Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMANTAUAN HEMODINAMIK

Disusun untuk memenuhi tugas Residensi Keperawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :

Elteria Sianturi
1706096286

ROGRAM RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
PEMANTAUAN HEMODINAMIK

Definisi Hemodinamik
Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan dynamis
yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang aliran
darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi dari sirkulasi adalah untuk
melayani kebutuhan jaringan tubuh, untuk mengangkut nutrisi ke jaringan tubuh,
untuk mengalirkan sisa-sisa pembuangan dari sel, untuk mengangkut hormon dari
satu bagian tubuh ke bagian lain, serta mempertahankan lingkungan yang tepat di
setiap cairan jaringan tubuh demi kelangsungan hidup dan fungsi sel yang
optimal.

Aliran darah di dalam tubuh dikendalikan berdasarkan kebutuhan nutrisi jaringan.


Pada beberapa organ, misalnya ginjal, terdapat fungsi tambahan dari sirkulasi.
Aliran darah ke ginjal jauh melebihi kebutuhan metabolisme karena berhubungan
dengan fungsi ekskretoris yang memerlukan volume darah yang banyak disaring
setiap menit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantung dan pembuluh darah
bekerja secara sistematis untuk menyediakan cardiac output dan tekanan arterial
yang mencukupi untuk memastikan aliran darah ke jaringan cukup. Fungsi
hemodinamika yang paling penting adalah untuk memastikan aliran oksigen ke
setiap jaringan atau oxygen delivery ke jaringan dapat terjadi secara optimal.

Hemodinamika dari tubuh sangat penting karena pemantauan daripada hasil


hemodinamika tubuh badan dilakukan bagi memastikan kondisi pasien stabil dan
tidak memerlukan perawatan kritis. Tekanan dan variasi pada aliran darah dalam
kompartemen vena berpotensi mengakibatkan perubahan pada kompartemen
arterial dan sebaliknya. Pengukuran hemodinamika bukanlah suatu perhitungan
absolut tentang keadaan norma pada suatu jaringan, malah ia merupakan
perubahan tekanan dan variasi aliran darah yang berlangsung secara terus menerus
dalam dan antara kompartemen-kompartemen pembuluh darah dari menit ke
menit.
Secara umumnya, terdapat tiga prinsip yang mendasari fungsi dari sistem sirkulasi
sehingga dapat memberi akibat terhadap hemodinamika sistem sirkulasi:

a) Aliran darah ke setiap jaringan dalam tubuh selalu dikendalikan sehingga


berkorelasi secara langsung dengan kebutuhan nutrisi jaringan.
b) Cardiac output dikendalikan oleh jumlah aliran darah ke semua jaringan.
c) Regulasi tekanan arterial secara umumnya bersifat independen dan tidak
bergantung pada aliran darah lokal maupun pengendalian cardiac output.

Sirkulasi sendiri dipertahankan oleh jaringan pembuluh darah yang luas di tubuh
dan tekanan darah yang dapat dikendalikan oleh volume darah di dalam tubuh.
Aliran darah di dalam tubuh dikendalikan oleh dua faktor:
a) Perbedaan tekanan pada dua hujung pembuluh darah atau juga dikenal
sebagai daya yang mendorong darah di dalam pembuluh darah.
b) Penghalang aliran darah yang juga dikenal sebagai resistensi vaskuler.

Konsep-konsep yang harus diketahui karena berhubungan secara langsung


hemodinamika termasuklah cardiac output (yang terdiri dari heart rate, preload,
afterload, dan kontraktilitas), hukum Frank-Starling, komplians, konten oksigen
arterial, pengantaran oksigen, konsumpsi oksigen, dan saturasi oksigen gabungan
pada vena dan yang paling penting adalah anatomi serta fisiologi jantung dan
pernapasan. Refrat ini akan mendiskusikan konsep hemodinamika serta
menerangkan semua konsep yang berhubungan dengan hemodinamika serta cara
hemodinamika dapat dipergunakan dalam pemantauan pada pasien.

Untuk memahami bagian sistem sirkulasi yang berperan dalam stabilitas dan
instabilitas hemodinamik, telah ditentukan tujuh hal yang khusus, termasuk:
Aliran kembali vena pada jantung kanan atau preload
Miokardium dan fungsi kontraktilitas miokardia, termasuk kadar denyut jantung
dan ritma jantung (yang brfungsi sebagai penentu stroke volume dan curah
jantung)
Resistensi arteriol prekapiler yang berperan pada afterload
Rangkaian kapiler penukaran yang berperan sebagai tempat penukaran substrat,
termasuk kontingen pertukaran cairan pada tekanan hidrostatik kapiler
Resistensi vena post kapiler yang mengendalikan tekanan hidrostatik kapiler
Kapasitas vena yang dapat berkembang pada kondisi syok tertentu sehingga
dapat menyebabkan penurunan kritis pada aliran kembali vena atau preload
dan sejurus menurunkan curah jantung.
Aliran darah sistemik berkurang apabila terdapat obstruksi aliran darah pada
arus utama yang disebabkan oleh emboli pulmonari atau aneurisma diseksi
pada aorta.

2. Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
tersebut merupakan suatu teknik untuk pengkajian pada pasien kritis, mengetahui
kondisi perkembangan pasien serta untuk antisipasi kondisi pasien yang
memburuk. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh
darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah
satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan
hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke
dalam pembuluh darah atau rongga tubuh.

2.1 Tujuan Pemantauan Hemodinamik


Pemantauan hemodinamik dapat membantu mengidentifikasi kondisi pasien,
mengevaluasi respon pasien terhadap terapi, menentukan diagnosa medis,
memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam
tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa darah.

2.2 Faktor Penentu Hemodinamik


1. Pre load
Menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic
digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre load
ventricle kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility
Menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh.
3. After load
Menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung. After
load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular
resistance.

2.3 Indikasi Pemantauan Hemodinamik


Shock
Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri dada
yang berulang, Hipotensi/Hipertensi
Edema Paru
Pasca operasi jantung
Penyakit Katup Jantung
Tamponade Jantung
Gagal napas akut
Hipertensi Pulmonal
Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi pemberian
obat.

2.4 Parameter Hemodinamik

Parameter hemodinamik dapat dibagi kepada parameter makrovaskuler dan


mikrovaskuler. Parameter makrovaskuler untuk perfusi global termasuk denyut
jantung, tekanan darah, curah jantung dan saturasi oksigen vena sentral serta
saturasi oksigen tercampur. Parameter mikrovaskuler termasuk saturasi oksigen
jaringan pada thenar (StO2) serta refil kapiler perifer.

Denyut Jantung

Denyut jantung merujuk kepada kadar jantung memompa darah per menit. Denyut
jantung ditentukan oleh kadar depolarisasi spontan yang terjadi pada nodus
sinoatrial. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung termasuk innervasi
autonomik (persarafan simpatetik dan parasimpatetik ke miokardium), refleks
kardiak, tonus autonomik, efeknya pada nodus sinoatrial, refleks atrial, hormone
(seperti epinephrine dan norepinephrine) dan aliran vena kembali. Nervus vagus
bertindak pada reseptor untuk mengurangkan denyut jantung, sedangkan serabut
kardiak simpatetik menstimulasi reseptor beta-adrenergik untuk meningkatkan
denyut jantung (dengan mengubah permeabilitas membran sel pada sistem
konduksi). Pusat kardiak ini menerima input dari pusat lain serta dari baroreseptor
dan kemoreseptor. Dengan informasi yang didapatkan, daya kerja jantung diatur
ulang, dengan berespon terhadap perubahan tekanan darah dan konsentrasi
oksigen arterial yang larut dan karbon dioksida yang larut.

Penurunan kadar denyut jantung atau kehilangan kontraktilitas dapat


menyebabkan terjadinya bendungan aliran darah pada sirkulasi vena sehingga
menyebabkan peningkatan volume vena. Ini disebabkan oleh pengurangan jumlah
darah yang dipompa dalam sirkulasi arterial. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
peningkatan volume darah intra torasik sehingga meningkatkan tekanan vena
sentral. Peningkatan tekanan vena sentral dapat dinaikkan melalui aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron maupun melalui aktivasi simpatetik vena dan
substans vasokonstriktor yang bersirkulasi dalam darah.

Obat vasodilator arterial menyebabkan peningkatan aliran darah dari sistem


arterial ke sistem vena. Ini akan menyebabkan peningkatan volume vena dan
sejurus dengan itu, akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga terjadi
sekiranya tonus simpatetik berkurang.
Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu menggunakan
stetoskop. Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara memeriksa
denyut nadi. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau
tiga jari pada sisi leher. Saat merasakan denyut nadi, lihatlah jam untuk
mneghitung jumlah denyut selama 1 menit.

Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan
darah.
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah
jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama,
tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup;
tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ
tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus
(Sherwood, 2001).
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan
terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi
sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh,
yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan
tahanan terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh
lebih kecil dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan
yang lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang
tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah
lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan
karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran
darah seperti yang diberikan oleh arteriol.
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah memakai teknik yang
dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Suatu manset tangan yang dapat
di isi udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm
antara bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara
dengan pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet diukur dengan
manometer merkuri. Alat ini disebut sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang
terletak di fosa kubiti pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini terletak
dibagian medial dari tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat dilihat
bila tangan dalam keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa stetoskop
tidak dapat digunakan untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena aliran
arteri ini bersifat laminar dan tidak akan terdengar suara sebelum manset diisi
udara. Kemudian dilakukan palpasi pada nadi radialis di pergelangan tangan dan
sambil jari-jari tangan kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa
mengisi manset sampai suatu tekanan di atas tekanan dimana nadi radialis
menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri brakialis dan tekanan
didalam manset di turunkan perlahan-lahan. Guna mempertahankan penurunan
tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran harus dibuka makin lebar
dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan, tidak akan terdengar
suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang seirama dengan
denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan darah sistole.
Dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi semakin keras,
tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut berubah sifatnya
menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya menghilang
dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap sebagai
tekanan darah
diastole.
Penilaian fungsi hemodinamik yang umum digunakan termasuk dari pengantaran
oksigen (DO2), konsumsi oksigen (VO2), kebutuhan oksigen dan ekstraksi oksigen
(SvO2).

Pengantaran oksigen (DO2) merupakan jumlah oksigen yang terikat kepada


hemoglobin yang diantar ke jaringan. Kemampuan sel untuk memproduksi energi
dengan menggunakan metabolisme seluler yang aerobik merupakan suatu proses
fisiologis yang sangat penting. Pengantaran oksigen merupakan nilai yang
dihitung dari aliran darah yang keluar dari bagian kiri jantung (curah jantung)
dikali dengan konten oksigen dalam darah arteri.

Konsumsi oksigen (VO2) merujuk kepada jumlah oksigen yang diekstraksi dari
hemoglobin dan diutilisasi oleh semua sel badan. Konsumsi oksigen dapat
berkurang dengan kondisi tertentu, seperti pada syok sepsis, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya 'hutang oksigen' dan selanjutnya menyebabkan
kerusakan pada organ.

Kebutuhan oksigen berhubung erat dengan konsumsi oksigen suatu organ. Kedua
istilah ini digunakan secara bersinambungan karena kebutuhan oksigen
menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
sedangkan konsumpsi menggambarkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel
untuk metabolisme. Pada waktu di mana kebutuhan oksigen meningkat, jantung
harus mengekstraksi lebih banyak oksigen sehingga sistem saraf bereksi dengan
meningkatkan pengantaran oksigen. Hubungan antara konsumsi oksigen otot
kardiac, aliran darah koroner dan jumlah oksigen yang diektraksi dari darah
bersifat unik dan mengaplikasikan prinsip Fick. Prinsip Fick menyatakan bahwa
cardiac output sebanding dengan konsumsi oksigen oleh jaringan dan berbanding
terbalik dengan perbedaan kandungan oksigen antara arteriovenus. Kadar Hb
merupakan faktor penentu dari perbedaan kandungan oksigen arteriovenus. Pada
saat kadar Hb rendah, cardiac output akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan
oksigen jaringan.
Ekstraksi oksigen (SvO2) merujuk kepada saturasi oksigen pada vena dan
menggambarkan aliran darah kembali ke jantung kanan. Normalnya saturasi ini
berada dalam jangkauan 60% ke 80%. Apabila tubuh berada pada keadaan
istirahat, 600ml/min per m2 diantar ke jaringan dan konsumsi jaringan terjadi
sebanyak 150ml/min per m2, yang menggambarkan kadar metabolisme basal.
Seelah itu, aliran darah kembali ke jantung dengan kadar 450 ml/min per m2.
Maka dapat ditentukan bahwa pengantaran oksigen 4 kali lebih banyak dari
konsumsi oksigen; dengan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan adalah 4:1,
dengan ekstraksi oksigen sebanyak 25%.
Tekanan vena sentral (CVP)
Tekanan vena sentral (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini merujuk kepada tiga parameter; volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskuler. Tekanan vena sentral dibedakan dari
tekanan vena perifer, yang hanya memberi gambaran tentang tekanan lokal.
Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis merupakana tekanan di ventrikel kiri pada akhir
diastolik.
Tekanan atrium kiri
Tekanan ventrikel kanan
Curah jantung
Curah jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompakan ke sirkulasi perifer
oleh jantung per menit. Curah jantung sama dengan stroke volume (SV)
dikalikan laju jantung (HR)
CO = SV × HR
Laju jantung dipengaruhi oleh sistem saraf sentral dan otonom, dan isi
sekuncup dipengaruhi oleh "preload","afterload", dan kontraktilitas miokard.
Faktor-faktor yang mengontrol curah jantung meliputi curah balik, resistensi
vaskuler, kebutuhan oksigen jaringan perifer, volume darah, posisi tubuh, pola
respirasi, laju jantung dan kontraktilitas miokard.
Tekanan arteri sistemik
2.5 Pemantauan Tekanan Non Invasif
Pengkajian non invasif sangat tergantung dari keadaan klinik dan pada kondisi
tertentu tidak dapat menjelaskan kondisi pasien secara spesifik dan akurat.
Pemantauan hemodinamik non invasive dapat dilakukan dengan cara :
Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis
Memposisikan pasien berbaring setengah duduk
Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi
hanya bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium),
gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup),
gelombang v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup)
Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni
Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari manubrium
sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium kanan
Pengukuran tekanan arteri sistemik secara manual menggunakan manometer.

2.6 Pemantauan Tekanan Invasif


Pemantauan tekanan invasif dilakukan dengan tujuan untuk mengukur dan
mengetahui gelombang tekanan dalam ruang-ruang jantung. Kelebihan teknik
invasif yaitu dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam pengambilan sampel
darah, pemeriksaan laboratorium, pemberian obat-obatan/cairan dan pemasangan
pacu jantung. Beberapa teknik pengukuran hemodinamik invasif yaitu:

2.6.1 Pemantauan Tekanan Darah Arteri


Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel
kiri ke aorta dan ke sistemik arteri (Debra et al, 2001).
Tekanan arteri sistemik terdiri dari:
Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100-130 mmHg
Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan
diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh
jantung. Range normal berkisar 60-90 mmHg
Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung. MAP
dapat diformulasikan dengan rumus :
Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan perfusi aliran darah ke
jaringan
Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan dengan memasukkan
kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke sistem
transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi menjadi sinyal
elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada osciloskope,
kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar
monitor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri :
Curah jantung Volume darah Umur
Resistensi perifer Viskositas darah Aktivitas
Elastisitas pembuluh arteri Berat badan Emosi

Indikasi pemantauan tekanan darah arteri secara invasif


Pemantauan tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis
atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi bedah mayor sehingga
apabila ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya
dideteksi dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang
telah diberikan
prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax, bedah saraf, bedah
laparotomy, bedah vascular
pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
pasien yang terpasang IABP
pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma aorta
Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah
pasien dengan gagal napas
pasien yang terpasang ventilasi mekanik
pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri secara rutin

Kontra indikasi relatif pada pemantauan tekanan darah arteri secara invasif
Pasien dengan perifer vascular disease
Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi
infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area yang
sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular

2.6.2 Pemantauan Tekanan Vena Sentral


Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria Darovic, 2002). Tekanan
vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava
(Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Pada umumnya jika venous return turun, CVP
turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.

Indikasi pemantauan tekanan vena sentral


Mengetahui fungsi jantung
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium kanan (RA) dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan jantung dan
paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolik ventrikel
kiri.
Mengetahui fungsi ventrikel kanan
CVP biasanya berhubungan dengan tekanan (pengisisan) diastolik akhir
ventrikel kanan. Setelah ventrikel kanan terisi, maka katup tricuspid terbuka
yang memungkinkan komunikasi terbuka antara serambi dengan bilik jantung.
Apabila tekanan akhir diastolik sama dengan yang terjadi pada gambaran
tekanan ventrikel kanan, CVP dapat menggambarkan hubungan antara volume
intravascular, tonus vena, dan fungsi ventrikel kiri.
Menentukan fungsi ventrikel kiri
Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung, CVP berhubungan
dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri dan merupakan sarana untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
Menentukan dan mengukur status volume intravaskuler.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan mengatur status
volume intravaskuler karena tekanan pada vena besar thorak ini berhubungan
dengan volume venous return.
Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L melalui vena
perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis. Hal ini
disebabkan kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai akibatnya
penundaan pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar
cepat dan mengencerkan segera cairan IV masuk ke sirkulasi. Kateter CVP
dapat digunakan untuk memberikan obat vasoaktif maupun cairan elektrolit
berkonsentrasi tinggi.
Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker
sementara.

Kontraindikasi pemasangan kateter vena sentral


Adapun kontraindikasi termasuk adanya :
infeksi pada tempat insersi,
renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan, atau
large tricuspid valve vegetatious (sangat jarang).

2.6.3 Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonal


Pemantauan hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan
menggunakan sistem tranduser tekanan yang digunakan untuk mengetahui
tekanan di arteri pulmonal.
Memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah pulmonal dan
ventrikel kiri. Pemantauan hemodinamik menggunakan kateter arteri pulmonal
diperkenalkan oleh Swans dan Ganz tahun 1970, sejak menggunakan dobel
lumen, balon/ tipped, sampai lima lumen ditambah dengan kawat pacu jantung
dan optikal kateter arteri pulmonal yang sekarang dikenal sebagai kateter arteri
pulmonal Swan Ganz, yang dapat dikerjakandi tempat tidu r pasien tanpa bantuan
fluoroskopi. Dengan kateter ini dimungkinkan dapat memonitor secara intermiten
curah jantung, menentukan RVEV dan EDV, secara kontinyu dapat memonitor
RAV, saturasi oksigen vena campuran, pacing atrium dan ventrikel, juga dapat
digunakan mengkalkulasi SVR, PVR, oksigen transport dan konsumsi, perbedaan
arterio-venous oksigen dan fraksi shunt intra pulmonal.
Kateter arteri pulmonal yang tersedia untuk pediatric dan dewasa ukuran 60 -110
cm panjangnya, kaliber 4.0 - 8.0 Fr, volume balon dari 0.5 - 1.5 ml, diameter
balon dari 8 -13 mm setiap 10 cm panjang kateter ditandai dengan garis hitam
kecil, yang membantu lokasi ujung kateter yang dimasukkan melalui sirkulasi
sentral.

Indikasi pemasangan kateter arteri pulmonal


Pasien dalam resiko tinggi: EF rendah, gagal jantung akut, hipertensi pulmonal
dan instabilitas hemodinamik.
Paska operasi bedah jantug secara konservatif.
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolute
Kontraindikasi realtif misalnya dengan gangguan koagulasi, prostetik jantung
kanan, pace maker endokardial, penyakit vaskuler berat.

DAFTAR PUSTAKA
Darovich, Gloria O. (2002). Haemodynamic Monitoring : Invasive and
Noninvasive Clinical Application. WB Saunders Company..

Guyton A.C. Hall J.E. Textbook Of Medical Physiology. 12th Edition. Elsevier
Saunders. 2010. Pg 156-260.
Hodges RK, et al.( 2005). Real World Nursing Survival Guide Haemodynamic
Monitoring. St Louis : Elsevier Saunders : 150 - 168.

K Kee, Joyce L. et al. (2008). Pharmacology and Pharmacology Guide: A Nursing


Process Approach. Elsevier Science Health Science Division.

Perry, Potter. (2002). Fundamental Keperawatan Konsep Proses Praktik. Jakarta:


EGC

Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang


Diklat RS Jantung Harapan Kita

Woods, Susan L, et al. (2005). Cardiac Nursing. Seventh Edition. Lippicot,


William and Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai