Anda di halaman 1dari 73

PEMANTAUAN MONITORING

HEMODINAMIK
AORTA
Lung

Pulmonal vein
LA
PA

RA LV

RV
Cardiac Cycle

Figure 17-6. p. 502.


Cardiac Cycle
 Review how blood flows through the heart
CARDIAC CYCLE
 DIASTOLE
The period during which the chamber
of the heart relax
Sound 2 / closure the semilunar valve
Atrial pressure increase, ventricle
relaxed
Diastole is 66 % of the cardiac cycle
 SYSTOLE
The period during which the
chamber of the heart contract
Sound 1/closure of the AV valve
90 % myocardial O2consumption
take during isometric contraction
33 % of cardiac cycle
Nilai-Nilai hemodinamik

MAP, tekanan rata- (Systolic + (Diastolic x2))/: 3 70 – 105 mmHg


rata di aorta saat DP + 1/3 xPP
cardiac cycle 100 – 140 mmHg
Tekanan Sistolik 60 - 80 mmHg
Tekanan Diastolik
CO, Volume darah Dihitung dengan termodilusi 4 – 8 L/menit
yang diejeksikan CO = HR x SV
dalam 1 menit
CI, CO yang CO / BSA 2.5 – 4 L / min/m
diindekskan pada 2
ukuran tubuh
SV, Volume darah yang CO/HR 60 – 100 ml/beat
diejeksikan setiap
kontraksi
CVP, Tek. di RA, Diukur pd proximal PA cath. 2 – 6 mmHg/
indikasi venour return 3-8 cm H2O
& preload
PAP, Tek. PA saat balon Diukur pd distal PA kateter PAS 15 - 30mmHg
dikempiskan, PA diastolic Dgn balon dikempiskan PAD 5 - 15mmHg
merefleksikan LAP dan
LVEDP
PAWP/ PCWP , Tek di PA Diukur pd distal PA kateter 6 – 12 mmHg
dengan balon Dgn balon dikembangkan
dikembangkan, refleksi
LAP dan LVEDP
SVR, Faktor utama yang ( (MAP-CVP) x80 ) : CO 900 – 1400 dyne
menentukan LV afterload /sec/cm-5
PVR, Tahanan vaskular PVR = PAM – PCWP x 80 40 – 150 dynes/sec
pulmonal CO /cm -5
PVR = PAM – PCWP 0,4 – 1,9
CO mmHg/l/min

DO2, Oksigen Delivery CO x 1,34 x Hb x SaO2


520 – 570 ml/mt/m2
VO2, Oxygen CO x 1,34 x Hb x (SaO2-
Consumption SvO2) 110 – 160 ml/mt/m2
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler baik secara invasif atau non
invasiv

Hemodinamik adalah: pergerakan darah yang


dinamik didalam sistem kardiovaskular.

Tujuan:
Memberikan informasi mengenai keadaan
pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh
dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah.
Indikasi pemantauan
 Syok
 Infark Miokard Akut yg disertai
- Gagal jantung kanan/kiri
- Hipotensi/Hipertensi
 Edema paru
 Pasca operasi jantung
 Tamponade jantung
 Gagal napas akut
 Hipertensi pulmonal
 Sarana untuk: memberikan cairan/resusitasi cairan,
mengetahui reaksi pemberian obat.
PARAMETER HEMODINAMIK
 Tekanan vena sentral
 Tekanan arteri pulmonalis
 Tekanan kapiler arteri pulmonalis
 Tekanan atrium kiri
 Tekanan ventrikel kanan
 Curah jantun g
 Tekanan arteri sistemik
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Invasive Non invasive
Symptoms
Intra Arterial Pressure
Central Venous Pressure Physical Assesment
Inspection
Pulmonary Artery Pressure
Palpation
Left Atrial Pressure
Percussion
Auscultation
NON INVASIVE MONITORING

 Indirect method
 Without intravascular catheter
 Influence of sensitivity
JENIS-JENIS NON INVASIVE
MONITORING

 ECG / HR

• TEMPERATUR

 RESPIRATION

• BLOOD PRESSURE

 SATURATION
Arterial Pressure Monitoring
Without Monitor :
 Equipment ;
 Mercurry Device, Digital Device, Electrical
Device ( Dinamap )

 Size of Cuff with inflatable bladder.

 Stetoskop
Commonly available BP Cuff
size
SIZE ARM BLLADER SIZE (cm)
CIRCUMFERENCE
(cm)
New born 6 – 11 2,5 x 5

Infant 10 – 19 6 x 12

Child 18 – 26 9 x 18

Adult 25 – 35 12 x 23

Large arm 33 – 47 15 x 33

Thigh 46 – 66 18 x 36
NON INVASIF
 Manual
 Otomatis
Secara manual:
stethoscope menangkap vibrasi pembuluh darah
yang dihasilkan dari adanya turbulensi aliran darah
yang melewati arteri yang tertekan oleh manset
bunyi korokoff
Alat: shygmomanometer, stetescope

Perbedaan tekanan non invasif 20 mmHg > rendah


dari pengukuran invasif
TEKNIK PENGUKURAN
 Palpasi
 Secara otomatis dengan alat:
- doppler: Alat:- manset
- alat doppler diletakkan di a.radialis
-Tekanan diastolik tdk terukur dg alat ini
Kelebihan: dapat mengukur tekanan sistolik yang rendah
tekanan = tekanan invasif

- oscillometry: mendeteksi kekuatan pulsasi darah aliran


darah pada ekstremitas
pARAMETER HEMODINAMIK NONINVASIF

 Ausculatory Blood Pressure


 Evaluation Apical and Peripheral Pulses
 Assessment of Precordium and Point max. Impulse
 Performance of Chest Percussion
 Auscultation of Heart Sound and Lung Sound
 12 lead ECG and Chest Radiograph
 Assessment RR and Pattern
 Inspection of Skin ( temp,
color,texture,turgor,diaphoresis?
 Oxygen saturation
lanjutan

 Determination of Capillary Refill Time


 Estimation of JVP
 Evaluation of Hepatojugular Reflux
 Determination of Presence of Edema
 Measurment of Urine output, serum
creatinine, BUN
 Evaluation of Bowel Sound
 Abdominal assessment and determination of
enlargement of organ
 Assessment of Neurological Function
JVP measurement
PEMANTAUAN SECARA INVASIVE
KEUNTUNGAN

 Akurat dan dpt dibaca terus menerus


 Memperoleh nilai sistem kv yg tidak dapat diukur
secara non invasif
 Dapat digunakan utk terapi yang optimal
 Untuk mengambil sample darah
 Efisien dalam hal waktu

Kerugian: Meningkatkan resiko infeksi.

o
Memerlukan keahlian khusus

o
Dapat memberikan informasi yg salah
TUJUAN PEMANTAUAN INVASIF
 Mengevaluasi fungsi dasar
kardiovaskular
 Menentukan adanya disfungsi sistem
kardiovaskular dan derajatnya
 Mengarahkan pada intervensi khusus
 Evaluasi efektifitas intervensi
pARAMETER HEMODINAMIK invasif

 Centralvenous pressure monitoring


 Pulmonary artery and wegde pressure
 Cardiac Output measurements
 Systemic intra-arterial monitoring
INVASIF
 Dilakukan pemasangan kateter kedalam
pembuluh darah atau rongga tubuh.

 Guna:
- Mengukur tekanan di ruang-ruang jantung
- Mengetahui gelombang jantung
- Sebagai sarana
- pengambilan darah
- pemberian obat-obatan atau cairan dan -
pemasangan pacu jantung intrakardiak.
PENTING  Pada Pemantauan
Hemodinamik Invasif
 Mempersiapkan Sistem
 Leveling System
 Zeroing System
 Calibrating System
 Troubleshoot System
MASALAH YG SERING DITEMUKAN
DAN PEMECAHANNYA
Masalah Penyebab Pemecahan

Darah Sambungan lepas, Stopcock Cek sambungan


balik ke tertutup ke flush system dan dan kencangkan
tubing terbuka keudara luar  Buka stopcock

Tidak ada Tidak adekuat kantong tek Isi kantong tekanan


gambar Sumber listrik mati 300 mmHg
gelombang  Tranducer tidak terbuka ke - Cek aliran listrik
kateter - Cek sistem
 Tranducer tidak terhubung Hubungkan
dgn monitor - tranduser ke
monitor
Leveling System

 Posisi Phlebostatic Axis


 Letakan tranduser pada titik pertemuan mid
axila dgn intercosta ke 4
Zeroing System

 Memindahkan efek tekanan atmospere dari


sistem, yaitu dengan menutup arah stopcock
pada pasien, dan terbuka pada pada posisi
transducer sehingga berhubungan dengan
tekanan atmospere
Masalah Penyebab Pemecahan
Seleksi skala tidak benar Set
skala tekanan
Kateter tertekuk yg tepat
Reposisi kateter
Gambar Ada udara pada sistem Keluarkan udara
dari sistem
tekanan Adanya bekuan darah Aspirasi darah,,
damped flush dg cairan steril
Sambungan lepas Kencangkan
sambungan
Perubahan kondisi pasien Kaji & intervensi
Kantong tekanan tdk Kembangkan
adekuat kantong tekanan
300 mmHg
Masalah Penyebab Pemecahan
Pembaca  Perubahan level Pertahankan
transduser transduser pada
an tidak  Transduser diatas  plebostatic axis
akurat hasil pembacaan atau kateter tip
level pada saat
rendah
melakukan
 Transducer pembacaan
dibawah
hasil pembacaan
tinggi Cek sistem: aspirasi
udara atau bekuan
 Udara atau bekuan
dari sistem
pd sistem
Masalah Penyebab Pemecahan
Lines tidak a. posisi stopcock tidak a. Pastikan stopcock
dapat di benar pada posisi yg
flush   benar/tepat
b. tekanan pada b. Pastikan tekanan
pressure pada pressure bag
bag tidak adekuat 300 mmHg dan kolf
tidak kosong 
c. Cek tubing
c. kinking pada tubing ,kinking ?

d. adanya clot di kateter d. Aspirasi clot


dgn spuit jika lines
tetap tdk dapat di

flush,bilas
dgn larutan
heparin
Masalah Penyebab Pemecahan
Damping a. Bubble udara  a. Amankan semua
sambungan
b. Adanya clot di kateter b. Keluarkan udara dr
lines & tranduser

c. Darah balik kembali ke c. Teliti dan ganti alat


line yang rusak
  d. Aspirasi clot bila
  perlu ganti lines.
e. Pastikan posisi
stopcock benar dan
sambungan tidak
longgar.
 
 
TEKANAN DARAH SISTEMIK
 Tekanan sistolik ( N : 100-140 mmHg)
 Tekanan darah diastolik (N : 60-80 mmHg)

 Tekanan arteri rata-rata

 MAP = DP + 1/3 xPP


MAP = sistolik + 2 diastolik )
3
 Perbedaan (tekanan sistolik - tekanan
distolik = “pulse pressure (PP)”
 SP – DP = PP Normal: 40 – 65 mmHg

 PP dekat dapat disebabkan : Aortic


Stenosis, Hypovolum, Congestive heart
failure.
 PP menjauh dapat disebabkan: Aortic
Regurgiitasi, Hipertensi sistemik.
Allen test
Adequate ulnar blood flow 5-7 seconds
If >15 seconds flow is unadequate
Allen Test

1. Kepalkan tangan dan 2. Buka kepalan Allen3.test positif bila


Buka bendungan a. ulnaris
bendung a. radialis tangan
serta a. ulnaris sampai telapak tangan kembali
terlihat pucat berwarna merah
PEMILIHAN LOKASI
PEMASANGAN
Pembuluh arteri yang besar
Memiliki kolateral baik
Mudah dikaji/monitor
Tidak mudah infeksi
Vessels Catheter Transducer Monitor

Pressure Electric Wave and


Signal Signal Number
Gelombang Tekanan Arteri

Tiap-tiap Gel. Arteri


terdiri dari 4 elemen
elemen anacrotic,
elemen peak sistolik,
dicrotic notch, dan
elemen diastolik
Bentuk gelombang

underdamped overdamped
Bentuk Gelombang Tekanan Arteri

Dicrotic Notch
(Penutupan katup aorta)
SistolikTek kontraksi
ventrikel kiri)
Diastolik
Tekanan di aorta

C re a t e d b y k ris n a
KOMPLIKASI YANG MUNGKIN
TERJADI
 Iskemi bagian distal
 Trombosis arterial
 Embolism
 Perdarahan
 Kesalahan injeksi obat
 Arteri rusak
TEKANAN VENA SENTRAL
Memasukan kateter dalam vena sentral
atau RA yang secara langsung
merefleksikan tekanan atrium kanan
sebagai gambaran beban awal jantung
kanan atau tekanan RV pada akhir
diastolik atau informasi status volume
cairan

Normal: 3 – 8 cm H2O atau 2 – 6 mmHg


Tempat penusukan

Prosedur pemantauan: Sistem manometer & Sistem


tranduser
BENTUK GELOMBANG CVP
3 gel. positif : a, c dan v
2 gel. negatif : x, y
a = kontraksi RA
C = penutupan TV
sebelum ventrikel
sistole
X = relaksasi atrium
V = ventrikel sistole
Y = pembukaan katup
trikuspid dan
dimulainya ventrikel
filling
Gelombang CVP

Kontraksi atrium Kontraksi ventrikel


a c

Penutupan katup trikuspid


v

x
Normal 5-15 cmH2O Relaksasi atrium y
6-8 mmHg
1 cmH2O = 1,36 mmHg Pembukaan katup
trikuspid
CENTRAL VENOUS PRESSURE Monitoring

Merefleksikan :
Right-Ventricular End Diastolic Pressure
( RVEDP )
Right-Ventricle Filling Pressure ( Preload )

Ditentukan oleh :
Blood volume
Vascular tone
Heart pumping action
Tehnik Pengukuran
The CVP increased by

Increase circulatory blood


volume
Vasoconstrictor
Decreased myocardial
contractility
 Kontra indikasi pemasangan kateter vena sentral

 Gangguan koagulasi
 Trombolitik atau terapi anti koagulan
 Trombositopenia
 Tanda-tanda signifikan gangguan koagulopati
 Infeksi dan gangguan pertahanan di kulit
 Infeksi pada daerah pemasangan
 Potensial infeksi pada daerah pemasangan
 Luka bakar
 Kesulitan untuk menentukan lokasi pemasangan
 Obesitas & Trauma
 Potensial tinggi terjadinya Pneumothorak
 Pemberian PEEP yang tinggi/CPAP
 Penyakit paru obstructive
Komplikasi Pemasangan CVP

 Pneumothorak
 Infeksi
 Disritmia
 Gangguanpembuluh darah
 Emboli udara
 Perdarahan
ELEVATION IN CVP

Right ventricle failure


Tricuspid regurgitation
Pericardial tamponade
TEKANAN ARTERI PULMONALIS
 Memberikan informasi tentang keadaan
jantung kiri dan pembuluh darah pulmonal
 Menggunakan kateter Swan Ganz dengan
panjang 110 cm dan memiliki beberapa
lumen (distal, proksimal, termistor, dan
balon)
 Dapat digunakan utk mengukur CO
KATETER PULMONAL
Bentuk gelombang
CURAH JANTUNG
Jumlah darah yg dipompakan oleh ventrikel kiri
dalam 1 menit (n = 4-6 l/mnt)
CO = SV X HR

CO berhubungan langsung dg tekanan darah:


Bila CO meningkat, maka tekanan darah juga
meningkat
↑ CO x SVR = ↑ BP
Atau sebaliknya:
↓ CO x SVR = ↓ BP
Cara Pengukuran CO
 Metode Ficks (Menggunakan oksigen sebagai
indikator)
Mengukur CO dg membagi jumlah oksigen yg
diabsorbsi dlm paru dg jumlah oksigen yang
digunakan.
CO = VO2 / (CaO2 – CvO2)

 Termodilusi CO
Menggunakan perubahan suhu darah sebagai
indikator yaitu memasukan cairan dgn suhu yg lebih
rendah dari suhu darah pada lumen proksimal kateter
PA
Mixed venous oxygen saturation
(SVO2)
 Adalah pengukuran saturasi oksigen darah vena di
arteri pulmonal.
 Tujuan:
Mengkaji keadekuatan perfusi jaringan dan status
oksigenasi.
SVO2 = SaO2 – VO2 x 10
Hb x 1,34 x CO
Normal: 60 – 80 %
< 60% pada keadaan hipoksemia, anemia, syok, CO ↓
> 80% pada keadaan sepsis, alkalosis, keracunan
KOMPLIKASI
Pemasangan kateter arteri pulmonal

 Emboli udara
 Balon pecah
 Aritmia
 Kelebihan cairan
 Hematom
 Infeksi
 Pneumothoraks
 Infark pulmonal
Diagnosa Keperawatan
 Kurang pengetahuan tujuan dari hemodinamik
monitoring dan prosedur pemasangan
 Risiko infeksi b/d invasive hemodinamik kateter
 Perubahan perfusi perifer b/d interupsi aliran
darah ec adanya kateter arteri atau trombosis yg
disebabkan kateter
 Risiko/aktual perubahan perfusi jaringan paru b/d
interupsi aliran darah ec migrasi PA kateter dalam
posisi wedge, overwedge ballon, posisi wedge yg
terus menerus,atau lokal vaskular trombosis
 Risiko cedera b/d potensial komplikasi
pemasangan spt aritmia, kesulitan anatomi,
bergeraknya pasien pada saat pemasangan.
TEKANAN ARTERI SISTEMIK
 Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang
dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri ke aorta dan ke
sistemik arteri (Debra et al, 2001).

- Tekanan yang dihasilkan oleh darah saat melawan


dinding pembuluh darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh:


 curah jantung
 Resistensi vaskuler

 Volum darah

 Elastisitas Arteri

 Kekentalan darah

 Umur & Berat badan

 Emosi & aktifitas


COMPLICATIONS of ARTERIAL PRESSURE
MONITORING

MINOR COMPLICATION MAYOR COMPLICATION

 Pain  Local obstruction w/distal


 Eccymosis (Hematoma ) ischaemic.
 Temporary loss of blood  External hemorrhage
 Arteriospasm  Pseudoaneurysm
 Infection  Massive eccymosis
 Dissectie
 Air embolism
 Blood loss
lanjutan

 Jangan menggunakan larutan dextrose untuk sistem flush


 Desinfeksi kulit sebelum insersi dan selama mengganti
balutan.
 Gunakan kassa steril atau transparan dressing
 Jangan menggunakan antibiotik topikal atau krem pada
daerah insersi
 Cabut kateter segera jika tidak diperlukan
 Gunakan peralatan /perlengkapan disposabel tranduser
 Ganti disposibel tranduser, tubing, dan cairan dengan interval
96 jam
 Jangan secara rutin mengganti arteri catéter
 Ganti dressing area insersi kateter bila perlu/ kotor
 Tutup seluruh stopkok ketika tidak digunakan. 
Intervensi keperawatan
 Monitor bentuk gelombang
 Bandingkan nilai dengan pembacaan cuff
 AL harus terbaca lebih akurat

 Cek sambungan dalam sistem


 Cek daerah pemasangan dan sirkulasi
ektremitas
 Set alarms
 Pertahankan tehnik aseptik dengan ”barrier
precaution” selama insersi kateter
 Pertahankan sterilitas dari pintu masuk sistem
cairan
KOMPLIKASI PEMANTAUAN
HEMODINAMIK
KOMPLI INTERVENSI
KASI
Emboli Posisi trendelenberg saat pemasangan kateter
udara Lubang katetedalam posisi tertutup saat pemasangan
Semua lumen kateter harus dibilas sebelum di pasang.
Gunakan sambungan luerlok
Sistem alat pantau tekanan harus bebas dari udara
Posisi tidur miring, kepala agak direndahkan
Balon Batasi volume udara untuk mengembangkan balon
Pecah Biarkan balon kempis secara pasif
Balon pecah  beri tanda

Aritmia Kolaborasi perbaikan posisi kateter


Siapkan alat resusitasi
Pantau gelombang tekanan arteri pulmonalis
Kelebihan cairan Batasi intake cairan
Hematoma Tekan daerah penusukan 5-10 mnt, stlh
kateter di cabut
Pneumothoraks CXR pasca pemasangan kateter vena
dalam, Pasang WSD
Infark Pulmonal Batasi waktu & frekuensi pengembangan
balon
Ruptur arteri Kembangkan balon dengan udara
pulmonalis secukupnya
Infeksi Gunakan teknik steril, Bebaskan stopcok
& manometer dari darah, Kurangi
pemakaian stopcok, Memantau tanda
infeksi
Mengganti tubing setiap 72-96 jam
PERHATIAN
DON’T TREAT THE
MONITOR BUT TREAT THE
PATIENT

 Efisiensi,penggunaan dan managemen


yg aman dari invasive monitoring
hemodinamik diperlukan perawat yg
terlatih dan ekspert dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
 Dlynn, McHale, Debra J and Carlson, Karen K,
(2001); AACN: Procedure Manual For Critical
Care; 4 th Ed; WB Saunders: Philadelphia.
 Darovic, Gloria Oblouk (2002) Hemodinamic
Monitoring “Invasive & Non Invasive Clinical
Aplication; 3rd Ed; WB Saunders: Philadelphia
 Moster Debra, Riegel Barbara, (2008), Cardiac
Nursing, A Compation to Braun Wold’s Heart
Disease; Saunders
 

Anda mungkin juga menyukai