Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM ILMU RESEP

ANALISA RESEP MANAJEMEN NYERI

DISUSUN OLEH :

Rizkika putri suci diniaty

2019E1C046

DOSEN PENGAMPU :

Apt Baiq Leny Nopitasari, M.Farm

Kelas

5B S-1 Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2021
ANALISA RESEP MANAJEMEN NYERI

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu memahami bagaimana menganalisa resep manajemen nyeri.


2. Agar mahasiswa mampu melakukan konseling kepada pasien
3. Agar mahasiswa mampu melakukan skerining resep
B. Tinjauan Pustaka

Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya (Mc. Coffery, 1979). Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa rangsangan (Arthur C. Curton,1983). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak
menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul,2006.

1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang
sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah terjadi
kerusakan jaringan. (International Association for the Study of Pain)
2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki hubungan temporal dan
kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik adalah nyeri
yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui
penyebabnya yang pasti
Teori Nyeri
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara C.Long, 1989):

 Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis
(spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur
dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan  berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri
tersebut diteruskan.
 Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis
dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsan ke bagian yang
lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri. Persepsi di  pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
 Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat
saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis. Rangsangan pada serat besar
akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan
serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat
kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
 Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi impuls-implus saraf,
sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus
nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut  besar yang memblok implus-implus pada
serabut lamban dan endogen opiate system supresif.
Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut menetap ± 10-15
menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam, bulan, sumber
dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti
luka operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis  
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul
dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan begitu
seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus
terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun telah diberika  pengobatan,
misalnya nyeri karena neoplasma.
C. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri Ringan  
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
(tidak mengganggu aktivitas).
2) Nyeri Sedang  
Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun psikologis)
1) Nyeri Berat  Nyeri
dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapatmelakukan aktivitas karena nyeri
tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic
dapat membantu pada nyeri ini.
Patofisiologi
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud
adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian dinding arteri, hati dan
kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi
tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
termal, listrik atau mekanis. Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal
horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan
tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan  bersambung ke jalur spinal asendens yang paling
utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur
opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang
yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmitter dalam impuls
supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur
non-opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak
diketahui mekanismenya. (Barbara C Long. 1989).
Tanda dan Gejala
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 Depresi frustasi
Penyebab
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor-faktor yang dimaksud diantaranya
seperti yang disebutkan oleh Zmeltser yaitu pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas dan pengharapan
penghilang rasa nyeri (efek plasebo). Faktor-faktor ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan persepsi nyeri
pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri.
(Zmeltser, 2001:219-222).

Pengalaman masa lalu dengan nyeri adalah menarik untuk berharap dimana individu yang mempunyai
pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan toleran terhadap nyeri
dibandingkan orang yang lebih sedikit mengalami nyeri, tetapi semua itu tidak berlaku pada semua orang. Cara
seseorang berespon terhadap nyeri pada intinya berbeda satu sama lain dan tergantung dari banyak kejadian
nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tak
terselesaikan seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Individu yang mengalami nyeri
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat menjadi mudah marah, menarik diri dan depresi. Efek yang
tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalamannya nyeri sebelumnya menunjukan pentingnya perawat
untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri.

Ansietas, meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya
benar dalam semua keadaan, riset tidak memperlihatkan hubungan hubungan yang konsisten antara ansietas dan
nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stress praoperatif menurunkan nyeri saat
pascaoperatif. Namun ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap nyeri contoh pasien yang mendapatkan pengobatan kanker payudara 2 tahun yang lalu dan
sekarang merasakan nyeri pinggang, pasien tersebut merasa takut bahwa nyeri tersebut merupakan indikasi dari
metastasis. ansietas yang tidak berhungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat
menurunkan persepsi nyeri sebagai contoh seorang ibu yang dirawat dirumah sakit dengan komplikasi
kolsistekstomi dan mencemaskan anak-anaknya yang berada dirumah.

C. RESEP
Identitas pasien
Nama pasien : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 7 Februari 1963 (58 tahun)
Alamat : Mataram
Anemnesa : Autoanamnesis
Keluhan utama : Nyeri pada lutut
Anamnesa terpimpin
Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 1
minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri.
Nyeri memberat terutama bila digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa
lututnya berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu, setelah pasien
pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI.
Keluhanlain
nyeri pada kedua lutut

Pemeriksaan Fisik
BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)
Tanda Vital:
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 77 kali/ menit ( reguler, kuat angkat )
Pernapasan : 20 kali/menit ( Thoraco abdominal )
Suhu : 36,5 ℃ ( axilla )
Pemeriksaan penunjang Laboratorium
Kolesterol : 172 ( normal )
Asam urat : 7,2 ( tidak normal )
Diagnosi
Osteoarthritis + Hiperurichemia
D. HASIL ANALISA RESEP
Skrining Resep
A. Kajian Administrasi

Kelengkapan Resep Ada Tidak Ada Usul


Identitas Penulis Resep V
Nama dokter V
Alamat dan no telp. Dokter
V
SIP Dokter
V
Tanggal penulisan resep V
No. Resep V
Superscriptio (tanda R/) V
Inscriptio
Nama obat V
Kekuatan V
Bentuk sediaan V
Jumlah obat V
Subscriptio V Bukan racikan

Signatura V
Paraf Dokter V Konfirmasi ke dokter
Identitas Pasien
Nama pasien V
Alamat pasien V
Umur V
Berat badan
V Tanyakan bb pasien
Tanda Pengulangan V Tidak diulang

Singkatan bahasa latin


 R/ (recipe) = Ambillah
 No. X = nomor 10
 S s.d.d tab = Signa semel de die tabula (tandailah satu kali sehari satu tablet)
 S b.d.d tab = signa bis de die tabula (tandailah dua kali sehari satu tablet)
 Pro = (nama,usia dan berat badan pasien )
 Kajian Farmasetis
1. Allopurinol
a. Nama obat : Allopurinol
b. Bentuk : tablet
c. Kekuatan : 300 mg (tambah)
d. Dosis : 1 x 300 mg
e. Jumlah obat : 10 tablet
f. Aturan dan cara penggunaan obat : 1 x sehari 1 tablet
g. Stabilitas obat : -
h. Kompatibilitas : -
i. Permasalahan farmasetis
j. Rekomendasi :
2. Vitamin B complex
a. Nama obat : vitamin B complex
b. Bentul : tablet
c. Kekuatan :150mg
d. Dosis : 2 x 150mg
e. Jumlah obat : 10 tablet
f. Aturan dan cara penggunaan obat : 2 x sehari 1 tablet
g. Stabilitas obat : -
h. Kompatibilitas : -
i. Permasalahan farmasetis :-
j. Rekomendasi : -
E. Pertimbangan klinis
1. Allopurinol
a. Ketepatan indikasi : digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dengan cara
menghambat xanthine-oxidase
b. Duplikasi dan/atau polifarmasi : -
c. Alergi dan eaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) : -
d. Efek samping : sakit perut, diare dan kantuk,sakit kepala
e. Kontraindikasi : diberikan kolkisin, steroid
2. Vitamin B complex
a. Ketepatan indikasi : digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin B
kompleks di tubuh
b. Duplikasi dan/atau polifarmasi : -
c. Alergi dan eaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) : -
d. Efek samping : diare ringan, polisitema vera dan syok anafilaktik
e. Kontraindikasi : hipersensitivitas
F. Informasi Harga Obat

Pastikan:
1. Apakah pasien mendapatkan semua obatnya?
2. Hitung harga obat yang hanya diberikan ke pasien saja.
3. Apakah bentuk sediaan yang diberikan sama dengan sediaan pada resep?
Asumsi:
 harga di ISO adalah HNA (Harga Netto Apotek)
 PPN (Pajak Pertambahan Nilai) = 10% = 1,1
 Keuntungan = 20% = 1,2
 Biaya Embalase non racikan per R/ = Rp. 1.000
 Biaya Embalase racikan per R/ = Rp. 5.000
 tuslah tiap R/ (jasa pelayanan) = Rp.2.000.

Dengan catatan HJA tidak lebih dari HET (Harga Eceran Tertinggi)

 HJA resep = {[HPP + (margin 20% dari HPP)] x jumlah diminta} + tuslah +
embalase

 = HPP diperoleh dari : HPP = HNA + 10%PPN dari HNA


- diskon Atau:
 HJA = (HNA x 1,1 x 1,2 x jumlah diminta) + tuslah + embalase
 Hitunglah masing-masing harga obat

1. Allopurinol
HJA = ( 10.000 x 1,1 x 1,2 x 1 strip ) + 2.000 + 1.000 = RP 15.200
2. Vitamin B compleks
HJA = ( 8.500 x 1,1 x 1,2 x 1 strip ) + 2.000 + 1.000 = RP 14.220

 Total harga keseluruhan


RP 15.200 + RP 14.220 = 29.420
G. Analisa resep (SOAP)
Subjective:

- Nama pasien : Tn. D


- Jenis kelamin : Laki-laki
- Umur : 57 thn
- Keluhan : nyeri pada kedua lutut
- Durasi : sejak 1 minggu yang lalu
- Riwayat penyakit : keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu
- Riwayat pengobatan : -
Objective :

Pemeriksaan Fisik
BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)
Tanda Vital:
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 77 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)

Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoraco abdominal)

Suhu : 36,5oC (axilla)


Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Kolesterol 172
Asam Urat : 7,2
Diagnosis
Osteoartritis + Hiperurichemia

Assesment :

Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis dan Hiperurichemia, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal, dan aspek risiko
eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan
diagnostik holistik. Menurut Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis
digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien positif Osteoartritis bila
mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria berikut.
a. Umur >40 tahun
b. Kaku pagi < 30 menit
c. Krepitasi
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran tulang
f. Tidak panas pada perabaan.

Diagnosis/Keluhan Terapi Assessment Rekomendasi


Hiperurisemia Allopurinol 300 Penggunaan obat Ada nya kemungkinan
mg/hari 1x sehari sudah tepat efek samping seperti
ruam dan gatal
Badan lemas dan vitamin b compleks Menambah Efek samping
pegal - pegal 2x sehari setamina tubuh
OA Diklofenak 1 x sehari Meredakan nyeri Efek samping

Plan :

a. Tujuan Terapi
- Menurunkan kadar asam urat,
- Menurunkan nyeri di bagian lutut

b. Terapi farmakologi
- Allopurinol
- Vit B compleks
- Diklofenak
c. Terapi non farmakologi
- Rajin olahraga
- Kurangin berat badan
- Mengurangi kerja atau beraktivitas berat

H. DRP :
1. Allopurinol
- Jika mengalami serangan goat, pastikab gejala telah hilang karena allopurinol akan
menyebabkan serangan goat menjadi sering terjadi.
- Mudah memar atau pendarahan yang tidak biasa
- Penyakit infeksi yang bisa ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil atau sakit
tenggorokan.
2. Vitamin B complex
- Menyebabkan kadar gula tinggi
- Kulit memerah
- Bahkan kerusakan hati

I. Etiket Obat

Apotek SOUQI
Jl. SOEKARNO HATTA,MATARAM NO 12, NTB
APA : Apt. Rizkika Putri Suci Diniaty, S.Farm
SIPA : 120/PER/XII/2019

NO.3
Tgl.20/10/2021
Nama pasien : D
Alamat : Mataram
SATU KALI SEHARI SATU TABLET
SESUDAH MAKAN/SEBELUM MAKAN
Nama obat : Allupurinol
paraf : D

Apotek SOUQI
Jl. SOEKARNO HATTA,MATARAM NO 12, NTB
APA : Apt. Rizkika Putri Suci Diniaty, S.Farm
SIPA : 120/PER/XII/2019

NO.3
Tgl.20/10/2021
Nama pasien : D
Alamat : Mataram
DUA KALI SEHARI SATU TABLET
SESUDAH MAKAN/SEBELUM MAKAN
Nama obat : Vitamin B Compleks
paraf : D

J. Copy Resep

Tidak diberikan karena diambil semua, kecuali jika diminta oleh pasien, maka copy resep tetap
diberikan.

K. Konseling terapi pasien


a. 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun)
“ Assalamualaikum buk,pak,mas dan mbak ada yang bisa di bantu ?
b. Perkenalkan diri
“ perkenal kan saya Rizkika apoteker di apotik ini
c. Memastikan benar pasien
“ mohon maaf pak apa benar ini pasien atas nama Tn D dari mataram dengan umur 58 tahun ?
d. 3 Prime Questions

a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?


b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut?
e. Kemudian jelaskan penggunaan masing-masing obat pada resep dan apa yang perlu diperhatikan
pada masing-masing obat.
“ apa bener ini dengan Tn D yang berasal dari mataram, baiak pak aturan pakai obat Allopurinol
ini di minum 1 kali sehari 1 tablet nggih pak, dan buat obat vit b copm nya di minum 2 kali sehari
1 tablet setelah makan nggih pak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Argoff CE, McCleane G. Pain management secrets: questions you will be asked. Edisi ke-3.
Philadelphia: Mosby Elsevier; 2009.
2. Menteri Kersehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
347/MENKES/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta.
3. Potter & Perry.2005.Buku AjarFundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik. Jakarta:EGC.
4. Urden & Stacy. 2009. Critical Care Nursing: Diagnosis and Management. 6thedition. Maryland
Heights: Mosby

Anda mungkin juga menyukai