga pasien terhadap sakit yang dialami
klien
- Apakah keluarga pasien tahu program pengobatan/perawatan yang harus
dijalaninya

III. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


a. Keadaan Umum
Composmentis, apatis, delirium, somnolen, sopor, semi-koma, koma.
b. Kesadaran
Mengkaji menggunakan penilaian GCS.
c. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa kriteria mulai dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
d. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran
rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
e. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
f. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan kesimetrisan
g. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung, keadaan
membrane mukosa dari hidung
h. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau
kronis
i. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok), adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
j. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit, tekstur, warna
kulit
k. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi : bagaimana bentuk dada, adakah lesi
Palpasi : apakah ada gema ketika di taktil fremitum
Perkusi : terdengar bunyi sonor atau yang lainnya
Auskultasi : jenis suara apa yang terdengar, apakah vesikuler atau tidak
l. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
m. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada
pembesaran abdomen)
Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
Palpasi : adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
Perkusi : apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung
(timpani)
n. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit
disekitar genetalia
Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
o. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
p. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada anus
q. Pemeriksaan Neurologi
Memeriksa keseluruh 12 saraf kranial

IV. Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan radiografi thorax dan abdomen
b. Pemeriksaan dengan memasukkan kateter perlahan kedalam esofagus yang
membentur tahanan bila lumen tersebut tersumbat.
V. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi paru tidak seimbang
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebih
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan agen cedera kimiawi
5. Ansietas berhubungan dengan stressor
6. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
7. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan hipovolemia
9. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan leukositosis
10. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas evaporatif berlebihan
11. Resiko infeksi berhubungan dengan leukosemia
12. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi jaringan
perifer

VI. Intervensi Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pola napas pasien efektif
Kriteria Hasil :
- Retraksi dinding dada (1-4)
- Frekuensi pernapasan (1-5)
- Irama napas (1-6)
- Kedalaman inspirasi (1-5)
- Gangguan ekspirasi (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Penghisapan lendir pada jalan napas
2) Berikan bantuan ventilasi
3) Berikan Terapi oksigen
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Pemberian obat
6) Pengaturan posisi pasien
7) Pencegahan aspirasi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi paru tidak


seimbang
Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pasien tidak mengalami
gangguan pertukaran gas.
Kriteria Hasil :
- Keseimbangan ventilasi dan perfusi (1-5)
- Gangguan kesadaran (1-5)
- Sianosis (1-5)
- Saturasi oksigen (1-5)
- Tekanan parsial karbondioksida di daerah arteri (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Berikan terapi oksigen
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Fisioterapi dada
4) Monitor input dan output cairan
5) Pemberian nutrisi total parenteral
6) Pengaturan posisi
7) Lakukan manajemen nutrisi
8) Resusitasi

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebih


Tujuan : setelah dilakukan perawatan 3x24 jam jalan napas pasien efektif
Kriteria Hasil :
- Batuk berkurang dari skala 1 menjadi 5
- Suara napas tambahan berkurang (1-5)
- Pernapasan cuping hidung (1-5)
- Kemampuan untuk mengeluarkan sekret (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Lakukan fisioterapi dada
3) Auskultasi suara napas, catat area ventilasinya menurun atau tidak ada dan
adanya suara tambahan
4) Kelola nebulizer ultrasonik
5) Posisikan untuk meringankan sesak napas
6) Monitor status pernapasan dan oksigenasi
7) Monitor tanda-tanda vital

4. Gangguan integritas kulit berhubungan agen cedera kimiawi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan
integritas kulit berkurang
Kriteria Hasil :
- Suhu normal (1-5)
- Lesi pada kulit (1-5)
- Perfusi jaringan (1-5)
- Jaringan parut (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Monitor proses penyembuhan
3) Berikan salep antiseptik
4) Monitor untuk tanda dan gejala infeksi
5) Bersihkan area sayatan dengan dengan pembersihan yang tepat

5. Ansietas berhubungan dengan stressor


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam ansietas pasien
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
- Kegelisahan berkurang (1-5)
- Tidak ada gangguan tidur (1-5)
- Kecemasan berkurang (1-5)
- Depresi (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Gunakan pengulangan kesehatan rutin yang konsisten sebagai alat untuk
menetapkan rutinitas lingkungan dan perawatan
2) Gunakan suara bicara yang lembut dan rendah
3) Hindari proyeksi dari gambaran yang (dirasakan) mengancam pasien
4) Berikan obat sesuai kebutuhan
5) Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka mendapatkan informasi
mengenai kondisi kognisi dasar pasien
6) Monitor tanda-tanda vital

6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri pasien
berkurang.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang (1-5)
- Demam (1-5)
- Gejala –gejala gastrointestinal (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
2) Gunakan metode yang tepat dengan tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan akan dapat
membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual
3) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
4) Ajarkan kepada keluarga metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
5) Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri
6) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
7) Monitor tanda – tanda vital

7. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan output yang


berlebih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, volume
cairan pasien seimbang dengan output tidak berlebihan.
Kriteria Hasil :
- Tekanan darah (1-5)
- Denyut nadi radial (1-5)
- Turgor kulit (1-5)
- Hematokrit (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Monitor perubahan status paru atau jantung yang menunjukkan kelebihan
cairan atau dehidrasi
2) Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi
3) Timbang berat badan harian dan pantau gejala
4) Berikan cairan yang sesuai
5) Tingkatkan intake/asupan cairan
6) Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan
dengan aliran yang konstan dan sesuai
7) Monitor tanda-tanda vital

8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan hipovolemia


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, cairan
elektrolit pasien seimbang.
Kriteria Hasil :
- Penurunan serum sodium (1-5)
- Penurunan serum potasium (1-5)
- Penurunan serum kalsium (1-5)
- Penurunan serum klorida (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Monitor nilai serum elektrolit yang abnormal
2) Berikan cairan yang sesuai
3) Berikan lingkungan yang aman
4) Ajarkan keluarga pasien mengenai jenis, penyebab dan pengobatan apabila
terdapat ketidakseimbangan elektrolit, yang sesuai
5) Monitor efek samping suplemen elektrolit yang diterapkan
6) Monitor tanda-tanda vital pasien
9. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas evaporatif berlebihan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien
mengalami suhu normal.
Kriteria Hasil :
- Penurunan suhu kulit (1-5)
- Hipotermia (1-5)
- Tingkat pernapasan (1-5)
Tindakan Keperawatan :
1) Monitor suhu pasien, menggunakan alat pengukur dan rute yang paling
tepat
2) Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
3) Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Minimalkan stimulasi pada pasien
6) Tempatkan pasien pada posisi supine
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia esophagus merupakan keadaan dimana tertutupnya (buntu) bagian ujung
esophagus. Pada seperempat sampai sepertiga esophagus bagian bawah yang
berhubungan dengan trachea setinggi karina (atresia esophagus dengan fistula) dan
merupakan kelainan bawaan pada saat kehamilan. Penyakit ini sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti penyebab atau etiologinya. Sehingga untuk meminimalkan
angka kejadian atresia esophagus dan sebaiknya dilakukan pencegahan antara lain:
melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, menjaga pola hidup sehat oleh Ibu,
dan lingkungan sekitar untuk menghindari paparan (sinar X, asap rokok, polusi
kendaraan dan infeksi virus serta kelainan bawaan).
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Frufriolina. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Ed. 3. Jakarta: EGC.

Nanda. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda., & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Cetakan
1. Yogyakarta: Mediaction

Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) edisi bahasa


Indonsia. Elsevier.

Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa Indonsia.
Elsevier.

Sitanggang, Ruli Herman. Sunarya, Unang. Oktaliansyah, Ezra. 2017. Angka


Mortalitas dan Faktor yang Memengaruhi pada Pasien Trakeoesofageal Fistula
(TEF) yang Menjalani Operasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun
2010-2015. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 5(2). 113-23

Anda mungkin juga menyukai