Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA

NY. C DENGAN SALPINGO OOFAREKTOMI


UNILATERAL ATAS INDIKASI
NEOPLASMAO VARIUM KISTIK
DI KAMAR OPERASI
RS HERMINA DEPOK

DI SUSUN OLEH :
HARYANTO

RUMAH SAKIT HERMINA DEPOK


2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat, nikmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. C DENGAN

SALPINGO OOFAREKTOMI UNIATERAL ATAS INDIKASI

NEOPLASMA OVARIUM KISTIK DI KAMAR OPERASI RS HERMINA

DEPOK “. Laporan Presentasi kasus ini merupakan salah syarat guna memenuhi

tugas untuk memenuhi target uji kompetensi 2A di RS Hermina Depok.

Segala kesulitan dan hambatan dalam penyusunan laporan ini dapat selesai

karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di sekeliling penyusun. Untuk

itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,

terutama kepada :

1. ALLAH SWT karena rahmat-Nya yang telah memberikan saya kemudahan

dan kelancaran dalam pembuatan makalah ini.

2. Dinda Marcelina selaku CI pembimbing kualifikasi kamar bedah dan Bu.

Fitra Diana selaku Mentor yang telah meluangkan waktu memberi bimbingan

dan memberi kebebasan untuk mengembangkan semua ide

3. Istri yang senantiasa memberi bantuan dan dukungan secara matriil dan non

matriil.

4. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah turut

serta dalam penyusunan Laporan ini.

ii
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak penulis tidak

akan mampu menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari pula bahwa

dalam penulisan laporan ini masih terdapat bayak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

kedepannya

Depok, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
BABII TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Neoplasma Ovarium Kistik
1. Definisi ................................................................................................. 5
2. Klasifikasi ............................................................................................. 5
3. Etiologi ................................................................................................ 7
4. Manifestasi klinis.................................................................................. 9
5. Patofisiologi.......................................................................................... 9
6. Pemeriksaan penunjang..............................................................................12
7. Komplikasi.................................................................................................13
8. Penatalaksanaan..........................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian..................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................15
3. PerencanaanKeperawatan...........................................................................16
BAB III LAPORAN KASUS
1. Pengkajian..................................................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................40
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................................42
4. Implementasi keperawatan.........................................................................45
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian..................................................................................................49
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................49
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................................52
4. Implementasi Keperawatan........................................................................52
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................52

1
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................55
2. Saran...........................................................................................................56

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah

neoplasma ovarium kistikta yang akrab dikenal dengan sebutan kista ovarium. Menurut

Prawirohardjo dalam bukunya ilmu kebidanan 2009, kista ovarium adalah suatu benjolan

atau tumor yang berada pada bagian organ ovarium yag dapat mengakibatkan

pembesaran pada perut bagian bawah.

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak (Neoplasma) ginekologi, tumor

jenis ini memiliki resiko tinggi berkembang menjadi tumor ganas (Maligna) yang disebut

sebagai kanker ovarium. Baik jenis neoplasma ataupu maligna, keduanya paling sering

dijumpai pada wanita masa subur, umumnya pada wanita usia lebih tua diatas 50 tahun,

post menopouse, dengan hampir 80% kasus Neoplasma ovarium kistik yang dialami

wanita dengan kriteria diatas.

Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda, terutama

pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul disebabkan oleh efek

massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas endrokin, atau akibat dari

komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi, dan putaran tangkai tumor.

(Rasjidi, Cahyono, Muljadi 2010).

Menurut demografi terakhir dari sumber data WHO. The American Cancer

Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru penyakit pada

ovarium didiagnosa dan 14.270 wanita di Amerika Serikat meninggal dunia karena

penyakit ini. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju,

dengan rata-rata 10 itemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 10.000. Insiden

3
di Amerika Selatan tercatat sebanyak 7,7 per 100.000 relative tinggi bila dibandingkan

dengan angka kejadian di Asia dan Afrika ( WHO, 2014 )

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400

penderita diantaranya sekitar 13.900 jiwa meninggal dunia ( Profil Kesehatan Indonesia

Tahu Kemenkes, 2015 )

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan tindakan

dengan salpingo oofarektomi bilateral indikasi neoplasma ovarium kistik di Rumah

Sakit Hermina Depok. Dan memperoleh gambaran pengetahuan tentang asuhan

Keperawatan dengan pasien NOK.

2. Tujuan Khusus

Agar penulis mampu :


a Mengkaji data pada pasien dengan NOK yang dilakukan tindakan salpingo
oofarektomi.
b Menginterprestasikan data dasar dan merumuskan diagnose keperawatan pada
Pasien dengan NOK yang dilakukan tindakan salpingo oofarektomi.
c Menentukan diagnose actual pada pasien dengan NOK yang dilakukan
tindakan salpingo oofarektomi.
d Menentukan tindakan segera pada pasien dengan NOK yang dilakukan
tindakan salpingo oofarektomi.
e Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan NOK yang
dilakukan tindakan salpingo oofarektomi.
f Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan NOK yang
dilakukan tindakan salpingo oofarektomi.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar NOK ( Neoplasma Kista Ovarium )

1. Definisi

Neoplasia secara harfiah diartikan sebagai pertumbuhan sel baru dalam tubuh
suatu organisme. Sel baru yang terbentuk itu disebut dengan neoplasma. Neoplasma
merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel - sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh (Robbins, 2010).
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang,
2013) Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur
(ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga
perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2009)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah,
dan cairan kental.

2. Klasifikasi

Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum
dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor
kista dari ovarium yang jinak dibagi dalam dua golongan yaitu golongan non-
neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista
dapat didapati sebagai :

5
a) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari
kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna.
Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel
tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu 60
hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang
sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista 4 cm adalah
pemeriksaan ultrasonografi awal,
dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista
4 cm
atau kista
menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
b) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista
luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.
Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi.
Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum
hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya
gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim,
2008).
c) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata,
berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan
tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam
bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain
– leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant (Yatim, 2008).

d) Kista Korpus Luteum


Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus
luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat
timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang

6
sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan
yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga
panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir (Yatim,
2008) pertumbuhannya satu elemen menghalangkan
elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan
germinativum (Rasjidi, 2010).
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi,
2010).
e) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum
pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada
umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan
lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan
yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi (Rasjidi, 2010).

7
3. Etiologi

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada


hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Faktor penyebab terjadinya
kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya
infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran gas
bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan kemudian akan
membantu tumbuhnya kista.
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga
akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat
mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan
memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakit kista. Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian
alat reproduksi lainnya.

b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga
maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel
jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan
lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.

8
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang
dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu,
terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-
lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi
serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk
tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di
dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga terjadi
obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit
kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi
risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress
manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti
merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.

9
4. Manifestasi Klinis

Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan.


Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh
yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh
darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah
buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak
pada kaki (Andang, 2013)
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat menstruasi,
nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi tidak
teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan.
Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh
yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh
darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah
buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak
pada kaki (Andang, 2013)
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian
bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa
penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba,
2009)
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah.
Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh
dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009)

5. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan


endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
10
LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal. Hal

11
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah
yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas
pada seorang wanita (Manuaba, 2010).

12
6. Pathway

Pre operasi

Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Kista ovarium
nyeri Kuran
g Perfusi
Pembesaran Ruptu
Jaringan
ovariumCemas r

Perdarahan

Intra Operasi
oovorektomi

Insisi pembedahan Suhu ruangan rendah


Pemasangan alat elektromedik couter dan posisi pembedahan

Resti
pendaraha Resti
hipoterm Resti

13
Post Operasi
Post Operasi

Inkontinuitas jaringan kulit Pengaruh obat anestesi


Kelemahan fisik efeksekunder anes

Resti injury
Robekan pada jaringan perifer
Peristalt
Gastro intestinalKesadaran Ekspa
Pertahanan primer
Terpapar tidak adekuat
Mikroorganisme Nyeri akut Refl menurun
System respirasi
ik nsi
ek
Gangguan Mua paru
nyaman l, Akumula
si Ses
Resti infeksi ak
Nausea
Rest Ganggu
i an pola
aspira

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarium antara lain:
a. Laparaskopi: Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari
ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi (USG): Menentukan letak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
c. Foto rontgen: Menentukan adanya hidrotoraks, apakah dibagian dada terdapat
cairan yang abnormal atau tidak sepertigigi dalam tumor.
d. Pemeriksaan darah: Tes petanda tumor (tumor marker) CA125 adalah suatu
protein yang konsentrasinya sangat tinggipada sel tumor khususnya pada kanker
ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap
keganasan

14
8. Komplikasi

Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :

a. Perdarahan kedalam kista


Biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit yang dapat
menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurangdarah (anemia).
b. Putaran tangkai
Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
c. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).

9. Penatalaksanaan

Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :


a. Pendekatan, pendekatan yang dilakukan pada klien tentang pemilihan pengobatan
nyeri dengan analgetik/tindakan kenyamanan seperti, kompres hangat pada
abdomen, dan teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011 dalam Laelati,
2017).
b. Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen dapat diberikan
kepada pasien dengan penyakit kista untuk mengurangi rasa nyeri (Manuaba,
2009 dalam Laelati 2017).
c. Pembedahan, Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi
semakin membesar, lakukan pemeriksaan ultrasound, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan pembedahan yang utama yaitu: laparaskopi dan
laparatomi (Yatim, 2008).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogr
terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan

15
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga
panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut
kemaluan (Yatim,2008).
b. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar
serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).

16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian data dasar

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa.

b. Identitas pasien

c. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut, adanya massa perut

d. Riwayat penyakit sekarang

e. Riwayat penyakit sebelumnya

 Riwayat KB

 Riwayat Menstruasi

 Riwayat kehamilan

 Adanya riwayat tumor

 Riwayat keluarga yang mederita kanker

f. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya

g. Data Khusus

1) Riwayat kebidanan paritas

2) Kelainan menstruasi
3) Jumlah dan warna darah

4) Pemeriksaan penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopo, servikografi,

pemeriksaan visual langsung,gineskopi.

17
2. Diagnosa

a. Pre operasi
1) Perfusi Jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan trauma ( ruptur
ovari ) ( D.0015 )
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasi
ovarium ) ( D.0077 )
3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit
dan prosedur tindakan ( D. 0080 )
b. Intra operasi
1) Cidera intra operatif berhubungan dengan kebutuhan pembedahan
( pemasangan alat electromedik couter ( D. 0135 )
2) Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan kamar operasi yang rendah
( D. 0132 )
3) Perdarahan berhubungan adanya insisi pembedahan ( D.0012 )
c. Post Operasi
1) Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran akibat
efek obat anestesi ( D. 0149 )
2) Gangguan Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen
farmakologis ( obat anastesi ) ( D.0005 )
3) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( insisi pembedahan )
( D.0077 )
4) Resiko Jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun, kondisi pasca
operasi ( D. 0143 )
5) Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis anastesi ( D.0076 )
6) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer ( insisi pembedahan ) ( D.0142 )

18
3. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA RENCANA RASIONAL


DX HASIL TINDAKAN
1 √ Aktual Setelah ☑ Pasien ☑ Observasi ☑ Memantau adanya
Perfusi jaringan tindakan mengatakan TTV perubahan kondisi
perifer tidak efektif keperawatan badan sudah dari tanda vital
berhubungan dengan terasa lebih ☑ Observasi ☑ Mengetahui
dengan trauma ( kriteria segar perdarahan banyaknya darah
ruptur ovari ) waktu yang ☑ Konjungtiva pervagina yang keluar
Ditandai dengan : ditentukan an anemis

 DS : perfusi ☑ Pasien Anjurkan
☑ Pasien jaringan tampak tidak pasien untuk ☑ Makanan tinggi
mengatakan perifer tidak pucat makan kalori dan protein
badan terasa efektif ☑ Hb > 10 makanan adalah makanan
lemas teratasi g/dL tinggi kalori yang mengandung
 DO : dan protein energi dan
☑ KU : Lemah menunjang proses

☑ Konjungtiva Libatkan penyembuhan
anemis keluarga untuk
☑ Klinis pucat memberi
☑ Hb < 10 g/dL pasien
makanan ☑ Pendampingan
TKTP keluarga untuk
☑ memantau
Kolaborasi pemberian makan
dengan dokter TKTP dengan
untuk efektif
pemberian
transfusi darah
dan pemberian
suplemen zat ☑ Transfusi untuk
besi menggatikan
banyaknya darah
yang keluar dan zat
besi untuk
membantu
meningkatkan
kadar HB
2 √ Aktual Setelah ☑ Pasien ☑ Observasi ☑ Memantau adanya
Nyeri aku tindakan mengatakan TTV perubahan kondisi
berhubungan keperawatan nyeri perut dari tanda vital
dengan t dengan berkurang/hi ☑ Kaji ☑ Mengetahui dan
pencedera kriteria lang skala,lokasi,ka mampu memberi
fisiologis age waktu yang ☑ Ekspresi rakterstikdan penatalaksaan
hiperplasia ditentukan wajah rileks lama nyeri nyeri secara
n

19
(

20
ovarium ) nyeri teratasi ☑ Skala nyeri komprehensif dan
Ditandai dengan : ringan sesuai intervensi
 DS : ☑ Pasien dapat ☑ Beri posisi ☑ Posisi nyaman
☑ Pasien istirahat nyaman mampu
mengatakan ☑ TTV dalam mengurangi nyeri
nyeri perut batas normal ☑ Anjurkan ☑ Relaksasi dan
kanan/kiri dalam distraksi mampu
bawah pengalihan menghambat
☑ nyeri (relaksasi syaraf simpatis
 DO : dan distraksi) yang menurunkan
☑ Ekspresi oksigen ke tubuh
wajah tegah dan otot sehingga
☑ Pasien tampak tubuh rileks dan
kesakitan perasaan menjadi
☑ Pasien tenang
memegang ☑
Libatkan ☑ Mampu
daerah yang keluarga saat mengurangi nyeri
sakit pengalihan dengan
☑ Sikap tubuh nyeri mengalihkan
kaku perhatian

☑ Hasil USG Kolaborasi ☑ Mampu
menunjukan dengan dokter mengurangi rasa
adanya kista ubtuk nyeri dengan
ovarium pemberian therapi
analgetik farmakologi
sesuai indikasi

3 √ Aktual Setelah ☑ Pasien ☑ aaji skala ☑ Mengetahui


Ansietas tindakan mengatakan cemas perubahan tingkat
berhubungan keperawatan siap untuk cemas pasien
dengan kurang dengan operasi ☑ Berikan ☑ Lingkungan tenang
terpaparnya kriteria ☑ Ekspresi lingkungan dan nyaman
informasi tentang waktu yang wajah rileks yang tenang memberikan rasa
penyakit, ditentukan ☑ Skala cemas dan nyaman relaksasi

pembedahan ansietas bekurang / Anjurkan ☑ Membuat perasaan
Ditandai dengan : teratasi skoring 0-1 pasien berdoa tenang dan cemas
 DS : berkurang
☑ Pasien ☑ Beri penkes ☑ Memberikan
mengatakan tentang kondisi pemahaman pasien
bingung akan dan prosedur terhadap tindakan
penyakitnya tindakan sehingga pasien
dan takut di mampu
operasi mengontrol rasa
 DO: cemas
☑ Ekspresi wajah ☑ Libatkan ☑ Suport keluarga
tegang keluarga untuk dapat mengurangi
☑ Skala cemas >2 memberi cemas pasien
suport metal karena merasa
diperhatikan
☑ Kolaborasi ☑ Obat sedatif untuk

21
dengan dokter membantu pasien
untuk lebih rileks
pemberian
sedatif
4 √ Resti Setelah ☑ Pasien tidak ☑ Kaji apakah ☑ Memastikan tanda
Cidera tindakan terjadi luka pasien vital pasien dalam
berhubungan keperawatan bakar mempunyai batas normal
dengan kebutuhan dengan selama factor resiko sebelum tindakan
pembedahan kriteria operasi sebelumnya, serta mengurangi
penggunaan alat waktu yang ☑ Integritas misal:luka resiko yang terjadi
elektromedik ditentukan kulis utuh bakar, selama operasi
Ditandai dengan : cidera intra injury,dislokas berlangsung
 DS : - operasi tidak i sendi
 DO : terjadi ☑ Kaji ulang ☑ Memastikan tidak
☑ Penggunakan keluhan pasien adanya cidera luka
alat couter post operasi bakar maupun
dislokasi sendi
selama operasi
berlangsung
☑ Jelaskan ke ☑ Mencegah
pasien tentang terjadinya
efek komplain apabila
pemasangan pasien ada keluhan
alat pasca operasi serta
elektromedik mampu
☑ Pasang patient memberikan
plate pada pemahaman pasien
bagian tubuh terhadap proses
berlemak tebal operasi

☑ Kolaborasi
dengan dokter ☑ Lemak tebal
untuk setting mampu melindungi
couter kulit dan
menyimpan energi
☑ Disesuaikan
kondisi yang
dibutuhkan agar
terhindar dari luka
bakar
5 √ Resti Setelah ☑ Pasien ☑ Monitor suhu ☑ Mengetahui suhu
Hipotermi tindakan mengatakan tubuh pasien tubuh dalam batas
berhubungan keperawatan tidak normal
dengan suhu dengan kedinginan ☑ Beri penkes ☑ Memberi informasi
ruangan rendah kriteria ☑ Kulit teraba tentang pasien terhadap
Ditandai dengan : waktu yang hangat penyebab resiko hipotermi
 DS : ditentukan ☑ Klinis hipotermi selama operasi
☑ Pasien hipotermi kemerahan ☑ Atur suhu ☑ Suhu ruangan
mengatakan tidak terjadi Suhu : 36,5- ruangan normal 22-230c
kedinginan 37,50c ☑ Gunakan ☑ Menjaga tubuh

22
 DO : blanket tetap hangat dan
☑ Kulit teraba penghangat mencegah
dingin hipotermi
☑ Klinis pucat ☑ Kolaborasi ☑ Mengurangi efek
☑ Suhu < 35 c dengn dokter menggigil pada
0

untuk pasien
pemberian
obat
antishivering

6 √ Resiko Setelah ☑ Tidak terjadi ☑ Monitor TTV ☑ Mengetahui nilai


Perderahan tindakan perdarahan TTV normal
berhubungan keperawatan ☑ TTV dalam ☑ Monitor ☑ Mencegah
dengan tindakan dengan batas normal perdarahan perdarahan yang
pebedahan kriteria ☑ Tidak ada pada daerah tidak teridentifikasi
Ditandai dengan : waktu yang distensi operasi ☑ Untuk menghitung

 DS : - ditentukan abdominal Catat intake balance cairan
 DO : perdarahan ☑
output ☑ Agar pasien dan
☑ Adanya insisi tidak terjadi Beri penkes keluarga tahu
pembedahan tentang resiko komplikasi
tindakan perdarahan pembedahan
laparatomi ☑ Mengurangi
☑ Kolaborasi perdarahan
dengan dokter
untuk
pemberian
obat
antikoagulan

7 √ Resti Setelah ☑ Ventilasi ☑ Kaji kesadaran ☑ Mengetahui


Aspirasi tindakan adekuat , tingkat kesadaran
berhubungan keperawatan batuk atau pasien
dengan penurunan dengan menelan ☑ Auskultasi ☑ Mengetahui
tingkat kesadaran kriteria dengan dada untuk prnumpukan
efek obat waktu yang efektif mendengar sekret di paru
anesthesi ditentukan ☑ Akumulasi suara saluran
Ditandai dengan : aspirasi tidak sekret pernafasan
☑ ☑
 DS :- terjadi berkurang Atur posisi Membebaskan
 DO : ☑ Pasien pasien ekstensi jalan nafas dan
☑ Adanya mampu atau sesuai mencegah muntah
perubahan menelan dan kebutuhan
☑ ☑
kedalaman atau batuk efektif Lakukan Mengurangi
kecepatan ☑ Saturasi suction bila penumpukan
pernafasan dalam batas terjadi sekret atau saliva
serta normal penumpukan di jalan nafas agar
penggunaan ☑ Kesadaran sekret atau nafas pasien
otot pernafasan CM ☑
saliva ☑
adekuat
☑ Kesadaran Beri penkes Memberi

23
sedatif dalam penting pengetahuan
☑ Pasien tampak nya batuk pasien terhadap
masih efektif dan apa yang harus
mengantuk menelan untuk dilakukan utuk
☑ Dyspnea, mencegah mengurangi
sianosis, aspirasi gangguan
gelisah, ☑ Libatkan pernafasan

Adanya sekresi keluarga dalam ☑ Memberi
pada saluran latihan nafas pengetahuan
nafas dengan efektif keluarga serta
suport untuk
pasien

8 √ Aktual Setelah ☑ Kesadaran  Kaji pola nafas ☑ Mengetahui


Pola nafas tidak tindakan CM frekuensi dan
efektif keperawatan ☑ suara nafas irama pernafasan
berhubungan dengan bersih  Beri posisi ☑ Posisi ekstensi
dengan efek agen kriteria ☑ tidak ada ekstensi atau dapat membuka
farmakologis ( waktu yang sianosis sesuai jalan nafas
obat anestesi ) ditentukan ☑ pasien tidak kebutuhan
Ditandai dengan : gangguan sesak  Anjurkan ☑ Menarik udara
 DS : pola nafas ☑ Menunjukan pasien nafas ke dalam lobus
☑ Pasien teratasi jalan nafas dalam bawah paru-paru
mengatakan yang dimana sebagian
nafas berat, adekuat besarterjadi
dada sesak ☑ Tidak ada transfer oksigen
 DO : tanda  Beri penkes ☑ Memberi
☑ Pasien tampak hipoksia pentingnya informasi kepada
sesak nafas dalam pasien agar
☑ Pasien agar gangguan berusaha
Kesadaran pola nafas mengatasi
sedatif teratasi gangguan pola
☑ Tampak nafasnya
sianosis  Libatkan ☑ Agar keluarga
☑ Terdengar keluarga untuk memahami
suara ronchi memotivasi kondisi pasien
☑ Pasien tampak pasien nafas dan turut dalam
gelisah dalam mengatasi
 Kolaborasi ☑ Bronkodilator
dengan dokter untuk meredakan
pemberian alat gejala akibat
bantu nafas penyempitan
jika diperlukan saluran pernafasan
dan obat
bronkodilator
sesuai indikasi
9 √ Aktual Setelah ☑ Pasien ☑ Kaji nyeri ☑ Mengetahui dan
Nyeri post operasi tindakan mengatakan secara mampu memberi
berhubungan keperawatan nyeri komprehensif penatalaksaan
dengan agen dengan berkurang (Lokasi, nyeri secara

24
pendera fisik ( kriteria ☑ Pasien karakteristik, komprehensif dan
insisi pembedahan waktu yang tampak durasi, sesuai intervensi
) ditentukan rileks frekuensi,
Ditandai dengan : nyeri teratasi Skala nyeri kualitas,
 DS : berkurang intensitas/berat
☑ Pasien ( 0-3 ) nya nyeri )
mengatakan ☑ Beri posisi ☑ Posisi nyaman
nyeri daerah nyaman mampu
luka operasi mengurangi nyeri
 DO : ☑ Anjurkan ☑ Relaksasi dan
☑ Ekspresi wajah pasien untuk distraksi mampu
tampak tegang melakukan menghambat
☑ Tampak pasien teknik syaraf simpatis
kesakitan relaksasi nafas yang menurunkan
☑ Skala nyeri 5-8 dalam serta oksigen ke tubuh
distraksi untuk dan otot sehingga
pengalihan tubuh rileks dan
nyeri perasaan menjadi
tenang
☑ Beri penkes ☑ Agar pasien
penyebab nyeri mengerti dan
mampu
memanagemen
nyeri
☑ Libatkan ☑ Mampu
keluarga untuk mengurangi nyeri
teknik distraksi dengan
mengalihkan
perhatian
☑ Kolaborasi ☑ Mampu
dengan dokter mengurangi rasa
untuk nyeri dengan
pemberian therapi
analgetik farmakologi
ekstra

10 √ Resti Setelah ☑ Pasien  Monitoring ☑ Mengetahui


Jatuh berhubungan tindakan mengatakan skoring jatuh perubahan skoring
dengan kekuatan keperawatan kedua kaki  Pastikan roda ☑ Mencegah TT
otot menurun, dengan sudah bisa TT dalam bergerak sendiri
kondisi pasca kriteria dgerakkan kondisi
operasi waktu yang ☑ Tampak terkunci

Ditandai dengan : ditentukan kedua kaki  Pasang Mencegah pasien
 DS : pasien jatuh tidak bisa handrail jatuh
mengatakan terjadi digerakkan tempat tidur
kedua kaki sesuai  Beri penkes ☑ Pasien
masih baal perintah tentang efek mengetahui
 DO : ☑ Skor jatuh sekunder tentang
☑ Pasien tampak rendah anastesi kondisinya pasca

25
belum bisa operasi
menggerakkan  Libatkan ☑ Agar pasien
kakinya keluarga berada dalam
☑ Skor jatuh untuk pengawasan
tinggi menjaga
☑ Pasien post pasien
anesthesi spinal  Kolaborasi ☑ Untuk diberikan
dengan SpAn therapi untuk
jika efek mengurangi efek
anastesi anastesi
memanjang

11 √ Aktual Setelah ☑ Pasien ☑ Monitor mual ☑ Mengetahui sejauh


Nausea tindakan mengatakan pasien mana mual yang
berhubungan keperawatan sudah tidak ☑ Anjurkan dirasakan
dengan efek agen dengan mual/ mual pasien untuk ☑ Nafas panjang
farmakologis kriteria berkurang melakukan dapat membantu
anastesi waktu yang ☑ Pasien nafas panjang menekan rasa mual
Ditandai dengan : ditentukan tampak saat mual
 DS : nausea dapat rileks dan muncul ☑ Mencegah

Pasien teratasi tidak ingin Berikan pasien terjadinya muntah
mengatakan muntah makan dan
merasa mual minum setelah
dan ingin mual ☑ Mengurangi rasa
muntah berkurang mual dan

 DO : Libatkan mencegah muntah
☑ Pasien tampak keluarga untuk
mual memberikan ☑ Mual merupakan
☑ Pasien tampak makan atau salah satu efek
ingin muntah minum sekunder anastes
tapi tidak bisa ☑ sedikit-sedikit ☑ Obat atiemetik
Beri penkes untuk
tentang efek menghilangkan
sekunder rasa mual
☑ anastesi
Kolaborasi
dengan dokter
untuk
mobilisasi
bertahap
12 √ Resti Setelah ☑ Balutan ☑ Kaji tanda- ☑ Mengetahui
Infeksi tindakan luka operasi tanda infeksi adanya infeksi
berhubungan keperawatan bersih dan ☑ Pertahankan ☑ Mencegah
dengan dengan kering teknik aseptik mikroorganisme
ketidakadekuatan kriteria ☑ Tidak ada masuk saat
pertahanan tubuh waktu yang tanda-tanda merawat luka
☑ ☑
primer ( insisi ditentukan infeksi pada Gunakan APD APD yg tidak
pembedahan ) infeksi tidak luka operasi sesuai standar standar dapat
Ditandai dengan : terjadi menimbulkan
 DS : - masuknya

26
 DO : mikroorganisme
☑ Pasien post ☑ Beri penkes ☑ Untuk
Laparatomi tentang meningkatkan
☑ Terdapat pentingnya daya tahan tubuh
balutan luka di diet TKTP dan mempercepat
abdomen proses
penyembuhan
luka
☑ Libatkan ☑ Dorongan
keluarga saat keluarga
pemberian dibutuhkan untuk
penkes pemulihan
☑ Kolaborasi ☑ Antibiotik dapat
dengan DPJP membantu
untuk mencegah
pemberian terjadinya
antibiotik keparahan infeksi
dosis tinggi

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. C
b. No MRN : 1040072xxx
c. Tgl lahir/ Umur : 06/08/1996 (26 Tahun)
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Suku/ bangsa : Jawa
g. Bahasa yang digunakan : Jawa / Indonesia

2. Assasment Awal Pasien Rawat Inap

ASESMEN AWAL PASIEN RAWAT INAP

ASESMEN MEDIS (diisi oleh dokter)


Petunjuk : Beri tanda ( √ ) pada kolom yang di anggap sesuai
Pasien Tiba diruangan tanggal: 15-02-2023, Pukul 15.30 , Asesmen dimulai tanggal: 15-02-2023 , Pkl
16.00
Anamnesis (auto / allo anamnesis), hubungan dengan pasien : Pasien sendiri
I. Anamnesis
1. Keluhan Utama ( lama, pencetus ) : Tumor pada ovarium

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Neoplasma Ovarium Kistik

3. Riwayat Penyakit Dahulu ( termasuk riwayat operasi ) : Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga : □ Tidak ada √ Ada, sebutkan Ibu : DM dan HT

5. Riwayat pekerjaan : Apakah pekerjaan pasien berhubungan dengan zat-zat berbahaya ( misalnya :
Kimia, Gas, Radiasi, dll ) √ Tidak □ Ya , sebutkan
6. Riwayat Alergi : √ Tidak ada □ Ada
7. Riwayat minum obat/ herbal/jamu sebelum ke RS : √ Tidak ada □ Ada
8. Obat yang sedang dikonsumsi √ Tidak ada □ Ada , sebutkan (lanjut rekonsiliasi oleh
farmasi klinik)
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : □ Tampak tidak sakit □ Sakit ringan √ Sakit sedang □ Sakit berat
2. Kesadaran : √ Compos mentis □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Sopor coma □
Coma
3. GCS :E4
M6 V5

28
4. Tanda Vital : TD :110/70 mmHg, Suhu : 36,50C, Nadi :80x/mnt, Pernafasan :20x/mnt
5. Pemeriksaan : Status generalis dan status lokalis (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
Usg : Tampak Tumor kistik pada ovarium kanan dan kiri
III. Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium, Radiologi, dll)
Hb : 11,6 g/Dl, USG : Tumor kistik ovarium kanan dan kiri
IV. Diagnosis Kerja : Neoplasma Ovarium Kistik
V. Diagnosis Banding :

VI. Permasalahan Medis :

Perdarahan

VII. Permasalahan Keperawatan :

nyeri

VIII. Rencana Asuhan dan Terapi ( Standing order ) Kolaborasi/ konsultasi


Terapi Inj Cefazolin 1x 2 gr, Inj dexketoprofen 3x 1

Tindakan :
Salpingoofarektomi

Konsultasi : tidak

Pemeriksaan penunjang :

IX. Hasil yang diharapkan / Sasaran Rencana Asuhan : Masalah


teratasi
-

Edukasi awal, tentang diagnosis, rencana, tujuan terapi kepada :


√ Pasien
√ Keluarga:
X. Rencana pulang : 2-3 hari / tidak dapat diprediksi

Telah dijelaskan Depok , 16/02/ 2023


Pasien/ Keluarga Dokter Penanggung Jawab Pelayanan

Ny. C Dr. A, SpOG

Nama Jelas & Tanda Tangan Nama Jelas & Tanda Tangan

29
ASESMEN KEPERAWATAN (Diisi Oleh Tenaga Keperawatan)

Petunjuk : Beri tanda ( √ ) pada kolom yang anda anggap sesuai


Asesmen dimulai : tanggal 16-02-2023 pkl 10.00
Diperoleh dari : √ Pasien □ Keluarga □ OT pasien □ PJ pasien □ Lain-lain

Cara masuk : √ Jalan tanpa bantuan □ Jalan dengan bantuan □ Dengan kursi roda □ Dengan
stretcher
Asal pasien : □ IGD □ Poliklinik □ Kamar bersalin □ Kamar operasi □ Rujukan √ FO

I. Status Sosial , Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan Dan Kebutuhan Privasi
1. Pekerjaan pasien : □ PNS/TNI/POLRI □ Swasta □ Pensiun □ Pelajar/ Mahasiswa √ Lain-lain :
BUMN
Pekerjaan penanggung jawab/OT pasien : □ PNS/ TNI/ POLRI √ Swasta □ Pensiun □ Lain-lain :
Pendidikan pasien : □ TK □ SD □ SMP □ SLTA √Akademi/PT □ Pasca Sarjana □ Lain-lain :
Pendidikan suami /Penanggung jawab/OT: □ SD □ SMP □ SLTA √ Akademi/ PT □ Pasca Sarjana
□ lain—lain
Cara pembayaran : √ Pribadi □ Perusahaan □ Asuransi □ lain-lain :
Tinggal bersama : √ Keluarga □ Orang tua □ Anak □ Mertua □ Teman □ Sendiri □ Panti Asuhan
□ Panti jompo □ Lain-lain
2. Agama : √ Islam □ Kristen □ Katolik □ Hindu □ Budha □ Konghucu □ lainnya
Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap :
√ Tidak □ Ya : □ Ketidak mampuan untuk mempertahankan praktek spiritual seperti biasa.
□ Perasaan negatif tentang sistem kepercayaan terhadap spiritual
□ Konflik antara kepercayaan spiritual dengan ketentuan system kesehatan.
□ Bimbingan Rohani
□ Lain – lain :
3. Suku / budaya : Jawa
4. Nilai-nilai kepercayaan pasien / keluarga: □ Ada √ Tidak ada
□ Tidak mau dilakukan tranfusi □ Tidak mau pulang dihari tertentu
□ Tidak mau imunisasi □ Tidak boleh menyusui (ASI)
□ Tidak memakan daging / ikan yang bersisik □Lain – lain

5. Kebutuhan privasi pasien : √ Tidak □ Ya


□ Keinginan waktu /tempat khusus saat wawancara & tindakan
□ Kondisi penyakit/ Pengobatan
□ Tidak menerima kunjungan, sebutkan jika ada

30
□ Tidak mau dirawat petugas laki-laki /perempuan
□ Transportasi □ Lain – lain

II. Anamnesis :
1. Diagnosa medis saat masuk : Neoplasma Ovarium Kistik
2. Keluhan Utama : Nyeri
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sering merasa nyeri perut, lalu periksa ke
dokter setelah di USG ternyata terdapat kista. Dokter menyarankan untuk operasi. Saat ini cemas
dan takut akan di operasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu termasuk riwayat pembedahan :
a. Penyakit yang pernah diderita : Disangkal
b. Pernah dirawat : □ Tidak √ Pernah, kapan 2016, Diagnosis medis: ISK
c. Pernah operasi/ tindakan: □ Tidak √ Ya, kapan : Tahun 2015, 2017, 2019
jenis operasi : SC
d. Masalah operasi/ pembiusan : √ Tidak □ Ya , sebutkan
5. Riwayat Penyakit Keluarga : □ Tidak ada √ Ada, sebutkan : Ibu ( DM dan HT )
6. Riwayat pemakaian obat/ herbal/jamu sebelum masuk RS : √ Tidak ada □ Ada
___ _ _ _ _ _ ____________, lanjut rekonsiliasi oleh farmasi klinik
7. Apakah pernah mendapatkan obat pengencer darah ( aspirin, warfarin,plavix dll )
√ Tidak, □ Ya, kapan
8. Riwayat Alergi: √ Tidak ada □ Ada, sebutkan
9. Nyeri : □ Tidak ada √ Ada, Dengan skala nyeri: □ NRS, √ FLACSS □ Wong Baker
Deskripsi : Provokes : □ Benturan □Tindakan √ Proses penyakit , □ Lain-lain
Quality : √ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam/tumpul □ Berdenyut □ Terbakar
□Tertindih benda berat □ Diremas □ Terpelintir □ Teriris
Region : √ Lokasi : Perut bagian bawah □ Menyebar: √ Tidak □ Ya
Severity : □ FLACSS, Score: 5 □ Wong Baker Faces, Score: √ NRS,Score : 5 BPS,Score :
Time/ durasi nyeri : 3-5 menit, tampak meringis dan memegang perut saat nyeri muncul
Jika ada keluhan nyeri lakukan asesmen lanjutan dan intervensi
10. Riwayat Tranfusi darah : √ Tidak pernah □ Pernah, kapan
Timbul reaksi □ Tidak / Ya
11. Golongan darah / Rh : √A □B □O □ AB Rh : √ Positif □ Negatif
12. Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi :
a. √ Tidak pernah □ Pernah, kapan Sudah berapa kali , terakhir_
b. Cara pemberian : □ Melalui Suntik □ Melalui infus □ Melalui oral / minum
c. Riwayat radioterapi: √ Tidak pernah □ Pernah, kapan , berapa kali _
d. Efek samping : □ Mual □ Muntah □ Jantung berdebar □ Pusing □ Rambut rontok

31
□ Lain-lain
13. Riwayat merokok : √ Tidak □ Ya, jumlah/hari Lamanya
14. Riwayat minum minuman keras : √ Tidak □Ya, jenis
Jumlah/hari
15. Riwayat penggunaan obat penenang : √ Tidak □Ya, jenis Jumlah/hari _
16. Riwayat Pernikahan : □ Belum menikah √ Menikah, Lama menikah: 9 tahun . Pernikahan
keberapa: 1

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum: □ Tampak tidak sakit □ Sakit ringan √ Sakit sedang □ Sakit berat
2. Kesadaran : √ Compos mentis □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Sopor coma □ Coma
3. GCS :E 4
M 6 V 5
4. Tanda Vital : TD 110/70 mmHg, Suhu : 36, C, Nadi : 80 x/mnt, Pernafasan : 20 x/ mnt
5. Antropometri : BB: 65 kg,TB: 155 cm, LK : tdd cm, LD: tdd cm, LP : tdd_ cm
6. Pengkajian Persistem dan pengkajian fungsi :
Pengkajian Hasil Pemeriksaan
Persistem/ fungsi
Sistem Susunan Kepala : √TAK □ Hydrocephalus □ Hematoma □ Mikrocepalus □ Lain-lain
saraf pusat
Ubun – ubun : √ Datar □ Cekung □ Menonjol □ Lain-lain
Wajah: √TAK □ Asimetris □ Bell’s Palsy □ Kelainan kongenital :
Leher : √ TAK □ Kaku Kuduk □ Pembesaran Tiroid □ Pembesaran KGB
□ Keterbatasan gerak □ Lain-lain
Kejang : √Tidak □ Ada, Tipe
Sensorik : √ Tidak ada kelainan □ Sakit nyeri □ Rasa kebas
Motorik : √ TAK □ Hemiparese □ Tetraparese
Sistem Penglihatan/ Gangguan penglihatan : √ TAK □ Ada : □ Miopi □ Hipermetropi □ Presbiopi
Mata
□ Astigmatisme □ Buta
Posisi mata : √ Simetris □ Asimetris
Pupil : √ Isokor □ Anisokor
Kelopak Mata : √ TAK □ Edema □ Cekung □ Lain-lain
Konjungtiva : □ TAK √ Anemis □ Konjungtivitis □ Lain-lain
Sklera : √ TAK □ Ikterik □ Perdarahan □ Lain-lain
Alat bantu penglihatan: √Tidak □ Ya □ Mata palsu □ Kaca mata □ Lensa kontak
Sistem Pendengaran √ TAK □ Nyeri □Tuli □ Keluar cairan □ Berdengung □ Lain-lain
Menggunakan alat bantu pendengaran : □ Tidak □ Ya
Sistem Penciuman √ TAK □ Asimetris □ Pengeluaran cairan □ Polip □ Sinusitis □ Epistaksis
□ Lain lain
Sistem Pernafasan Pola napas : √ Normal □ Bradipneu □ Tachipneu □ Kusmaull □ Cheyne stokes

32
□ Biots □ Apneu □ Lain-lain
Retraksi : √ Tidak □ Ya,
NCH : √ Tidak □ Ya
Jenis pernafasan : √ Dada □ Perut □ Alat bantu napas, sebutkan
Irama napas : √ Teratur □ Tidak teratur
Terpasang WSD : √ Tidak □ Ya, Produksi
Kesulitan bernapas : √ Tidak □ Ya, jika ya : □ Dispneu □ Orthopneu
□ Lain-lain
Batuk dan sekresi : √ Tidak □ Ya, jika ya: □ Produktif □ Non produktif
Warna sputum : □ Putih □ Kuning □ Hijau □ Merah √ Tidak
Suara napas : √ Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Kreckles
Perkusi : √ Sonor □ Hiper sonor □ Redup
Sistem Warna kulit : √ Normal □ Kemerahan □ Sianosis □ Pucat □ Lain-lain
Kardiovaskuler/ Clubbing Finger : √ Tidak □ Ya
jantung
Nyeri dada √ Tidak □ Ya , sebutkan
Denyut nadi: √ Teratur □ Tidak teratur
Sirkulasi : √ Akral hangat □ Akral dingin □ Rasa kebas □ Palpitasi
□ Edema, lokasi
Pulsasi : √ Kuat □ Lemah □ Lain-lain
CRT : √ < 2 detik □ > 2 detik
Bunyi jantung: √ Normal □ Murmur □ Gallop
Sistem Pencernaan Mulut : √ TAK □ Stomatitis □ Mukosa kering □ Lain-lain
Gigi : √ TAK □ Karies □ Tambal □ Goyang □ Gigi palsu □ Lain-lain
Lidah : √ Bersih □ Kotor □ Lain-lain
Tenggorokan : √ TAK □ Hiperemis □ Pembesaran Tonsil □ Sakit menelan
Abdomen : √ TAK □ Lembek □ Distensi □ Kembung □ Asites □
hepatomegali □ Splenomegali □ Nyeri tekan/lepas, lokasi
□ Ada benjolan/ massa, lokasi
Peristaltik usus: √ TAK □ Tidak ada bising usus □ Hiperperistaltik
Anus : √ TAK □ Atresia Ani □ Haemoroid □ Fistula □ Lain – lain
BAB: √ TAK □ Konstipasi □ Melena □ Inkontinensia alvi □ Colostomy
□ Diare Frekuensi /hari
Sistem Kebersihan : √ Bersih □ Kotor □ Bau □ Lain-lain
Genitourinaria Kelainan : √ TAK □ Hipospadia □ Hernia □ Hidrokel □ Ambigous
□ Phimosis □ Lain-lain--
BAK : √ TAK □ Anuria □ Disuria □ Poliuria □ Retensi urin
□ Inkontinensia urin □ Hematuri □ Urostomy, Warna
Palpasi : √ TAK, □ Ada kelainan,
Perkusi : √ TAK, □ Nyeri ketok, lokasi :
Sistem Reproduksi Wanita
Menarche : umur : 14 th, Siklus haid: 30 hari, Lama haid : 7 hari, HPHT : -
Gangguan haid: □ TAK □Dismenorhe √ Metrorhagi □Spotting □Lain-lain :
Penggunaan alat kontrasepsi: √ Tidak □ Ya, sebutkan
Payudara : √ TAK □Benjolan □Tampak seperti kulit jeruk □ Lain-lain

33
Puting susu: □ menonjol □ lece □ masuk kedalam,
ASI sudah keluar/belum, □ Keluar darah/cairan
Tanda – tanda mastitis : □ Bengkak □ Nyeri □ Kemerahan √ Tidak ada
Uterus : TFU : tdd , Kontraksi uterus : keras / lembek
Laki-laki ( Tidak dikaji pasien wanita )
Sirkumsisi : □ Tidak □ Ya
Gangguan prostat: □ Tidak □ Ya Lain-lain :

Sistem Integumen Turgor : √ Kembali cepat □ Kembali lambat □ Kembali sangat lambat
Warna : √ TAK □ Ikterik □ Pucat
Integritas : √ Utuh □ Dekubitus □ Rash/ruam □ Ptekiae
Kriteria risiko dekubitus : □ Pasien immobilisasi □ Penurunan kesadaran
□ Malnutrisi □ Inkontinensia uri/alvi □ Kelumpuhan
□ Penurunan persepsi sensori : □ kebas
□ Penurunan respon nyeri √ tidak ada
(Bila terdapat satu atau lebih kriteria di atas,lakukan pengkajian dengan
menggunakan formulir pengkajian resiko dekubitus/ score Braden Scale)
Sistem Pergerakan sendi : √ Bebas □ Terbatas
Muskuloskletal
Kekuatan otot : √ Baik □ Lemah □ Tremor
Nyeri sendi : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Oedema : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Fraktur : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Parese : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Postur tubuh : √ Normal □ Skoliosis □ Lordosis □ Kyphosis
Sistem Endokrin Mata : √ TAK  Exophtalmus  Endophtalmus
Metabolik Leher : √ TAK  Pembesaran kelenjar tiroid
Ekstremitas : √ TAK  Tremor  Berkeringat

IV. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik


1. Kognitif
√ Orientasi penuh □ Pelupa □ Bingung
2. Motorik
a. Aktifitas sehari-hari : √ Mandiri □ Bantuan minimal □ Bantuan sebagian □
Ketergantungan total
b. Berjalan : √ Tidak ada kesulitan □ Perlu bantuan □ Sering jatuh □
Kelumpuhan
□ Paralisis □ Deformitas □ Hilang keseimbangan
c. Riwayat patah tulang: tidak □ Lain – lain
d. Alat ambulasi : □ Walker □ Tongkat □ Kursi roda √ Tidak
menggunakan
e. Ekstremitas atas : √ Tidak ada kesulitan □ Lemah

34
f. Ekstremitas bawah : √ TAK □ Varises □ Edema □ Tidak simetris □ Lain –lain
g. Kemampuan menggenggam : √ Tidak ada kesulitan □ Ada, sejak □ Lain-lain
h. Kemampuan koordinasi : √ Tidak ada kelainan □ Ada masalah:
i. Kesimpulan gangguan fungsi : □ Ya (konsul DPJP ) dan asesmen fungsi oleh fisioterapi
√ Tidak ( tdk perlu konsul DPJP )
3. Pengkajian risiko pasien jatuh
a. Risiko Jatuh Humpty Dumpty
□ Risiko rendah 0 – 6 □ Risiko sedang 7 – 11 □ Risiko Tinggi ≥ 12
b. Risiko Jatuh Morse (Pasien dewasa dan pasien yang dirawat di ruang non intensif)
√ Risiko rendah 0 – 24 □ Risiko sedang 25 – 44 □ Risiko Tinggi ≥ 45
c. Risiko jatuh geriatri ( usia > 60 tahun ) Ontario Modified Stratify- Sydney Scoring)
□ 0-5 Risiko rendah □ 6-16 Risiko sedang □ > 16 Risiko tinggi
Keterangan : Gelang warna kuning dipasang pada asesmen risiko tinggi dan lakukan
asesmen lanjutan
4. Proteksi
a. Status Mental : √ Orientasi □ Tidak ada respon □ Agitasi □ Menyerang √ Kooperatif
□ Letargi □ Disorientasi : □ Orang □Tempat □ Waktu
b. Penggunaan restrain : √ Tidak
□ Ya, alasan :□ Membahayakan diri sendiri □ Membahayakan
orang lain
□ Merusak lingkungan /peralatan □ Gaduh gelisah
□ Pembatasan gerak
□ Kesadaran menurun □ Pasien geriatri dengan
keterbatasa
n
Jenis restraint : □ Mekanik □ Farmakologi □ Psikologi □ Penghalang □ Pengikatan □
Lain-lain
5. Psikologis
Status psikologis : □ Tenang √ Cemas □ Sedih □ Depresi □ Marah □ Hiperaktif □
Mengganggu sekitar
□ Lain-lain : skala cemas 2, ekspresi wajah tegang
6. Kebutuhan pendidikan / komunikasi dan pengajaran
a. Bicara : √ Normal □ Tidak gangguan bicara sejak
b. Bahasa sehari-hari : □ Indonesia √ Daerah : Jawa □ Inggris aktif/ pasif □ Lain-lain
c. Penerjemah : √ Tidak □ Ya, Bahasa : □ bahasa isyarat □ Ya □ Tidak
d. Hambatan belajar : √ Tidak □ Ya□ Bahasa □ Cemas □ Kognitif □ Pendengaran □
Emosi
□ Hilang memori □ Motivasi buruk □ Masalah penglihatan □
Kesulitan bicara
□ lain-lain :
e. Cara belajar yang disukai : □ Menulis √ Diskusi □ Mendengar □ Demonstrasi □
Membaca
□ Audio/visual
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi : √ Bersedia □ Tidak
g. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang :□ Proses penyakit □ Terapi
atau obat
□ Nutrisi □ Penggunaan alat medis √ Tindakan □ Manajemen nyeri □ Manajemen risiko
jatuh
□ Vaksinasi □ Cuci tangan □ Penggunaan APD □ Transfusi darah □ Intervensi diet □
Warfarin
□ Edukasi diabetes □ Penyakit Khusus □ Tindakan pencegahan □ Lain –lain

35
h. Perencanaan Pemberian Edukasi sesuai Kebutuhan : Penkes persiapan dan prosedur
operasi

SKRINING GIZI OLEH PERAWAT


Dewasa ( berdasarkan Nutritional Risk Screening / NRS – 2002 )
Skor
No Kriteria 0 1 2 3
1 Penurunan BB sebesar > 5% : √Tidak □ Ya , jika ya dalam kurun waktu : 3 0
bulan terakhir( skor 1) , 2 bulan ( skor 2 ) , 1 bln ( skor 3 )
2 ATAU ada penurunan asupan makan dari kebutuhan dalam seminggu terakhir : 0
√ Tidak □ Ya, jika ya sebesar : penurunan 25% ( skor 1) , 50% ( skor 2 ),
75% ( skor 3)
Bila ada indikasi keduanya pilih skor tertinggi
3 Ada penyakit penyerta/ kebutuhan khusus : √ Tidak □ Ya , skor 3 0
4 Usia pasien < 70 tahun ( skor 0 ) ≥ 70 tahun ( skor 1 ) 0
Total skor
Risiko Nutrisi : √ Tidak (Total skor 1-2) □ Ya ( Total skor ≥ 3 ), lanjutkan asuhan gizi oleh
ahli gizi

Anak ( Berdasarkan STRONG )

No Aspek Yang Dinilai Tidak Ya


1 Apakah pasien tampak kurus
2 Penurunan BB selama 1 bulan terakhir ?( berdasarkan penilaian obyektif data BB bila
ada/ penilaian subyektif dari orangtua pasien atau untuk bayi ≤ 1 tahun BB tidak naik
selama 3 bln terakhir)
3 Apakah terdapat kondisi salah satu diare ≥ 5 kali / hari, muntah ≥3 kali/ hari &
asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir
4 Adakah penyakit / keadaan yang mengakibatkan pasien berisiko mengalami
malnutrisi?
Total skor
Risiko Nutrisi : □ Rendah ( Total skor 0 ) □ Sedang ( Total skor 1-3 ) □ Tinggi ( Total skor
4-5 ) , Risiko sedang dan tinggi lanjut asuhan gizi oleh ahli gizi

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

√ Nyeri  Keselamatan pasien  Tumbuh kembang  Nutrisi


□ Pola Tidur  Suhu Tubuh  Perfusi jaringan 
Eliminasi
□ Mobilitas
/aktifitas  Pengetahuan/komunikasi  Jalan nafas/pertukaran gas  Konflik
peran
□ Integritas kulit □ Perawatan diri □ Keseimbangan cairan dan elektrolit
□ Infeksi □ Pola nafas √ Lain – lain : Cemas

RENCANA KEPERAWATAN
1. Kaji TTV pasien dan skala cemas

36
2. Anjurkan pasien melakukan relaksas nafas panjang saat nyeri muncul

3. Anjurkan pasien untuk berdoa sesuai keyakinannya

SASARAN ASUHAN YANG DIHARAPKAN SESUAI RENCANA

Nyer dan cemas teratasi

PERENCANAAN PERAWATAN INTERDISIPLIN/REFERAL

1. Diet dan nutrisi : √ Tidak □ Ya :


2. Rehabilitasi medik : √ Tidak □ Ya :
3. Farmasi :√ Tidak □ Ya :
4. Perawatan luka :√ Tidak □ Ya :
5. Manajemen nyeri : Tidak √Ya : Pemberian analgetik
6. Lain-lain :√ Tidak □ Ya :

PERENCANAAN PEMULANGAN PASIEN (DISCHARGE PLANNING)


Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : □ Tidak √ Ya
Lama perawatan rata- rata : 2-3 hari, tanggal rencana pulang : 4-5 November 2021

Perencanaan edukasi pasien pulang :

□ Perawatan diri/ personal hygiene □ Perawatan nifas/ post SC


√ Perawatan luka □ Perawatan bayi
√ Pemantauan pemberian obat □ Bantuan medis/ perawatan di rumah ( Home care )
□ Perawatan payudara □ penanganan kejang/ demam / diare saat dirumah
□ Pemantauan diet □ Lain – lain
Bila salah satu jawaban “ Ya “ dari kriteria perencanaan pemulangan pasien /discharge
planning dibawah ini, maka akan dilanjutkan asesmen dan perencanaan asuhan pada formulir
discharge planning
1. Geriatri □ Ya √ Tidak
2. Umur > 65 tahun □ Ya √ Tidak
3. Keterbatasan mobilitas □ Ya √ Tidak
4. Perawatan lanjutan ( menggunakan alat, perawatan luka) □ Ya √ Tidak
5. Pengobatan lanjutan ( DM, TBC, Jantung, kemoterapi ) □ Ya √ Tidak
6. Keterbatasan aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari □ Ya √ Tidak

Asesmen transportasi
1. Transportasi pulang : √ Mandiri □ Berjalan  Dibantu sebagian  Dibantu keseluruhan

37
2. Transportasi yang digunakan : √ Kendaraan pribadi ( mobil , beroda dua )  Mobil ambulance
□ Kendaraan umum sebutkan

Tanggal/ bulan/ tahun : 16/02/ 2023/ Pukul : 10:00


Yang Melakukan Pengkajian Verifikasi DPJP

( Br. H ) ( dr A, SpOg )
Tanda Tangan & Nama Jelas Tanda Tangan & Nama

3. Assasmen Perioperatif Keperawatan


3. Asessment Peri Operatif Keperawatan
a. Pra Operasi
Tanggal 16-02-2023, jam : 10.00 WIB, oleh : Br. H, data diperoleh dari Ny. C
dan Keluarga
1) Kesadaran Umum: □Baik Sakit □ringan √Sakit sedang □Sakit berat
2) Kesadaran : √Compos Mentis □Apatis □Somnolen □Sopor □Soporkoma
□Koma
3) GCS : E4 M6 V5
4) Tanda-Tanda Vital : Suhu 36,8˚ C, Nadi 80x/menit, TD 110/70 MmHg,
Respirasi: 20x/menit, TB 155 cm, BB 65 Kg
5) Gol Darah : A/ Rhesus (positif)
6) Asesmen Nyeri : □ Tidak Ada √ Ada Skor nyeri 5 (0-10), Tipe Akut,
Deskripsi seperti ditusuk-tusuk, Frekuensi hilang timbul, Lama Nyeri 3-5
menit.VAS (Visual Analog Scale), tampak meringis dan memegang perut saat
nyeri muncul
7) Status Mental : √ Orientasi □Tidak ada respon □Agitasi/Gelisah □Menyerang
√Kooperatif □Letargi □Disorientasi
8) Status Psikologis : □Tenang √Cemas □Sedih □Depresi □Marah □Hiperaktif
□Mengganggu sekitar √ Lain-lain: ekspresi wajah tegang, skala cemas 2
9) Riwayat Penyakit Pasien : □ Hipertensi □ DM □Hepatitis □HIV □Asma
□Jantung √ Lain-lain: Tidak Ada
10) Riwayat Penyakit Keluarga : √ Hipertensi √ DM □Hepatitis □HIV □Asma
□Jantung □Lain-lain:

38
11) Indikasi Operasi : Neoplasma Ovarium Kistik
12) Jenis Operasi : Salpingo oofarektomi
13) Keluhan Utama/Alasan Masuk : Pasien mengatakan sering merasa nyeri
perut, lalu periksa ke dokter setelah di USG ternyata terdapat kista. Dokter
menyarankan untuk operasi. Saat ini cemas dan takut akan di operasi
14) Pengobatan Saat Ini : Tidak ada
15) Alat Bantu Yang digunakan : √Tidak □Ya, sebutkan
16) Operasi Sebelumnya : SC tahun 2016
17) Komplikasi Operasi/Anastesi Yang Lalu : Tidak ada
18) Alergi : √Tidak ada □Tidak diketahui □Ada,sebutkan
19) Hasil Laboratorium : √Pre op sedang □Lain-lain
20) Kebutuhan Pendidikan/Edukasi : √Penyakit □ Obat-obatan √Tindakan
21) Kesediaan Menerima Edukasi/ Pendidikan : √Bersedia □Tidak
22) Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara priotitas:
Dalam Batas
Lokasi
Normal Keterangan
Pemeriksaan
Ya Tidak
Kepala 
Leher 
Abdomen  Nyeri saat di tekan
Genetalia 
Integumen 
Ekstremitas 

Cheklist Pre Operatif


Cheklist Verifikasi Pasien Cheklist Persiapan Pasien
No Kegiatan Ya Tidak No Kegiatan Ya Tidak
1 Periksa gelang √ 1 Puasa makan/minum √
identitas dan resiko jam (05.00 WIB)
2 Surat pengantar √ 2 Protesa luar dilepas √
operasi (gigi palsu, soflens)

39
3 Surat persetujuan √ 3 Menggunakan protese √
operasi dalam (pacemaker,
implant, protese
panggul, VP shunt)
4 Surat persetujuan √ 4 Make up, cat kuku √
anastesi dihapus, perhiasan
dilepas
5 Masalah √ 5 Persiapan kulit √
bahasa/Komunikasi dicukur/pembersihan
luka operasi
6 Gigi palsu, soflens & √ 6 Pengosongan kandung √
face maker implant, kemih/huknah
protese
7 Periksa kelengkapam √ 7 Infuse terpasang/ √
RM/RJ IV line
8 Hasil laboratorium √ 8 Persediaan darah √
9 Hasil x-Ray/ CT √ 9 BJJ didengarkan √
scan/ MRI, EKG frek:........
10 Konsultasi spesialis √ 10 Obat yang disertakan √
lain: penyakit dalam
/jantung/paru-paru
11 Penandaan area / √ 11 Obat yang terakhir √
lokasi operasi diberikan

Perawat Yang Mengkaji

Br. H, AMK

b. Intra Operasi
1) Timeout : √Ya □Tidak
2) Status Psikologi : √Tenang □Cemas □Sedih □Depresi □Marah □Hiperaktif
□Menggangu sekitar □Lain-lain
3) Mulai Operasi : Jam : 11.00 WIB Selesai Operasi : 12.20 WIB

40
4) Jenis Operasi : Bersih Tercemar
5) Tipe Operasi : √ Elektif □ Darurat □ Operasi One Day Care (ODC)
6) Tingkat Kesadaran Waktu Masuk Kamar Operasi : √CM □Apatis
□Samnolen □Sopor □Soporkoma □Koma
7) Jenis Anastesi : √Spinal □Umum/general □Lokal □Blok nervus □Lain-lain
8) Posisi Pemasangan IV Line : √Tangan Kiri □Kaki Kanan/Kiri □Arterial Line
□CVP □Lain-lain
9) Posisi Operasi : √Terlentang □Litotomi □Tengkurap □Lateral Kanan/Kiri
□Lain-lain
10) Posisi Lengan : √Lengan Terlentang Kanan/Kiri □Lengan Terlipat Kanan/Kiri
□Lain-Lain
11) Posisi Alat Bantu Yang Digunakan : √Papan Penyangga Lengan □Papan
Penyangga Kaki □Lain-Lain
12) Memakai Kateter Urine : □Tidak √Ya, dilakukan di √OK □Ruangan
13) Persiapan Kulit Dibersihkan/Cuci Menggunakan : □Iodine 7,5% √Iodeine
10% □Alkohol 70% □Chlorhexidin
14) Pemakaian Cauter : □Tidak √Monopolar □Bipolar □Lain-Lain
15) Lokasi Patient Plate : □Bokong √Paha Kanan/Kiri □Lain-lain
16) Integritas Kulit Sebelum Operasi : √Utuh □Menggelembung/bula □Lesi
□Lain-Lain
17) Pemeriksaan Kondisi Kulit Sesudah Operasi : √Utuh □Menggelembung/bula
□Lesi □Lain-Lain
18) Penghangat : √Tidak □Ya
19) Pemakaian Tournikuet : □Tidak √ Ya, Tipe : Manset tensimeter
20) Pemakain Implant : √Tidak □Ya
21) Pemasangan Drain : √Tidak □Ya
22) Irigasi Luka : √Sodium Chloride 0,9% □Antibiotik □RL □H2O2
23) Pemasangan Tampon : √Tidak □Ya
24) Spesimen : √ PA □Sitologi □Kultur □Jenis Jaringan □VC

□Tidak Perawat Sirkulasi Perawat RR

Sr.L Sr.Y

41
c. Pasca Operasi
1) Pasien Pindah ke RR Tanggal : 16/02/2023 Jam: 12.30 WIB, Keadaan Umum :
√Baik □Sedang □Sakit Berat
2) Keluhan Saat di RR : □Mual □Muntah □Pusing √Nyeri Luka Operasi √Kaki
Terasa Baal □Menggigil
3) Tingkat Kesadaran : √Compos Mentis □Mudah Dibangunkan □Tidak Berespon
4) Tanda-Tanda Vital : Suhu 36,5˚C, Nadi 84x/Menit, TD 110/70 MmHg,
Respirasi:18x/menit, TB 155 CM, BB 65 Kg
5) Kesadaran : GCS : E4 M5 V6
6) Jalan Nafas : √Tidak Ada Masalah □Ya: Oral/Nasal/ Lainnya
7) Pernafasan : √Spontan □Dibantu
8) Terapy Oksigen : □Tidak √Ya, 2 liter/menit √Nasal □Sungkup □Intubasi
9) Kulit : □Kering √Lembab √Merah Muda √Hangat/Dingin □Lainnya
10) Sirkulasi Anggota Badan : √Merah Muda □Kebiruan √CRT <2 detik
11) Posisi Pasien : □Lateral Ka/Ki √Terlentang □Lainnya
12) Kondisi Balutan : √ Kering □Terdapat Rembesan
13) Asesmen Nyeri : □Tidak Ada √Ada, Skore Nyeri : 4 (0-10), Tipe : √Akut
□Kronik, Deskripsi : Seperti Teriris, Frekuensi : □Jarang √Hilang Timbul
intensitas 3-5 menit □Terus menerus
14) Assesment Resiko Jatuh Pasca Tindakan, Skor : 15
15) Cairan Masuk
√Infus Kristaloid:500cc
Koloid : 500cc
□Transfusi : 0 cc
Cairan Keluar
□Urine 300
□Perdarahan : 300cc
Total Cairan Keluar : 600 cc
Total Cairan Masuk : 1000 cc

Perawat RR

Sr.Y

42
Kebutuhan Edukasi : √Penyakit, Pengobatan, dan Perawatan □Gizi/Diet Pasien
√Perawatn Luka □Lain-lain
Therapi :
- Infus RL-D5 28 tpm
- Kaltrofen Supp 4x1
- Sinkronik 3x1 tab
- Kalnex 3x1 tab
- Zegavit 1x1 tab
- Diet Biasa
Rumusan Masalah Pasca Operasi:
1) Nyeri operasi
2) Resiko Jatuh
Perencanaan :
1) Pasang penghalang tempat tidur, bantu aktivitas pasien
2) Kaji nilai resiko jatuh
3) Kaji skala nyeri
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

43
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Pre Operatif
a) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasi ovarium )
b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi tentang
penyakit dan prosedur tindakan
2. Diagnosa Intra Operatif
a) Resti cidera berhubungan dengan kebutuhan pembedahan (
pemasangan alat electromedik couter
3. Diagnosa Post Operatif
a) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( luka post operasi )
b) Resiko jatuh berhubungan dengen kekuatan otot menurun, kondisi pasca
operasi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Agen pencedera Degeneratif Ovarium
 Pasien mengatakan fisiologis ( hiperplasia
sering merasa nyeri ovarium )
pada bagian perut, Hiperplasia Ovarium
periksa hasil USG ada
kista
DO : Nyeri
 Ekspresi wajah tampak
tegang
 Tampak pasien
memegang perut saat
nyeri muncul
 Skala nyeri 5
 Sikap tubuh yang kaku

2 DS : Kurang terpapar Tindakan Operasi


 Pasien mengatakan imformasi tentang
cemas akan di operasi pembedahan
Kurang informasi penyakit
dan pembedahan
DO :
 Skala cemas 2

 Ekspresi wajah pasien Cemas


tampak tegang

3 DS : Peemasangan alat Pembedahan


 Pasien mengatakan elektromedik
kedua kaki tidak bisa

44
digerakkan
Pemasangan alat
DO : elektromedik
 Tampak kehilangan
sensori pada kaki
Resti cidera intra operasi
 Pemasangan plate
couter di paha kanan

4 DS : Agen pencedera fisik ( Efek pembedahan


 Pasien mengatakan insisi pembedahan )
nyeri daerah luka
operasi, seperti teriris ± Agen pencedera fisik (
3-5 menit hilang timbul Insisi pembedahan

DO :
 Ekspresi wajah tampak
meringis kesakitan Nyeri

 Tampak memegangi
bagian luka

 Skala nyeri 5

5 DS : Penurunan kekuatan otot Anastesi spinal


 Pasien mengatakan
kaki masih terasa baal
Penurunan keuatan otot
DO :
 Pasien riwayat anastesi
spinal
Resiko Jatuh
 Tampak kedua kaki
belum bisa digerakkan
sesuai perintah

 Skoring jatuh : 15

45
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
1 Pre Operasi 16-02-2023 Setelah  Pasien √ Kaji KU, TTV
Resti √ Aktual Jam 10.00 dilakukan mengatakan dan keluhan pasien
Nyeri berhubungan Br. H, tindakaan sudah tidak √ Beri penkes
dengan agen pencedera AMK keperawatan sakit seperti tentang penyebab
fisiologis ( hiperplasia selama tertusuk nyeri pasien
ovarium ) 2 x 24 jam  Ekspresi √ Anjurkan pasien
Ditandai dengan : diharapkan wajah rileks untuk melakuka
DS : nyeri dapat teknik relaksasi
√ Pasien mengatakan teratasi saat nyeri muncul
nyeri di bagian perut √Libatkan keluarga
seperti tertusuk, skala untuk mengalihkan
nyeri 5 hilang timbul nyeri pasien
kurang lebih 3-5 menit √ Kolaborasi
DO : dengan DPJP untuk
 Ekspresi wajah pemberian
meringis saat nyeri analgetik
muncul
 Pasien tampak
memegang perut
saat nyeri muncul

2 Resti √ Aktual 16-02-2023 Setelah  Pasien  Kaji tingkat 16-02-2023


Ansietas berhubungan Jam 10.05 dilakukan mengatakan cemas Jam 14.00
dengan Br. H, tindakan sudah tidak  Berikan Br. H,
√Kurangnya terpapar AMK keperawatan cemas dan lingkungan AMK
informasi tentang selama siap untuk yang tenang,
prosedur tindakan 1 x 24 jam operasi dan anjurkan
operasi, Inteprestasi diharapkan  Skala cemas tetap rileks
informasi ansietas berkurang  Berikan
Ditandai dengan : pasien dapat  Ekspres kesempatan
DS : berkuarang wajah rileks untuk
 Pasien atau hilang mengungkapka
mengatakan n pertanyaan,
cemas akan di dan berikan
operasi umpan balik
DO :  Anjurkan
 Skala cemas 2 pasien berdoa
 Ekspresi wajah  Libatkan
pasien tampak keluarga/ orang
tegang terdekat pasien
untuk
memberikan
suport mental
 Beri penkes
mengenai
prosedur
persiapan
pembedahan,
dan berikan
penjelasan

46
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
secara
akurat,dan
nyata tentang
tindakan yang
akan dilakukan.
 Kolaborasi
dengan SpAN
untuk
pemberian
premedikasi

3 Intra Operasi 16-02-2023 Setelah  Pasien bebas  Kaji apakah 16-102-2023


√ Resti Aktual Jam 11.00 dilakukan dari cidera pasien Jam 13.30
Cidera posisi operatif Br. H, tindakan selama mempunyai Br. H, AMK
berhubungan dengan AMK keperawatan operasi ; factor resiko
√ Kebutuhan selama seperti luka sebelumnya
pembedahan ( 1 x 4 jam bakar, injury,  Kaji ulang
pemasangan elektro pada fase dislokasi keluhan pasien
medik ) intra operatif, sendi,dll post operasi
diharapkan  Pasang patient
Ditandai dengan : resiko tidak plate di tempat
DS : terjadi berlemak tebal
 Pasien  Beri penkes
mengatakan pada pasien
kedua kaki tidak tentang posisi
bisa digerakan dan
DO : pemasangan
 Kehilangan alat
sensori pada elektromedik
bagian kaki  Libatkan
 Terpasangnya keluarga saat
alat- alat penjelasan
elektromedik pemasangan
 Posisi klien saat alat
operasi terlentang elektromedik
 Kolaborasi
dengan
operator untuk
settngan couter
dan bila ada
perubahan
posisi
4 Post Operasi 16-02-2023 Setelah  Pasien  Kaji nyeri (
Resti √ Aktual Jam 14.00 dilakukan menyatakan PQRST )
Nyeri berhubungan Br. H, tindakan nyeri hilang/  Beri posisi
dengan AMK keperawatan berkurang. yang nyaman
√Agen pencedera fisik ( selama  Ekspresi  Beri penkes
insisi pembedahan ) 4 x 24 jam wajah tampak tentang
Ditandai dengan : diharapkan rileks penyebab nyeri
DS : Nyeri dapat  Skala nyeri  Ajarkan teknik
 Klien hilang atau berkurang relaksasi nafas
mengatakan nyeri terkontrol dalam
daerah luka  Libatkan
operas,nyeri seperti keluarga untuk
teriris ±3-5 menit mengalihkan

47
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
hilang timbul nyeri pasien (
DO : Teknik
 Ekspresi wajah distraksi )
meringis  Kolaborasi
kesakitan, tampak dengan DPJP
memegangi untuk
bagian luka pemberian
 Skala nyeri 5 analgetik ekstra
jika masih
kesakitan
dengan terapi
yg diberikan
5 √ Resti Aktual 16-02-2023 Setelah  Pasien  Monitoring 16-02-2023
Jatuh berhubungan Jam 14.00 dilakukan mengatakan skoring jatuh Jam 15.00
dengan Br. H, tindakan kedua kaki  Pastikan roda Br. H, AMK
√ kekuatan otot AMK keperawatan sudah tidak TT dalam
menurun, efek anastesi selama 1 x 4 baal dan bisa kondisi
Ditandai dengan : jam digerakkan terkunci
 Pasien mengatakan diharapkan  Tampak  Pasang handrail
kaki masih terasa jatuh tidak kedua kaki tempat tidur
 Beri penkes
baal terjadi bisa
tentang efek
digerakkan
sekunder
DO :  Pasien aastesi
 Pasien riwayat mampu mika  Libatkan
anastesi spinal miki mandiri keluarga untuk
 Tampak kedua kaki  Skoring jatuh menjaga pasien
belum bisa rendah  Kolaborasi
digerakkan sesuai dengan SpAn
perintah jika efek
 Skoring jatuh anastesi
tinggi : 15 memanjang

48
D. IMPLEMENTASI
Tanggal Nama
Dan Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan & TTD
Waktu Perawat
16/02/2023 - Mengkaji keluhan pasien :
10.00 WIB Pasien mengatakan sering nyeri perut, periksa ke dokter
Br. H
di USG ternyata ada kista dan dianjurkan untuk operasi.
Saat ini cemas dan takut akan di operasi
10.05 WIB Menjelaskan mengenai prosedur persiapan pembedahan
dan memberikan penjelasan secara akurat dan nyata
tentang tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan Br. H
pada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien dan
keadaan pasien : Keluarga mengerti dan kooperatif
10.10 WIB Memberi penkes tentang Penyebab nyeri : Pasien
Br. H
mengerti
10.15 WIB Melibatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien :
Br. H
Keluarga mengerti dan kooperatif
10.20 WIB Menganjurkan pasien tetap tenang/ rileks dan
memberikan lingkungan yang tenang : Pasien mengerti
Br. H
dan mengikuti anjuran perawat, pasien tampak tegang,
lingkungan tenang sudah diberikan
10.25 WIB Melibatkan keluarga/ orang terdekat pasien untuk
memberi suport mental : Keluarga tampak menemani Br. H
pasien
10.30 WIB Menganjurkan pasien untuk berdoa : pasien berdoa sesuai Br. H

49
dengan agamanya
10.35 WIB - Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian
analgetik : belum perlu
- Kolaborasi dengan SpAn untuk pemberian premedikasi Br. H
tidak dilakukan : pasien mampu mengontrol rasa
cemasnya
16/02/2023 Mengkaji Keluhan pasien mengenai resiko cidera pada
11.00WIB tubuh pasien: Tidak ada bekas luka bakar dan tidak ada Br. H
bekas operasi, tidak ada kekakuan sendi
11.05 WIB Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai
pemasangan alat elektromedis dan posisi pembedahan :
Br. H
Penkes dilakukan saat diruang persiapan, pasien dan
keluarga mengerti
11.10WIB - Meminta ijin kepada dokter anasthesi untuk
memposisikan pasien setelah dilakukan tindakan
pembiusan : Pasien diposisikan terlentang, dengan
posisi tangan terlentang kanan dan kiri dengan alat Br. H
bantu penyangga lengan, posisi sudah sesuai
- Memasang patient plate di tempat yang berlemak tebal
: patient plate dipasang di paha sebelah kiri
11.15 WIB Mengobservasi selama operasi berlangsung adakah
penekanan pada tubuh pasien : Tidak ada penekanan Br. H
pada
anggota tubuh pasien
12.40 WIB - Mengkaji ulang cemas dan keluhan pasien pasca
pembedahan : Pasien mengatakan sudah lega selesai
operasi, pasien mengatakan kaki masih terasa baal.
Br. H
Kesadaran CM, pasien tampak tenang skala cemas 0 ,
aktivitas dibantu, pasien post anastesi spinal, skor jatuh
pasca pembedahan : 15
13.00 WIB Memasang penghalang tempat tidur dan mengunci roda
tempat tidur : Tempat tidur terkunci, penghalang tempat Br. H
tidur terpasang, pasien aman dari jatuh
13.10 WIB Membei penkes tentang efek anastesi : Pasien dan Br. H

50
keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan
keluarga
13.15 WIB Melibatkan keluarga untuk menjaga pasien : Keluarga
Br. H
mengerti
13.20 WIB Mengobservasi TTV setiap 15 menit : Hasil terlampir
pada catatan harian perawat dan form pemantauan
Br. H
anasthesi TD: 110/70 mmHg N: 84 x/menit, nadi teraba
kuat reguler, S: 36,5 ˚C
14.20 WIB Mengkaji ulang Keluhan pasien : Pasien mengatakan
tidak ada kekakuan sendi, luka operasi sudah mulai terasa
nyeri, nyeri dirasakan didaerah luka operasi, nyeri seperti
Br. H
teriris-iris, nyeri dirasakan hilang timbul, dengan
intensitas sedang 3-5menit, pasien tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 4
14.25 WIB Memberikan penkes mengenai nyeri yang terjadi pada
pasien: Pasien dan keluarga mengerti dengan penjelasan Br. H
perawat
14.30 WIB Mengajurkan pasien tekhnik relaksasi : Pasien dapat
Br. H
meelakukan nafas dalam
14.35 WIB Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi :
Br. H
tampak keluarga mengajak pasien mengobrol
14.40WIB Membantu pasien untuk melakukan ambulasi dini sesuai
Br. H
kondisi/program : Pasien dibantu miring kiri
14.45 WIB Kolaborasi dengan SpAn jika efek anastes memanjang
tidak dilakukan : pasien sudah mulai bisa menggerakan Br. H
kakinya sesuai perintah

51
E. EVALUASI
TANGGAL/
EVALUASI TTD
JAM
16-02-2023 S: Pasien mengatakan sudah merasa tenang karena
14.30 WIB operasi telah selesai dan berlangsung dengan
selamat, pasien mengatakan tidak ada rasa
kekakuan pada anggota tubuhnya, pasien
mengatakan kaki sudah bisa digerakan, pasien
mengatakan masih merasa lemas, pasien
mengatakan luka operasi di perut sudah mulai
terasa nyeri teriris ± 3-5 menit hilang timbul.
O: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, GCS : 15 , akral hangat, suhu
36,5˚ C, tekanan darah 110/70 MmHg, nadi
Sr.A
84x/menit,teraba kuat dan reguler, nafas spontan
respirasi 20x/menit, pasien tampak tenang skala
cemas 0 , pasien tampak meringis bila kesakitan,
skala nyeri 5 (0-10) , tidak terdapat luka bakar,
integritas kulit utuh, tidak terdapat injury pada
tubuh, rentang gerak normal, terpasang kateter
produksi jernih, tidak ada rembesan, pasien
masih bedrest, pasien post anastesi spinal, skore
resiko jatuh : 15
A: Dx. I Nyeri pre operasi teratasi
Dx. II Ansietas teratasi

52
Dx. III Resiko cidera operatif tidak terjadi
Dx. IV Nyeri post operasi belum teratasi
Dx. V Resiko Jatuh idak terjadi
P: Hentikan intervensi Dx I, Dx II dan Dx
III, Lanjutkan intervensi Dx IV

53
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa
tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.
Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013). Kantung ini lama-lama
dapat tumbuh menjadi besar dan menekan organ sekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri pada
bagian perut. Dari hasil pengkajian pada Ny. C di temukan keluhan nyeri pada bagian perut,
hasil USG menunjukan adanya kista, dan pasien merasa cemas akan dioperasi.

Saat dilakukan pembedahan, pasien terpasang alat elektromedik plate couter.

Pasca pembedahan pasien merasa kedua kaki belum bisa digerakkan akibat efek dari anastesi
spinal dan nyeri pasca operasi muncul karena adanya luka operasi pada abdomen.

Data yang diperoleh pada Ny. C sudah sesuai dengan teori yang ada

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa Preoperatif
Diagnosa preoperatif nyeri berhubungan dengan pembesaran ovarium, Cemas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang pembedahan yang akan
dilakukan dan hasil akhir pascaoperatif (Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009)
Berdasarkan pengkajian pada Ny. C didapatkan diagnosa keperawatan pre operatif
sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasia ovarium )
b. Cemas/Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang prosedur
pembedahan/operasi
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa diagnosa keperawatan pre
operatif sudah sesuai dengan teori.

54
2. Diagnosa Intra Operatif
Diagnosa Intraoperatif menurut Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009 yaitu
Resiko cedera intraoperative berhubungan dengan kebutuhan pembedahan (
pemasangan alat elektromedik.)
Hasil pengkajian intra operatif pada Ny. C didapatkan diagnosa resiko cidera
posisi operatif berhubungan dengan pemasangan alat elektromedik .
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa diagnosa keperawatan intra
operasi terdapat kesamaan antara diagnosa yang ada pada teori dengan diagnosa yang
ada pada pasien Ny. C
.
3. Diagnosa Pasca Operatif

Diagnosa Pasca Operatif Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
efek insisi pembedahan (Nurarif dan Hardhi, 2015), Resiko jatuh berhubungan dengan
menurunnya kekuatan otot (efek anastesi) (Nurarif dan Hardhi, 2015).

Pada Ny. C didapatkan diagnose Pasca Operatif yaitu:

a. Resti jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun akibat anestesi Spinal
b. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik akibat insisi pembedahan

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa diagnose keperawatan pasca


operatif pada Ny. C sudah sesuai dengan teori.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi atau perencanaan yang penulis susun dengan Standar Rencana Asuhan
Keperawatan pada dasarnya sama dan sudah sesuai dengan intervensi tinjauan teori.
Perbedaan karakteristik pasien yang menjalani salpingoofarektomi menyebabkan penulis
dalam menyusun rencana keperawatan menyesuaikan dengan masalah yang dialami oleh
pasien dan memprioritaskan masalah menurut Hierarki maslow dan menentukan tujuan
yang direncanakan untuk mengurangi masalah yang dialami pasien

55
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan ini didasarkan pada intervensi


keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan yang muncul. Meliputi implementasi
keperawatan pre operasi, intra operasi, dan post operasi.Sebagian besar komponen
intervensi yang meliputi observasi, tindakan mandiri perawat, melibatkan keluarga,
pemberian pendidikan kesehatan, dilakukan selama implementasi. Namun, kolaborasi
tidak dilakukan karena advist dokter sudah tertulis pada laporan operasi dan laporan
anastesi. Melibatkan keluarga saat post op ttidak dilakukan karena tidak
diperbolehkannya penunggu masuk di ruang recovery.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi formatif didokumentasikan berupa respon pasien yang langsung didapat


setelah implementasi dilakukan. Evaluasi sumatif yang didapat setelah semua
implementassi dilakukan dan di gunakan saat pasien akan pindah ruangan, dan tidak
semua masalah yang ada bisa teratasi di kamar operasi

56
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kista ovarium adalah suatu bentuk neoplasma pada ovarium yang memiliki

struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama

menoupause. Penatalaksanaan pada kista ovarium bisa dilakukan dengan beberapa cara

seperti pendekatan penatalaksanaan nyeri, pemberian obat anti inflamasi non sterod dan

pembedahan.

Prinsip pembedahan pada kista ovarium, apabila kista berukuran kecil dapat

dilakukan dengan laparaskopi sedangkan bila kista berukuran besar dilakukan

pembedahan laparatomi.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan ini maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

a. Selama masa pemulihan pasien dianjurkan untuk tidak takut bergerak agar luka

operasi tidak kaku dan mobilitas usus dapat segera membaik.

57
b. Disarankan untuk banyak makanan yang mengandung tinggi protein atau kaya protein

yang dapat membantu proses penyembuhan dan pemulihan luka Operasi dengan

cepat.

58
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi : GINEKOLOGI. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran


– Bandung :1981

Hilgers R. G : Maligna Neoplasma Of The Vagina Gynekol. Obstet. 4 : 44,1980

Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan ( Handbook Of Nursing Diagnosis : Penerbit


EGC, 1995

Marilyn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C, Geissler, Rencana Asuhan


Keperawatan . Penerbit EGC, 2000

59

Anda mungkin juga menyukai