` LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN NYERI DALAM TATANAN KEGAWATDARURATAN
Disusun Oleh:
1. PENGERTIAN
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya sebagai
kerusakan itu sendiri (Aziz Alimul,2006). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensiaL
(International Association for the Study of Pain, 2009). Serangan yang tiba-tiba atau lambat
dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan
berlangsung < 3 bulan (NANDA, 2012).
Penilaian nyeri pada kondisi kegawatdaruratan memiliki banyak sebab, seperti proses
penyakitnya, monitoring dan terapi (perangkat ventilasi, intubasi endotrakeal), perawatan
suction, perawatan luka, bahkan imobilitas dan trauma. Nyeri umumnya sedang sampai berat.
Nyeri yang berkepanjnagan umumnya akan menyebabkan imobilitas, sehingga menimbulkan
emboli atau bahkan pneumonia.
2. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi
lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons
yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi
di pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung
dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion
doralis. Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia
gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat
besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi
impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus
pada serabut-serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan
endogen opiate system supresif
3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut menetap ±
10-15menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
4. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor nyeri,
peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri bradikinin
merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan merangsang
thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor karena
tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia jaringan
5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
pada visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu.Reseptor nyeri dapat
memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke serabut C.
serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada
dorsal horn.Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling
bertautan.Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan
saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang
pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah
dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan
nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls
supresif.System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh
serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons
terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut ini
Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan
udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki,
perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
Etiologi
Merangsang nosiseptor
Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c
Medulla spinalis
Otak
(kortrks somasensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri
Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Gangguan
Nafsu makan mobilitas
Deficit Ansietas Intoleransi Gangguan rasa
menurun fisk
perawatan aktivitas nyaman
diri
Intake berkurang
Stress Risiko
Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko pola tidur
berpakaian
keetidakseimbangan
nutrisi kurang dari Deficit
Ketidakefektifan
perawatan
kebutuhan pemeliharaan
diri
kesehatan
mandi
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan Risiko harga
diri rendah
situasional
CLINICAL PATHWAY OF HOLISTIC PAIN MANAGEMENT (hal 10-11)
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
c. Riwayat kesehatan
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi,
gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan
nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi
dan ibadah.
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan
sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara,
sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suara napas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma sel
2. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
5. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas
6. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
3. Intervensi
1. Nyeri akut b.d trauma sel
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Adanya penurunan intensitas nyeri
b. Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c.tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri
3. Catat tanda vital sebelum dan sesudah Mengkaji sejauh mana perbedaan
aktivitas. peningkatan selama aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2018. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2018-
2020, Jakarta: Buku Kedokteran EGC