Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DAN TEKNIK INSTRUMENTASI


REDO MITRAL VALVE REPLACEMENT (MVR) PADA SDR. R
DENGAN SEVERE MITRAL STENOSIS POST MITRAL VALVE
REPAIR, TV REPAIR, DAN ASD CLOSURE TAHUN 2016
DI KAMAR OPERASI PELAYANAN JANTUNG TERPADU
RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir pada Pelatihan Keperawatan


Kardiovaskular Lanjut (KKVL)

Oleh :

Ns. Eko Cahyono, S.Kep.

RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO


PELAYANAN JANTUNG TERPADU
JAKARTA
2023
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Makalah dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN DAN TEKNIK INSTRUMENTASI REDO


MITRAL VALVE REPLACEMENT (MVR) PADA SDR. R DENGAN
SEVERE MITRAL STENOSIS POST MITRAL VALVE REPAIR, TV
REPAIR, DAN ASD CLOSURE TAHUN 2016
DI KAMAR OPERASI PELAYANAN JANTUNG TERPADU
RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Jakarta, 3 Februari 2023


Menyetujui,
Pembimbing Makalah

Ns. Yudi Wahyu Widodo, S.Kep

i
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan
karunia-Nya yang telah memberikan segala kekuatan, kemampuan, kelancaran,
dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan kasus “Asuhan Keperawatan dan Teknik Instrumentasi Redo Mitral Valve
Replacement (MVR) pada Sdr. R dengan Severe Mitral Stenosis Post Mitral Valve
Repair, TV Repair, dan ASD Closure Tahun 2016” Makalah ini diajukan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular Lanjut (KKVL) angkatan III di Pelayanan Jantung Terpadu
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
dan peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
dan dapat menjadi salah satu referensi untuk perkembangan ilmu keperawatan
khususnya dan ilmu perioperatif kardiovaskular. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Jakarta, Februari 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian...........................................................................3

1.2.1 Tujuan Umum.........................................................................3

1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................3

1.3 Ruang Lingkup...............................................................................3

1.4 Metode Penulisan...........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

2.1 Konsep Dasar.................................................................................4

2.1.1 Definisi...................................................................................4

2.1.2 Anatomi..................................................................................4

2.1.3 Etiologi...................................................................................8

2.1.4 Klasifikasi...............................................................................8

2.1.4 Tanda dan Gejala....................................................................9

2.1.5 Patofisologi...........................................................................10

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang........................................................12

2.1.7 Komplikasi............................................................................13

2.1.8 Penatalaksanaan....................................................................13

iii
iv

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................................19

3.1 Pengkajian....................................................................................20

3.2 Laporan Pembedahan ..................................................................23

3.3 Pemeriksaan Penunjang...............................................................24

BAB IV PEMBAHASAN DAN TEKNIK INSTRUMENTASI......................................30

4.1 Persiapan Operasi.........................................................................30

4.2 Persiapan Pasien...........................................................................35

4.3 Urutan Prosedur...........................................................................37

4.5 Dokumen dan Laporan Operasi...................................................43

4.5 Intervensi Keperwatan.................................................................53

4.6 Kesenjangan Teori dan Realisasi.................................................62

BAB V PENUTUP...........................................................................................................63

5.1 Simpulan......................................................................................63

5.2 Saran.............................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................65
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan organ yang berperan penting untuk
memompakan darah yang kaya oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Jantung terdiri dari beberapa ruang dibatasi oleh beberapa katup, yaitu
katup atrioventrikular dan semilunar. Katup atrioventrikuler terdiri dari
katup mitral dan katup trikuspid yang terletak diantara atrium dan
ventrikel (McCarthy et al., 2010). Katup mitral menghubungkan antara
atrium kiri dan ventrikel kiri yang memiliki struktur yang sangat
kompleks. Gangguan pada katup mitral dapat mengakibatkan stenosis atau
regurgitasi (Ramli & Karani, 2018).
Penyakit katup jantung merupakan istilah yang menggambarkan
disfungsi jantung akibat abnormalitas struktur atau fungsi katup jantung.
Disfungsi katup jantung dapat menyebabkan pressure overload akibat
keterbatasan pembukaan katup atau volume overload akibat penutupan
katup yang tidak adekuat (Vahanian et al., 2012). Dalam 50 tahun terakhir
telah terjadi perubahan pola penyakit katup, yakni penurunan yang nyata
dari insiden penyakit jantung rematik dan peningkatan penyakit katup
degeneratif berhubungan dengan usia. Penyakit jantung rematik masih
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan
lebih dari 12 juta penduduk dunia menderita demam rematik atau penyakit
jantung katup dan lebih dari 400.000 kasus kematian pertahun, terutama
anak dan dewasa muda (Boestan, 2019).
Berdasarkan penelitian di Indonesia beberapa tahun terakhir,
penyakit jantung rematik merupakan kelainan jantung terbanyak yang
menyebabkan kerusakan katup jantung yang dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian pada anak, remaja, dan dewasa (Kuswiyanto et al.,
2016). Kelainan katup jantung dapat terjadi pada katup mitral, aorta, dan
trikuspid dapat berupa stenosis, regurgitasi atau stenosis – regurgitasi
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2016).
Pada Euro Heart Survey terhadap penyakit jantung katup, mitral
regurgitasi merupakan penyakit katup asli tunggal nomor dua paling sering
dan menyumbang sebanyak 31,6% dari pasien penyakit jantung katup
dengan etiologi degeneratif sebanyak 61,3%, rematik 14,2%, endokarditis
3,5%, inflamasi 0,8%, kongenital 4,8%, iskemik 7,3%, lain-lain 8,1%.
Pada pasien yang menjalani intervensi bedah untuk MR berat, etiologi
yang paling umum adalah MVP (20%-70% kasus), MR iskemik (13%-
30% kasus), penyakit rematik (3%-40% kasus), dan endokarditis (10%-
12% kasus), (Puymirat et al., 2013).

1
2

Namun seiring dengan peningkatan prevalensi, maka terdapat juga


peningkatan jumlah tindakan pembedahan yang dilakukan dirumah sakit.
Teknik pembedahan katup mitral yang saat ini sering digunakan untuk
mengoreksi kelainan katup mitral, yaitu: Mitral Valve Repair
(memperbaiki katup) dan Mitral Valve Replacement (mengganti dengan
prosthesis, baik katup mekanikal atau bioprosthesis). Masing-masing
prosedur memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan indikasi yang juga
berbeda. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit
rujukan nasional yang banyak melakukan tindakan pembedahan pada
penderita penyakit katup jantung. Berdasarkan data yang diterima dari
pelayanan jantung terpadu (PJT) RSCM pada tahun 2020-2021 telah
dilakukan opersi bedah jantung Mitral Valve Repair/Replacement
(MVR/r) sebanyak 47 kasus.
Impantasi jantung katup bioprotesa dengan teknik pembedahan
merupakan tatalaksanan kelainan katup jantung yang semakin terus
berkembang. Operasi pembedahan katup jantung dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas pada pasien, akan tetapi tindakan tersebut
memiliki risiko trombosis dan stenosis dari katup buatan, (Prasetyo &
Yuliansyah, 2017). Tingginya angka pembedahan pada pasien Mitral
Regurgitasi dengan Mitral Valve Repair/Replacement (MVR/r), maka
diperlukan peran seorang scrub nurse dengan skill dan knowledge yang
cukup baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran tersebut
dilakukan dengan meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal pada
klien dengan tindakan operasi Mitral Valve Repair/Replacement (MVR/r)
khususnya pada saat intra operasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
membahas Asuhan Keperawatan dan Teknik Instrumentasi Redo Mitral
Valve Replacement (MVR) pada Sdr. R dengan Severe Mitral Stenosis
Post Mitral Valve Repair, TV Repair, dan ASD Closure Tahun 2016 pada
tahun 2023.
3

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mendokumentasikan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan dan teknik instrumentasi pada pasien Redo Mitral
Valve Replacement (MVR).

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memahami konsep dasar kelainan katup jantung
2. Mengetahui konsep teori dalam tatalaksana dan asuhan
keperawatan pada klien dengan kelainan katup jantung
3. Memahami proses pemberian asuhan keperawatan dan Teknik
instrumentasi pada klien dengan tindakan Redo Mitral Valve
Replacement.

1.3 Ruang Lingkup


Pada pembahasan ini berfokus pada asuhan keperawatan dan
Teknik Instrumentasi Redo Mitral Valve Replacement (MVR).

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun dengan menggunakan berbagai metode dalam
mengumpulkan data. Pada proses pengumpulan data, penulis mendapatkan data
primer melalui hasil observasi pada klien. Data sekunder didapatkan dari
Rekam Medis (RM) pasien dan studi kepustakaan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi
Katup Mitral merupakan katup atrioventricular yang
menghubungkan antara atrium kiri dan ventrikel kiri ruang jantung. Katup
mitral terdiri dari dua selebaran/ leaflet (Anterior Cusp dan Posterior Cusp)
yang terletak di dalam anulus. Kelainan katup jantung merupakan suatu
keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang membuat aliran
darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung. Akibatnya, orang
dengan kondisi ini tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu.
Mitral Stenosis yaitu terjadinya gangguan atau hambatan aliran
darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup mitral karena adanya
penyempitan atau obstruksi pada level katup mitral.

2.1.2 Anatomi
Katup mitral terdiri dari dua selebaran (anterior dan posterior)
yang terletak di dalam anulus. Selebaran mitral posterior berasal dari
endokardium atrium kiri (LA). Aparatus subvalvular, terdiri dari 2 otot
papiler (anterolateral dan posteromedial), muncul dari miokardium
ventrikel kiri dan korda tendinea, menopang selebaran tersebut (Douedi &
Douedi, 2021).

4
5

Gambar 2. 1 Anatomi katup jantung anterior

Gambar 2. 2 Anatomi katup jantung posterior


6

a. Annulus Mitral
Annulus mitral (MA) merupakan perpotongan jaringan
antara atrium kiri (LA), ventrikel kiri (LV), dan daun katup
mitral yang terbuat dari serat kolagen paralel berbentuk seperti
pelana. Bagian anterior MA bersambung dengan annulus aorta.
Bagian posterior MA mencakup titik terendah yang dekat
dengan komisura lateral dan medial. Dibandingkan dengan
bagian anterior, MA posterior tidak berlabuh kuat ke jaringan
lainnya, yang memungkinkan lebih banyak gerakan bebas
selama kontraksi dan relaksasi miokard (Topilsky, 2020).

b. Daun Katup Mitral


Katup mitral memiliki daun katup berupa selebaran
anterior-posterior dan scallop komisura untuk menutup celah
medial dan lateral. Jaringan leaflet melekat pada annulus mitral
(MA) dengan panjang jaringan normal berkisar antara 0,5 dan
1,0 cm. Jaringan daun katup yang banyak sangat penting untuk
koaptasi dan penutupan daun katup yang rapat. Rasio normal
anulus mitral terhadap area selebaran mitral adalah 1,5-2,0.
Rasio ini sangat penting untuk mencegah MR (Topilsky,
2020).
Permukaan daun katup yang normal akan terasa halus pada
sisi atrium. Bagian yang kaya protein hidrofilik, yang disebut
rough zone, dimulai 1 cm dari ujung distal daun katup
berperan untuk membantu memastikan daun katup menutup
secara sempurna. Permukaan daun katup anterior pada sisi
ventrikel terbuat dari serat kolagen yang berasal dari korda
hingga sampai anulus.
Daun katup mitral anterior berbentuk seperti layar, melekat
pada bagian fibrosa MA dan berlanjut dengan jaringan fibrosa
dari katup aorta non-koroner. Bagian ini dilekatkan oleh serat
kolagen ke bagian kiri dan kanan trigonum berserat (Topilsky,
2020). Daun katup anterior lebih besar, lebih panjang, dan
lebih tebal dari daun katup posterior. Daun katup anterior
dibagi menjadi bagian lateral (A1), tengah (A2), dan medial
(A3).
Daun katup posterior berbentuk bulan sabit dan memiliki
sirkumferensial yang lebih panjang (≈5 cm) ke MA
dibandingkan dengan leaflet anterior (≈3 cm). Namun, daun
katup posterior memiliki panjang radial yang lebih pendek
dibandingkan dengan anterior. Daun katup posterior juga
dibagi menjadi bagian lateral (P1), tengah (P2), dan medial
7

(P3). Namun, bagian ini memiliki celah di dalam jaringan yang


membatasi ini masing-masing bagian (Topilsky, 2020).
Di antara daun katup anterior dan posterior, terdapat
selebaran komisura terdiri dari jaringan daun tambahan yang
ditemukan di komisura anterolateral (A1-P1) dan
posteromedial (A3-P3) (Topilsky, 2020).
Secara histologis, jaringan daun mitral memiliki tiga
lapisan, termasuk fibrosa (di permukaan ventrikel), spongiosa
(lapisan tengah), dan atrialis. Sel-sel endotel menutupi
permukaan pada kedua permukaan atrium dan ventrikel.
Lapisan fibrosa, yang harus menahan tekanan LV yang lebih
tinggi, terdiri dari kolagen padat, meningkatkan stabilitas
mekanis. Lapisan spongiosa memiliki kolagen yang kurang
terorganisir, tetapi kaya akan protein hidrofilik di ujungnya
yang memastikan penutupan katup rapat. Lapisan atrialis
mengandung jaringan kolagen dan elastin yang kaya yang
mungkin berperan dalam remodeling dan adaptasi selebaran
(Topilsky, 2020).
Sel-sel otot ini dapat berkontraksi bahkan sebelum awal
kontraksi ventrikel kiri dan berperan dalam penutupan awal
daun katup mitral sebelum kontraksi ventrikel. Kontraksi awal
daun katup ini penting untuk menghindari regurgitasi sistolik
awal selama periode kontraksi isovolumik. Sel-sel interstisial
dalam daun katup biasanya tidak aktif, dan pergantiannya
lambat. Namun, stres pada daun katup yang diinduksi
fisiologis atau patologis dapat menginduksi aktivasi dan
proliferasi sel interstisial (Topilsky, 2020).
Proliferasi ini menunjukkan mekanisme adaptasi yang kuat,
menginduksi augmentasi daun katup selama kondisi patologis
yang terkait dengan dilatasi annular. Meskipun kedua daun
katup memiliki tiga lapisan, struktur mikro-nya berbeda secara
signifikan. Selebaran anterior harus menahan beban yang lebih
tinggi dan sebagian besar terdiri dari lapisan fibrosa. Di sisi
lain, selebaran posterior lebih tipis dan lebih fleksibel
(Topilsky, 2020). Selain itu, daun katup anterior anterior juga
memiliki persarafan yang sangat padat dibandingkan dengan
daun katup posterior.

c. Korda Tendinea
Korda Tendinea berupa benang fibrosa yang berasal dari
ujung otot papiler (PM) dan menyambung ke dalam sisi
ventrikel daun katup bagian anterior, posterior, dan komisura.
8

Korda juga dapat menempel langsung dari segmen posterior


basal ventrikel kiri ke daun posterior. Terdapat dua jenis utama
korda yang dibedakan berdasarkan penyisipan leaflet, yaitu
korda utama dan korda sekunder. Korda utama menempel pada
tepi daun katup. Korda sekunder menempel pada rough zone
daun katup anterior dan di seluruh badan daun katup posterior
(Topilsky, 2020)

2.1.3 Etiologi
Etiologi Mitral Stenosis (MS) antara lain disebabkan oleh demam
reumatik, karsinoid, kalsifikasi, SLE, NeoplasmaRA ,Endocarditis
dan kelainan bawaan (kongenital). Demam rematik disebabkan
oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A. Tubuh
membentuk antibodi menyerang katup mitral yang menyebabkan
kerusakan katup mitral dan penebalan pada anulus katup mitral,
fibrosis dan perlekatan penyempitan katup mitral sehingga terjadi
mitral stenosis.
Selain itu ada penyebab lain berupa:
- kelainan jantung bawaan
- kalsifikasi kalsium (menempelnya senyawa kalsium pada
jaringan tubuh)
- tumor
- bekuan darah
- pengobatan radiasi

2.1.4 Klasifikasi
Mitral Stenosis (MS) diklasifikasikan menjadi tiga kelas dari
ringan sedang dan berat sesuai berdasarkan gradien transmitral,
luas area katup mitral, dan penurunan waktu paruh tekanan atau
tekanan artei pulmonalis
Sedangkan berdasarkan luas area katup mitral dapat dibagi
menjadi empat yaitu :
a. Trivial / Minimal
Bila luas area katup mitral > 2,5 cm2
b. Mild / Ringan
Bila luas area katup mitral 1,5 – 2,5 cm2
c. Moderate / Sedang
Bila luas area katup mitral 1 – 1,5 cm2
d. Severe / Berat
Bila luas area katup mitral < 1cm2
9

2.1.4 Tanda dan Gejala


Jika stenosisnya berat, tekanan darah pada atrium kiri dan
vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung dan
edema pulmoner. Penderita yang mengalami gagal jantung akan
mudah merasakan lelah dan sesak nafas.Tekanan tinggi pada vena
paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi
perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran
atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur

Klasifikasi New York Heart Association (NYHA) adalah


kriteria yang dibuat untuk menilai seberapa berat gangguan jantung
yang diderita seseorang. Penilaian ini didasarkan pada keterbatasan
aktivitas fisik penderita. Parameter yang dinilai adalah kemampuan
bernapas dengan normal dan berbagai derajat napas pendek dan
atau nyeri dada.

Klasifikasi ini pertama kali dibuat pada tahun 1928 untuk


memungkinkan seorang dokter berkomunikasi dengan penderita
gejala gagal jantung tentang seberapa berat penyakit mereka, dalam
bahasa yang dapat penderita pahami. Meskipun mengalami
beberapa kali modifikasi, klasifikasi NYHA masih digunakan
sebagai standar klasifikasi untuk gagal jantung hingga saat ini.

Klasifikasi NYHA terbagi atas empat kelas.

Kelas I penderita penyakit jantung tanpa ada keterbatasan aktivitas,


Kegiatan fisik harian tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, sesak
napas dan nyeri dada.

Kelas II penderita penyakit jantung dengan sedikit keterbatasan


saat aktivitas dengan intensitas sedang (seperti menaiki tangga).
Keluhan hilang dengan beristirahat.

Kelas III penderita penyakit jantung dengan keterbatasan yang


terlihat jelas saat aktivitas dengan intensitas ringan (seperti berjalan
beberapa meter). Keluhan akan berkurang dengan beristirahat.

Kelas IV Penderita penyakit jantung dengan keluhan sesak,


palpitasi, dan kelelahan yang timbul saat tidak sedang beraktivitas
(istirahat).

Dari pembagian diatas pasien dengan mitral stenosis termasuk


dalam kelas II dimana pasien sesak dan mudah lelah saat aktivitas
sedang.
10

2.1.5 Patofisologi
Gradien diastolik transmitral merupakan hal fundamental
dari stenosis mitral yang mengakibatkan timbulnya kenaikan
tekanan atrium kiri dan akan diteruskan ke sirkulasi pulmonal.
Reaksi yang kemudian timbul pada pembuluh darah paru berupa
vasokonstriksi, hiperplasia intima dan hipertrofi yang akan
mengakibatkan timbulnya hipertensi pulmonal.
Beberapa mekanisme dipercaya menjadi penyebab
terjadinya hipertensi pulmonal pada pasien stenosis mitral, antara
lain aliran pasif peningkatan tekanan atrium kiri dan vena
pulmonalis serta terjadinya vasokonstriksi reaktif arteri pulmonal.
Hipertensi pulmonal yang terjadi pada arteri pulmonalis
mengakibatkan arteri pulmonalis memiliki 3 kelainan utama, yakni
disfungsi endotel dan vasokontriksi, remodeling vaskuler dan
trombosis insitu. Pada kelainan yang berat atau pada stadium lanjut
akan dijumpai kelainan berupa lesi plexiform yang merupakan
bentuk obliterasi yang irreversible pada arteriol pulmonal.
Sebagian besar pasien stenosis mitral mengalami hipertensi
pulmonal pasif, tetapi pada beberapa pasien, kenaikan tekanan
arteri pulmonal tidak sebanding dengan peningkatan tekanan
PCWP. Pada kondisi tersebut perbedaan tekanan yang melewati
pulmonary bed dapat lebih besar daripada yang melalui katup
mitral yang stenosis. Pasien yang demikian telah memiliki penyakit
vaskuler paru berupa hipertensi pulmonal reaktif (hipertensi
pulmonal prekapiler) akibat kontriksi arteriolar pulmonal dan
perubahan obliteratif organik pada pulmonary vascular bed.
Hipertensi pulmonal reaktif jarang terjadi kecuali jika
stenosis mitral cukup berat. Meskipun demikian, perlu dicatat
bahwa hipertensi pulmonal reaktif tidak terjadi pada semua pasien
yang jelas sekali mengalami peninggian tekanan PCWP. Alasan
mengapa hipertensi pulmonal reaktif terjadi pada beberapa pasien
dengan stenosis mitral berat dan tidak terjadi pada sebagian lainnya
masih misteri. Hipertensi pulmonal reaktif dapat terjadi begitu
cepat pada beberapa pasien dengan stenosis mitral berat, tetapi
disisi lain beberapa pasien stenosis mitral yang simptomatis selama
bertahun-tahun tidak mengalami hipertensi pulmonal reaktif.
Rangkaian perubahan histologi pada hipertensi pulmonal
akibat stenosis mitral ditandai dengan penebalan lapisan media
pada muskular arteri dan arteriol, yang selanjutnya diikuti dengan
penebalan lapisan intima. Perubahan ini mungkin masih bisa
kembali lagi (reversible) jika tekanan intravaskular menurun.
11

Bagan 2. 1 Pathway Mitral Stenosis


Demam Rematik, karsinoid, kalsifikasi, SLE,
Neoplasma RA, Endokarditis, Kongenital

Kalsifikasi, Penebalan, dan


kerusakan katup mitral

Fibrosis, Perlekatan dan Penyempitan Katup Mitral

MITRAL STENOSIS
MVR/r
Aliran darah ↓dari LA selama
vase diatolik Ventrikel Stenosisn semakin parah
Sternotomy On Bypass CPB

Takikardia Peningkatan tekanan LA Inkontinuitas Jaringan Off Bypass CPB

Dilatasi / Hipertrofi Resiko Hemodinamik


Waktu diastolic Tekanan Vena tidak stabil
Perdarahan
↓ Pulmonalis dan
kapiler ↑
Atrial Fibrilasi (AF)
Volume sekuncup ↓ Resiko Penurunan
Perlambatan Kesadaran
Kongesti Paru Pemulihan
pasca bedah
Kehilangan
Penurunan Curah Kendali
Jantung
Hipertensi Pulmonal Batuk Sesak napas
Resiko Jatuh

Cepat Lelah Nyeri Gangguan Integritas Kulit


Peningkatan beban tekanan RV Interstisia
Pola Napas
Jalan Napas
tidak Efektif
tidak Efektif Lemas Perawatan luka tidak adekuat
Intoleransi Aktivitas Gagal Jantung kanan
Hambatan Resiko Infeksi
Gejala dan keluhan Mobilitas Fisik
Pembesaran vena sistemis, semakin parah
11 Interstisial
hepatomegali, edema perifer, ascites
12

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan Palpasi
Vibrasi saat palpasi dirasakan akibat bunyi jantung pertama yang
mengeras dan dapat diraba adanya diastolic thriil.
b. Auskultasi
1. Bunyi jantung S1 yang mengeras
2. Openting snap
3. Bising diastolik/rumbling
4. Bunyi jantung S2 yang mengeras
5. Murmur graham steel.

2. Elektrokardioagrafi
P mitral yaitu gelombang P yang lebar dengan notch dilead II dan
prominen gelombang P negatif pada lead IV, hepetrofi ventrikel kanan
apabila tekanan sistolik pada arteri pulmonal lebih dari 70 mmhg.

3. Pemeriksaan Radiologi
a. Left atrial appendage dan atrium kiri membesar.
b. Vena pulmonal menonjol terutama terlihat pada basis jantung.
c. Lapangan baru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-
kadang terlihat garis pada septum intrestisial pada daerah sinus
costophrenicus.

4. Echocardiography
a. E – F slope mengecil dari anterior leaflets kantup mitral dengan
menghilangnya gelombang a.
b. Berkurangnya permukaan kantup mitral.
c. Berubahnya pegerakan katup posterior.
d. Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo
akibat kalsifikasi.

5. Kateterisasi
Terlihat pressure gradient atrium kiri dan ventrikel lerri pada saat distolik.

6. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi, Hemostasis darah, Elektrolit, Imunoserologi, Hepatitis, Anti
HCV, Protein, Albumin, SARS Cov-2

12
13

2.1.7 Komplikasi
Fibrilasi atrium (AF) sangat umum pada pasien dengan penyakit
katup mitral dan keseringan terjadinya AF setelah operasi katup mitral saja
lebih mungkin terjadi ketika ukuran LA melebihi 5,5-6 cm atau AF telah
hadir selama enam bulan. AF Pasca Operasi terkait dengan berkurangnya
kelangsungan hidup, fungsi jantung yang lebih buruk, dan lebih berisiko
mengalami stroke pada pasien dengan MR nonischemic dan harus
ditangani Maze procedure dengan pemusnahan Left atrial appendage
(LAA) pada saat operasi katup mitral. ini juga harus dipertimbangkan pada
pasien dengan AF dan iskemik MR, terutama untuk mengurangi risiko
stroke. Mengurangi ukuran dilatasi atrium kiri dapat meningkatkan fungsi
mekanik atrium dan meningkatkan hasil dari Maze procedure. Penelitian
terbaru menemukan bahwa ada risiko yang lebih besar untuk terjadinya AF
setelah perbaikan katup mitral pada pasien dengan ukuran atrium kiri
>50mm atau lebih dari TR ringan, meskipun memperbaiki TR Tidak tidak
mempengaruhi risiko AF (Bojar, 2021).

2.1.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Pengobatan farmakologis hanya diberikan bila ada tanda-tanda
gagal jantung atau aritmia. Obat-obatan sperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu
mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung,digoxin juga
akan memperkuat denyut jantung. Pada keadaan fibrilasi atrium
pemakaian digitalis merupakan indikasi dapat dikombinaskan antagonis
kalsium. Diuretic dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru.
Antikoagulan warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan
thrombus untuk mencegah tromboemboli.

b. Surgical Intervention
Antara lain :
1. Closed mitral commissurotomy
2. Valvuloplasty
3. Open mitral valvotomy
4. Mitral valve Repair/ replacement.

Indikasi Untuk Oprasi :


1. Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7
cm2) dan keluhan.
2. Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal.
14

3. Stenosis mitral dengan resiko tinggi bagi timbulnya emboli misal :


Usia tua dengan fibrilasi atrial, pernah mengalami emboli sistemik,
pembesaran yang nyata dari appandage atrium kiri.

Tindakan operasi
- Mitral Valve Repair
Mitral Valve Repair (MVR) atau rekonstruksi katup mitral
berlaku untuk lebih dari 90% pasien dengan MR degeneratif, meskipun
tingkat keberhasilan lebih besar untuk posterior daripada anterior
perbaikan leaflet. Teknik termasuk cincin annuloplasty, perbaikan
leaflet, neochords, dan transfer chordal. Beberapa teknik reparatif ini
juga dapat diterapkan pada pasien dengan endokarditis katup mitral.
Perbaikan katup Mitral memberikan keuntungan bertahan hidup
dibandingkan penggantian katup mitral (MVR) pada pasien dengan MR
degeneratif dan CAD yang hidup berdampingan, tetapi penggantian
lebih baik untuk MR iskemik karena tingkat kekambuhan yang lebih
rendah meskipun kelangsungan.

Gambar 2. 3 Ilustrasi tindakan operasi Mitral Valve Repair(MVR)


15

Gambar 2. 4 Ilustrasi tindakan Mitral Valve Repair menggunakan PTFE

- Mitral Valve Replacement


Adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengganti katup mitral karena mengalami kerusakan. Penggantian
katup dapat dilakukan dengan menggunakan katup hewan atau
mekanik. Katup mitral jenis hemograft dan metal telah ditemukan tetapi
tidak tersedia di kalangan umum dan jarang ditanamkan dalam balai
pengobatan. Pertimbangan terakhir pada penggantian katup mitral
adalah pemeliharaan katup hewan asli. Disfungsi ventrikel dapat
dicegah dengan perawatan chordae dan leaflet sepanjang penggantian.
Teknik termasuk mempertahankan leaflet posterior dan anterior.
16

Menurut (Rizki, 2018), melakukan tindakan pergantian katup


mitral, terdapat beberapa ketentuan tertentu, diantaranya:
1. Jenis katup pengganti
a. Biologis
- Hemograft allovital yaitu katup yang telah
diimplementasikan dalam waktu 24 jam kematian donor
(hemograft segar). Rekomendasi terakhir untuk
menyimpan katup tersebut dengan pengawet cryo dalam
cairan nitrogen pada suhu -197 º C sebagai alternatif katup
didapat/diambil dan diberi antibiotik untuk menurunkan
kegagalan dini akibat penipisan dan pengoyakan leaflet
(daun katup), cara yang lebih umum dipakai
formaldehyde, propiolactone, chlorhexidine atau iradiasi
sinar gamma.
- Xenograft, didapat dari babi diawetkan dalam glutanol
dehyde 5%.
- Autograft, yaitu translokasi bagian tubuh sendiri. Sebagai
contoh Pulmonal ke aorta

Tabel 2. 1 Keuntungan dan kerugian menggunakan katup biologis


Keuntungan Kerugian
- Insiden tromboembili - Daya tahan katup terbatas
rendah - Persediaan terbatas
- Jarang menggunakan
antikoagulan
- Aliran senntral lebih baik
- Tidak ada residual
- minimal reoperatif

b. Bioprotesa
Katup bioprotesa biasanya terbuat dari Porcine
heterograft dari katup aorta babi (Carpentiler Edward
Hemlock) atau pericardium sapi (Carpentiler Edward
Pericardial).

Tabel 2. 2 Keuntungan dan kerugian menggunakan katup bioprotesa


Keuntungan Kerugian
- Insiden tromboembili kecil - Daya tahan terbatas (tidak
- Penggunaan antikoagulan lebih dari 10-15 tahun)
6 miggu – 3 bulan - Dapat terjadi degenerasi
- Aliran senntral lebih baik klasifikasi fibrosis
- Residual minimal - Kontraindikasi pada
hipertrofi ventrikel kiri
- Diet rendah kalsium pada
anak
17

2. Ketentuan selama menggunakan katup pengganti


Tabel 2. 3 Syarat selama menggunakan katup pengganti
Mekanik Bioprotesa
- Minum antikoagulan - Minum antikoagulan
seumur hidup selama 3 bulan
- Kontrol laboratorium - Tidak disarankan pada
berkala anak masa pertumbuhan
- Dianjurkan pada pria usia - Disarankan pada wanita
produktif produktif
- Dianjurkan pasien dengan - Cocok untuk ekonomi
gagal ginjal, hiperkalsemia menengah kebawah
- Hight cost, cocok untuk
ekonomi menengah ke atas

3. Evaluasi keberhasilan penggantian katup


Keberhasilan tindakan penggantian katup dapat dievaluasi:
- Memberi efek hemodinamik yang baik
- Tidak menyebabkan trombus
- Tidak menyebabkan lisis
- Dapat diterima/beradaptasi dengan tubuh pasien
- Sesuai dengan anatomi dan masa pakai lebih panjang

Mitral Valve Replacement diindikasikan ketika perbaikan


yang memuaskan tidak dapat dicapai. MR akut dari ruptur otot
papiler biasanya membutuhkan MVR. Pasien dengan iskemik MR
memiliki hasil klinis yang sebanding dan kelangsungan hidup
dengan MVR dan perbaikan, tetapi tingkat kekambuhan yang jauh
lebih rendah pada dua tahun dengan MVR. Pelestarian Chordal
setidaknya daun katup posterior harus dipertimbangkan untuk
semua MVR yang dilakukan untuk MR. ini meningkatkan fungsi
ventrikel dan akan meminimalkan risiko dari ruptur LV.
18

Gambar 2. 5 Mitral Valve Replacement melalui posterioe appoarch


19

BAB III
TINJAUAN KASUS

Catatan Perkembangan Pasien

19
20

3.1 Pengkajian
21
22

3.2 Laporan Pembedahan MV Repair, TV Repair, dan ASD Closure 2016


23
24

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Hematologi dan Haemostasis darah
25

Elektrolit dan Imunoserologi


26

Anti HCV
27

Thorax AP/ Lateral


28

Echocardiography Anak

TTE dan TEE prosedur


29

Elektrocardiografi

Persiapan Darah
Produk darah yang dipersiapkan PRC 1000, FFP 6, TC 4, Cryo 1
30

BAB IV
PEMBAHASAN DAN TEKNIK INSTRUMENTASI

4.1 Persiapan Operasi


Persiapan Instrumen

• Cardiovascular set : 1 buah


• Gown Steril : 6 buah
• Set Waskom : 1 buah
• Set Korentang : 1 buah
• Set CVP : 1 buah
• Set Catheter : 1 buah
• Adult Pump Set : 1 buah
• Auscilating Saw (Saw Redo) : 1 buah
• Pump Sucker : 1 pasang
• Set Baki / Magnetic pad : 1 buah
• Gunting metzemboum Panjang : 1 buah
• Mosquito tambahan isi 3 : 2 Set
• Pinset Panjang ekstra : 1 buah
• Set Wire : 1 set
• Syme : 1 buah
• Set Mitral : 1 buah
• Sternal Retraktor : 1 buah
• Holder Lampu : 1 set
• Duk Lubang : 1 buah
• Probe dan mesin TEE : 1 set
31

Tambahan Persiapan Redo Operasi


• Foto thorax Lateral : 1 buah
Untuk mengetahui sejauh mana perlengketan pericardium ataupun organ
jantung dengan sternum
• Oscilating Saw : 1 set
Dengan gerakan mata saw seperti menyapu akan lebih aman digunakan
daripada menggunakan sternalsaw yang mata saw nya seperti gerakan
gergaji
• Defib external Pad : 1 set
Jika terjadi gangguan irama VT/VF saat intra operasi maka diperlukan
Kardioversi ataupun defibrilasi, apabila anatomy jantung sulit di
identifikasi dan tidak ada ruang untuk meletakkan internal defib padle,
maka pilihannnya ada menggunakan defib external pad
• Cardiovascular set drapping : 1 set
Pada operasi redo diperlukan persiapan painting dan drapping sampai
dengan seluruh badan dan kaki. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan lokasi
insersi kanulasi femoral dan jika ada kejadian varian intra operasi seperti
rupture atau cedera coroner pengambilan graft savena bisa langsung
dilakukan untuk segera dilakukan CABG
• Persiapan Kanulasi Femoral : 1 set
Persiapan Kanulasi femoral dipersiapkan sejak awal operasi, preparasi
lokasi insersi, persiapan panjang tubing yang cukup untuk menjangkau
32

femoral serta berkolaborasi dengan perfusionist untuk persiapan kanul


femoral
• NaCl Hangat : Secukupnya
Dipergunakan saat pembebasan pericardium atau evaluasi organ jantung
• Antisipasi perdarahan
Persiapan antisipasi perdarahan yang sebaiknya dipersiapkan antara lain:
 Persiapan produk darah krayo
 Jahitan Reinforce disiapkan sejak awal
 Cell saver

Persiapan Benang
• Bisturi/ Pisau no 21 (Insisi kulit dewasa) : 1 buah
• Bisturi/ Pisau no 11 (kanulasi dan insisi katup mitral) : 2 buah
• Baonewax (Haemostasis Sternum) : 1 buah
• Silkam 0 (Pericardium Stitch, Fiksasi kanul aorta, Drain) : 1 buah
• Premicron 3.0 26mm (Kanulasi Stich Aorta, SVC, IVC) : 4 buah
• Premicron 4.0 17mm (Kardioplegia Stich) : 1 buah
• Nylon tape (Goround SVC, IVC) : 2 buah
• Surgipro 5.3 13mm
(Augmentasi mitral leaflet dengan pericardium patch) : 2 buah
• Cardioxyl 2/0 (Jahitan Annuloplasty Ring jika MV Repair) : 2 buah
• Ethibon 2/0 (Standby jika jahitan repair kurang) : 2 buah
• Premicron 2/0 2xHR 17 PTFE 3X6
(Jahitan MV Replacement) : 3 buah
• Surgipro 3.0 26mm
(LAA Plikasi jika Irama AF dan Tutup LA) : 2 buah
• Surgipro 4.0 26mm (Tutup IAS jika buka RA) : 1 buah
• Surgipro 4.0 17mm (Tutup RA dan Haemostasis) : 3 buah
• Steelex Electrode set 26 mm (Pacing Wire) : 1 buah
• Sternal Wire (Tutup sternum) : 1 set
• Monosyn 2.0 (Tutup Subcutis) : 1 buah
• Byosin 3.0 (Tutup Kulit) : 1 buah
33

Persiapan BMHP
• Blood set
(Snuger Kanulasi, Goround, Kardioplegia Canule dan line) : 2 buah
34

• NGT no 10 (Mini Drain dan Rubber shoot) : 1 buah


• Chest Tube no 28/32 (<50 kg/>50 kg) : 2/2 buah
• Ioban 6650 (Sterile Drape) : 1 buah
• Diatermi Cleaner : 1 buah
• Daitermi Pencil : 1 buah
• Daitermi Pad Dewasa : 1 buah
• Tube Suction with Connector : 1 buah
• Abocath 18 Pendek (Kanul Syringe 20cc) : 1 buah
• Abocath 14 Panjang (Needle Cardioplegia) : 1 buah
• Spuit 20 cc (Wet Hand) : 1 buah
• Spuit 50 cc (Test Katup) : 2 buah
• Canule Suction n0 14 (Extension Spuit 50 cc) : 1 buah
• NaCl Heparin 5000 IU : 1 buah
• Kassa Steril : Secukupnya
• Sarung Tangan steril : Secukupnya
• U Drape (Pembatas Drapping bagian atas) : 1 buah
• Byosin 3.0 (Tutup Kulit) : 1 buah
• Dressing Wound Besar : 1 buah
• Redax / Pleurovac (Tabung WSD) : 1 buah
• Y Connector 3/8 3/8 (Jika pasang 2 Drain) : 1 buah

4.2 Persiapan Pasien


Penerimaan Pasien

• Serah terima pasien dari Ruang Rawat


35

• Mengecek identitas pasien dan kelengkapan pasien pra bedah


• KIE Keluarga
• Persiapan Anestesi
• Membawa pasien ke meja operasi
• Melakukan SIGN IN
• Memasang lead ECG (5 Buah), saturasi oksigen probe dan NIBP Cuff
• Induksi dan Intubasi oleh dokter anestesi dilanjutkan pemasangan IV
line besar, CVP line, kateter urine dan temperature probe
• Scrub nurse melakukan Scrubbing, Gowning dan gloving dilanjutkan
setting Instrumen

Persiapan Pra Bedah


• Memasang Diatermi pad
• Memposisikan pasien supine, memasang ganjal punggung, tiang
pembatas area steril dan anestesi
36

• Melakukan Clean chest dengan sabun desinfektan (Chlorhexydine


4%) dan steril water
• Membantu dokter operator dan asisten melakukan gowning dan
gloving
• Melakukan Painting dengan Iodine 10%, setelah 2 menit dilanjutkan
dengan cairan Chlorhexydine 4 %
• Drapping area operasi
• Mempersiapkan Lines CPB, Lines cardioplegia, diathermy pencil,
wall suction dan memasang Holder lampu
• TIME OUT

4.3 Urutan Prosedur


Insisi Kulit Berikan
1. Surgeon pisau/ bisturi no 21 untuk incisi berikan kassa,
37

berikan pinset pada asisten


2. Perdalam lapis demi lapis hingga Os Sternum US
Army/ langenback pada asisten, instrument membantu
suction asap couter atau jika ada perdarahan

Median 1. Jika surgeon sudah membuat garis pada sternum


Sternotomy berikan Sternal Saw Redo (Lung Down, Saw On)
surgeon akan melakukan sternotomy bertahap
2. Berikan kassa dan diatermi untuk surgeon dan doble
US army untuk asisten 1 serta Wall suction untuk
asisten 2 untuk hemostasis sternum kanan dan kiri
berikan diatermi, kemudian bonewax
3. Surgeon akan membebaskan sternum dan jaringan
sekitarnya ke kanan dan kiri menggunakan diatermi,
berikan gunting metzemboum bila perlu
4. Jahitan Surgipro 4.0 17mm standby jika ada perdarahan

Pericardial Stitch Berikan Pinset, Needleholder mayo+silkam 0 pada surgeon,


Untuk asisten berikan pinset dan gunting benang

Membebaskan 1. Coagulasi Daitermi diturunkan menjadi 30, Berikan


Aorta, SVC, IVC Pincet dan Diatermi Surgeon melakukan evaluasi
membebaskan dari jaringan sekitar lalu Metzemboum
dan Klem 90
2. Jahitan Surgipro 4.0 17mm standby jika ada perdarahan

Heparin In

Jahitan Kanulasi AORTA


Aorta, SVC dan Berikan
IVC 1. Premicron 3/0 17mm dengan 1 needle holder follow
benang berikan pada asisten, Gunting benang terima
needle holder , berikan paketan suggle pada asisten
(Rumel+potongan bloodset dan clamp pean lurus)
terima Kembali rumel kemudian reload
2. Berikan Premicron 3/0 kedua dengan 2 needle holder
forhand. Gunting benang terima needle holder dengan
tangan kiri berikan paketan suggle pada asisten. terima
Kembali rumel kemudian reload

SVC
Berikan Premicron 3/0 17mm dengan 2 needle holder
forhand follow benang berikan pada asisten. Gunting
benang terima needle holder dengan tangan kiri berikan
paketan suggle pada asisten. terima Kembali rumel
kemudian reload

IVC
1. Berikan US Army kepada asisten 2 untuk expose
38

IVC
2. Berikan Premicron 3/0 kedua dengan 2 needle holder
forhand follow benang berikan pada asisten. Gunting
benang terima needle holder dengan tangan kiri
berikan paketan suggle pada asisten. terima Kembali
rumel kemudian reload

Circulating CPB 1. Berikan tubing clamp 2 (Putar cepat/ Circulate oleh


Lines perfusi) , clamp tubing arteri pegangan menghadap
asisten, clamp tubing vena menghadap surgeon
2. Berikan gunting kanul untuk menggunting bagian
filter
3. Confirm Ukuran Kanul Aorta dan Vena pada
surgeon

Kanulasi Aorta, AORTA


SVC dan IVC 1. Berikan metzemboum pinset dan kassa untuk
membuka sedikit lumen aorta bila diperlukan
2. Berikan pisau no 11 pada tangan kanan dan kanul
aorta pada tangan kiri surgeon yang sudah dipasang
threeway buntut
3. Dilakukan Snug oleh surgeon dan asisten berikan
Tie, gunting benang. Dilakukan Deairing. Konek
kanul dengan Iines Merah sambungkan lepaskan
tubing klem
4. Berikan silkam 0 + needle holder mayo untuk fiksasi
kanul pada bagian kulit gunting benang, berikan
kockher pada asisten untuk fiksasi lines dengan
drape

SVC
1. Berikan pisau no 11 lalu dilator (metzemboum)
berikan kanul SVC, asisten berikan pump sucker
biru dan kuning jika perlu klem tubing
2. Dilakukan Snug oleh surgeon berikan Tie, gunting
benang. Konek kanul dengan Y Connector kiri Iines
Biru, lalu berikan klem tubing

IVC
1. Berikan US army pada asisten 2, pump sucker dan
pinset pada asisten 1
2. Berikan Surgeon pinset dan pisau 11 lalu dilator
(metzemboum) kemudian berikan kanul IVC,
3. Kanul terpasang Dilakukan Snug oleh surgeon
berikan Tie, gunting benang. Konek kanul dengan Y
Connector kanan Iines Biru (Pegang ujung kanul
vena menghadap keatas) sambungkan
39

Go Round SVC SVC


dan IVC (Jika Berikan pinset dan 90 pada operator nylontape pada
Buka RA) asisten, berikan paketan suggle pada asisten
(Rumel+potongan bloodset dan clamp pean
bengkok) terima Kembali rumel reload
IVC
1. Berikan US army untuk asisten
2. Berikan metzemboum pinset untuk bebaskan IVC
Kemudian klem 90 pada operator nylontape pada
asisten, berikan paketan suggle pada asisten
(Rumel+potongan bloodset dan clamp pean
bengkok) terima Kembali rumel reload

Kanulasi 1. Berikan Jahitan kanulasi cardioplegia Premicron 4/0


Kardioplegia 17mm dengan 1 needle holder follow benang berikan
pada asisten, Gunting benang terima needle holder
lalu berikan paketan suggle pada asisten
2. Berikan canul cardioplegia (atau modified dengan
abocath 16 G) dilakukan kanulasi lalu dripping
plegia, kemudian sambungkan dengan canul
cardioplegia.

On bypass Sebelum on bypass konfirmasi hasil ACT post pemberian


heparin, > 400 detik, buka klem vena

Total on bypass Dilakukan Snug Goround SVC IVC (Persiapan Ice Slush)

Crossclam On Berikan pinset dan CrossClamp pada operator (Low Flow


CrossClamp On) Cardioplegia In

Buka LA atau RA Jika LA


1. Setelah dilakukan Crossclamp berikan ice slush pada
permukaan jantung sampai irama VT, cardioplegia in
2. Berikan pisau no 11 kemudian metzemboum dan
pump sucker

Jika RA
1. Berikan Pisau no 11 kemudian metzemboum dan
pump sucker
2. Buka IAS , berikan pisau no 11 dan metzemboum
lalu pump sucker
3. Berikan Ice slush pada [ermukaan jantung tunggu
hingga pemberian cardioplegia selesai

Evaluasi katup 1. Berikan Cooley retractor 2 untuk ekspose katup


Mitral mitral
2. Berikan pinset dan gunting metzemboum untuk
evaluasi katub lama
40

3. Berikan pisau 11 untuk memotong jahitan yang


lama, terima benang dan pledget pastikan jumlahnya
lengkap sesuai dengan jahitan katup sebelumnya,
eksisi katup mitral lama

Pemasangan Katup 1. Pasang duk bolong kemudian pasang Crawford Ring


mitral Mekanik fiksasi dengan towel klem
2. Berikan sizer mitral St Jude atau sesuai permintaan/
stok yang tersedia, sampai ukuran pas
3. Siapkan jahitan replacement Premicron 2.0 17 PTFE
3X6 2 buah
4. Konfirmasi ulang ukuran katup pada surgeon
5. Buka katup kemudian pasangkan pada peganngan
Sizer, potong benang pada katup
6. Berikan jahitan katup (hijau-putih)dengan 2 needle
holder forhand kemudian menyesuaikan surgeon bila
posisi berubah menjadi backhand, hitung jahitan
yang sudah terpasang bila sudah dirasa cukup
infokan kepada surgeon jumlah jahitan lalu
disepakati dibagi 2 atau dibagi 3
7. Berikan needle holder mayo pendek untuk mulai
melakukan jahitan pada ring katub. Surgeon akan
mengelompokkan benang sesuai dengan pembagian
(lakukan hitungan 1a 1b 2a 2b 3a 3b dst) berikan
klem rubbershot 2 kemudian gunting, dilakukan hing
ga semua ja rum s udah terpasang pada ring katub
8. Katub di turunkan pertahankan kelompok banang
yang sudah dibagi, semprot air saat surgen
menurunkan katub
9. Berikan pisau 11 untuk melepaskan badan katup dan
pegangan sizer
10. Surgeon mulai melakukan simpul/ ikat jahitan basahi
tangan, terima benang yang sudah diikat
11. Jika pemgikatan sudah selasai berikan gunting
panjang untuk menggunting semua benang
12. Berikan spuit 50cc (ujung dipasang kanul suction
14) berisi NaCl untuk tes katub yang sudah
terpasang

Tutup LA atau 1. Berikan pinset dan jahitan Surgipro 3.0 26mm untuk
Tutup IAS (jika tutup LA atau Surgipro 40. 26mm untuk tutup IAS
buka RA) 2. Jika akan dilakukan simpul berikan air tangan lalu
gunting benang, terima benang pastikan jarum
lengkap

Rewarming, head
down, deairing
jantung kiri, blow
41

the lung

Cross clamp off (low flow cross clamp off) perhatikan irama jantung
(SR/VT/VF)

Bila terjadi VT/VF Berikan internal paddle untuk dilakukan defibrilasi

Tutup RA (Jika Berikan pinset dan jahitan surgipro 4.0 17 mm


buka RA)

Partial Bypass Jika jahitan RA sudah tinggal 2-3 jahitan surgeon akan
menginformasikan partial by pass. Dilakukan pelepasan go
rounf SVC IVC, terima nylon tape, klem dan selang blood
set pastikan jumlahnya lengkap

Zeroing Posisi Posisi meja oparasi dikembalikan ke posisi semula

Weaning off CPB

Off by pass Berikan klem untuk dilakukan klem pada kanul vena

Dekanulasi SVC SVC


dan IVC 1. Berikan Pisau 11 untuk memotong simpul tie
2. Surgeon membuka snuggle, terima klem dan
potongan bloodset, berikan air tangan untuk
menyimpul benang.
3. Siapkan jahitan Reinforce 4.0 17 mm

IVC
1. Berikan US Army untuk ekspose area kanul IVC
2. Lakukan Langkah 1,2 seperti pada SVC
3. Informasikan kepada perfusionist untuk Vena Turun,
lepas Tubing Klem

Pemberian
Protamine

Pasang Chest 1. Berikan Pisau 11 untuk membuat sayatan tempat


Drain dan Mini insersi drain
drain Pericardial 2. Berikan Jahitan Silkam 0, 2 buah untuk fiksasi Drain
dan mini drain
3. Berikan Robert Klem untuk insersi drain mediastinal
dan mosquito / long mosquito untuk minidrain,
berikan gunting lines untuk memotong minidrain dan
menambah lubang sesuai ukuran

Pasang Pacing 1. Berikan Steelex 26 dengan 2 needle holder, berikan


wire (bila perlu) jahitan fiksasi silkam 0
2. Perawat sirkuler menyiapkan Generator, Berikan
42

Kabel Pacing steril kemudian siapkan Jarum spuit


2,5 cc.

Dekanulasi Aorta 1. Berikan Pisau 11 untuk memotong simpul tie


2. Surgeon membuka snuggle, terima klem dan
potongan bloodset, berikan air tangan untuk
menyimpul benang.
3. Siapkan jahitan Reinforce 4.0 17 mm
4. Informasikan kepada perfusionist untuk AortaTurun,
lepas Tubing Klem

Haemostasis 1. Berikan pinset, kassa, suction, diatermi bila perlu


Perdarahan 2. Siapkan jahitan reinforce 4.0 17mm bila surgeon
menghendaki haemostasis dengan jahitan

Counting Lakukan First Count , hitung jumlah kassa keseluruhan,


jumlah jarum, haemostate, pisau, nylon tape, dan
haemostate, informasikan kepada surgeon

Tutup Strenum 1. Berikan Sternal wire dengan Wire Twister dan Klem
Wire pada ujungnya
2. Siapkan Gunting/ pemotong wire dan klem wire
3. Bila Wire sudah terpasang semua, Cek area insersi
berikan kassa dan diathermy
4. Sebelum dilakukan penutupan sternum lakukan Final
Count, Informasikan kelengkapan jumlah kassa,
jarum, haemostate, pisau, nylon tape (Final Count
Correct)

Tutup Sub Cutis Berikan Jhitan Monosyn 2.0 untuk subcutis, dan Byosin 3.0
dan Cutis untuk Cutis, Siapkan Klem dan gunting benang

Rawat dan Tutup Bersihkan area luka dengan kassa basah lalu keringkan,
luka Operasi Pasang Dressing Wound Sambungkan Darin dengan Tabung
WSD, minidrain dengan threeway buntut, Rapikan Pasien,
Operasi Selesai.

Operasi Selesai

4.5 Dokumen dan Laporan Operasi

Catatan Keperawatan Perioperatif


43
44
45

Laporan Pembedahan
46

Instruksi Pasca Operasi


47

Laporan Pemeriksaan Echocardiografi Intra Operasi


48

Clinical Pathway Mitral Valve Replacement


49
50
51

SSC (Surgical Safety Checklist)


52

4.4 Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan preload


yang menurun terhadap penurunan pengisian ventrikel kiri.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
sekunder terhadap penurunan pengisian ventrikel kiri.

Intra Operasi 1. Resiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan
2. Resiko Cedera berhubungan dengan penggunaan alat
medis
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
prosedur invasif

Post Operasi 1. Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan


2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
3. Resiko Infeksi berhubungan denga efek prosedur invasif
53

4.5 Intervensi Keperwatan


DIAGNOSA
No. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Penurunan curah jantung b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri
Preload yang menurun terhadap selama 2 x 24 jam penurunan curah 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Penurunan curah jantung dapat
penurunan pengisian ventrikel jantung tidak terjadi ditandai dengan: Penurunan curah jantung diidentifikasi melalui gejala yang
kiri - Tidak ada keluhan nyeri dada muncul meliputi dispenea,
DS: - Tidak ada sensasi dada berdebar kelelahan, adema ortopnea
- Ibu pasien mengatakan - TTV dalam batas normal paroxysmal nocturnal dyspenea,
anaknya cepat lelah Nadi : 60-100 x/menit peningkatan CPV
- Pasien mengatakan sesak napas RR : 12-20 x/menit 2. Monitor tekanan darah (termasuk 2. Tekanan darah pada pasien dengan
tiba-tiba sekitar 3 bulan yang TD : 120/80 – 139/89 mmHg tekanan darah ortostatik, jika curah jantung perlu dimonitor
lalu tanpa pemicu disertai Suhu : 36,5 – 37,6oC perlu) karena penting untuk membantu
nyeri dada hilang timbul mudah - Tidak ada sesak penegakan diagnostic
lelah bila aktivitas. - Gambaran EKG tidak menunjukkan 3. Ginjal berespon terhadap penurunan
3. Monitor intake dan output cairan
- Pasien mengatakan sudah ventrikel fibrilasi atau ventrikel curah jantung dengan mereabsorbsi
pernah operasi jantung tahun takikardi natrium dan cairan
2006 di RSCM 4. Penurunan atau kenaikan berat
4. Monitor berat badan setiap hari badan secara tiba-tiba merupakan
DO: pada waktu yang sama gejala asites
- TD: 120/82 mmHg 5. Sianosis merupakan salah satu
- HR: 78x/menit 5. Monitor saturasi oksigen gejala penurunan curah jantung
- RR: 16x/menit 6. Aritmia seperti PVC, AF berkaitan
- SpO2: 98% 6. Monitor EKG 12 sadapoan secara dengan penurunan curah jantung
- Suara BJ1 > BJ2 berkala atau jika ada keluhan
- Hasil pemeriksaan EKG nyeri dada 7. Posisi semifowler dapat
(09/01/23): 7. Posisikan pasien semi-fowler atau memaksimalkan pengembangan
SR dengan Incomplete RBBB fowler dengan kaki kebawah atau lapang paru dan mengurangi jumlah
possible RVH Early posisi nyaman darah yang kembali ke jantung yang
repolarization dapat mengurangi kongesti paru.
8. Mengatur diet sehingga kerja dan
8. Berikan diet jantung yang sesuai ketegangan otot jantung
54

- Hasil pemeriksaan X-Ray (mis. Batasi asupan kafein, minimal, dan status nutrisi
(29/12/22): natrium, kolestrol, dan makanan terpelihara, sesuai dengan selera dan
Kardiomegali dengan mitral tinggi lemak) pola makan klien.
configuration
Protesa katup di proyeksi katup
mitral Kolaborasi 1. Antiaritmia adalah obat yang
Tidak tampak kelainan 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia digunakan untuk menangani kondisi
radiologis pada paru jika diperlukan aritmia atau ketika denyut jantung
- Hasil pemeriksaan Echo berdetak terlalu cepat/ terlalu lambat
(28/12/22): dan tidak teratur
- Moderate MS, mean pG6-10 2. Antikoagulasi dapat mengencerkan
mmHg darah sehingga usaha katup untuk
2. Kolaborasi pemberhentian
- Mild MR memompa darah tidak
penggunaan antikoagulasi :
- Good Biventricular function membutuhkan usaha yang kuat
Aspirin/CPG/aspilet minimal 3-7
hari sebelum dilakukan tindakan untuk memompakan darah.
operasi Pemberhentian pengguanaan
antikoagulasi sebelum tindakan
operasi dapat mengurangi risiko
terjadinya perdaran pada intra dan
post operasi
3. Diuretik dapat membantu
mengeluarkan kelebihan volume
3. Kolaborasi pemberian diuretik: cairan yang dapat menyebabkan
furosemid/spironolacton, dll. edema paru sehingga mengurangi
sesak yang dirasakan pasien

2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Parameter menunjukan respon
dengan ketidak seimbangan Klien dapat beraktifitas tanpa ada aktivitas fisiologis pasien terhadap stres dan
antara suplai dan kebutuhan hambatan indikator derajat pengaruh
oksigen sekunder terhadap aktivitas.
penurunan pengisian ventrikel 2. Kaji kesiapan untuk 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
kiri meningkatkan aktivitas. penting untuk memajukan tingkat
55

induvidual.
DS: 3. Dorong memajukan 3. Konsumsi O2 miokoard selama
- Ibu Pasien mengatakan aktivitas/toleransi perawatan diri. berbagai aktivitas dapat
anaknya mudah Lelah meningkatkan jumlah O2
- Pasien mengatakan sesak nafas
tiba-tiba tanpa diketahui
penyebabnya dan mudah lelah

DO:
- TD: 120/82 mmHg
- HR: 78x/menit
- RR: 16x/menit
- SpO2: 98%
- Suara BJ1 > BJ2
- Hasil pemeriksaan EKG
(09/01/23):
SR dengan Incomplete RBBB
possible RVH Early
repolarization
- Hasil pemeriksaan X-Ray
(29/12/22):
Kardiomegali dengan mitral
configuration Protesa katup di
proyeksi katup mitralTidak
tampak kelainan radiologis
pada paru
- Hasil pemeriksaan Echo
(28/12/22):
- Moderate MS, mean pG6-10
mmHg
- Mild MR
- Good Biventricular function
- pasien post op MV Repair, TV
Repair, ASD Closure 2006
56
57

Intra operasi
1. Resiko perdarahan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri
dengan tindakan pembedahan resiko perdarahan tidak terjadi 1. Monitor tanda dan lokasi 1. Identifikasi sumber perdarahan akan
perdarahan menetukan tools haemostasis yang
DS : - - Haemodinamik stabil akan digunakan surgeon
DO: - Hasil Hb, hematokrit membaik 2. Siapkan Tools Haemostasis yang 2. Tools haemostasis dipersiapkan
- Pasien dilakukan operasi - Perdarahan dapat diatasi akan digunakan selama operasi sewaktu dibutuhkan sesuai dengan
pergantian katup dengan berlangsung (bone wax, diatermi perdarahan
approach median sternotomy pencil, kassa, suction, jahitan
- Tindakan Redo post MV reinforce, liga clip, surgical dan
Repair, TV Repair dan ASD bio glue bila perlu)
Closure 2006
Kolaborasi
ABP : 103/64 (76) mmHg 1. Berikan Tools haemostasis yang 1. Tools haemostasis diberikan
HR : 99 x/ menit diperlukan surgeon selama operasi sewaktu dibutuhkan sesuai dengan
CVP : 5 mmHg perdarahan
ACT : 110 detik
Hb : 15,7 g/dL 2. Kolaborasi penggunaan mesin 2. Penggunaaan mesin CPB mutlak
Trombosit : 242 CPB dengan perfusionist diperlukan saat operasi jantung
Hematokrit : 44,8
terbuka
Koagulasi 3. Kolaborasi pemasangan akses 3. Akses intra arteri diperlukaan
PT : 11.9 intra arteri dan intra vena serta untukmmonitoring Blolod
Kontrol : 10.9 pemberian Protamine dengan Pressure
anesthesi Akses Vena besar juga diperlukan
APTT : 44,2 (1,38x kontrol) untuk pemberian obat-obatan dan
Kontrol 31.9 cairan selama belum connect
dengan mesin CPB atau setelah
Off CPB
Protamine adalah anti dot dari
heparine yang diberikan saat akan
kanulasi atau connect dengan
mesin CPB
58

2. Resiko Cidera berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan Mandiri


dengan penggunaan alat medis kejadian cidera tidak terjadi 1. Berikan Vaseline cream pada 1. Mencegah terjadinya luka tekan
DS:- kriteria : bagian tubuh pasien yang menjadi selama operasi
- Tidak ada luka tekan pada tubuh tumpuan posisi
DO: pasien 2. Lapisi peralatan dengan kassa pada 2. Mencegah terjadinya luka tekan
- Pasien dilakukan operasi - Tidak ada luka bakar pada area sambungan akses vaskuler selama operasi
pergantian katup dengan penempatan plate diatermi 3. Plate diatermi diletakkan pada 3. Mencegah terjadinya luka bakar
approach median sternotomy - jumlah Alat dan BMHP lengkap bagian tubuh yang rata dan terbebas pada area plate diatermi
- waktu operasi yang cukup lama sesuai dengan yang dipersiapkan dari area operasi kemudian fiksasi
- Pasien terpasang plate diatermi saat sebelum operasi dengan plester /hypavix
- Tindakan operasi menggunakan 4. Lakukan penghitungan alat, jarum 4. Jumlah alat, jarum dan BMHP harus
benda tajam seperti bisturi, dan bmhp yang akan digunakan sama sebelum dan sesudah operasi
jarum dan BMHP berupa kassa selama operasi (awal, sebelum
dan lain-lain incisi dan akhir sebelum menutup
rongga sternum

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim saat
memposisikan pasien 1. Kerja tim sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan keamanan operasi
59

3. Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri


dengan trauma jaringan dan klien tidak mengalami infeksi dengan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Cuci tangan secara rutin merupakan
prosedur invasive kriteria hasil: kontak dengan pasien dan salah satu upaya yang sangat
DS: - - Tidak ada tanda-tanda infeksi lingkungan pasien penting untuk menjaga kebersihan
DO: (kemerahan, bengkak, teraba panas) di tangan (hand hygiene) dalam upaya
- Terdapat luka operasi median daerah luka pencegahan dan pengendalian
strenotomy - Suhu dalam batas normal : 36,5 – infeksi, terutama infeksi nosocomial
- Penggunaan alat medis dan 37,6oC 2. Menggunakan APD dengan benar 2. Mencegah terjadinya risiko infeksi
implant - Hasil laboratorium Leukosit dalam (baju dalam, alas kaki dalam,
- Terpasang ETT no 8 level 20 batas normal headcap dan masker)
cm 3. Lakukan scrubbing , gowning dan 3. Mencegah terjadinya risiko infeksi
- Terpasang arterial line pada gloving dengan benar
arteri radialis kiri dan femoral 4. Pastikan peralatan yang digunakan 4. Mencegah terjadinya risiko infeksi
kanan langsung ke tubuh pasien dalam
- Terpasang CVC pada Vena keadaan steril
jugular kanan 5. Batasi jumlah orang didalam kamar
- Terpasang kateter urine 5. Jumlah orang yang berlebihan
operasi maksimal 10 orang didalam kamar operasi dapat
6. Pertahankan teknik aseptik pada menyebabkan peningkatan resiko
selama tindakan operasi infeksi

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotic 1. antibiotik untuk mencegah
profilaksis terjadinya infeksi
60

Post operasi
1. Nyeri akut b.d terputusnya Setelah dilakukan asuhan Mandiri
kontinuitas jaringan keperawatan.nyeri akut teratasi ditandai 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 4. Nyeri merupakan pengalaman
DS: dengan: durasi, frekuensi, kualitas, subyektif yang harus dijelaskan
- Pasien mengiyakan nyeri skala - Skala nyeri <2/10 intensitas nyeri oleh pasien
4/10 pada luka operasi yang - Pasien mulai melakukan mobilisasi 2. Identifikasi skala nyeri 5. Identifikasi karakteristik nyeri
tertutup oleh dressing wound - TTV dalam batas normal merupakan suatu hal yang amat
dan hypafix. Nyeri dirasakan Nadi : 60-100 x/menit penting untuk memilih intervensi
terus menerus RR : 12-20 x/menit yang cocok dan untuk
TD : 120/80 – 139/89 mmHg mengevaluasi keefektifan dari
DO: Suhu : 36,5 – 37,6oC terapi yang diberikan
- Pasien POD 1 3. Identifikasi respon nyeri non 6. Memvalidasi data nyeri secra
- VAS skor: 3 verbal subjektif yang diberikan pasien
- TD : 115/59 (78) mmHg tentang kondisi nyeri yang
- HR: 88x/menit dirasakan
- RR: 20x/menit 7. Faktor yang berhubungan
- S: 36 oC 4. Identifikasi faktor yang merupakan suatu hal yang amat
memperberat dan memperingan penting untuk memilih intervensi
nyeri yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan terapi
yang diberikan
8. Tindakan ini memungkinkan
5. Berikan teknik nonfarmakologis pasien untuk mendapatkan rasa
untuk mengurangi rasa nyeri control terhadap nyeri

Kolaborasi 1. Analgetik dapat ↑ serotonin &


1. Kolaborasi pemberian analgetic endorphin yg dapat mengurangi rasa
61

nyeri
2. Nyeri dapat meningkatkan
2. Kolaborasi pemberian oksigen kebutuhan oksigen sehingga RR
semakin cepat. Pemberian oksigen
dapat mengurangi kebutuhan
oksigen demant dan mengurangi
nyeri yang dirasakan

2. Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan Mandiri


nyeri klien mampu melakukan mobilitas fisik 1. Motivasi klien untuk mulai 1. Motivasi dapat berperan dalam
DS: secara mandiri dengan kriteria : mobilisasi sesuai tahapan dan tingkat kooperatif klien
- Klien mengeluh lemas - Klien mampu beradaptasi terhadap kemampuan 2. Latihan mobilisasi dini post
- Klien mengatakan nyeri pada nyeri 2. Jelaskan dan ajarkan pada klien operasi secara bertahap dapat
saat bergerak - Klien mampu melakukan mobilisasi tentang manfaat dan tujuan menurunkan komplikasi tirah
DO: fisik sesuai tahapan fisioterapis melakukan mobilisasi dini post baring yang lama dan
- Klien POD 1 - Skala nyeri berkurang operasi meningkatkan kebugaran
- Aktivitas dilakukan di tempat
tidur Kolaborasi
- Skla nyeri 4 dari 10 1. Kolaborasi pemberian analgetic 1. Analgetik dapat ↑ serotonin &
- Kekuatan otot: endorphin yg dapat mengurangi
Eksremitas atas: 4/4 rasa nyeri
Eksremitas bawah :4/4 2. Kolaborasi jadwal latihan 2. Mobilisasi secara aktif pasca
POD 1 klien belum dapat bersama fisioterapis tindakan operasi dapat membantu
melakukan miring kiri dan proses penyembuhan luka dan
kanan, klien hanya tidur mengembalikan kebugaran tubuh
semifowler di atas tempat tidur sesau kemampuan tubuh setelah
dilakukan tindakan operasi
62

3. Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri


dengan efek prosedur invasif klien tidak mengalami infeksi dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Memantau tanda dan gejala infeksi
DS: - kriteria hasil: lokal dan sistematik merupaka pengkajian untuk
- Tidak ada tanda-tanda infeksi melihat adanya resiko terjadinya
(kemerahan, bengkak, terapa panas) di infeksi
DO: daerah luka 2. Lakukan ganti balutan luka jika 2. Mencegah terjadinya risiko infeksi
- TD : 115/59 mmHg - TTV dalam batas normal tampak kotor dan merembes dan memvaliadasi kondisi keadaan
- N : 88 x/mnt Nadi : 60-100 x/menit luka dan pertumbuhan luka agar
- RR : 18 x/mnt RR : 12-20 x/menit memaksimalkan terbentuknya
- S : 36 oC TD : 120/80 – 139/89 mmHg jaringan baru
- Terdapat luka operasi di Suhu : 36,5 – 37,6oC 3. Cuci tangan secara rutin
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
median strenotomy kontak dengan pasien dan merupakan salah satu upaya yang
- balutan luka tidak rembes, lingkungan pasien sangat penting untuk menjaga
- tidak ada kemerahan pada kebersihan tangan (hand hygiene)
sekitar balutan luka dalam upaya pencegahan dan
- Terpasang drain mediastinal pengendalian infeksi, terutama
dan mini drain infeksi nosocomial
4. Meningkatkan penyembuhan dan
4. Pertahankan teknik aseptik pada menghindari infeksi pada luka
pasien operasi
5. Memberikan pengetahuan dapat
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi membantu mengurangi tanda-
tanda infeksi dan dapat membantu
63

meningkatkan kepatuhan klien


terhadap rencana terapeutik
6. Nutrisi yang adekuat mempercepat
6. Tingkatkan asupan nutrisi TKTP penyembuhan luka

Kolaborasi 1. Antibiotik untuk mencegah


1. Kolaborasi pemberian antibiotic terjadinya infeksi
bila perlu
64

4.6 Kesenjangan Teori dan Realisasi


• Pada Tahap persiapan operasi foto lateral (+) oscilating saw (+) defib
external pad (+) NaCl hangat (+)
• Drapping Cardiovascular set ada namun disiapkan universal set drapping
karena pasien baru diketahui bahwa Redo Operasi ketika serah terima
pasien
• Persiapan kanulasi femoral dipersiapkan dengan sedikit modifikasi pada
universal drapp dan ditutup dengan Ioband
• Persiapan produk darah crayo sudah dipersiapkan 1 kantong
• Persiapan Cell saver belum tersedia
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Kelainan katup jantung merupakan suatu keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung. Akibatnya, orang dengan kondisi ini tidak bisa melakukan
aktifitas dalam tingkat tertentu. Mitral Stenosis yaitu terjadinya gangguan atau
hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup mitral
karena adanya penyempitan atau obstruksi pada level katup mitral. (Douedi &
Douedi, 2021).
Mitral stenosis disebabkan oleh demam reumatik, karsinoid, kalsifikasi,
SLE, NeoplasmaRA, Endocarditis dan kelainan bawaan (kongenital). Demam
rematik disebabkan oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A. Tubuh
membentuk antibodi menyerang katup mitral yang menyebabkan kerusakan katup
mitral dan penebalan pada anulus katup mitral, fibrosis dan perlekatan
penyempitan katup mitral sehingga terjadi mitral stenosis..
Terdapat beberapa terapi yang digunakan sebagai penatalaksanaan pada
pasien dengan mitral stenosis diantaranya terapi medikamentosa (Digoxin,
Antikoagulan, Antibiotik profilaksis) dan tindakan operasi yaitu Mitral Valve
Repair dan Mitral Valve Replacement. Dalam hal ini perawat memberikan asuhan
keperawatan perioperative bagi pasien Mitral stenosis dengan terapi pembedahan.
Pembedahan yang dilakukan Tn. R adalah Redo Mitral Valve Replacement,
dimana pasien sudah pernah dilakukan operasi migtral valave repair, TV Repair
dan ASD Closure pada tahun 2016, Untuk pembedahan sekarang akan dilakukan
pembedahan dengan pergantian katup mitral menggunakan katup mechanical agar
katup dapat berfungsi kembali normal.
Persiapan Operasi dilakukan dengan persiapan Redo Operasi dimana foto
lateral pre Operasi tersedia, drapping sebaiknya menggunakan Cardiovascular set,
Penggunaan Saw Redo (oscilating saw), persiapan kanulasi femoral serta
persiapan antisipasi perdarahan seperti persiapan produk darah cryo, serta Cell
saver jika tersedia.
Pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan adalah asuhan
keperawatan perioperatif. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis menegakan
delapan diagnosa keperawatan yaitu dua diagnosa pre operasi: penurunan curah
jantung dan Intoleransi aktivitas, tiga diagnose intra Operasi yaitu resiko
perdarahan, resiko cidera dan resiko infeksi serta diagnose pasca operasi yaitu
nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan risiko infeksi.
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (2017).
66

5.2 Saran
Berdasarkan data diatas penulis melakukan asuhan keperawatan dan
Teknik Instrumentasi dengan Sdr. R di Kamar Operasi PJT LT.5 RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi perawat
Perawat diharapkan mengetahui dan mamahami teknik instrumentasi dan
asuhan keperawatan perioperative pada operasi Redo Mitral Valve Replacement
secara baik dalam rangka untuk memberikan konstribusi yang maksimal pada tim
operasi. Perawat juga diharapkan untuk menjaga prinsip steril dalam melakukan
instrumentasi operasi agar tidak terjadinya infeksi di luka operasi.

2. Bagi pembaca
Penulis menyarankan bagi pembaca makalah ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan dan Teknik instrumentasi
dengan pasien Redo Mitral Valve Replacement.

3. Bagi Instansi tempat pelatihan


Penulis berharap dilakukannya pembaharuan alat-alat instrument
mengingat banyak instrument yang aus dan sebaiknya diganti seperti klem yang
sudah tidak menjepit dengan sempurna, gunting mikro yang sudah mulai tumpul,
Nerve hook yang tidak semua basic set tersedia. Pembaharuan serta ketersediaan
alat dapat meningkatkan pelayanan kamar operasi. Penambahan jumlah alat
tambahan yang sering dipakai seperti set mikro CABG maupun BCPS agar jika
ada tindakan operasi yang memerlukan alat yang sama hal-hal yang tidak di
inginkan bisa diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Ageno, W., Gallus, A. S., Wittkowsky, A., Crowther, M., Hylek, E. M., & Palareti, G.
(2012). Oral Anticoagulant Therapy: Antithrombotic Therapy and Prevention of
Thrombosis, 9th ed: AmericanCollege of Chest Physicians Evidence-Based Clinical
PracticeGuidelines. Chest, 141(2 Suppl), e44S. https://doi.org/10.1378/CHEST.11-
2292
Boestan, I. N. (2019). Penyakit Jantung Katup (Keempat). Airlangga University Press.
Bojar, R. M. (2021). Manual of Perioperative Care in Adult Cardiac Surgery (Sixth Edit).
Wiley Blackwell.
California Correctional Health Care Service (CCHCS). (2015). CCHCS Care Guide
Anticoagulation (p. 5).
Chen, W. C., Chen, Y. H., Hsu, P. I., Tsay, F. W., Chan, H. H., Cheng, J. S., & Lai, K. H.
(2014). Gastrointestinal hemorrhage in warfarin anticoagulated patients: Incidence,
risk factor, management, and outcome. BioMed Research International, 2014.
https://doi.org/10.1155/2014/463767
Douedi, S., & Douedi, H. (2021). Mitral Regurgitation. StatPearls.
Hardman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). NANDA Internationals Nursing Diagnoses:
Definitions and Classification 2015-2017 (Tenth edit). Wiley Blackwell.
Kumar, A. B., Suneja, M., Bayman, E. O., Weide, G. D., & Tarasi, M. (2012). Association
between postoperative acute kidney injury and duration of cardiopulmonary bypass: a
meta-analysis. Journal of Cardiothoracic and Vascular Anesthesia, 26(1), 64–69.
https://doi.org/10.1053/J.JVCA.2011.07.007
McCarthy, K. P., Ring, L., & Rana, B. S. (2010). Anatomy of the mitral valve:
understanding the mitral valve complex in mitral regurgitation. European Journal of
Echocardiography : The Journal of the Working Group on Echocardiography of the
European Society of Cardiology, 11(10), i3–i9.
https://doi.org/10.1093/EJECHOCARD/JEQ153
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2016). Kelainan Katup
Mitral, Aorta, Trikuspid. In Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Keenam, pp. 67–60). Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Inonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI.
Prasetyo, Y., & Yuliansyah, R. (2017). Manajemen Perioperatif pada Pasien dengan
Restenosis Katup Biomitral yang Menjalani Pergantian Katup Mitral. JAI (Jurnal
Anestesiologi Indonesia), 9(2), 110–120. https://doi.org/10.14710/JAI.V9I2.19828
Puymirat, E., Battler, A., Birkhead, J., Bueno, H., Clemmensen, P., Cottin, Y., Fox, K. A.,
Gorenek, B., Hamm, C., Huber, K., Lettino, M., Lindahl, B., Müller, C.,
Parkhomenko, A., Price, S., Quinn, T., Schiele, F., Simoons, M., Tatu-Chitoiu, G., …
Danchin, N. (2013). Euro Heart Survey 2009 Snapshot: regional variations in
presentation and management of patients with AMI in 47 countries. European Heart
Journal. Acute Cardiovascular Care, 2(4), 359.
https://doi.org/10.1177/2048872613497341
Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(Issue 2), 103–112.
Rizki, F. N. (2018). Laporan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Insufisiensi Mitral
dan post Mitral Valve Replacement (MVR) di Ruang ICU RSUD Dr Soetomo.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth: Textbook Of Medical Surgical
Nursing (10th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
68

Sungkono, S., & Adam, A. (2021). Managemen Hipokalemia Pada Pasien Paska CABG:
Tania Savitri. (2021). Regurgitasi Katup Mitral: Gejala, Sebab, Obat, dll. • Hello Sehat.
Hello Sehat.
Vahanian, A., Alfieri, O., Andreotti, F., Antunes, M. J., Barón-Esquivias, G., Baumgartner,
H., Borger, M. A., Carrel, T. P., De Bonis, M., Evangelista, A., Falk, V., Iung, B.,
Lancellotti, P., Pierard, L., Price, S., Schäfers, H. J., Schuler, G., Stepinska, J.,
Swedberg, K., … Walther, T. (2012). Guidelines on the management of valvular heart
disease (version 2012). European Heart Journal, 33(19), 2451–2496.
https://doi.org/10.1093/EURHEARTJ/EHS109

Anda mungkin juga menyukai