DI SUSUN OLEH :
HARYANTO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
DEPOK “. Laporan Presentasi kasus ini merupakan salah syarat guna memenuhi
Segala kesulitan dan hambatan dalam penyusunan laporan ini dapat selesai
karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di sekeliling penyusun. Untuk
terutama kepada :
Fitra Diana selaku Mentor yang telah meluangkan waktu memberi bimbingan
3. Istri yang senantiasa memberi bantuan dan dukungan secara matriil dan non
matriil.
4. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah turut
ii
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak penulis tidak
akan mampu menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari pula bahwa
dalam penulisan laporan ini masih terdapat bayak kekurangan. Oleh karena itu,
kedepannya
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
BABII TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Neoplasma Ovarium Kistik
1. Definisi ................................................................................................. 5
2. Klasifikasi ............................................................................................. 5
3. Etiologi ................................................................................................ 7
4. Manifestasi klinis.................................................................................. 9
5. Patofisiologi.......................................................................................... 9
6. Pemeriksaan penunjang..............................................................................12
7. Komplikasi.................................................................................................13
8. Penatalaksanaan..........................................................................................13
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian..................................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................15
3. PerencanaanKeperawatan...........................................................................16
BAB III LAPORAN KASUS
1. Pengkajian..................................................................................................24
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................40
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................................42
4. Implementasi keperawatan.........................................................................45
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian..................................................................................................49
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................49
3. Perencanaan Keperawatan..........................................................................52
4. Implementasi Keperawatan........................................................................52
5. Evaluasi Keperawatan................................................................................52
1
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................55
2. Saran...........................................................................................................56
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah
neoplasma ovarium kistikta yang akrab dikenal dengan sebutan kista ovarium. Menurut
Prawirohardjo dalam bukunya ilmu kebidanan 2009, kista ovarium adalah suatu benjolan
atau tumor yang berada pada bagian organ ovarium yag dapat mengakibatkan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak (Neoplasma) ginekologi, tumor
jenis ini memiliki resiko tinggi berkembang menjadi tumor ganas (Maligna) yang disebut
sebagai kanker ovarium. Baik jenis neoplasma ataupu maligna, keduanya paling sering
dijumpai pada wanita masa subur, umumnya pada wanita usia lebih tua diatas 50 tahun,
post menopouse, dengan hampir 80% kasus Neoplasma ovarium kistik yang dialami
Sebagian besar kelainan ovarium tidak menimbulkan gejala dan tanda, terutama
pada tumor yang kecil. Tanda dan gejala yang biasanya timbul disebabkan oleh efek
massa yang menekan organ-organ abdomen, aktifitas endrokin, atau akibat dari
komplikasi yang terjadi, misalnya perdarahan, infeksi, dan putaran tangkai tumor.
Menurut demografi terakhir dari sumber data WHO. The American Cancer
Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru penyakit pada
ovarium didiagnosa dan 14.270 wanita di Amerika Serikat meninggal dunia karena
penyakit ini. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju,
dengan rata-rata 10 itemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 10.000. Insiden
3
di Amerika Selatan tercatat sebanyak 7,7 per 100.000 relative tinggi bila dibandingkan
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400
penderita diantaranya sekitar 13.900 jiwa meninggal dunia ( Profil Kesehatan Indonesia
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Neoplasia secara harfiah diartikan sebagai pertumbuhan sel baru dalam tubuh
suatu organisme. Sel baru yang terbentuk itu disebut dengan neoplasma. Neoplasma
merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel - sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh (Robbins, 2010).
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas,
cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang,
2013) Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi
material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur
(ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja. (Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya memenuhi rongga
perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2009)
Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah,
dan cairan kental.
2. Klasifikasi
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum
dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor
kista dari ovarium yang jinak dibagi dalam dua golongan yaitu golongan non-
neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista
dapat didapati sebagai :
5
a) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari
kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna.
Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel
tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm (Yatim, 2008).
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang dalam waktu 60
hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang
sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista 4 cm adalah
pemeriksaan ultrasonografi awal,
dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista
4 cm
atau kista
menetap dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
b) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista
luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.
Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi.
Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum
hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya
gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim,
2008).
c) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik, permukaan rata,
berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan
tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam
bermacam-macam stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain
– leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant (Yatim, 2008).
6
sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan
yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga
panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir (Yatim,
2008) pertumbuhannya satu elemen menghalangkan
elemen–elemen lain. Selain itu, kista tersebut juga berasal dari lapisan
germinativum (Rasjidi, 2010).
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi,
2010).
e) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum
pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada
umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan
lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan
yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi (Rasjidi, 2010).
7
3. Etiologi
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang olahraga
maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel
jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh jaringan
lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
8
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat yang
dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan merokok dan
mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu,
terjadi kanker, peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-
lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang
tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi
serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk
tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di
dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga terjadi
obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena penyakit
kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi
risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress
manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti
merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
9
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
11
tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah
yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas
pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
12
6. Pathway
Pre operasi
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Kista ovarium
nyeri Kuran
g Perfusi
Pembesaran Ruptu
Jaringan
ovariumCemas r
Perdarahan
Intra Operasi
oovorektomi
Resti
pendaraha Resti
hipoterm Resti
13
Post Operasi
Post Operasi
Resti injury
Robekan pada jaringan perifer
Peristalt
Gastro intestinalKesadaran Ekspa
Pertahanan primer
Terpapar tidak adekuat
Mikroorganisme Nyeri akut Refl menurun
System respirasi
ik nsi
ek
Gangguan Mua paru
nyaman l, Akumula
si Ses
Resti infeksi ak
Nausea
Rest Ganggu
i an pola
aspira
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarium antara lain:
a. Laparaskopi: Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari
ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas.
b. Ultrasonografi (USG): Menentukan letak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung
kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
c. Foto rontgen: Menentukan adanya hidrotoraks, apakah dibagian dada terdapat
cairan yang abnormal atau tidak sepertigigi dalam tumor.
d. Pemeriksaan darah: Tes petanda tumor (tumor marker) CA125 adalah suatu
protein yang konsentrasinya sangat tinggipada sel tumor khususnya pada kanker
ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap
keganasan
14
8. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
adalah :
9. Penatalaksanaan
15
laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan kedalam rongga
panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut
kemaluan (Yatim,2008).
b. Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar
serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).
16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa.
b. Identitas pasien
c. Keluhan utama
Riwayat KB
Riwayat Menstruasi
Riwayat kehamilan
g. Data Khusus
2) Kelainan menstruasi
3) Jumlah dan warna darah
4) Pemeriksaan penunjang
17
2. Diagnosa
a. Pre operasi
1) Perfusi Jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan trauma ( ruptur
ovari ) ( D.0015 )
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasi
ovarium ) ( D.0077 )
3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit
dan prosedur tindakan ( D. 0080 )
b. Intra operasi
1) Cidera intra operatif berhubungan dengan kebutuhan pembedahan
( pemasangan alat electromedik couter ( D. 0135 )
2) Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan kamar operasi yang rendah
( D. 0132 )
3) Perdarahan berhubungan adanya insisi pembedahan ( D.0012 )
c. Post Operasi
1) Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran akibat
efek obat anestesi ( D. 0149 )
2) Gangguan Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen
farmakologis ( obat anastesi ) ( D.0005 )
3) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( insisi pembedahan )
( D.0077 )
4) Resiko Jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun, kondisi pasca
operasi ( D. 0143 )
5) Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis anastesi ( D.0076 )
6) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer ( insisi pembedahan ) ( D.0142 )
18
3. Intervensi
19
(
20
ovarium ) nyeri teratasi ☑ Skala nyeri komprehensif dan
Ditandai dengan : ringan sesuai intervensi
DS : ☑ Pasien dapat ☑ Beri posisi ☑ Posisi nyaman
☑ Pasien istirahat nyaman mampu
mengatakan ☑ TTV dalam mengurangi nyeri
nyeri perut batas normal ☑ Anjurkan ☑ Relaksasi dan
kanan/kiri dalam distraksi mampu
bawah pengalihan menghambat
☑ nyeri (relaksasi syaraf simpatis
DO : dan distraksi) yang menurunkan
☑ Ekspresi oksigen ke tubuh
wajah tegah dan otot sehingga
☑ Pasien tampak tubuh rileks dan
kesakitan perasaan menjadi
☑ Pasien tenang
memegang ☑
Libatkan ☑ Mampu
daerah yang keluarga saat mengurangi nyeri
sakit pengalihan dengan
☑ Sikap tubuh nyeri mengalihkan
kaku perhatian
☑
☑ Hasil USG Kolaborasi ☑ Mampu
menunjukan dengan dokter mengurangi rasa
adanya kista ubtuk nyeri dengan
ovarium pemberian therapi
analgetik farmakologi
sesuai indikasi
21
dengan dokter membantu pasien
untuk lebih rileks
pemberian
sedatif
4 √ Resti Setelah ☑ Pasien tidak ☑ Kaji apakah ☑ Memastikan tanda
Cidera tindakan terjadi luka pasien vital pasien dalam
berhubungan keperawatan bakar mempunyai batas normal
dengan kebutuhan dengan selama factor resiko sebelum tindakan
pembedahan kriteria operasi sebelumnya, serta mengurangi
penggunaan alat waktu yang ☑ Integritas misal:luka resiko yang terjadi
elektromedik ditentukan kulis utuh bakar, selama operasi
Ditandai dengan : cidera intra injury,dislokas berlangsung
DS : - operasi tidak i sendi
DO : terjadi ☑ Kaji ulang ☑ Memastikan tidak
☑ Penggunakan keluhan pasien adanya cidera luka
alat couter post operasi bakar maupun
dislokasi sendi
selama operasi
berlangsung
☑ Jelaskan ke ☑ Mencegah
pasien tentang terjadinya
efek komplain apabila
pemasangan pasien ada keluhan
alat pasca operasi serta
elektromedik mampu
☑ Pasang patient memberikan
plate pada pemahaman pasien
bagian tubuh terhadap proses
berlemak tebal operasi
☑ Kolaborasi
dengan dokter ☑ Lemak tebal
untuk setting mampu melindungi
couter kulit dan
menyimpan energi
☑ Disesuaikan
kondisi yang
dibutuhkan agar
terhindar dari luka
bakar
5 √ Resti Setelah ☑ Pasien ☑ Monitor suhu ☑ Mengetahui suhu
Hipotermi tindakan mengatakan tubuh pasien tubuh dalam batas
berhubungan keperawatan tidak normal
dengan suhu dengan kedinginan ☑ Beri penkes ☑ Memberi informasi
ruangan rendah kriteria ☑ Kulit teraba tentang pasien terhadap
Ditandai dengan : waktu yang hangat penyebab resiko hipotermi
DS : ditentukan ☑ Klinis hipotermi selama operasi
☑ Pasien hipotermi kemerahan ☑ Atur suhu ☑ Suhu ruangan
mengatakan tidak terjadi Suhu : 36,5- ruangan normal 22-230c
kedinginan 37,50c ☑ Gunakan ☑ Menjaga tubuh
22
DO : blanket tetap hangat dan
☑ Kulit teraba penghangat mencegah
dingin hipotermi
☑ Klinis pucat ☑ Kolaborasi ☑ Mengurangi efek
☑ Suhu < 35 c dengn dokter menggigil pada
0
untuk pasien
pemberian
obat
antishivering
23
sedatif dalam penting pengetahuan
☑ Pasien tampak nya batuk pasien terhadap
masih efektif dan apa yang harus
mengantuk menelan untuk dilakukan utuk
☑ Dyspnea, mencegah mengurangi
sianosis, aspirasi gangguan
gelisah, ☑ Libatkan pernafasan
☑
Adanya sekresi keluarga dalam ☑ Memberi
pada saluran latihan nafas pengetahuan
nafas dengan efektif keluarga serta
suport untuk
pasien
24
pendera fisik ( kriteria ☑ Pasien karakteristik, komprehensif dan
insisi pembedahan waktu yang tampak durasi, sesuai intervensi
) ditentukan rileks frekuensi,
Ditandai dengan : nyeri teratasi Skala nyeri kualitas,
DS : berkurang intensitas/berat
☑ Pasien ( 0-3 ) nya nyeri )
mengatakan ☑ Beri posisi ☑ Posisi nyaman
nyeri daerah nyaman mampu
luka operasi mengurangi nyeri
DO : ☑ Anjurkan ☑ Relaksasi dan
☑ Ekspresi wajah pasien untuk distraksi mampu
tampak tegang melakukan menghambat
☑ Tampak pasien teknik syaraf simpatis
kesakitan relaksasi nafas yang menurunkan
☑ Skala nyeri 5-8 dalam serta oksigen ke tubuh
distraksi untuk dan otot sehingga
pengalihan tubuh rileks dan
nyeri perasaan menjadi
tenang
☑ Beri penkes ☑ Agar pasien
penyebab nyeri mengerti dan
mampu
memanagemen
nyeri
☑ Libatkan ☑ Mampu
keluarga untuk mengurangi nyeri
teknik distraksi dengan
mengalihkan
perhatian
☑ Kolaborasi ☑ Mampu
dengan dokter mengurangi rasa
untuk nyeri dengan
pemberian therapi
analgetik farmakologi
ekstra
25
belum bisa operasi
menggerakkan Libatkan ☑ Agar pasien
kakinya keluarga berada dalam
☑ Skor jatuh untuk pengawasan
tinggi menjaga
☑ Pasien post pasien
anesthesi spinal Kolaborasi ☑ Untuk diberikan
dengan SpAn therapi untuk
jika efek mengurangi efek
anastesi anastesi
memanjang
26
DO : mikroorganisme
☑ Pasien post ☑ Beri penkes ☑ Untuk
Laparatomi tentang meningkatkan
☑ Terdapat pentingnya daya tahan tubuh
balutan luka di diet TKTP dan mempercepat
abdomen proses
penyembuhan
luka
☑ Libatkan ☑ Dorongan
keluarga saat keluarga
pemberian dibutuhkan untuk
penkes pemulihan
☑ Kolaborasi ☑ Antibiotik dapat
dengan DPJP membantu
untuk mencegah
pemberian terjadinya
antibiotik keparahan infeksi
dosis tinggi
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. C
b. No MRN : 1040072xxx
c. Tgl lahir/ Umur : 06/08/1996 (26 Tahun)
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Suku/ bangsa : Jawa
g. Bahasa yang digunakan : Jawa / Indonesia
5. Riwayat pekerjaan : Apakah pekerjaan pasien berhubungan dengan zat-zat berbahaya ( misalnya :
Kimia, Gas, Radiasi, dll ) √ Tidak □ Ya , sebutkan
6. Riwayat Alergi : √ Tidak ada □ Ada
7. Riwayat minum obat/ herbal/jamu sebelum ke RS : √ Tidak ada □ Ada
8. Obat yang sedang dikonsumsi √ Tidak ada □ Ada , sebutkan (lanjut rekonsiliasi oleh
farmasi klinik)
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : □ Tampak tidak sakit □ Sakit ringan √ Sakit sedang □ Sakit berat
2. Kesadaran : √ Compos mentis □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Sopor coma □
Coma
3. GCS :E4
M6 V5
28
4. Tanda Vital : TD :110/70 mmHg, Suhu : 36,50C, Nadi :80x/mnt, Pernafasan :20x/mnt
5. Pemeriksaan : Status generalis dan status lokalis (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
Usg : Tampak Tumor kistik pada ovarium kanan dan kiri
III. Pemeriksaan Penunjang(Laboratorium, Radiologi, dll)
Hb : 11,6 g/Dl, USG : Tumor kistik ovarium kanan dan kiri
IV. Diagnosis Kerja : Neoplasma Ovarium Kistik
V. Diagnosis Banding :
Perdarahan
nyeri
Tindakan :
Salpingoofarektomi
Konsultasi : tidak
Pemeriksaan penunjang :
Nama Jelas & Tanda Tangan Nama Jelas & Tanda Tangan
29
ASESMEN KEPERAWATAN (Diisi Oleh Tenaga Keperawatan)
Cara masuk : √ Jalan tanpa bantuan □ Jalan dengan bantuan □ Dengan kursi roda □ Dengan
stretcher
Asal pasien : □ IGD □ Poliklinik □ Kamar bersalin □ Kamar operasi □ Rujukan √ FO
I. Status Sosial , Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan Dan Kebutuhan Privasi
1. Pekerjaan pasien : □ PNS/TNI/POLRI □ Swasta □ Pensiun □ Pelajar/ Mahasiswa √ Lain-lain :
BUMN
Pekerjaan penanggung jawab/OT pasien : □ PNS/ TNI/ POLRI √ Swasta □ Pensiun □ Lain-lain :
Pendidikan pasien : □ TK □ SD □ SMP □ SLTA √Akademi/PT □ Pasca Sarjana □ Lain-lain :
Pendidikan suami /Penanggung jawab/OT: □ SD □ SMP □ SLTA √ Akademi/ PT □ Pasca Sarjana
□ lain—lain
Cara pembayaran : √ Pribadi □ Perusahaan □ Asuransi □ lain-lain :
Tinggal bersama : √ Keluarga □ Orang tua □ Anak □ Mertua □ Teman □ Sendiri □ Panti Asuhan
□ Panti jompo □ Lain-lain
2. Agama : √ Islam □ Kristen □ Katolik □ Hindu □ Budha □ Konghucu □ lainnya
Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap :
√ Tidak □ Ya : □ Ketidak mampuan untuk mempertahankan praktek spiritual seperti biasa.
□ Perasaan negatif tentang sistem kepercayaan terhadap spiritual
□ Konflik antara kepercayaan spiritual dengan ketentuan system kesehatan.
□ Bimbingan Rohani
□ Lain – lain :
3. Suku / budaya : Jawa
4. Nilai-nilai kepercayaan pasien / keluarga: □ Ada √ Tidak ada
□ Tidak mau dilakukan tranfusi □ Tidak mau pulang dihari tertentu
□ Tidak mau imunisasi □ Tidak boleh menyusui (ASI)
□ Tidak memakan daging / ikan yang bersisik □Lain – lain
30
□ Tidak mau dirawat petugas laki-laki /perempuan
□ Transportasi □ Lain – lain
II. Anamnesis :
1. Diagnosa medis saat masuk : Neoplasma Ovarium Kistik
2. Keluhan Utama : Nyeri
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sering merasa nyeri perut, lalu periksa ke
dokter setelah di USG ternyata terdapat kista. Dokter menyarankan untuk operasi. Saat ini cemas
dan takut akan di operasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu termasuk riwayat pembedahan :
a. Penyakit yang pernah diderita : Disangkal
b. Pernah dirawat : □ Tidak √ Pernah, kapan 2016, Diagnosis medis: ISK
c. Pernah operasi/ tindakan: □ Tidak √ Ya, kapan : Tahun 2015, 2017, 2019
jenis operasi : SC
d. Masalah operasi/ pembiusan : √ Tidak □ Ya , sebutkan
5. Riwayat Penyakit Keluarga : □ Tidak ada √ Ada, sebutkan : Ibu ( DM dan HT )
6. Riwayat pemakaian obat/ herbal/jamu sebelum masuk RS : √ Tidak ada □ Ada
___ _ _ _ _ _ ____________, lanjut rekonsiliasi oleh farmasi klinik
7. Apakah pernah mendapatkan obat pengencer darah ( aspirin, warfarin,plavix dll )
√ Tidak, □ Ya, kapan
8. Riwayat Alergi: √ Tidak ada □ Ada, sebutkan
9. Nyeri : □ Tidak ada √ Ada, Dengan skala nyeri: □ NRS, √ FLACSS □ Wong Baker
Deskripsi : Provokes : □ Benturan □Tindakan √ Proses penyakit , □ Lain-lain
Quality : √ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam/tumpul □ Berdenyut □ Terbakar
□Tertindih benda berat □ Diremas □ Terpelintir □ Teriris
Region : √ Lokasi : Perut bagian bawah □ Menyebar: √ Tidak □ Ya
Severity : □ FLACSS, Score: 5 □ Wong Baker Faces, Score: √ NRS,Score : 5 BPS,Score :
Time/ durasi nyeri : 3-5 menit, tampak meringis dan memegang perut saat nyeri muncul
Jika ada keluhan nyeri lakukan asesmen lanjutan dan intervensi
10. Riwayat Tranfusi darah : √ Tidak pernah □ Pernah, kapan
Timbul reaksi □ Tidak / Ya
11. Golongan darah / Rh : √A □B □O □ AB Rh : √ Positif □ Negatif
12. Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi :
a. √ Tidak pernah □ Pernah, kapan Sudah berapa kali , terakhir_
b. Cara pemberian : □ Melalui Suntik □ Melalui infus □ Melalui oral / minum
c. Riwayat radioterapi: √ Tidak pernah □ Pernah, kapan , berapa kali _
d. Efek samping : □ Mual □ Muntah □ Jantung berdebar □ Pusing □ Rambut rontok
31
□ Lain-lain
13. Riwayat merokok : √ Tidak □ Ya, jumlah/hari Lamanya
14. Riwayat minum minuman keras : √ Tidak □Ya, jenis
Jumlah/hari
15. Riwayat penggunaan obat penenang : √ Tidak □Ya, jenis Jumlah/hari _
16. Riwayat Pernikahan : □ Belum menikah √ Menikah, Lama menikah: 9 tahun . Pernikahan
keberapa: 1
32
□ Biots □ Apneu □ Lain-lain
Retraksi : √ Tidak □ Ya,
NCH : √ Tidak □ Ya
Jenis pernafasan : √ Dada □ Perut □ Alat bantu napas, sebutkan
Irama napas : √ Teratur □ Tidak teratur
Terpasang WSD : √ Tidak □ Ya, Produksi
Kesulitan bernapas : √ Tidak □ Ya, jika ya : □ Dispneu □ Orthopneu
□ Lain-lain
Batuk dan sekresi : √ Tidak □ Ya, jika ya: □ Produktif □ Non produktif
Warna sputum : □ Putih □ Kuning □ Hijau □ Merah √ Tidak
Suara napas : √ Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Kreckles
Perkusi : √ Sonor □ Hiper sonor □ Redup
Sistem Warna kulit : √ Normal □ Kemerahan □ Sianosis □ Pucat □ Lain-lain
Kardiovaskuler/ Clubbing Finger : √ Tidak □ Ya
jantung
Nyeri dada √ Tidak □ Ya , sebutkan
Denyut nadi: √ Teratur □ Tidak teratur
Sirkulasi : √ Akral hangat □ Akral dingin □ Rasa kebas □ Palpitasi
□ Edema, lokasi
Pulsasi : √ Kuat □ Lemah □ Lain-lain
CRT : √ < 2 detik □ > 2 detik
Bunyi jantung: √ Normal □ Murmur □ Gallop
Sistem Pencernaan Mulut : √ TAK □ Stomatitis □ Mukosa kering □ Lain-lain
Gigi : √ TAK □ Karies □ Tambal □ Goyang □ Gigi palsu □ Lain-lain
Lidah : √ Bersih □ Kotor □ Lain-lain
Tenggorokan : √ TAK □ Hiperemis □ Pembesaran Tonsil □ Sakit menelan
Abdomen : √ TAK □ Lembek □ Distensi □ Kembung □ Asites □
hepatomegali □ Splenomegali □ Nyeri tekan/lepas, lokasi
□ Ada benjolan/ massa, lokasi
Peristaltik usus: √ TAK □ Tidak ada bising usus □ Hiperperistaltik
Anus : √ TAK □ Atresia Ani □ Haemoroid □ Fistula □ Lain – lain
BAB: √ TAK □ Konstipasi □ Melena □ Inkontinensia alvi □ Colostomy
□ Diare Frekuensi /hari
Sistem Kebersihan : √ Bersih □ Kotor □ Bau □ Lain-lain
Genitourinaria Kelainan : √ TAK □ Hipospadia □ Hernia □ Hidrokel □ Ambigous
□ Phimosis □ Lain-lain--
BAK : √ TAK □ Anuria □ Disuria □ Poliuria □ Retensi urin
□ Inkontinensia urin □ Hematuri □ Urostomy, Warna
Palpasi : √ TAK, □ Ada kelainan,
Perkusi : √ TAK, □ Nyeri ketok, lokasi :
Sistem Reproduksi Wanita
Menarche : umur : 14 th, Siklus haid: 30 hari, Lama haid : 7 hari, HPHT : -
Gangguan haid: □ TAK □Dismenorhe √ Metrorhagi □Spotting □Lain-lain :
Penggunaan alat kontrasepsi: √ Tidak □ Ya, sebutkan
Payudara : √ TAK □Benjolan □Tampak seperti kulit jeruk □ Lain-lain
33
Puting susu: □ menonjol □ lece □ masuk kedalam,
ASI sudah keluar/belum, □ Keluar darah/cairan
Tanda – tanda mastitis : □ Bengkak □ Nyeri □ Kemerahan √ Tidak ada
Uterus : TFU : tdd , Kontraksi uterus : keras / lembek
Laki-laki ( Tidak dikaji pasien wanita )
Sirkumsisi : □ Tidak □ Ya
Gangguan prostat: □ Tidak □ Ya Lain-lain :
Sistem Integumen Turgor : √ Kembali cepat □ Kembali lambat □ Kembali sangat lambat
Warna : √ TAK □ Ikterik □ Pucat
Integritas : √ Utuh □ Dekubitus □ Rash/ruam □ Ptekiae
Kriteria risiko dekubitus : □ Pasien immobilisasi □ Penurunan kesadaran
□ Malnutrisi □ Inkontinensia uri/alvi □ Kelumpuhan
□ Penurunan persepsi sensori : □ kebas
□ Penurunan respon nyeri √ tidak ada
(Bila terdapat satu atau lebih kriteria di atas,lakukan pengkajian dengan
menggunakan formulir pengkajian resiko dekubitus/ score Braden Scale)
Sistem Pergerakan sendi : √ Bebas □ Terbatas
Muskuloskletal
Kekuatan otot : √ Baik □ Lemah □ Tremor
Nyeri sendi : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Oedema : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Fraktur : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Parese : √ Tidak ada □ Ada lokasi
Postur tubuh : √ Normal □ Skoliosis □ Lordosis □ Kyphosis
Sistem Endokrin Mata : √ TAK Exophtalmus Endophtalmus
Metabolik Leher : √ TAK Pembesaran kelenjar tiroid
Ekstremitas : √ TAK Tremor Berkeringat
34
f. Ekstremitas bawah : √ TAK □ Varises □ Edema □ Tidak simetris □ Lain –lain
g. Kemampuan menggenggam : √ Tidak ada kesulitan □ Ada, sejak □ Lain-lain
h. Kemampuan koordinasi : √ Tidak ada kelainan □ Ada masalah:
i. Kesimpulan gangguan fungsi : □ Ya (konsul DPJP ) dan asesmen fungsi oleh fisioterapi
√ Tidak ( tdk perlu konsul DPJP )
3. Pengkajian risiko pasien jatuh
a. Risiko Jatuh Humpty Dumpty
□ Risiko rendah 0 – 6 □ Risiko sedang 7 – 11 □ Risiko Tinggi ≥ 12
b. Risiko Jatuh Morse (Pasien dewasa dan pasien yang dirawat di ruang non intensif)
√ Risiko rendah 0 – 24 □ Risiko sedang 25 – 44 □ Risiko Tinggi ≥ 45
c. Risiko jatuh geriatri ( usia > 60 tahun ) Ontario Modified Stratify- Sydney Scoring)
□ 0-5 Risiko rendah □ 6-16 Risiko sedang □ > 16 Risiko tinggi
Keterangan : Gelang warna kuning dipasang pada asesmen risiko tinggi dan lakukan
asesmen lanjutan
4. Proteksi
a. Status Mental : √ Orientasi □ Tidak ada respon □ Agitasi □ Menyerang √ Kooperatif
□ Letargi □ Disorientasi : □ Orang □Tempat □ Waktu
b. Penggunaan restrain : √ Tidak
□ Ya, alasan :□ Membahayakan diri sendiri □ Membahayakan
orang lain
□ Merusak lingkungan /peralatan □ Gaduh gelisah
□ Pembatasan gerak
□ Kesadaran menurun □ Pasien geriatri dengan
keterbatasa
n
Jenis restraint : □ Mekanik □ Farmakologi □ Psikologi □ Penghalang □ Pengikatan □
Lain-lain
5. Psikologis
Status psikologis : □ Tenang √ Cemas □ Sedih □ Depresi □ Marah □ Hiperaktif □
Mengganggu sekitar
□ Lain-lain : skala cemas 2, ekspresi wajah tegang
6. Kebutuhan pendidikan / komunikasi dan pengajaran
a. Bicara : √ Normal □ Tidak gangguan bicara sejak
b. Bahasa sehari-hari : □ Indonesia √ Daerah : Jawa □ Inggris aktif/ pasif □ Lain-lain
c. Penerjemah : √ Tidak □ Ya, Bahasa : □ bahasa isyarat □ Ya □ Tidak
d. Hambatan belajar : √ Tidak □ Ya□ Bahasa □ Cemas □ Kognitif □ Pendengaran □
Emosi
□ Hilang memori □ Motivasi buruk □ Masalah penglihatan □
Kesulitan bicara
□ lain-lain :
e. Cara belajar yang disukai : □ Menulis √ Diskusi □ Mendengar □ Demonstrasi □
Membaca
□ Audio/visual
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi : √ Bersedia □ Tidak
g. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang :□ Proses penyakit □ Terapi
atau obat
□ Nutrisi □ Penggunaan alat medis √ Tindakan □ Manajemen nyeri □ Manajemen risiko
jatuh
□ Vaksinasi □ Cuci tangan □ Penggunaan APD □ Transfusi darah □ Intervensi diet □
Warfarin
□ Edukasi diabetes □ Penyakit Khusus □ Tindakan pencegahan □ Lain –lain
35
h. Perencanaan Pemberian Edukasi sesuai Kebutuhan : Penkes persiapan dan prosedur
operasi
RENCANA KEPERAWATAN
1. Kaji TTV pasien dan skala cemas
36
2. Anjurkan pasien melakukan relaksas nafas panjang saat nyeri muncul
Asesmen transportasi
1. Transportasi pulang : √ Mandiri □ Berjalan Dibantu sebagian Dibantu keseluruhan
37
2. Transportasi yang digunakan : √ Kendaraan pribadi ( mobil , beroda dua ) Mobil ambulance
□ Kendaraan umum sebutkan
( Br. H ) ( dr A, SpOg )
Tanda Tangan & Nama Jelas Tanda Tangan & Nama
38
11) Indikasi Operasi : Neoplasma Ovarium Kistik
12) Jenis Operasi : Salpingo oofarektomi
13) Keluhan Utama/Alasan Masuk : Pasien mengatakan sering merasa nyeri
perut, lalu periksa ke dokter setelah di USG ternyata terdapat kista. Dokter
menyarankan untuk operasi. Saat ini cemas dan takut akan di operasi
14) Pengobatan Saat Ini : Tidak ada
15) Alat Bantu Yang digunakan : √Tidak □Ya, sebutkan
16) Operasi Sebelumnya : SC tahun 2016
17) Komplikasi Operasi/Anastesi Yang Lalu : Tidak ada
18) Alergi : √Tidak ada □Tidak diketahui □Ada,sebutkan
19) Hasil Laboratorium : √Pre op sedang □Lain-lain
20) Kebutuhan Pendidikan/Edukasi : √Penyakit □ Obat-obatan √Tindakan
21) Kesediaan Menerima Edukasi/ Pendidikan : √Bersedia □Tidak
22) Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara priotitas:
Dalam Batas
Lokasi
Normal Keterangan
Pemeriksaan
Ya Tidak
Kepala
Leher
Abdomen Nyeri saat di tekan
Genetalia
Integumen
Ekstremitas
39
3 Surat persetujuan √ 3 Menggunakan protese √
operasi dalam (pacemaker,
implant, protese
panggul, VP shunt)
4 Surat persetujuan √ 4 Make up, cat kuku √
anastesi dihapus, perhiasan
dilepas
5 Masalah √ 5 Persiapan kulit √
bahasa/Komunikasi dicukur/pembersihan
luka operasi
6 Gigi palsu, soflens & √ 6 Pengosongan kandung √
face maker implant, kemih/huknah
protese
7 Periksa kelengkapam √ 7 Infuse terpasang/ √
RM/RJ IV line
8 Hasil laboratorium √ 8 Persediaan darah √
9 Hasil x-Ray/ CT √ 9 BJJ didengarkan √
scan/ MRI, EKG frek:........
10 Konsultasi spesialis √ 10 Obat yang disertakan √
lain: penyakit dalam
/jantung/paru-paru
11 Penandaan area / √ 11 Obat yang terakhir √
lokasi operasi diberikan
Br. H, AMK
b. Intra Operasi
1) Timeout : √Ya □Tidak
2) Status Psikologi : √Tenang □Cemas □Sedih □Depresi □Marah □Hiperaktif
□Menggangu sekitar □Lain-lain
3) Mulai Operasi : Jam : 11.00 WIB Selesai Operasi : 12.20 WIB
40
4) Jenis Operasi : Bersih Tercemar
5) Tipe Operasi : √ Elektif □ Darurat □ Operasi One Day Care (ODC)
6) Tingkat Kesadaran Waktu Masuk Kamar Operasi : √CM □Apatis
□Samnolen □Sopor □Soporkoma □Koma
7) Jenis Anastesi : √Spinal □Umum/general □Lokal □Blok nervus □Lain-lain
8) Posisi Pemasangan IV Line : √Tangan Kiri □Kaki Kanan/Kiri □Arterial Line
□CVP □Lain-lain
9) Posisi Operasi : √Terlentang □Litotomi □Tengkurap □Lateral Kanan/Kiri
□Lain-lain
10) Posisi Lengan : √Lengan Terlentang Kanan/Kiri □Lengan Terlipat Kanan/Kiri
□Lain-Lain
11) Posisi Alat Bantu Yang Digunakan : √Papan Penyangga Lengan □Papan
Penyangga Kaki □Lain-Lain
12) Memakai Kateter Urine : □Tidak √Ya, dilakukan di √OK □Ruangan
13) Persiapan Kulit Dibersihkan/Cuci Menggunakan : □Iodine 7,5% √Iodeine
10% □Alkohol 70% □Chlorhexidin
14) Pemakaian Cauter : □Tidak √Monopolar □Bipolar □Lain-Lain
15) Lokasi Patient Plate : □Bokong √Paha Kanan/Kiri □Lain-lain
16) Integritas Kulit Sebelum Operasi : √Utuh □Menggelembung/bula □Lesi
□Lain-Lain
17) Pemeriksaan Kondisi Kulit Sesudah Operasi : √Utuh □Menggelembung/bula
□Lesi □Lain-Lain
18) Penghangat : √Tidak □Ya
19) Pemakaian Tournikuet : □Tidak √ Ya, Tipe : Manset tensimeter
20) Pemakain Implant : √Tidak □Ya
21) Pemasangan Drain : √Tidak □Ya
22) Irigasi Luka : √Sodium Chloride 0,9% □Antibiotik □RL □H2O2
23) Pemasangan Tampon : √Tidak □Ya
24) Spesimen : √ PA □Sitologi □Kultur □Jenis Jaringan □VC
Sr.L Sr.Y
41
c. Pasca Operasi
1) Pasien Pindah ke RR Tanggal : 16/02/2023 Jam: 12.30 WIB, Keadaan Umum :
√Baik □Sedang □Sakit Berat
2) Keluhan Saat di RR : □Mual □Muntah □Pusing √Nyeri Luka Operasi √Kaki
Terasa Baal □Menggigil
3) Tingkat Kesadaran : √Compos Mentis □Mudah Dibangunkan □Tidak Berespon
4) Tanda-Tanda Vital : Suhu 36,5˚C, Nadi 84x/Menit, TD 110/70 MmHg,
Respirasi:18x/menit, TB 155 CM, BB 65 Kg
5) Kesadaran : GCS : E4 M5 V6
6) Jalan Nafas : √Tidak Ada Masalah □Ya: Oral/Nasal/ Lainnya
7) Pernafasan : √Spontan □Dibantu
8) Terapy Oksigen : □Tidak √Ya, 2 liter/menit √Nasal □Sungkup □Intubasi
9) Kulit : □Kering √Lembab √Merah Muda √Hangat/Dingin □Lainnya
10) Sirkulasi Anggota Badan : √Merah Muda □Kebiruan √CRT <2 detik
11) Posisi Pasien : □Lateral Ka/Ki √Terlentang □Lainnya
12) Kondisi Balutan : √ Kering □Terdapat Rembesan
13) Asesmen Nyeri : □Tidak Ada √Ada, Skore Nyeri : 4 (0-10), Tipe : √Akut
□Kronik, Deskripsi : Seperti Teriris, Frekuensi : □Jarang √Hilang Timbul
intensitas 3-5 menit □Terus menerus
14) Assesment Resiko Jatuh Pasca Tindakan, Skor : 15
15) Cairan Masuk
√Infus Kristaloid:500cc
Koloid : 500cc
□Transfusi : 0 cc
Cairan Keluar
□Urine 300
□Perdarahan : 300cc
Total Cairan Keluar : 600 cc
Total Cairan Masuk : 1000 cc
Perawat RR
Sr.Y
42
Kebutuhan Edukasi : √Penyakit, Pengobatan, dan Perawatan □Gizi/Diet Pasien
√Perawatn Luka □Lain-lain
Therapi :
- Infus RL-D5 28 tpm
- Kaltrofen Supp 4x1
- Sinkronik 3x1 tab
- Kalnex 3x1 tab
- Zegavit 1x1 tab
- Diet Biasa
Rumusan Masalah Pasca Operasi:
1) Nyeri operasi
2) Resiko Jatuh
Perencanaan :
1) Pasang penghalang tempat tidur, bantu aktivitas pasien
2) Kaji nilai resiko jatuh
3) Kaji skala nyeri
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
43
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Pre Operatif
a) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasi ovarium )
b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpaparnya informasi tentang
penyakit dan prosedur tindakan
2. Diagnosa Intra Operatif
a) Resti cidera berhubungan dengan kebutuhan pembedahan (
pemasangan alat electromedik couter
3. Diagnosa Post Operatif
a) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( luka post operasi )
b) Resiko jatuh berhubungan dengen kekuatan otot menurun, kondisi pasca
operasi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Agen pencedera Degeneratif Ovarium
Pasien mengatakan fisiologis ( hiperplasia
sering merasa nyeri ovarium )
pada bagian perut, Hiperplasia Ovarium
periksa hasil USG ada
kista
DO : Nyeri
Ekspresi wajah tampak
tegang
Tampak pasien
memegang perut saat
nyeri muncul
Skala nyeri 5
Sikap tubuh yang kaku
44
digerakkan
Pemasangan alat
DO : elektromedik
Tampak kehilangan
sensori pada kaki
Resti cidera intra operasi
Pemasangan plate
couter di paha kanan
DO :
Ekspresi wajah tampak
meringis kesakitan Nyeri
Tampak memegangi
bagian luka
Skala nyeri 5
Skoring jatuh : 15
45
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
1 Pre Operasi 16-02-2023 Setelah Pasien √ Kaji KU, TTV
Resti √ Aktual Jam 10.00 dilakukan mengatakan dan keluhan pasien
Nyeri berhubungan Br. H, tindakaan sudah tidak √ Beri penkes
dengan agen pencedera AMK keperawatan sakit seperti tentang penyebab
fisiologis ( hiperplasia selama tertusuk nyeri pasien
ovarium ) 2 x 24 jam Ekspresi √ Anjurkan pasien
Ditandai dengan : diharapkan wajah rileks untuk melakuka
DS : nyeri dapat teknik relaksasi
√ Pasien mengatakan teratasi saat nyeri muncul
nyeri di bagian perut √Libatkan keluarga
seperti tertusuk, skala untuk mengalihkan
nyeri 5 hilang timbul nyeri pasien
kurang lebih 3-5 menit √ Kolaborasi
DO : dengan DPJP untuk
Ekspresi wajah pemberian
meringis saat nyeri analgetik
muncul
Pasien tampak
memegang perut
saat nyeri muncul
46
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
secara
akurat,dan
nyata tentang
tindakan yang
akan dilakukan.
Kolaborasi
dengan SpAN
untuk
pemberian
premedikasi
47
TGL PERENCANAAN
DITEGAK
NO
DIAGNOSA KAN dan KRITERIA RENCANA TANGGAL
DX TUJUAN
NAMA HASIL TINDAKAN TERATASI
PERAWAT
hilang timbul nyeri pasien (
DO : Teknik
Ekspresi wajah distraksi )
meringis Kolaborasi
kesakitan, tampak dengan DPJP
memegangi untuk
bagian luka pemberian
Skala nyeri 5 analgetik ekstra
jika masih
kesakitan
dengan terapi
yg diberikan
5 √ Resti Aktual 16-02-2023 Setelah Pasien Monitoring 16-02-2023
Jatuh berhubungan Jam 14.00 dilakukan mengatakan skoring jatuh Jam 15.00
dengan Br. H, tindakan kedua kaki Pastikan roda Br. H, AMK
√ kekuatan otot AMK keperawatan sudah tidak TT dalam
menurun, efek anastesi selama 1 x 4 baal dan bisa kondisi
Ditandai dengan : jam digerakkan terkunci
Pasien mengatakan diharapkan Tampak Pasang handrail
kaki masih terasa jatuh tidak kedua kaki tempat tidur
Beri penkes
baal terjadi bisa
tentang efek
digerakkan
sekunder
DO : Pasien aastesi
Pasien riwayat mampu mika Libatkan
anastesi spinal miki mandiri keluarga untuk
Tampak kedua kaki Skoring jatuh menjaga pasien
belum bisa rendah Kolaborasi
digerakkan sesuai dengan SpAn
perintah jika efek
Skoring jatuh anastesi
tinggi : 15 memanjang
48
D. IMPLEMENTASI
Tanggal Nama
Dan Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan & TTD
Waktu Perawat
16/02/2023 - Mengkaji keluhan pasien :
10.00 WIB Pasien mengatakan sering nyeri perut, periksa ke dokter
Br. H
di USG ternyata ada kista dan dianjurkan untuk operasi.
Saat ini cemas dan takut akan di operasi
10.05 WIB Menjelaskan mengenai prosedur persiapan pembedahan
dan memberikan penjelasan secara akurat dan nyata
tentang tindakan yang akan dilakukan dan menjelaskan Br. H
pada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien dan
keadaan pasien : Keluarga mengerti dan kooperatif
10.10 WIB Memberi penkes tentang Penyebab nyeri : Pasien
Br. H
mengerti
10.15 WIB Melibatkan keluarga untuk mengalihkan nyeri pasien :
Br. H
Keluarga mengerti dan kooperatif
10.20 WIB Menganjurkan pasien tetap tenang/ rileks dan
memberikan lingkungan yang tenang : Pasien mengerti
Br. H
dan mengikuti anjuran perawat, pasien tampak tegang,
lingkungan tenang sudah diberikan
10.25 WIB Melibatkan keluarga/ orang terdekat pasien untuk
memberi suport mental : Keluarga tampak menemani Br. H
pasien
10.30 WIB Menganjurkan pasien untuk berdoa : pasien berdoa sesuai Br. H
49
dengan agamanya
10.35 WIB - Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian
analgetik : belum perlu
- Kolaborasi dengan SpAn untuk pemberian premedikasi Br. H
tidak dilakukan : pasien mampu mengontrol rasa
cemasnya
16/02/2023 Mengkaji Keluhan pasien mengenai resiko cidera pada
11.00WIB tubuh pasien: Tidak ada bekas luka bakar dan tidak ada Br. H
bekas operasi, tidak ada kekakuan sendi
11.05 WIB Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai
pemasangan alat elektromedis dan posisi pembedahan :
Br. H
Penkes dilakukan saat diruang persiapan, pasien dan
keluarga mengerti
11.10WIB - Meminta ijin kepada dokter anasthesi untuk
memposisikan pasien setelah dilakukan tindakan
pembiusan : Pasien diposisikan terlentang, dengan
posisi tangan terlentang kanan dan kiri dengan alat Br. H
bantu penyangga lengan, posisi sudah sesuai
- Memasang patient plate di tempat yang berlemak tebal
: patient plate dipasang di paha sebelah kiri
11.15 WIB Mengobservasi selama operasi berlangsung adakah
penekanan pada tubuh pasien : Tidak ada penekanan Br. H
pada
anggota tubuh pasien
12.40 WIB - Mengkaji ulang cemas dan keluhan pasien pasca
pembedahan : Pasien mengatakan sudah lega selesai
operasi, pasien mengatakan kaki masih terasa baal.
Br. H
Kesadaran CM, pasien tampak tenang skala cemas 0 ,
aktivitas dibantu, pasien post anastesi spinal, skor jatuh
pasca pembedahan : 15
13.00 WIB Memasang penghalang tempat tidur dan mengunci roda
tempat tidur : Tempat tidur terkunci, penghalang tempat Br. H
tidur terpasang, pasien aman dari jatuh
13.10 WIB Membei penkes tentang efek anastesi : Pasien dan Br. H
50
keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan
keluarga
13.15 WIB Melibatkan keluarga untuk menjaga pasien : Keluarga
Br. H
mengerti
13.20 WIB Mengobservasi TTV setiap 15 menit : Hasil terlampir
pada catatan harian perawat dan form pemantauan
Br. H
anasthesi TD: 110/70 mmHg N: 84 x/menit, nadi teraba
kuat reguler, S: 36,5 ˚C
14.20 WIB Mengkaji ulang Keluhan pasien : Pasien mengatakan
tidak ada kekakuan sendi, luka operasi sudah mulai terasa
nyeri, nyeri dirasakan didaerah luka operasi, nyeri seperti
Br. H
teriris-iris, nyeri dirasakan hilang timbul, dengan
intensitas sedang 3-5menit, pasien tampak meringis
kesakitan, skala nyeri 4
14.25 WIB Memberikan penkes mengenai nyeri yang terjadi pada
pasien: Pasien dan keluarga mengerti dengan penjelasan Br. H
perawat
14.30 WIB Mengajurkan pasien tekhnik relaksasi : Pasien dapat
Br. H
meelakukan nafas dalam
14.35 WIB Melibatkan keluarga untuk melakukan teknik distraksi :
Br. H
tampak keluarga mengajak pasien mengobrol
14.40WIB Membantu pasien untuk melakukan ambulasi dini sesuai
Br. H
kondisi/program : Pasien dibantu miring kiri
14.45 WIB Kolaborasi dengan SpAn jika efek anastes memanjang
tidak dilakukan : pasien sudah mulai bisa menggerakan Br. H
kakinya sesuai perintah
51
E. EVALUASI
TANGGAL/
EVALUASI TTD
JAM
16-02-2023 S: Pasien mengatakan sudah merasa tenang karena
14.30 WIB operasi telah selesai dan berlangsung dengan
selamat, pasien mengatakan tidak ada rasa
kekakuan pada anggota tubuhnya, pasien
mengatakan kaki sudah bisa digerakan, pasien
mengatakan masih merasa lemas, pasien
mengatakan luka operasi di perut sudah mulai
terasa nyeri teriris ± 3-5 menit hilang timbul.
O: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, GCS : 15 , akral hangat, suhu
36,5˚ C, tekanan darah 110/70 MmHg, nadi
Sr.A
84x/menit,teraba kuat dan reguler, nafas spontan
respirasi 20x/menit, pasien tampak tenang skala
cemas 0 , pasien tampak meringis bila kesakitan,
skala nyeri 5 (0-10) , tidak terdapat luka bakar,
integritas kulit utuh, tidak terdapat injury pada
tubuh, rentang gerak normal, terpasang kateter
produksi jernih, tidak ada rembesan, pasien
masih bedrest, pasien post anastesi spinal, skore
resiko jatuh : 15
A: Dx. I Nyeri pre operasi teratasi
Dx. II Ansietas teratasi
52
Dx. III Resiko cidera operatif tidak terjadi
Dx. IV Nyeri post operasi belum teratasi
Dx. V Resiko Jatuh idak terjadi
P: Hentikan intervensi Dx I, Dx II dan Dx
III, Lanjutkan intervensi Dx IV
53
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa
tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.
Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013). Kantung ini lama-lama
dapat tumbuh menjadi besar dan menekan organ sekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri pada
bagian perut. Dari hasil pengkajian pada Ny. C di temukan keluhan nyeri pada bagian perut,
hasil USG menunjukan adanya kista, dan pasien merasa cemas akan dioperasi.
Pasca pembedahan pasien merasa kedua kaki belum bisa digerakkan akibat efek dari anastesi
spinal dan nyeri pasca operasi muncul karena adanya luka operasi pada abdomen.
Data yang diperoleh pada Ny. C sudah sesuai dengan teori yang ada
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Preoperatif
Diagnosa preoperatif nyeri berhubungan dengan pembesaran ovarium, Cemas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang pembedahan yang akan
dilakukan dan hasil akhir pascaoperatif (Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009)
Berdasarkan pengkajian pada Ny. C didapatkan diagnosa keperawatan pre operatif
sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( hiperplasia ovarium )
b. Cemas/Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang prosedur
pembedahan/operasi
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa diagnosa keperawatan pre
operatif sudah sesuai dengan teori.
54
2. Diagnosa Intra Operatif
Diagnosa Intraoperatif menurut Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala, 2009 yaitu
Resiko cedera intraoperative berhubungan dengan kebutuhan pembedahan (
pemasangan alat elektromedik.)
Hasil pengkajian intra operatif pada Ny. C didapatkan diagnosa resiko cidera
posisi operatif berhubungan dengan pemasangan alat elektromedik .
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa diagnosa keperawatan intra
operasi terdapat kesamaan antara diagnosa yang ada pada teori dengan diagnosa yang
ada pada pasien Ny. C
.
3. Diagnosa Pasca Operatif
Diagnosa Pasca Operatif Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
efek insisi pembedahan (Nurarif dan Hardhi, 2015), Resiko jatuh berhubungan dengan
menurunnya kekuatan otot (efek anastesi) (Nurarif dan Hardhi, 2015).
a. Resti jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun akibat anestesi Spinal
b. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik akibat insisi pembedahan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi atau perencanaan yang penulis susun dengan Standar Rencana Asuhan
Keperawatan pada dasarnya sama dan sudah sesuai dengan intervensi tinjauan teori.
Perbedaan karakteristik pasien yang menjalani salpingoofarektomi menyebabkan penulis
dalam menyusun rencana keperawatan menyesuaikan dengan masalah yang dialami oleh
pasien dan memprioritaskan masalah menurut Hierarki maslow dan menentukan tujuan
yang direncanakan untuk mengurangi masalah yang dialami pasien
55
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
56
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu bentuk neoplasma pada ovarium yang memiliki
struktur dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi selama
menoupause. Penatalaksanaan pada kista ovarium bisa dilakukan dengan beberapa cara
seperti pendekatan penatalaksanaan nyeri, pemberian obat anti inflamasi non sterod dan
pembedahan.
Prinsip pembedahan pada kista ovarium, apabila kista berukuran kecil dapat
pembedahan laparatomi.
2. Saran
a. Selama masa pemulihan pasien dianjurkan untuk tidak takut bergerak agar luka
57
b. Disarankan untuk banyak makanan yang mengandung tinggi protein atau kaya protein
yang dapat membantu proses penyembuhan dan pemulihan luka Operasi dengan
cepat.
58
DAFTAR PUSTAKA
59