Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISTIRAHAT DAN TIDUR

ANAS RIZAL

2109149011279

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2021
A. PENGERTIAN
1. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri,
diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun
yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .Tidur merupakan fungsi protektif
yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan
jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun
juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;
c.  Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e.  memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.
[ CITATION Pat061 \l 1057 ]
2. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang
terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang cukup,
mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu
untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang
berikutnya [ CITATION Pat061 \l 1057 ]. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di
mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan
dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. tidur
diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai
berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan
tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;


b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;
d. Relaksasi otot-otot rangka;
e.  Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

B. FISIOLOGIS TIDUR
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi
aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf
peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian
diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti
elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang
mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol
dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang
mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur
dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan
tertidur.

System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercaya
terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. SAR menerima
stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses
emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron
dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan
dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system tidur raphe pada pons dan otak
depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar
synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup
mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil
alih, yang menyebabkan tidur.
[ CITATION Pat061 \l 1057 ]
C. SIKLUS TIDUR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur,
selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur.
Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki
kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam
beberapa tahap antara lain :
1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM)
a. Tahap 1 tidur NREM
1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap
tanda-tanda vital dan metabolisme
4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

b. Tahap II NREM
1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
2) Tahap berakhir beberapa menit
3) Untuk terbangun masih relative mudah
4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
c. Tahap III NREM
1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
4) Tanda-tanda vital  menurun tetapi tetap teratur
5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
d. Tahap IV NREM
1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi malam
yang seimbang pada tahap ini
4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
2. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang
kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T
b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi
jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
[ CITATION Hid081 \l 1057 ]
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT TIDUR
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut
(Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan
tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirabat
dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres
Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak
Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat
di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak
teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak
itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi
sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak
mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan
tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan
menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula
yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan
menurunkan tidur REM
[ CITATION Asm08 \l 1057 ]

E. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT USIA.

Tingkat Perkembangan/
Pola Tidur Normal
Usia

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh


sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Bayi
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar

Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode


Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

Usia sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
tidur relatif konstan.

Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin


Dewasa pertengahan
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV


nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari.

[ CITATION Pat061 \l 1057 ]


F. GANGGUAN TIDUR
1. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur
b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau
keadaan sering terjaga tidur.
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia


diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia
melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien
relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada
waktu kesadaran penuh
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk
tidur
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan
orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko
terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme
yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta
dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-
anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum
jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan
pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak
sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk
yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur
(kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi
diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM
tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya
apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-
alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang. Obat-obat agripnotik dapat
digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang
tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak,
pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan
mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut
menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati
udara pernapasan.
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa
bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah
peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan
tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji
mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien
mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang
dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat
bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,
perhatian tidak fokus, sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi,
night terrors, mendengkur, dll
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata,
bicara lambat, sikap loyo
e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,
deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
[ CITATION Mar02 \l 1057 ]
2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,
dimensia, nyeri saat tidur
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
d. Kesiapan meningkatkan tidur
[ CITATION NAN132 \l 1057 ]
3. Intervensi dan rasional
a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas,
konsumsi obat-obatan dan stimulan
1) Tujuan
Setelah dilakukan ti dakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100
x/ menit irama reguler, wajah tidak pucat
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab insomnia
R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan,
cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur
R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian yang
penting untuk memperoleh ketenangan
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,
dimensia, nyeri saat tidur
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur
dapat teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur
R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena kondisi lingkungan, kecemasan, pengalaman mimpi buruk
b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat
menenangkan pikiran
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola tidur
teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
3) Intervensi dan Rasional
a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur
R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
lingkungan, cemas atau obat-obatan
b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan
pendidikan kesehatan mengenai manfaat tidur
R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat
menenangkan pikiran

d. Kesiapan meningkatkan tidur


1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat dipertahankan
secara adekuat
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari
3) Intervensi dan rasional
a) Kaji pola tidur pasien
R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui kualitas
tidur pasien
b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang adekuat
R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur

[ CITATION Mar02 \l 1057 ]

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Aziz, H. A. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai