A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atautingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasinyeri yang dialaminya (Aziz Alimul,2006)
2. Teori Nyeri
Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk
kemedulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior,kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi
lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal
kemedulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
responsyang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta
kontraksimenimbulkan response dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
Persepsi di pengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
1
Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung
darikerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada di dalam akar ganglion
doralis.Rangsangan pada serat besar akan meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa
yangmengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat
danmenyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan
kedalammedulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinta mempengaruhi aktivitas
sel T.Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa
danmembuka pintu mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya
akanmenghantarkan rangsangan nyeri
Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor melalui transmisi
impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter
yang spesifik.Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus
padaserabut-serabut besar yang memblok implus-
implus pada serabut lamban dan endogen opiate systemsupresif
3. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1. Incidental painYaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2. Steady painYaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
3. Paroxymal painYaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali.Nyeri tersebut menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1 Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang
singkat dan berakhir dalam enam bulan, sumberdan daerah nyeri diketahui dengan
jelas.Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,seperti luka operasi, atau pun
pada suatu penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2 Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun
-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeritimbul dengan periode yang diselingi
interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola
nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terusmenerus terasa makin
lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah diberika pengobatan,
misalnya nyeri karena neoplasma
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1. Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias menjalankan aktivit
asnyaseperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2
2) Nyeri Sedang
Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah dapatmelakuk
anaktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat dikendalikan oleh orang
yangmengalaminya. Penggunaan obat analgesic dapat membantu pada nyeri ini
4. ETIOLOGI
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh
Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem
Pemekaan pada reseptor nyeri bradikinin merangsang reseptor nyeri.
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri.
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar
Kerusakan jaringan merangsangthermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor
Karenatertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot
Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia jaringan
5. PATOFISIOLOGI
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yangdimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
memiliki sedikitatau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya padavisera, persendian dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri
dapat memberikanrespons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut
dapat berupa zat kimiawiseperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam
yang dilepas apabila terdapatkerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupatermal, listrik atau mekanis.
3
mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalurnon-opiate. Jalur opiate ditandai
oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalurspinal desendens dari thalamus
yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal darisumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotoninmerupakan neurotransmitter
dalam impuls supresif. System supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalurdesendens yang tidak
memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahuimekanismenya.
(Barbara C Long. 1989)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah
di otak
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
keridakpercayaan,kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhniktekhnik berikut ini
Teknik latihan pengalihan :
a. Menonton televisi
b. Berbincang bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paruparu dengan
udara,menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki,
perut,dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi
hingga didapatrasa nyaman, tenang dan rileks.
4
Stimulasi kulit
a. Menggosok dengan halus pada daerah nyeri-
b. Menggosok punggung-
c. Menggompres dengan air hangat atau dingin-
d. Memijat dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini
membloktransmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikalterhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan
nyeri dengan efektif, perawatdan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya
analgesic dalam penanganan nyerikarena informasi obat yang tidak benar, karena
adanya kekhawatiran klien akan mengalamiketagihan obat, cemas akan
melakukan kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik,dan pemberian obat
yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a. Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b. Analgesik narkotik atau opiatec.
c. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
5
PATHWAY
Etiologi
Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, infeksi Kejang otot Perubahan dalam jaringan
Dingin yang misalnya oedem
berlebuhan Blok pada arteri
coronary Kerusakan sel Pemekaan pada reseptor
Kerusakan jaringan nyeri bradikinin
Pelepasan mediator
Merangsangthermo nyeri (Histamin,bradikinin,
Sensitivereseptor prostaglandin,serotonin,
Ion kalium,dll)
Merangsang nosiseptor
Madulla spinalis
Hipotalamus, thalamus
dan sistem limbik
Otak
(kortrks somasensorik
Persepsi nyeri
Nyeri
6
Nyeri pada ekstri Gangguan rasa nyaman
Nafsu makan menurun mitas
Intoleransi aktifitas
situasional
7
PATHWAY B1-B6
Faktor Predisposisi
1. Usia 6. Ansietas
2. Jenis kelamin 7. Gaya koping
3. Kebudayaan 8. Kelitihan
4. Perhatian 9. Pengalaman sebelumnya
5. Makna nyeri 10. Dukungan kelurga dan sosial
Trauma Kepala
Nyeri
8
B1 B3 B4 B5 B6
B2
Gangguan
Intoleransi
Menstimulasi mobilitas fisik
aktivutas nyeri
nyeri
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajiana
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas,
danwaktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.Hal ini
berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuanseseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
tahananterhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
9
dapatmenurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeriyang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.Contoh
sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan lain-lain.
Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta
utnuk menunjukkan semua daerah yangdirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri
dengan baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri
bersifat difusi (nyeri menyebar kesegala arah),meliputi beberapa tempat atau
melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.Karakteristik paling subjektif pada
nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeritersebut. Klien seringkali diminta
untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,sedang atau parah. Namun makna
istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dariwaktu ke waktu informasi jenis
ini juga sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.Perawat mengajukan
pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan nyeri.Kapan nyeri mulai
dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeriyang dirasakan
terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembalikambuh
Macam-macam skala nyeri
1) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit
ataunyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.
Skalanumerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog
Scale(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh
(10), suatu nyeri yang sangat hebat
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
3) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah
bahagiahingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri.
Skala ini dapatdipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi,gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa
aman dannyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasidan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,turgor
kulit, dan kebersihan diri.
Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1. Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatansirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2. Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara,sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3. Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
11
4. Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suaranapas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang.
3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri.
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri.
5. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas.
6. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh.
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik.
8. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas9.
9. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri.
3. Intervensi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah nyeriteratasi dengan kriteria hasil :
a. Adanya penurunan intensitas nyeri
b. Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c. tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri
No Intervensi Rasional
1 Kaji nyeri dan skala pasien Mengetahui daerah nyeri,kualitas,kapannyeri dir
asakan,faktor pencetus,beratringannya nyeri
yang dirasakan
2 Beri posisi nyaman pada pas Meningkatkan relaksasi pada pasien
ien
3 Ajarkan tekhnik relaksasi ke Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
pada pasien
4 Kolaborasi dengan dokter p Mengurangi rasa nyeri pasien
emberianobat analgetik
5 Observasi TTV Mengetahui keadaan umum pasien
No Intervensi Rasional
1 Monitor keterbatasan aktivitas dankelema Merencanakan intervensi dengan
han saat aktivitas tepat
2 Bantu pasien dalam melakukan aktivitasse Pasien dapat memilih dan
ndiri. merencanakannyasendiri
12
3 Catat tanda vital sebelum dan sesudahakti Mengkaji sejauh mana
vitas.Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama
perbedaan peningkatan selama aktivitas aktivitas
4 Kolaborasi dengan dokter danfisioterapi Meningkatkan kerjasama tim dan
dalam latihan aktivitas.Meningkatkan perawatanholistik
kerjasama tim dan perawatanholistik
3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
tidurtercukupi dengan KH sebagai berikut :
a. Kebutuhan tidur tercukupi
b. Pasien tampak segar
c. Tidak sering terbangun pada saat tidur
No Intervensi Rasional
1 Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur pa
sien
2 Ciptakan lingkungan nyaman dantena Dengan lingkungan yang nyaman
ng akanmeningkatkan kualitas dan
kuantitas tidur pasien
3 Batasi pengunjung Agar pasien tidur lebih nyaman danny
enyak
4 Monitor kebutuhan tidur pasien setiap Mengetahui perkembangan pola tidur
hari dan jam pasien
5 Kolaborasikan dengan dokter pemberi Agar pasien dapat tidur dengan
an obat tidur nyenyak
DAFTAR PUSTAKA
13