Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

OLEH :

SEPTIAN VALENTINO

NIM : 20.300.0057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI

OLEH :

SEPTIAN VALENTINO

NIM : 20.300.0057

Banjarmasin,

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI

1. PENGERTIAN
 Nyeri adalah suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadaannya
diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya (Mc. Coffery, 1979)
 Nyeri merupakan suatu mekanismeproduksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
dirusak, dan menyebablkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
rangsangan (Arthur C. Curton,1983).
 Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,2006)

2. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara
C.Long, 1989):
 Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke
medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior,
kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan
berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

 Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons
yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di
pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
 Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari
kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion doralis.
Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang
mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam
medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan
membuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
 Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui transmisi impuls-
implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik.
Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut
besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif

3. KLASIFIKASI NYERI

a. Nyeri berdasarkan sifatnya :


1)  Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2)  Steady pain
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3)  Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri tersebut menetap ±
10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

b.   Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :


1)  Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam, bulan, sumber
dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,
seperti luka operasi, atau pun pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2)  Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri
timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan
begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus
menerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun telah diberika
pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :


1)  Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan aktivitasnya
seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2)  Nyeri Sedang
Nyeri  dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun psikologis)
3)  Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapatmelakukan
aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh orang yang
mengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada nyeri ini.
 
4. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor nyeri,
peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri bradikinin
merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan merangsang
thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor karena
tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia jaringan
5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan
respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke serabut C.
serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada
dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT)
atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.
Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur
non-opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur
spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari
sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin
merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur
desendens yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya. (Barbara C Long. 1989)

6. TANDA DAN GEJALA


 Gangguan tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 .Depresi,frustasi

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.   Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b.   Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ  dalam yang abnormal
c.    Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d.   Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya keridakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik berikut ini
 Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru dengan udara,
menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat
rasa nyaman, tenang dan rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal
terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat
dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri
karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik,
dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a.       Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b.      Analgesik narkotik atau opiate
c.      Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

4. Pemberian stimulator listrik


Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang dirasakan.
Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk ,engendalikan stimulus
manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator
sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit dengantransistor
timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat
penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu
electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakan.
PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Gangguan
mobilitas Ansietas
fisk
Nafsu makan Deficit Intoleransi Gangguan rasa
menurun perawatan aktivitas nyaman
diri

Intake berkurang Stress Risiko


Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko pola tidur
berpakaian
keetidakseimbangan Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari Deficit
pemeliharaan
perawatan
kebutuhan kesehatan
diri
mandi
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembangan Risiko harga
diri rendah
situasional
9. INTERVENSI

No. DX NOC NIC


1. Gangguan rasa Tujuan : setelah dilakukan Kaji nyeri dan skala pasien
nyaman nyeri b.d tindakan keperawatan selama Beri posisi nyaman pada
trauma sel 3x24 jam,masalah   nyeri pasien
teratasi dengan kriteria hasil : Ajarkan tekhnik relaksasi
a. Adanya penurunan kepada pasien
intensitas nyeri Kolaborasi dengan dokter
b. Ketidaknayaman akibat pemberian obat analgetik
nyeri berkurang Observasi TTV
c.tidak menunjukan tanda-
tanda fisik dan perilaku dalam
nyeri

2. Intoleransi Aktifitas Tujuan : setelah dilakukan Monitor keterbatasan


b.d nyeri pada tubuh tindakan keperawatan selama aktivitas dan kelemahan saat
aktivitas
3x24 jam,masalah dapat
teratasi dengan KH sebagai Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas sendiri
berikut:
a. Pasien dapat melakukan Catat tanda vital sebelum dan
sesudah aktivitas
aktivitasnya secara mandiri
b. Pasien tanda – tanda vital Kolaborasi dengan dokter
dan fisioterapi dalam latihan
normal
aktivitas

3. Gangguan pola tidur Tujuan : setelah dilakukan Kaji pola tidur pasien
b.d gangguan rasa tindakan keperawatan selama Ciptakan lingkungan nyaman
nyaman nyeri 3x24 jam,kebutuhan tidur dan tenang
tercukupi dengan KH sebagai Batasi pengunjung
berikut :
Monitor kebutuhan tidur
a. Kebutuhan tidur tercukupi
b.Pasien tampak segar pasien setiap hari dan jam
c.Tidak sering terbangun pada Kolaborasikan dengan dokter
saat tidur pemberian obat tidur
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar
Klien.  Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-

 2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai