Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

POLA TIDUR DI RUANG MAWAR


RSUD WONOSARI
Minggu 2

Disusun Oleh:

SINTIA.I.MADINA
193203099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN POLA


TIDUR DI RUANG MAWAR RSUD WONOSARI

Minggu 2

Telah Disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Untoro Dwi Raharjo, S.Kep, Ns) (Vetra Ayu Agstiani, Amd, Kep) (Sintia.I.Madina)
GANGGUAN POLA TIDUR

A. Definisi
Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang
tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Morhead, Johnson &
Mass, 2009).
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang
masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan
rangsang lainnya (Guyton & Hall, 2009).
Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses
penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi,
meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan
penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang
sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat.
Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Suyono,
2008).

B. Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas
yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular,
respirasi muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk aktifitas listrik otak
electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan electroculogram
(EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat
otak untuk tidur dan bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian
batang otak atas mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan
kesadaran RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba.
Juga menerima stimulus dari korteks serebri yaitu emosi, proses, pikir (Potter
& Perry, 2009).

C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur menurut
(Tarwoto & Wartorah, 2009) :
a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur.
b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat
tidurnya.
c. Motivasi : Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan ngantuk.
d. Kelelahan : Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari
tahap REM ( Rapid Eye Movement )
e. Kecemasan : Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga
mengganggu tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat – obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan
tidur antara lain : Diuretik : menyebabkan insomnia, Anti depresan :
supresi REM, Kafein : meningkatkan saraf simpatis, Beta Bloker :
menimbulkan insomnia dan Narkotika : mensupresi REM
D. Klasifikasi
1. Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat

Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini


gelombang otak lebih lambat dibandingkan orang sadar atau tidak tidur.
Hal ini ditandai dengan mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan
darah turun, kecepatan nafas turun, metabolisme menurun, dan gerak
bola mata lambat ( Potter & Perry, 2009)

Tahap – tahap tidur NREM


a. Tahap I
Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengan ciri
rileks, masih sadar dengan lingkungan, rasa mengantuk, bola mata
bergerak ke kanan dan ke kiri, frekuensi nadi dan nafas sedikit
menurun, dapat bangun dengan segera. Tahap ini berlangsung
sekitar lima menit.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Tahap ini ditandai dengan mata menetap, denyut jantung dan
frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme
menurun. Tahap ini berlangsung pendek dekitar 5 – 10 menit.
c. Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut nadi,
frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya disebabkan oleh dominasi
sistem saraf parasimpatis dan sulit bangun.
d. Tahap IV
Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan
pernafasan, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak otot mata
cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot turun (Potter &
Perry, 2009)
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)
Berlangsung pada tidur malam selama ±5 – 20 menit. Periode
pertama terjadi selama 80 – 100 menit namun jika kondisiorang
tersebut sangat lelah maka awal tidur sangat cepat.

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 2009)

E. Manifestasi Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja,
mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka (Potter & Perry, 2009)
F. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal
ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia
yang memperpendek angka harapan hidup (Potter & Perry, 2009)
G. Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur
Menurut (Potter & Perry, 2009) Ada beberapa gangguan atau masalah dalam
kebutuhan tidur yaitu :
a. Insomnia
Ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas
maupun kuantitas. Proses gangguan tidur ini kemungkinan disebabkan
adanya rasa khawatir atau tekanan jiwa.
b. Hipersomnia
Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan.
c. Parasomnia
Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti
somnambulis (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-
anak.
d. Enuresis
Gangguan tidur yang disebabkan oleh enuresis (mengompol),
umumnya terjadi pada anak-anak.
e. Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur yang disertai dengan apnea dapat menjadi masalah dalam
tidur karena jika terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan
bahkan bisa menyebabkan henti napas, maka dapat menyebabkan kadar
oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
f. Narcolepsi
Keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan (mengantuk berat). Ini
merupakan suatu gangguan neurologis.
H. Patofisiologi
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla
spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan
masuk ke medula oblongata kemudian diteruskan ke hipotalamus yang
menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan sampai masuk ke korteks
serebri, sehingga ditafsirkan / disampaikan kembali ke formasi retikularis
dilanjutkan ke medulla spinalis dan dipersepsikan untuk tidur (Amin Huda,
2015)

Reseptor menerima
impuls

Medulla spinalis

Formasi retikulasi

Pons

Medulla oblongata

hipotalamus

Fungsi panca indera


Korteks serebri

Tidur

I. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata
sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan
lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil
c. Kaji kelelahan fisik, fatique, letargi (Suyono, 2008)
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Electroencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, Electromiogram
(EMG) untuk pengukuran tonus otot, dan electroculogram (EOG) untuk
mengukur pergerakan mata.
2. Saturasi O2 dan ECG untuk mengatahu adanya sleep apnea (Suyono,2008)
K. Penatalaksanaan Umum
Menurut (Suyono, 2008) Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap
yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan.
Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
- Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa
pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
- Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur


Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya
- Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh
tenaga ahli atau dokter psikiatri
- Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan
gangguan tidur antara lain :
1. Golongan obat hipnotik
2. Golongan obat antidepresan
3. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4. Golongan obat antihistamin.
L. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup tidur 4 jam, tapi tidak dengan yang
lain.

Tabel pola tidur normal berdasarkan tingkat usia


Menurut (Tarwoto & Wartorah, 2009)
Tingkat
USIA Perkembanga Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal
n

50% REM dan 1


0–1
Masa Neonatus 14-18 jam/hari siklus tidur rata-rata
bulan
45-60 menit

20-30% REM dan


11 – 18
Masa Bayi 12-14 jam/hari tidur sepanjang
bulan
malam

25% REM dan tidur


18 bulan –
Masa Anak 11-12 jam/hari sepanjnag malam +
3 tahun
tidur siang

Masa
3-6 tahun 11 jam/hari 20% REM
Prasekolah

6-12
Masa Sekolah 10 jam/hari 18,5% REM
tahun

12-18
Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
tahun

18-40 Masa Dewasa


7-8 jam/hari 20-25% REM
tahun Muda

40-60 Masa Paruh 20% REM dan sering


7 jam/hari
tahun Baya sulit tidur

60 tahun Masa Dewasa 20-25% REM dan


6 jam/hari
keatas Tua sering sulit tidur

M. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur
2. Ketidaknyamanan
3. Anxietas
4. Intoleransi aktivitas
N. Asuhan Keperawatan
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
Definisi : terganggunya lama keperawatan selama 2x24 jam, 1. Pantau
waktu tidur dan kualitas tidur diharapkan klien dapat pola tidur
karena factor eksternal menunjukkan pola tidur yang 2. Monitor
Batasan karakteristik: adekuat dengan kriteria hasil : TTV
1. Kesulitan untuk fungsi 1. 3. Kaji fakor
aktivitas Jumlah jam tidur dalam batas penyebab gangguan tidur
2. Kesulitan untuk tidur normal 6-8 jam/hari 4. Ciptakan
3. Merasa tidak bisa beristirahat 2. lingkungan yang nyaman
4. Tidak sengaja bangun Pola tidur, kualitas dalam batas 5. Monitor
Faktor yang berhubungan : normal waktu makan dan minum
1. Penyebab kekacauan oleh 3. dengan waktu tidur
teman sekitar Perasaan segar sesudah tidur 6. Monitor
2. Pertahanan lingkungan (e. g atau istirahat kebutuhan tidur klien
ambein, sinar 4.
lampu/kegelapan, Mampu mengidentifikasi hal-
temperature, lingkungan hal yang meningkatkan
yang tidak familiar) tidur
3. Imobilisasi
4. Privasi tidak tercukupi
5. Tidak sembuhnya pola tidur
(karena tenaga kesehatan,
tindakan medis, dan sleep
partner)
2 Ketidaknyamanan Confort Status Relaxation Therapy
Definisi : merasa tidak tenang, 1. Kesehatan fisik 1. Jelaskan terapi relaksasi
lega, dan kelebihan fisik, 2. Control tanda gejala yang sesuai dan
psikospiritual, lingkungan, 3. Kesehatan psikologis manfaatnya, kekurangan
kultur, and dimensi social 4. Dukungan social dari serta macam relaksasi
Batasan karakteristik : keluarga yang tersedia (seperti
1. Perubahan dalam pola tidur 5. Kemampuan spiritual music, meditasi, dan
2. Cemas nafas dalam, dll)
3. Menangis 2. Tentukan relaksasi apa
4. Tidak puas dalam situasi yang bermanfaat
5. Gejala disstres sebelumnya
6. Merasa panas 3. Serankan asumsi
7. Merasa dingin individu mengenai posisi
8. Merasa tidak nyaman yang nyaman
9. Merasa lapar 4. Antisipasi kebutuhan
10. Ketidakmampuan dalam untuk relaksasi
beristirahat 5. Kembangkan tipe teknik
11. Gatal relaksasi pada individu,
Faktor yang berhubungan jika perlu
1. Gejala akibat penyakit
2. Ketidakcukupan dalam
control lingkungan
3. Ketidakcukupan privacy
4. Ketidakcukupan sumber
(keuangan, social,
pengetahuabn)
5. Ketidakcukupan
mengontrol situasi
6. Regimen pengobatan
3 Anxietas Anxiety control Anxiety Reduction
Definisi : Perasaan gelisah yang Kriteria Hasil : 1. Gunakan pendekatan
tak jelas dari ketidaknyamanan 1. Klien mampu yang menenangkan
atau ketakutan yang disertai mengidentifikasi dan 2. Nyatakan dengan jelas
respon autonom (sumner tidak mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
spesifik atau tidak diketahui cemas pasien
oleh individu); perasaan 2. Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua prosedur
keprihatinan disebabkan dari mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
antisipasi terhadap bahaya. menunjukkan tehnik untuk selama prosedur
Sinyal 3. mengontol cemas 4. Pahami prespektif pasien
ini merupakan peringatan 4. Vital sign dalam batas terhdap situasi stress
adanya ancaman yang normal 5. Temani pasien untuk
akan datang dan 5. Postur tubuh, ekspresi memberikan keamanan
memungkinkan individu untuk wajah, bahasa tubuh dan dan mengurangi takut
mengambil langkah untuk tingkat aktivitas 6. Berikan informasi faktual
menyetujui terhadap tindakan menunjukkan berkurangnya mengenai diagnosis,
Ditandai dengan kecemasan tindakan prognosis
1. Gelisah 7. Dorong keluarga untuk
2. Insomnia menemani anak
3. Resah 8. Lakukan back / neck rub
4. Ketakutan 9. Dengarkan dengan penuh
5. Sedih perhatian
6. Fokus pada diri 10. Identifikasi tingkat
7. Kekhawatiran kecemasan
8. Cemas 11.Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
13. ketakutan, persepsi
14. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
15. Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4 Intoleransi aktivitas Self Care : ADLs Energy Management
Definisi : Ketidakcukupan Kriteria Hasil : 1. Observasi adanya
energu secara fisiologis 1. Berpartisipasi dalam pembatasan klien dalam
maupun psikologis untuk aktivitas fisik tanpa melakukan aktivitas
meneruskan atau disertai peningkatan 2. Dorong anak untuk
menyelesaikan aktifitas yang tekanan darah, nadi dan RR mengungkapkan perasaan
diminta atau aktifitas sehari 2. Mampu melakukan terhadap keterbatasan
hari. aktivitas sehari hari (ADLs) 3. Kaji adanya factor yang
Batasan karakteristik : secara mandiri menyebabkan kelelahan
1. melaporkan secara verbal 4. Monitor nutrisi dan
adanya kelelahan atau sumber energi tangadekuat
kelemahan. 5. Monitor pasien akan
2. Respon abnormal dari adanya kelelahan fisik dan
tekanan darah atau nadi emosi secara berlebihan
terhadap aktifitas 6. Monitor respon
3. Perubahan EKG yang kardivaskuler terhadap
menunjukkan aritmia atau aktivitas
iskemia 7. Monitor pola tidur dan
4. Adanya dyspneu atau lamanya tidur/istirahat
ketidaknyamanan saat pasie
beraktivitas.
Faktor factor yang
berhubungan
1. Tirah Baring atau imobilisasi
2. Kelemahan menyeluruh
3. Ketidakseimbangan antara
suplei oksigendengan
kebutuhan
4. Gaya hidup yang
dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2006. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3.
Jogjakarta: Mediaction.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika
Suyono, S. 2008. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Tarwoto, dan Wartorah. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Indika.

Anda mungkin juga menyukai