Anda di halaman 1dari 24

Kuliah Magister

KATETERISASI JANTUNG KANAN


PASIEN PEDIATRIK

Oleh : dr. Teuku Thoriq


Pembimbing : Prof. dr. Abdullah Afif Siregar, Sp.A(K), Sp.JP(K)
dr.T.Bob Haykal,M.Ked(Card),Sp.JP (K)
PENDAHULUAN
 Alat diagnostik penting yang dapat menyediakan data akurat
mengenai curah jantung, evaluasi pirau intrakardiak, dan ada
atau tidaknya disfungsi pada katup.
 Gold standart mendiagnosis hipertensi pulmonal.
 Sebaiknya dilakukan pada center yang memiliki fasilitas yang
memadai.
 Membutuhkan protokol yang ketat.
 Menggunakan alat-alat yang harus dikalibrasi secara berkala
dan terstandardisasi.
SEJARAH

Jeremy Swan dan


William Ganz
mengembangkan
teknik balon kateter
menjadi Kateter
Swan-Ganz
INDIKASI
 Diagnosis anatomi yang lengkap atau diperlukannya data
hemodinamik yang tidak bisa didapat dari metode noninvasif.
 Adanya tanda dan gejala yang tidak konsisten terhadap suatu
diagnosis sehingga diperlukan teknik diagnosis yang lebih
lanjut
 Kondisi klinis pasien yang tidak membaik sesuai dengan yang
diharapkan.
PERSIAPAN PASIEN
 Informed consent mengenai tindakan, resiko, dan prosedur
tindakan.
 Komplikasi yang paling sering : hematoma pada akses pembuluh
darah, refleks vagal, pneumotoraks, dan aritmia
 Premedikasi, sedasi dan anestesi  bertujuan untuk mengurangi
kadar ansietas dan meningkatkan kenyamanan pasien.
 Puasa : anak  makanan padat 8 jam sebelum tindakan, susu 6
jam sebelum tindakan, ASI 4 jam sebelum tindakan, air putih 2
jam sebelum tindakan.
 Anestesi lokal dengan lidokain, dan premedikasi sebelum anestesi
dengan lidokain cream 2.5%
 Sedasi : fentanil, midazolam, ketamin, atau propofol.
KOMPLIKASI KATETERISASI JANTUNG KANAN
 Related to the  Related to the cath. passage
introducer  Arrhythmia
 Arterialpuncture  Complete heart block or RBBB
 Bleeding pada area  Coiling
puncture  Valve trauma
 Pneumothorax  PA/RV perforation
 Nerve injury  Related to the catheter
 Emboli udara
 Thrombosis
 Thrombophlebitis
 PA rupture, infection
 Bacteremia +/- endocarditis
 Balloon rupture +/- embolization
AKSES FEMORAL

 Paling sering digunakan


 Posisi supine dengan kaki “frog-
legged”
 Pungsi jarum 30-45 derajat dari
permukaan kulit
 Tunggu aliran backflow 1-2 mm
terhadap jarum
 Jika tidak ada aliran backflow,
jarum ditarik sedikit demi sedikit
AKSES JUGULAR

 Digunakan jika terdapat blokade


pada akses femoralis
 Pasien diposisikan menoleh ke satu
sisi
 Acuan otot sternokleidomastoideus
 vena jugularis interna di bawah
otot  anterior lateral terhadap
arteri karotis.
 Lebih baik dengan guiding ultrasound
AKSES SUBKLAVIA
 Vena subklavia terletak di bawah
klavikula, superficial dan inferior
dari arteri subklavia
 Komplikasi pneumotoraks dan
hemotoraks
AKSES HEPATIKA

 Menggunakan vena hepatika


 Jika akses vena lainnya sulit untuk
diakses
 Manipulasi kateter lebih sulit
 Guiding ultrasound
 Komplikasi : perdarahan
intraperitoneal, perforasi empedu,
trombosis vena, abses hati, peritonitis
POSISI PENGAMBILAN GAMBAR
PEMILIHAN KATETER
 Kateter yang digunakan dilengkapi dengan lubang 
pengambilan sampel, pengukuran tekanan, atau akses
pemberian obat.
 Kateter secara umum dibagi menjadi side-hole dan end-hole
 End-hole : injeksi kontras, pengambilan sampel, dan
penilaian hemodinamik
 Side-hole : digunakan untuk angiografi
SWAN – GANZ CATHETER
MANIPULASI KATETER
 Manipulasi kateter disesuaikan dengan
tujuan kateterisasi
 Manipulasi kateter dilakukan dengan hati-
hati, gerakan sedikit demi sedikit, dan
disertai pemahaman yang lengkap
mengenai anatomi jantung
 Rute kateterisasi menentukan manipulasi
yang harus dilakukan
PENGUKURAN TEKANAN
 Dilakukan dengan kateter yang dihubungkan dengan
transduser  mentransmisikan tekanan dari kateter ke
transduser  diterjemahkan dengan gelombang pada monitor
 tekanan sistolik dan diastolik
 Posisi transduser : teknik zeroing
 Setidaknya terdapat 4 variabel yang harus diukur saat RHC
(guideline PH, ESC, 2015) :
 Tekanan arteri pulmonal (PAP)  sistolik, diastolik, rerata
 Tekanan atrium kanan (RAP)
 Tekanan kapiler paru (PCWP)
 Tekanan ventrikel kanan (RVP)
PENGAMBILAN SATURASI

 Membantu menilai ada


tidaknya pirau antara sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal
 Sampel darah diambil dari
SVCH, SVCL, RAH, RAM, RAL,
RV, RVOT, MPA, RPA, LPA, LV,
dan aorta.
 Perbedaan saturasi >8% 
pirau kiri ke kanan
PERHITUNGAN CURAH JANTUNG
 Metode termodilusi : injeksi bolus cairan
dengan temperatur tertentu dari kateter
arteri pulmonalis
 Perubahan temperatur akan dipantau oleh
termistor
 Curah jantung dihitung berdasarkan
temperatur, gravitasi tertentu serta volume
cairan yang diinjeksikan
METODE FICK
• Dibutuhkan pengukuran :  Nilai normal aliran sistemik dan
• Konsumsi oksigen atau VO2 pulmonal tanpa adanya pirau adalah
• Kadar oksigen pada arteri 3.1 ± 0.4 L/min/m2
• Kadar oksigen pada vena campuran  Ratio Qp/Qs = 1:1  tidak ada pirau
• Baku emas untuk pengukuran curah
jantung
 Ratio Qp/Qs = 2:1  pirau kiri ke
kanan
• Aliran / Flow dihitung dengan :
 Ratio Qp/Qs = 0.8:1  flow
pulmonal berkurang 20% (e.g.
Sianotik CHD)
 Ratio Qp/Qs = 2:1  kandidat
operasi
METODE FICK

 Resistensi pulmonal dan sistemik dihitung menggunakan formula :

 Ratio antara PVR dan SVR bervariasi antara 1:10 sampai 1:20
 PVR yang tinggi diasosiasikan dengan resiko operasi yang tinggi pula
pada operasi koreksi kelainan kongenital
METODE FICK
KATETERISASI JANTUNG KANAN
 Tiga karakteristik utama gelombang tekanan pada atrium :
 Gelombang a : tekanan sistolik atrium, terjadi segera setelah
gelombang p pada EKG
 Gelombang c : kontraksi ventrikel kanan atau penutupan
katup trikuspid
 Gelombang v : pengisian atrium kanan terhadap katup
trikuspid yang tertutup
 Landaian x : relaksasi atrium, segera setelah gelombang a
 Landaian y : pembukaan katup trikuspid pada awal fase
diastolik, setelah gelombang v
PENGUKURAN TEKANAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai