LAPORAN PENDAHULUAN
PEMANTAUAN HEMODINAMIK
Disusun Oleh :
Elteria Sianturi
1706096286
Definisi Hemodinamik
Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan dynamis
yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang aliran
darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi dari sirkulasi adalah untuk
melayani kebutuhan jaringan tubuh, untuk mengangkut nutrisi ke jaringan tubuh,
untuk mengalirkan sisa-sisa pembuangan dari sel, untuk mengangkut hormon dari
satu bagian tubuh ke bagian lain, serta mempertahankan lingkungan yang tepat di
setiap cairan jaringan tubuh demi kelangsungan hidup dan fungsi sel yang
optimal.
Sirkulasi sendiri dipertahankan oleh jaringan pembuluh darah yang luas di tubuh
dan tekanan darah yang dapat dikendalikan oleh volume darah di dalam tubuh.
Aliran darah di dalam tubuh dikendalikan oleh dua faktor:
a) Perbedaan tekanan pada dua hujung pembuluh darah atau juga dikenal
sebagai daya yang mendorong darah di dalam pembuluh darah.
b) Penghalang aliran darah yang juga dikenal sebagai resistensi vaskuler.
Untuk memahami bagian sistem sirkulasi yang berperan dalam stabilitas dan
instabilitas hemodinamik, telah ditentukan tujuh hal yang khusus, termasuk:
Aliran kembali vena pada jantung kanan atau preload
Miokardium dan fungsi kontraktilitas miokardia, termasuk kadar denyut jantung
dan ritma jantung (yang brfungsi sebagai penentu stroke volume dan curah
jantung)
Resistensi arteriol prekapiler yang berperan pada afterload
Rangkaian kapiler penukaran yang berperan sebagai tempat penukaran substrat,
termasuk kontingen pertukaran cairan pada tekanan hidrostatik kapiler
Resistensi vena post kapiler yang mengendalikan tekanan hidrostatik kapiler
Kapasitas vena yang dapat berkembang pada kondisi syok tertentu sehingga
dapat menyebabkan penurunan kritis pada aliran kembali vena atau preload
dan sejurus menurunkan curah jantung.
Aliran darah sistemik berkurang apabila terdapat obstruksi aliran darah pada
arus utama yang disebabkan oleh emboli pulmonari atau aneurisma diseksi
pada aorta.
2. Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
tersebut merupakan suatu teknik untuk pengkajian pada pasien kritis, mengetahui
kondisi perkembangan pasien serta untuk antisipasi kondisi pasien yang
memburuk. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh
darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah
satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan
hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke
dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.
Denyut Jantung
Denyut jantung merujuk kepada kadar jantung memompa darah per menit. Denyut
jantung ditentukan oleh kadar depolarisasi spontan yang terjadi pada nodus
sinoatrial. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung termasuk innervasi
autonomik (persarafan simpatetik dan parasimpatetik ke miokardium), refleks
kardiak, tonus autonomik, efeknya pada nodus sinoatrial, refleks atrial, hormone
(seperti epinephrine dan norepinephrine) dan aliran vena kembali. Nervus vagus
bertindak pada reseptor untuk mengurangkan denyut jantung, sedangkan serabut
kardiak simpatetik menstimulasi reseptor beta-adrenergik untuk meningkatkan
denyut jantung (dengan mengubah permeabilitas membran sel pada sistem
konduksi). Pusat kardiak ini menerima input dari pusat lain serta dari baroreseptor
dan kemoreseptor. Dengan informasi yang didapatkan, daya kerja jantung diatur
ulang, dengan berespon terhadap perubahan tekanan darah dan konsentrasi
oksigen arterial yang larut dan karbon dioksida yang larut.
Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan
darah.
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah
jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama,
tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup;
tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ
tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus
(Sherwood, 2001).
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan
terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi
sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh,
yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan
tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh
lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan
yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang
tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah
lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan
karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran
darah seperti yang diberikan oleh arteriol.
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah memakai teknik yang
dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Suatu manset tangan yang dapat
di isi udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm
antara bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara
dengan pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet diukur dengan
manometer merkuri. Alat ini disebut sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang
terletak di fosa kubiti pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini terletak
dibagian medial dari tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat dilihat
bila tangan dalam keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa stetoskop
tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena aliran
arteri ini bersifat laminar dan tidak akan terdengar suara sebelum manset diisi
udara. Kemudian dilakukan palpasi pada nadi radialis di pergelangan tangan dan
sambil jari-jari tangan kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa
mengisi manset sampai suatu tekanan di atas tekanan dimana nadi radialis
menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri brakialis dan tekanan
didalam manset di turunkan perlahan-lahan. Guna mempertahankan penurunan
tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran harus dibuka makin lebar
dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan, tidak akan terdengar
suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang seirama dengan
denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan darah sistole.
Dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi semakin keras,
tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut berubah sifatnya
menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya menghilang
dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap sebagai
tekanan darah
diastole.
Penilaian fungsi hemodinamik yang umum digunakan termasuk dari pengantaran
oksigen (DO2), konsumsi oksigen (VO2), kebutuhan oksigen dan ekstraksi oksigen
(SvO2).
Konsumsi oksigen (VO2) merujuk kepada jumlah oksigen yang diekstraksi dari
hemoglobin dan diutilisasi oleh semua sel badan. Konsumsi oksigen dapat
berkurang dengan kondisi tertentu, seperti pada syok sepsis, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya 'hutang oksigen' dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan pada organ.
Kebutuhan oksigen berhubung erat dengan konsumsi oksigen suatu organ. Kedua
istilah ini digunakan secara bersinambungan karena kebutuhan oksigen
menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
sedangkan konsumpsi menggambarkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel
untuk metabolisme. Pada waktu di mana kebutuhan oksigen meningkat, jantung
harus mengekstraksi lebih banyak oksigen sehingga sistem saraf bereksi dengan
meningkatkan pengantaran oksigen. Hubungan antara konsumsi oksigen otot
kardiac, aliran darah koroner dan jumlah oksigen yang diektraksi dari darah
bersifat unik dan mengaplikasikan prinsip Fick. Prinsip Fick menyatakan bahwa
cardiac output sebanding dengan konsumsi oksigen oleh jaringan dan berbanding
terbalik dengan perbedaan kandungan oksigen antara arteriovenus. Kadar Hb
merupakan faktor penentu dari perbedaan kandungan oksigen arteriovenus. Pada
saat kadar Hb rendah, cardiac output akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan
oksigen jaringan.
Ekstraksi oksigen (SvO2) merujuk kepada saturasi oksigen pada vena dan
menggambarkan aliran darah kembali ke jantung kanan. Normalnya saturasi ini
berada dalam jangkauan 60% ke 80%. Apabila tubuh berada pada keadaan
istirahat, 600ml/min per m2 diantar ke jaringan dan konsumsi jaringan terjadi
sebanyak 150ml/min per m2, yang menggambarkan kadar metabolisme basal.
Seelah itu, aliran darah kembali ke jantung dengan kadar 450 ml/min per m2.
Maka dapat ditentukan bahwa pengantaran oksigen 4 kali lebih banyak dari
konsumsi oksigen; dengan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan adalah 4:1,
dengan ekstraksi oksigen sebanyak 25%.
Tekanan vena sentral (CVP)
Tekanan vena sentral (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini merujuk kepada tiga parameter; volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskuler. Tekanan vena sentral dibedakan dari
tekanan vena perifer, yang hanya memberi gambaran tentang tekanan lokal.
Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis merupakana tekanan di ventrikel kiri pada akhir
diastolik.
Tekanan atrium kiri
Tekanan ventrikel kanan
Curah jantung
Curah jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompakan ke sirkulasi perifer
oleh jantung per menit. Curah jantung sama dengan stroke volume (SV)
dikalikan laju jantung (HR)
CO = SV × HR
Laju jantung dipengaruhi oleh sistem saraf sentral dan otonom, dan isi
sekuncup dipengaruhi oleh "preload","afterload", dan kontraktilitas miokard.
Faktor-faktor yang mengontrol curah jantung meliputi curah balik, resistensi
vaskuler, kebutuhan oksigen jaringan perifer, volume darah, posisi tubuh, pola
respirasi, laju jantung dan kontraktilitas miokard.
Tekanan arteri sistemik
2.5 Pemantauan Tekanan Non Invasif
Pengkajian non invasif sangat tergantung dari keadaan klinik dan pada kondisi
tertentu tidak dapat menjelaskan kondisi pasien secara spesifik dan akurat.
Pemantauan hemodinamik non invasive dapat dilakukan dengan cara :
Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis
Memposisikan pasien berbaring setengah duduk
Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi
hanya bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium),
gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup),
gelombang v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup)
Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni
Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari manubrium
sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium kanan
Pengukuran tekanan arteri sistemik secara manual menggunakan manometer.
Kontra indikasi relatif pada pemantauan tekanan darah arteri secara invasif
Pasien dengan perifer vascular disease
Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi
infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area yang
sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular
DAFTAR PUSTAKA
Darovich, Gloria O. (2002). Haemodynamic Monitoring : Invasive and
Noninvasive Clinical Application. WB Saunders Company..
Guyton A.C. Hall J.E. Textbook Of Medical Physiology. 12th Edition. Elsevier
Saunders. 2010. Pg 156-260.
Hodges RK, et al.( 2005). Real World Nursing Survival Guide Haemodynamic
Monitoring. St Louis : Elsevier Saunders : 150 - 168.