Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
i
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan
karunia-Nya yang telah memberikan segala kekuatan, kemampuan, kelancaran,
dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan kasus “Asuhan Keperawatan dan Teknik Instrumentasi Redo Mitral Valve
Replacement (MVR) pada Sdr. R dengan Severe Mitral Stenosis Post Mitral Valve
Repair, TV Repair, dan ASD Closure Tahun 2016” Makalah ini diajukan untuk
memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular Lanjut (KKVL) angkatan III di Pelayanan Jantung Terpadu
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan
dan peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
dan dapat menjadi salah satu referensi untuk perkembangan ilmu keperawatan
khususnya dan ilmu perioperatif kardiovaskular. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
2.1.1 Definisi...................................................................................4
2.1.2 Anatomi..................................................................................4
2.1.3 Etiologi...................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi...............................................................................8
2.1.5 Patofisologi...........................................................................10
2.1.7 Komplikasi............................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan....................................................................13
iii
iv
3.1 Pengkajian....................................................................................20
BAB V PENUTUP...........................................................................................................63
5.1 Simpulan......................................................................................63
5.2 Saran.............................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Anatomi
Katup mitral terdiri dari dua selebaran (anterior dan posterior)
yang terletak di dalam anulus. Selebaran mitral posterior berasal dari
endokardium atrium kiri (LA). Aparatus subvalvular, terdiri dari 2 otot
papiler (anterolateral dan posteromedial), muncul dari miokardium
ventrikel kiri dan korda tendinea, menopang selebaran tersebut (Douedi &
Douedi, 2021).
4
5
a. Annulus Mitral
Annulus mitral (MA) merupakan perpotongan jaringan
antara atrium kiri (LA), ventrikel kiri (LV), dan daun katup
mitral yang terbuat dari serat kolagen paralel berbentuk seperti
pelana. Bagian anterior MA bersambung dengan annulus aorta.
Bagian posterior MA mencakup titik terendah yang dekat
dengan komisura lateral dan medial. Dibandingkan dengan
bagian anterior, MA posterior tidak berlabuh kuat ke jaringan
lainnya, yang memungkinkan lebih banyak gerakan bebas
selama kontraksi dan relaksasi miokard (Topilsky, 2020).
c. Korda Tendinea
Korda Tendinea berupa benang fibrosa yang berasal dari
ujung otot papiler (PM) dan menyambung ke dalam sisi
ventrikel daun katup bagian anterior, posterior, dan komisura.
8
2.1.3 Etiologi
Etiologi Mitral Stenosis (MS) antara lain disebabkan oleh demam
reumatik, karsinoid, kalsifikasi, SLE, NeoplasmaRA ,Endocarditis
dan kelainan bawaan (kongenital). Demam rematik disebabkan
oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A. Tubuh
membentuk antibodi menyerang katup mitral yang menyebabkan
kerusakan katup mitral dan penebalan pada anulus katup mitral,
fibrosis dan perlekatan penyempitan katup mitral sehingga terjadi
mitral stenosis.
Selain itu ada penyebab lain berupa:
- kelainan jantung bawaan
- kalsifikasi kalsium (menempelnya senyawa kalsium pada
jaringan tubuh)
- tumor
- bekuan darah
- pengobatan radiasi
2.1.4 Klasifikasi
Mitral Stenosis (MS) diklasifikasikan menjadi tiga kelas dari
ringan sedang dan berat sesuai berdasarkan gradien transmitral,
luas area katup mitral, dan penurunan waktu paruh tekanan atau
tekanan artei pulmonalis
Sedangkan berdasarkan luas area katup mitral dapat dibagi
menjadi empat yaitu :
a. Trivial / Minimal
Bila luas area katup mitral > 2,5 cm2
b. Mild / Ringan
Bila luas area katup mitral 1,5 – 2,5 cm2
c. Moderate / Sedang
Bila luas area katup mitral 1 – 1,5 cm2
d. Severe / Berat
Bila luas area katup mitral < 1cm2
9
2.1.5 Patofisologi
Gradien diastolik transmitral merupakan hal fundamental
dari stenosis mitral yang mengakibatkan timbulnya kenaikan
tekanan atrium kiri dan akan diteruskan ke sirkulasi pulmonal.
Reaksi yang kemudian timbul pada pembuluh darah paru berupa
vasokonstriksi, hiperplasia intima dan hipertrofi yang akan
mengakibatkan timbulnya hipertensi pulmonal.
Beberapa mekanisme dipercaya menjadi penyebab
terjadinya hipertensi pulmonal pada pasien stenosis mitral, antara
lain aliran pasif peningkatan tekanan atrium kiri dan vena
pulmonalis serta terjadinya vasokonstriksi reaktif arteri pulmonal.
Hipertensi pulmonal yang terjadi pada arteri pulmonalis
mengakibatkan arteri pulmonalis memiliki 3 kelainan utama, yakni
disfungsi endotel dan vasokontriksi, remodeling vaskuler dan
trombosis insitu. Pada kelainan yang berat atau pada stadium lanjut
akan dijumpai kelainan berupa lesi plexiform yang merupakan
bentuk obliterasi yang irreversible pada arteriol pulmonal.
Sebagian besar pasien stenosis mitral mengalami hipertensi
pulmonal pasif, tetapi pada beberapa pasien, kenaikan tekanan
arteri pulmonal tidak sebanding dengan peningkatan tekanan
PCWP. Pada kondisi tersebut perbedaan tekanan yang melewati
pulmonary bed dapat lebih besar daripada yang melalui katup
mitral yang stenosis. Pasien yang demikian telah memiliki penyakit
vaskuler paru berupa hipertensi pulmonal reaktif (hipertensi
pulmonal prekapiler) akibat kontriksi arteriolar pulmonal dan
perubahan obliteratif organik pada pulmonary vascular bed.
Hipertensi pulmonal reaktif jarang terjadi kecuali jika
stenosis mitral cukup berat. Meskipun demikian, perlu dicatat
bahwa hipertensi pulmonal reaktif tidak terjadi pada semua pasien
yang jelas sekali mengalami peninggian tekanan PCWP. Alasan
mengapa hipertensi pulmonal reaktif terjadi pada beberapa pasien
dengan stenosis mitral berat dan tidak terjadi pada sebagian lainnya
masih misteri. Hipertensi pulmonal reaktif dapat terjadi begitu
cepat pada beberapa pasien dengan stenosis mitral berat, tetapi
disisi lain beberapa pasien stenosis mitral yang simptomatis selama
bertahun-tahun tidak mengalami hipertensi pulmonal reaktif.
Rangkaian perubahan histologi pada hipertensi pulmonal
akibat stenosis mitral ditandai dengan penebalan lapisan media
pada muskular arteri dan arteriol, yang selanjutnya diikuti dengan
penebalan lapisan intima. Perubahan ini mungkin masih bisa
kembali lagi (reversible) jika tekanan intravaskular menurun.
11
MITRAL STENOSIS
MVR/r
Aliran darah ↓dari LA selama
vase diatolik Ventrikel Stenosisn semakin parah
Sternotomy On Bypass CPB
2. Elektrokardioagrafi
P mitral yaitu gelombang P yang lebar dengan notch dilead II dan
prominen gelombang P negatif pada lead IV, hepetrofi ventrikel kanan
apabila tekanan sistolik pada arteri pulmonal lebih dari 70 mmhg.
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Left atrial appendage dan atrium kiri membesar.
b. Vena pulmonal menonjol terutama terlihat pada basis jantung.
c. Lapangan baru memperlihatkan tanda-tanda bendungan, kadang-
kadang terlihat garis pada septum intrestisial pada daerah sinus
costophrenicus.
4. Echocardiography
a. E – F slope mengecil dari anterior leaflets kantup mitral dengan
menghilangnya gelombang a.
b. Berkurangnya permukaan kantup mitral.
c. Berubahnya pegerakan katup posterior.
d. Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo
akibat kalsifikasi.
5. Kateterisasi
Terlihat pressure gradient atrium kiri dan ventrikel lerri pada saat distolik.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi, Hemostasis darah, Elektrolit, Imunoserologi, Hepatitis, Anti
HCV, Protein, Albumin, SARS Cov-2
12
13
2.1.7 Komplikasi
Fibrilasi atrium (AF) sangat umum pada pasien dengan penyakit
katup mitral dan keseringan terjadinya AF setelah operasi katup mitral saja
lebih mungkin terjadi ketika ukuran LA melebihi 5,5-6 cm atau AF telah
hadir selama enam bulan. AF Pasca Operasi terkait dengan berkurangnya
kelangsungan hidup, fungsi jantung yang lebih buruk, dan lebih berisiko
mengalami stroke pada pasien dengan MR nonischemic dan harus
ditangani Maze procedure dengan pemusnahan Left atrial appendage
(LAA) pada saat operasi katup mitral. ini juga harus dipertimbangkan pada
pasien dengan AF dan iskemik MR, terutama untuk mengurangi risiko
stroke. Mengurangi ukuran dilatasi atrium kiri dapat meningkatkan fungsi
mekanik atrium dan meningkatkan hasil dari Maze procedure. Penelitian
terbaru menemukan bahwa ada risiko yang lebih besar untuk terjadinya AF
setelah perbaikan katup mitral pada pasien dengan ukuran atrium kiri
>50mm atau lebih dari TR ringan, meskipun memperbaiki TR Tidak tidak
mempengaruhi risiko AF (Bojar, 2021).
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Pengobatan farmakologis hanya diberikan bila ada tanda-tanda
gagal jantung atau aritmia. Obat-obatan sperti beta-blocker, digoxin dan
verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu
mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung,digoxin juga
akan memperkuat denyut jantung. Pada keadaan fibrilasi atrium
pemakaian digitalis merupakan indikasi dapat dikombinaskan antagonis
kalsium. Diuretic dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru.
Antikoagulan warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan
thrombus untuk mencegah tromboemboli.
b. Surgical Intervention
Antara lain :
1. Closed mitral commissurotomy
2. Valvuloplasty
3. Open mitral valvotomy
4. Mitral valve Repair/ replacement.
Tindakan operasi
- Mitral Valve Repair
Mitral Valve Repair (MVR) atau rekonstruksi katup mitral
berlaku untuk lebih dari 90% pasien dengan MR degeneratif, meskipun
tingkat keberhasilan lebih besar untuk posterior daripada anterior
perbaikan leaflet. Teknik termasuk cincin annuloplasty, perbaikan
leaflet, neochords, dan transfer chordal. Beberapa teknik reparatif ini
juga dapat diterapkan pada pasien dengan endokarditis katup mitral.
Perbaikan katup Mitral memberikan keuntungan bertahan hidup
dibandingkan penggantian katup mitral (MVR) pada pasien dengan MR
degeneratif dan CAD yang hidup berdampingan, tetapi penggantian
lebih baik untuk MR iskemik karena tingkat kekambuhan yang lebih
rendah meskipun kelangsungan.
b. Bioprotesa
Katup bioprotesa biasanya terbuat dari Porcine
heterograft dari katup aorta babi (Carpentiler Edward
Hemlock) atau pericardium sapi (Carpentiler Edward
Pericardial).
BAB III
TINJAUAN KASUS
19
20
3.1 Pengkajian
21
22
Anti HCV
27
Echocardiography Anak
Elektrocardiografi
Persiapan Darah
Produk darah yang dipersiapkan PRC 1000, FFP 6, TC 4, Cryo 1
30
BAB IV
PEMBAHASAN DAN TEKNIK INSTRUMENTASI
Persiapan Benang
• Bisturi/ Pisau no 21 (Insisi kulit dewasa) : 1 buah
• Bisturi/ Pisau no 11 (kanulasi dan insisi katup mitral) : 2 buah
• Baonewax (Haemostasis Sternum) : 1 buah
• Silkam 0 (Pericardium Stitch, Fiksasi kanul aorta, Drain) : 1 buah
• Premicron 3.0 26mm (Kanulasi Stich Aorta, SVC, IVC) : 4 buah
• Premicron 4.0 17mm (Kardioplegia Stich) : 1 buah
• Nylon tape (Goround SVC, IVC) : 2 buah
• Surgipro 5.3 13mm
(Augmentasi mitral leaflet dengan pericardium patch) : 2 buah
• Cardioxyl 2/0 (Jahitan Annuloplasty Ring jika MV Repair) : 2 buah
• Ethibon 2/0 (Standby jika jahitan repair kurang) : 2 buah
• Premicron 2/0 2xHR 17 PTFE 3X6
(Jahitan MV Replacement) : 3 buah
• Surgipro 3.0 26mm
(LAA Plikasi jika Irama AF dan Tutup LA) : 2 buah
• Surgipro 4.0 26mm (Tutup IAS jika buka RA) : 1 buah
• Surgipro 4.0 17mm (Tutup RA dan Haemostasis) : 3 buah
• Steelex Electrode set 26 mm (Pacing Wire) : 1 buah
• Sternal Wire (Tutup sternum) : 1 set
• Monosyn 2.0 (Tutup Subcutis) : 1 buah
• Byosin 3.0 (Tutup Kulit) : 1 buah
33
Persiapan BMHP
• Blood set
(Snuger Kanulasi, Goround, Kardioplegia Canule dan line) : 2 buah
34
Heparin In
SVC
Berikan Premicron 3/0 17mm dengan 2 needle holder
forhand follow benang berikan pada asisten. Gunting
benang terima needle holder dengan tangan kiri berikan
paketan suggle pada asisten. terima Kembali rumel
kemudian reload
IVC
1. Berikan US Army kepada asisten 2 untuk expose
38
IVC
2. Berikan Premicron 3/0 kedua dengan 2 needle holder
forhand follow benang berikan pada asisten. Gunting
benang terima needle holder dengan tangan kiri
berikan paketan suggle pada asisten. terima Kembali
rumel kemudian reload
SVC
1. Berikan pisau no 11 lalu dilator (metzemboum)
berikan kanul SVC, asisten berikan pump sucker
biru dan kuning jika perlu klem tubing
2. Dilakukan Snug oleh surgeon berikan Tie, gunting
benang. Konek kanul dengan Y Connector kiri Iines
Biru, lalu berikan klem tubing
IVC
1. Berikan US army pada asisten 2, pump sucker dan
pinset pada asisten 1
2. Berikan Surgeon pinset dan pisau 11 lalu dilator
(metzemboum) kemudian berikan kanul IVC,
3. Kanul terpasang Dilakukan Snug oleh surgeon
berikan Tie, gunting benang. Konek kanul dengan Y
Connector kanan Iines Biru (Pegang ujung kanul
vena menghadap keatas) sambungkan
39
Total on bypass Dilakukan Snug Goround SVC IVC (Persiapan Ice Slush)
Jika RA
1. Berikan Pisau no 11 kemudian metzemboum dan
pump sucker
2. Buka IAS , berikan pisau no 11 dan metzemboum
lalu pump sucker
3. Berikan Ice slush pada [ermukaan jantung tunggu
hingga pemberian cardioplegia selesai
Tutup LA atau 1. Berikan pinset dan jahitan Surgipro 3.0 26mm untuk
Tutup IAS (jika tutup LA atau Surgipro 40. 26mm untuk tutup IAS
buka RA) 2. Jika akan dilakukan simpul berikan air tangan lalu
gunting benang, terima benang pastikan jarum
lengkap
Rewarming, head
down, deairing
jantung kiri, blow
41
the lung
Cross clamp off (low flow cross clamp off) perhatikan irama jantung
(SR/VT/VF)
Partial Bypass Jika jahitan RA sudah tinggal 2-3 jahitan surgeon akan
menginformasikan partial by pass. Dilakukan pelepasan go
rounf SVC IVC, terima nylon tape, klem dan selang blood
set pastikan jumlahnya lengkap
Off by pass Berikan klem untuk dilakukan klem pada kanul vena
IVC
1. Berikan US Army untuk ekspose area kanul IVC
2. Lakukan Langkah 1,2 seperti pada SVC
3. Informasikan kepada perfusionist untuk Vena Turun,
lepas Tubing Klem
Pemberian
Protamine
Tutup Strenum 1. Berikan Sternal wire dengan Wire Twister dan Klem
Wire pada ujungnya
2. Siapkan Gunting/ pemotong wire dan klem wire
3. Bila Wire sudah terpasang semua, Cek area insersi
berikan kassa dan diathermy
4. Sebelum dilakukan penutupan sternum lakukan Final
Count, Informasikan kelengkapan jumlah kassa,
jarum, haemostate, pisau, nylon tape (Final Count
Correct)
Tutup Sub Cutis Berikan Jhitan Monosyn 2.0 untuk subcutis, dan Byosin 3.0
dan Cutis untuk Cutis, Siapkan Klem dan gunting benang
Rawat dan Tutup Bersihkan area luka dengan kassa basah lalu keringkan,
luka Operasi Pasang Dressing Wound Sambungkan Darin dengan Tabung
WSD, minidrain dengan threeway buntut, Rapikan Pasien,
Operasi Selesai.
Operasi Selesai
Laporan Pembedahan
46
- Hasil pemeriksaan X-Ray (mis. Batasi asupan kafein, minimal, dan status nutrisi
(29/12/22): natrium, kolestrol, dan makanan terpelihara, sesuai dengan selera dan
Kardiomegali dengan mitral tinggi lemak) pola makan klien.
configuration
Protesa katup di proyeksi katup
mitral Kolaborasi 1. Antiaritmia adalah obat yang
Tidak tampak kelainan 1. Kolaborasi pemberian antiaritmia digunakan untuk menangani kondisi
radiologis pada paru jika diperlukan aritmia atau ketika denyut jantung
- Hasil pemeriksaan Echo berdetak terlalu cepat/ terlalu lambat
(28/12/22): dan tidak teratur
- Moderate MS, mean pG6-10 2. Antikoagulasi dapat mengencerkan
mmHg darah sehingga usaha katup untuk
2. Kolaborasi pemberhentian
- Mild MR memompa darah tidak
penggunaan antikoagulasi :
- Good Biventricular function membutuhkan usaha yang kuat
Aspirin/CPG/aspilet minimal 3-7
hari sebelum dilakukan tindakan untuk memompakan darah.
operasi Pemberhentian pengguanaan
antikoagulasi sebelum tindakan
operasi dapat mengurangi risiko
terjadinya perdaran pada intra dan
post operasi
3. Diuretik dapat membantu
mengeluarkan kelebihan volume
3. Kolaborasi pemberian diuretik: cairan yang dapat menyebabkan
furosemid/spironolacton, dll. edema paru sehingga mengurangi
sesak yang dirasakan pasien
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Parameter menunjukan respon
dengan ketidak seimbangan Klien dapat beraktifitas tanpa ada aktivitas fisiologis pasien terhadap stres dan
antara suplai dan kebutuhan hambatan indikator derajat pengaruh
oksigen sekunder terhadap aktivitas.
penurunan pengisian ventrikel 2. Kaji kesiapan untuk 2. Stabilitas fisiologis pada istirahat
kiri meningkatkan aktivitas. penting untuk memajukan tingkat
55
induvidual.
DS: 3. Dorong memajukan 3. Konsumsi O2 miokoard selama
- Ibu Pasien mengatakan aktivitas/toleransi perawatan diri. berbagai aktivitas dapat
anaknya mudah Lelah meningkatkan jumlah O2
- Pasien mengatakan sesak nafas
tiba-tiba tanpa diketahui
penyebabnya dan mudah lelah
DO:
- TD: 120/82 mmHg
- HR: 78x/menit
- RR: 16x/menit
- SpO2: 98%
- Suara BJ1 > BJ2
- Hasil pemeriksaan EKG
(09/01/23):
SR dengan Incomplete RBBB
possible RVH Early
repolarization
- Hasil pemeriksaan X-Ray
(29/12/22):
Kardiomegali dengan mitral
configuration Protesa katup di
proyeksi katup mitralTidak
tampak kelainan radiologis
pada paru
- Hasil pemeriksaan Echo
(28/12/22):
- Moderate MS, mean pG6-10
mmHg
- Mild MR
- Good Biventricular function
- pasien post op MV Repair, TV
Repair, ASD Closure 2006
56
57
Intra operasi
1. Resiko perdarahan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri
dengan tindakan pembedahan resiko perdarahan tidak terjadi 1. Monitor tanda dan lokasi 1. Identifikasi sumber perdarahan akan
perdarahan menetukan tools haemostasis yang
DS : - - Haemodinamik stabil akan digunakan surgeon
DO: - Hasil Hb, hematokrit membaik 2. Siapkan Tools Haemostasis yang 2. Tools haemostasis dipersiapkan
- Pasien dilakukan operasi - Perdarahan dapat diatasi akan digunakan selama operasi sewaktu dibutuhkan sesuai dengan
pergantian katup dengan berlangsung (bone wax, diatermi perdarahan
approach median sternotomy pencil, kassa, suction, jahitan
- Tindakan Redo post MV reinforce, liga clip, surgical dan
Repair, TV Repair dan ASD bio glue bila perlu)
Closure 2006
Kolaborasi
ABP : 103/64 (76) mmHg 1. Berikan Tools haemostasis yang 1. Tools haemostasis diberikan
HR : 99 x/ menit diperlukan surgeon selama operasi sewaktu dibutuhkan sesuai dengan
CVP : 5 mmHg perdarahan
ACT : 110 detik
Hb : 15,7 g/dL 2. Kolaborasi penggunaan mesin 2. Penggunaaan mesin CPB mutlak
Trombosit : 242 CPB dengan perfusionist diperlukan saat operasi jantung
Hematokrit : 44,8
terbuka
Koagulasi 3. Kolaborasi pemasangan akses 3. Akses intra arteri diperlukaan
PT : 11.9 intra arteri dan intra vena serta untukmmonitoring Blolod
Kontrol : 10.9 pemberian Protamine dengan Pressure
anesthesi Akses Vena besar juga diperlukan
APTT : 44,2 (1,38x kontrol) untuk pemberian obat-obatan dan
Kontrol 31.9 cairan selama belum connect
dengan mesin CPB atau setelah
Off CPB
Protamine adalah anti dot dari
heparine yang diberikan saat akan
kanulasi atau connect dengan
mesin CPB
58
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim saat
memposisikan pasien 1. Kerja tim sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan keamanan operasi
59
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotic 1. antibiotik untuk mencegah
profilaksis terjadinya infeksi
60
Post operasi
1. Nyeri akut b.d terputusnya Setelah dilakukan asuhan Mandiri
kontinuitas jaringan keperawatan.nyeri akut teratasi ditandai 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 4. Nyeri merupakan pengalaman
DS: dengan: durasi, frekuensi, kualitas, subyektif yang harus dijelaskan
- Pasien mengiyakan nyeri skala - Skala nyeri <2/10 intensitas nyeri oleh pasien
4/10 pada luka operasi yang - Pasien mulai melakukan mobilisasi 2. Identifikasi skala nyeri 5. Identifikasi karakteristik nyeri
tertutup oleh dressing wound - TTV dalam batas normal merupakan suatu hal yang amat
dan hypafix. Nyeri dirasakan Nadi : 60-100 x/menit penting untuk memilih intervensi
terus menerus RR : 12-20 x/menit yang cocok dan untuk
TD : 120/80 – 139/89 mmHg mengevaluasi keefektifan dari
DO: Suhu : 36,5 – 37,6oC terapi yang diberikan
- Pasien POD 1 3. Identifikasi respon nyeri non 6. Memvalidasi data nyeri secra
- VAS skor: 3 verbal subjektif yang diberikan pasien
- TD : 115/59 (78) mmHg tentang kondisi nyeri yang
- HR: 88x/menit dirasakan
- RR: 20x/menit 7. Faktor yang berhubungan
- S: 36 oC 4. Identifikasi faktor yang merupakan suatu hal yang amat
memperberat dan memperingan penting untuk memilih intervensi
nyeri yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan terapi
yang diberikan
8. Tindakan ini memungkinkan
5. Berikan teknik nonfarmakologis pasien untuk mendapatkan rasa
untuk mengurangi rasa nyeri control terhadap nyeri
nyeri
2. Nyeri dapat meningkatkan
2. Kolaborasi pemberian oksigen kebutuhan oksigen sehingga RR
semakin cepat. Pemberian oksigen
dapat mengurangi kebutuhan
oksigen demant dan mengurangi
nyeri yang dirasakan
5.1 Simpulan
Kelainan katup jantung merupakan suatu keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung. Akibatnya, orang dengan kondisi ini tidak bisa melakukan
aktifitas dalam tingkat tertentu. Mitral Stenosis yaitu terjadinya gangguan atau
hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup mitral
karena adanya penyempitan atau obstruksi pada level katup mitral. (Douedi &
Douedi, 2021).
Mitral stenosis disebabkan oleh demam reumatik, karsinoid, kalsifikasi,
SLE, NeoplasmaRA, Endocarditis dan kelainan bawaan (kongenital). Demam
rematik disebabkan oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A. Tubuh
membentuk antibodi menyerang katup mitral yang menyebabkan kerusakan katup
mitral dan penebalan pada anulus katup mitral, fibrosis dan perlekatan
penyempitan katup mitral sehingga terjadi mitral stenosis..
Terdapat beberapa terapi yang digunakan sebagai penatalaksanaan pada
pasien dengan mitral stenosis diantaranya terapi medikamentosa (Digoxin,
Antikoagulan, Antibiotik profilaksis) dan tindakan operasi yaitu Mitral Valve
Repair dan Mitral Valve Replacement. Dalam hal ini perawat memberikan asuhan
keperawatan perioperative bagi pasien Mitral stenosis dengan terapi pembedahan.
Pembedahan yang dilakukan Tn. R adalah Redo Mitral Valve Replacement,
dimana pasien sudah pernah dilakukan operasi migtral valave repair, TV Repair
dan ASD Closure pada tahun 2016, Untuk pembedahan sekarang akan dilakukan
pembedahan dengan pergantian katup mitral menggunakan katup mechanical agar
katup dapat berfungsi kembali normal.
Persiapan Operasi dilakukan dengan persiapan Redo Operasi dimana foto
lateral pre Operasi tersedia, drapping sebaiknya menggunakan Cardiovascular set,
Penggunaan Saw Redo (oscilating saw), persiapan kanulasi femoral serta
persiapan antisipasi perdarahan seperti persiapan produk darah cryo, serta Cell
saver jika tersedia.
Pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan adalah asuhan
keperawatan perioperatif. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis menegakan
delapan diagnosa keperawatan yaitu dua diagnosa pre operasi: penurunan curah
jantung dan Intoleransi aktivitas, tiga diagnose intra Operasi yaitu resiko
perdarahan, resiko cidera dan resiko infeksi serta diagnose pasca operasi yaitu
nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan risiko infeksi.
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (2017).
66
5.2 Saran
Berdasarkan data diatas penulis melakukan asuhan keperawatan dan
Teknik Instrumentasi dengan Sdr. R di Kamar Operasi PJT LT.5 RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi perawat
Perawat diharapkan mengetahui dan mamahami teknik instrumentasi dan
asuhan keperawatan perioperative pada operasi Redo Mitral Valve Replacement
secara baik dalam rangka untuk memberikan konstribusi yang maksimal pada tim
operasi. Perawat juga diharapkan untuk menjaga prinsip steril dalam melakukan
instrumentasi operasi agar tidak terjadinya infeksi di luka operasi.
2. Bagi pembaca
Penulis menyarankan bagi pembaca makalah ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan dan Teknik instrumentasi
dengan pasien Redo Mitral Valve Replacement.
Ageno, W., Gallus, A. S., Wittkowsky, A., Crowther, M., Hylek, E. M., & Palareti, G.
(2012). Oral Anticoagulant Therapy: Antithrombotic Therapy and Prevention of
Thrombosis, 9th ed: AmericanCollege of Chest Physicians Evidence-Based Clinical
PracticeGuidelines. Chest, 141(2 Suppl), e44S. https://doi.org/10.1378/CHEST.11-
2292
Boestan, I. N. (2019). Penyakit Jantung Katup (Keempat). Airlangga University Press.
Bojar, R. M. (2021). Manual of Perioperative Care in Adult Cardiac Surgery (Sixth Edit).
Wiley Blackwell.
California Correctional Health Care Service (CCHCS). (2015). CCHCS Care Guide
Anticoagulation (p. 5).
Chen, W. C., Chen, Y. H., Hsu, P. I., Tsay, F. W., Chan, H. H., Cheng, J. S., & Lai, K. H.
(2014). Gastrointestinal hemorrhage in warfarin anticoagulated patients: Incidence,
risk factor, management, and outcome. BioMed Research International, 2014.
https://doi.org/10.1155/2014/463767
Douedi, S., & Douedi, H. (2021). Mitral Regurgitation. StatPearls.
Hardman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). NANDA Internationals Nursing Diagnoses:
Definitions and Classification 2015-2017 (Tenth edit). Wiley Blackwell.
Kumar, A. B., Suneja, M., Bayman, E. O., Weide, G. D., & Tarasi, M. (2012). Association
between postoperative acute kidney injury and duration of cardiopulmonary bypass: a
meta-analysis. Journal of Cardiothoracic and Vascular Anesthesia, 26(1), 64–69.
https://doi.org/10.1053/J.JVCA.2011.07.007
McCarthy, K. P., Ring, L., & Rana, B. S. (2010). Anatomy of the mitral valve:
understanding the mitral valve complex in mitral regurgitation. European Journal of
Echocardiography : The Journal of the Working Group on Echocardiography of the
European Society of Cardiology, 11(10), i3–i9.
https://doi.org/10.1093/EJECHOCARD/JEQ153
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). (2016). Kelainan Katup
Mitral, Aorta, Trikuspid. In Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Keenam, pp. 67–60). Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Inonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
PPNI.
Prasetyo, Y., & Yuliansyah, R. (2017). Manajemen Perioperatif pada Pasien dengan
Restenosis Katup Biomitral yang Menjalani Pergantian Katup Mitral. JAI (Jurnal
Anestesiologi Indonesia), 9(2), 110–120. https://doi.org/10.14710/JAI.V9I2.19828
Puymirat, E., Battler, A., Birkhead, J., Bueno, H., Clemmensen, P., Cottin, Y., Fox, K. A.,
Gorenek, B., Hamm, C., Huber, K., Lettino, M., Lindahl, B., Müller, C.,
Parkhomenko, A., Price, S., Quinn, T., Schiele, F., Simoons, M., Tatu-Chitoiu, G., …
Danchin, N. (2013). Euro Heart Survey 2009 Snapshot: regional variations in
presentation and management of patients with AMI in 47 countries. European Heart
Journal. Acute Cardiovascular Care, 2(4), 359.
https://doi.org/10.1177/2048872613497341
Ramli, D., & Karani, Y. (2018). Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan
Andalas, 7(Issue 2), 103–112.
Rizki, F. N. (2018). Laporan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Insufisiensi Mitral
dan post Mitral Valve Replacement (MVR) di Ruang ICU RSUD Dr Soetomo.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Brunner & Suddarth: Textbook Of Medical Surgical
Nursing (10th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
68
Sungkono, S., & Adam, A. (2021). Managemen Hipokalemia Pada Pasien Paska CABG:
Tania Savitri. (2021). Regurgitasi Katup Mitral: Gejala, Sebab, Obat, dll. • Hello Sehat.
Hello Sehat.
Vahanian, A., Alfieri, O., Andreotti, F., Antunes, M. J., Barón-Esquivias, G., Baumgartner,
H., Borger, M. A., Carrel, T. P., De Bonis, M., Evangelista, A., Falk, V., Iung, B.,
Lancellotti, P., Pierard, L., Price, S., Schäfers, H. J., Schuler, G., Stepinska, J.,
Swedberg, K., … Walther, T. (2012). Guidelines on the management of valvular heart
disease (version 2012). European Heart Journal, 33(19), 2451–2496.
https://doi.org/10.1093/EURHEARTJ/EHS109