Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
Ar Raafi’u majid (2002046)
Devi Anggraini (2002051)
Fitri Retnaningsih (2002056)
Leny Astri Yuliana (2002061)
Muhammad Lanang (2002066)
Ratna Dwi Harjani (2002071)
Sabrina Khoirunisa (2002076)
Yashifa W.R (2002081)
Reza Wahyu Ramadhan (2002087)
DIII KEPERAWATAN 1B
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
KLATEN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Penggolongan Obat Berdasarkan
Khasiat dan Penggunaan; Antifibliran, Antihemoragik, Antikoagulan, Vasodilator dengan
baik dan tepat waktu. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Farmakologi di Stikes Muhammadiyah Klaten. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari
peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kiranya amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada saya
dari beliau atau dosen pembimbing yang sudah saya dapat maupun belum saya dapat, semoga
beliau mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan
penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit, menyembuhkan atau
memelihara kesehatan. Oleh karena itu, pada saat sebelum penggunaan obat harus diketahui
sifat dan cara pemakaian agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tentang obat,
utamanya obat bebas dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut.
Apabila pasien kurang memahami isi informasi dalam etiket atau brosur obat, dianjurkan
untuk menanyakan pada tenaga kesehatan (Depkes, 2007).
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri sering disebut dengan istilah
swamedikasi. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan yang
muncul pada penyakit ringan yang banyak dialami oleh masyarakat, seperti demam, pusing,
batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan penyakit lain-lain. Pada
pelaksanaan swamedikasi justru dapat menimbulkan sumber terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) karena adanya keterbatasan pengetahuan oleh masyarakat akan obat dan
penggunannya (Depkes, 2006).
Persepsi seseorang tentang sakit sangat menentukan kapan dan bagaimana seseorang
tersebut mengambil tindakan pengobatan sendiri. Tersedianya akan obat yang dijual bebas
dapat memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan dan mengkonsumsi obat tersebut
dengan mudah. Ketersediaan informasi mengenai obat dapat menentukan pemilihan dan
penggunaan obat tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat penggunaan obat terdiri dari 6 hal, yaitu: tingkat pendidikan, pengalaman,
bertambahnya umur, keyakinan, informasi, dan juga penghasilan. Tingkat pengetahuan itu
sangat berkaitan sekali dengan penggunaan obat dan itu sangat mempengaruhi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengemukakan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana khasiat dan penggunaan dari obat antifibliran?
2. Bagaimana khasiat dan penggunaan dari obat antihemoragik?
3. Bagaimana khasiat dan penggunaan dari obat antikoagulan?
4. Bagaimana khasiat dan penggunaan dari obat vasodilator?
4
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis mengemukakan tujuan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji khasiat dan penggunaan dari obat antifibliran
2. Untuk mengkaji khasiat dan penggunaan dari obat antihemoragik
3. Untuk mengkaji khasiat dan penggunaan dari obat antikoagulan
4. Untuk mengkaji khasiat dan penggunaan dari obat vasodilator
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antifibliran
Obat Antifibrilan atau antiaritma adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan
adanya gangguan pada ritme jantung serta frekuensinya. Dalam keadaan normal gerak
jantung mempunyai ritme dan frekuensi yang teratur. Denyut jantung normal adalah 72
denyutan per menit, bila denyut jantung lebih dari 72 denyutan per menit disebut takhikardia
dan bila denyut jantung kurang dari 72 denyutan per menit disebut bradikardia.
Contoh obat antifibrilan adalah : Quinidin Sulfas, Propanololi Hydrochloridum, softin (juga
tergolong sebagai kalsium antagonis), Diltiazem (tergolong juga sebagai kalsium antagonis).
Obat golongan ini lebih lanjut kita sebut saja sebagai obat kembung. Obat kembung yang
beredar di Indonesia adalah :
1. Cisapride.
Cisapride adalah obat yang meningkatkan pergerakan atau kontraksi dari lambung dan
usus. Obat ini digunakan untuk mengobati gejala seperti kembung yang disebabkan
kembalinya asam lambung ke esophagus.
3. Clebopride
Diindikasikan untuk mual & muntah yang disebabkan berbagai hal baik obat maupun
penyakit.
4. Metoclopramide
6
5. Domperidone
6. Hyoscine
Merupakan alkaloid yang bersifat antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi
saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat kelamin wanita.
Sediaannya biasanya dikombinasi dengan metampiron atau paracetamol.
7. Mesalazine
Mesalazine termasuk golongan obat aminosalisilat. Oabt ini digunakan untuk mengurangi
pembengkakan pada radang usus besar. Akibat radang usus besar terjadinya pembengkakan
dan pendarahan apda usu besar yang menyebabkan gejala sakit pada abdominal dan diare
bercampur darah, nanah dan lendir. Mesalazine bekerja dengan mengurangi pembengkakan
pada usus, sehingga mengurangi gejala yang disebabkan penyakit.
Untuk pemilihan golongan obat pencernaan ini yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
7
B. Antihemoragik
a. Sistemik
Ada beberapa kelas obat antihemoragik yang digunakan dalam pengobatan. Ini termasuk
antifibrinolitik, darah faktor koagulasi, fibrinogen, dan vitamin K
b. Lokal
- Kolagen mikrofibrillar
Microfibrillar collagen hemostat (MCH) adalah agen topikal yang terdiri dari kolagen
mikrofibrillar resorbable. Ini menarik trombosit dan memungkinkan pembentukan
bekuan darah saat bersentuhan dengan darah. Tidak seperti penjepit hemostatik, tidak
ada tindakan mekanis yang terlibat. Dokter bedah menekan KIA ke tempat yang
berdarah, dan kolagen menarik dan membantu proses pembekuan untuk
menghentikan pendarahan.
Aplikasi praktis untuk KIA berbeda dengan penjepit hemostatic.
- Kitosan
Hemostat kitosan adalah agen topikal yang terdiri dari kitosan dan garamnya. Ikatan
kitosan dengan trombosit dan sel darah merah membentuk gumpalan seperti gel yang
menutup pembuluh darah. Tidak seperti teknologi hemostat lainnya, aksinya tidak
memerlukan jalur hemostatik normal dan oleh karena itu terus berfungsi bahkan
ketika antikoagulan seperti heparin ada.
8
Kitosan digunakan di beberapa hemostat darurat yang dirancang untuk menghentikan
perdarahan traumatis yang mengancam jiwa. Penggunaannya sudah mapan di banyak
unit militer dan trauma.
- Aktivasi kontak
Kaolin (dan zeolit di dalamnya) mengaktifkan kaskade koagulasi, dan telah digunakan
sebagai komponen aktif pembalut hemostatik (misalnya, di QuikClot ).
- Styptics
Sebuah styptic (juga dieja stiptic) adalah jenis tertentu dari agen antihemorrhagic
yang bekerja dengan kontrak jaringan untuk menutup luka pembuluh darah . Pensil
styptic mengandung astringen .
Sistem pengiriman yang umum untuk ini adalah pensil styptic atau hemostatic (jangan
disamakan dengan pensil kaustik). Ini adalah tongkat pendek dari obat . Aluminium
sulfat anhidrat adalah bahan utama dan bertindak sebagai vasokonstriktor untuk
menonaktifkan aliran darah. Tongkat dioleskan langsung ke tempat berdarah.
Kekuatan ionik yang tinggi meningkatkan flokulasi darah, dan bahan kimia astringen
menyebabkan vasokonstriksi lokal. Sebelum pisau cukur keselamatan ditemukan, ini
adalah bagian standar dari alat cukur dan digunakan untuk menutup potongan cukur.
Beberapa orang terus menggunakan pensil styptic untuk mengatasi luka ringan pada
kulit karena alat cukur atau pisau cukur.
Serbuk styptic digunakan dalam perdagangan hewan untuk menghentikan pendarahan
dari kuku yang terpotong terlalu rapat. Bedak ini umumnya digunakan pada hewan,
seperti kucing, anjing, dan kelinci yang uratnya terdapat di tengah kuku.
9
C. Antikoagulan
NOAC adalah kelas baru obat antikoagulan yang dapat membantu menghambat
pembentukan bekuan darah. NOAC yang paling sering diresepkan adalah dabigatran,
rivaroksaban, dan apiksaban:
- Inhibitor thrombin langsung. Anggota dari kelas saat ini termasuk obat bivalen hirudin,
lepirudin, dan bivalirudin; dan obat monovalen argatroban dan dabigatran. Sebuah
inhibitor trombin langsung oral, ximelagatran (Exanta) ditolak persetujuan oleh Food and
Drug Administration (FDA) pada bulan September 2004 dan ditarik dari pasar seluruhnya
pada bulan Februari 2006 setelah laporan kerusakan hati dan serangan jantung yang
10
parah. Pada bulan November 2010, dabigatran telah disetujui oleh FDA untuk mengobati
fibrilasi atrium.
- Inhibitor faktor Xa langsung. Obat-obatan seperti rivaroksaban, apiksaban dan edoksaban
bekerja dengan menghambat faktor Xa langsung (seperti heparin dan fondaparinuks, yang
bekerja melalui aktivasi antitrombin). Juga betriksaban dari Portola Pharmaceuticals,
dareksaban (YM150) dari Astellas, dan baru-baru letaksaban (TAK-442) dari Takeda dan
eribaksaban (PD0348292) dari Pfizer. Pengembangan dareksaban dihentikan pada bulan
September 2011: pada percobaan untuk pencegahan kekambuhan infark miokard di atas
terapi antiplatelet ganda, obat tidak menunjukkan efektivitas dan risiko perdarahan
meningkat sekitar 300%. Pengembangan letaksaban dihentikan untuk sindrom koroner
akut pada Mei 2011 setelah hasil negatif dari studi Tahap II.
Antikoagulan oral ini berasal dari koumarin, yang ditemukan dalam banyak tanaman.
Anggota terkemuka dari kelas ini adalah warfarin (Coumadin). Dibutuhkan setidaknya 48
sampai 72 jam untuk berefek sebagai antikoagulan. Jika diingingkan efek langsung, maka
heparin harus diberikan secara bersamaan. Antikoagulan ini digunakan untuk mengobati
pasien dengan trombosis vena dalam (deep-vein thrombosis, DVT), emboli paru (pulmonary
embolism, PE) dan untuk mencegah emboli pada pasien dengan fibrilasi atrium (A.fib), dan
mekanik katup jantung prostetik. Contoh lain adalah acenocoumarol, phenprocoumon,
atromentin, dan phenindione.
Heparin adalah zat biologis, biasanya terbuat dari usus babi. Obat bekerja dengan
mengaktifkan antitrombin III, yang mengeblok trombin dari pembekuan darah. Heparin dapat
digunakan in vivo (dengan injeksi), dan juga in vitro untuk mencegah pembekuan darah atau
plasma dalam atau pada peralatan medis. Dalam venipuncture, Vacutainer darah merek
tabung pengumpul yang berisi heparin biasanya memiliki tutup hijau.
Heparin bobot molekul rendah adalah produk yang diproses lebih lanjut, berguna karena
tidak memerlukan pemantauan parameter koagulasi APTT (memiliki tingkat plasma lebih
dapat diprediksi) dan memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Protein antitrombin sendiri digunakan sebagai protein terapetik yang dapat dimurnikan
dari plasma manusia atau diproduksi secara rekombinasi (misalnya Atryn, yang diproduksi di
11
susu pada kambing rekayasa genetika). Antitrombin disetujui oleh FDA sebagai antikoagulan
untuk mencegah penggumpalan sebelum, selama, atau setelah operasi atau melahirkan pada
pasien dengan defisiensi antitrombin turun-temurun
12
D. Vasodilator
13
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/39990/2/BAB%201.pdf
https://www.scribd.com/document/420292201/Anti-Flat-Ulen
https://id.wikipedia.org/wiki/Antikoagulan
https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Antihemorrhagic&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
14