Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

PASANGAN USIA SUBUR

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
   

LINCAH NURJANNAH (012121025)


LA ODE JAMALUDIN (012121020)
MIRA NOFIYANTI (012121004)
NI PUTU DIAH TANTRIYANI (012121012)
PUTI ANDINI (012121010)
WIJI HANDAYANI (012121030)
 

Definisi
• Pasangan Usia Subur adalah Pasangan suami istri
yang saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal
resmi ataupun tidak, dimana usia istri antara 20
tahun sampai 45 tahun. Pasangan usia subur
batasan usia yang digunakan disini adalah 20-45
tahun. Pasangan Usia Subur berkisar antara usia
20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan
perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi
dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia
subur yang berstatus janda atau cerai. Dalam
menjalani kehidupan berkeluarga, Pasangan Usia
Subur sangat mudah dalam memperoleh keturunan,
dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut
normal. Hal ini lah yang menjadi masalah bagi
Pasangan Usia Subur yaitu perlunya pengaturan
tingkat kelahiran, perawatan kehamilan dan
persalinan aman (Kadarisman, 2015)
 

Cakupan Pasangan Usia Subur

Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri


yang usia istrinya antara 15 – 49 tahun yang
kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami
Pasangan Usia Subur

• Kontrasepsi
• Infertilitas
• Kista
• Personal hygiene
• Pengetahuan PUS tentang KB
• Siklus haid
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Ber-KB Pada PUS
A. Faktor Predisposisi
1. umur
2. pengetahuan
3. Riwayat penyakit tertentu
4. jumlah anak hidup

B. Faktor Pemungkin
1. Akses Pelayanan Alat Kontrasepsi
2. Pendapatan Keluarga
3. Biaya

C. Faktor Pendorong
4. Dukungan dari Pasangan
5. Informasi Dari Tenaga Kesehatan
Promosi Kesehatan Yang Diberikan Pada Pasangan Usia Subur

1. Vasektomi

Merupakan kontap atau metode operasi pria


(MOP) dengan jalan memotong vas deferen
sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa
dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi
tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar
12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri
spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan
penggunaan kondom selama 12 kali sehingga
bebas untuk melakukan hubungan seks.
2. Tubektomi
Ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii wanita. Keuntungan tubektomi adalah :
a. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja
b. Efektivitas hampir 100%
c. Tidak mempengaruhi libido seksualis
d. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada.

Pelaksanaan tubektomi dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan


dilakukan 48 jam setelah melahirkan karena belum dipersulit dengan edema tuba,
infeksi, dan alat-alat genital belum menciut. Tubektomi dan vasektomi dilakukan
pada pasangan yang tidak menginginkan anak lagi yang sering disebut kontap
(kontrasepsi mantap). Dalam pemilihan kontrasepsi ini, diperlukan pemikiran
yang matang
KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA PASANGAN USIA SUBUR
• PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
ESENSIAL
Program Keluarga Berencana
Akibat adanya PSBB di masa pandemi, angka
kelahiran di Indonesia mengalami kenaikan.
Setelah pandemi berakhir, pemerintah tetap
berupaya untuk mengencarkan program KB guna
menurunkan angka kelahiran sehingga
penduduk bisa tumbuh secara seimbang,
dengan target utama adalah partisipasi PUS
dalam ber-KB. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya pemenuhan alat dan obat
kontrasepsi pribadi pada PUS dalam pelayanan
keluarga berencana (Peraturan BKKBN No. 9
Tahun 2019)
• Kegiatan KIE di Puskesmas atau Rumah Sakit
Secara langsung seperti penyuluhan dan peragaan alat kontrasepsi
Tidak langsung seperti menempelkan poster pada dinding RS
• Konseling
Pemerintah membuka platform bagi PUS untuk dapat berkonsultasi
langsung (di puskesmas, atau RS) atau tidak langsung (secara online)
pada PUS yang ingin berkonsultasi terkait pemilihan alat kontrasepsi
dan membantu meilih keputusan yang terbaik bagi PUS dalam
merencanakan kehidupan berkeluarga
Peran Perawat Komunitas
A. Sebagai pendidik
B. Koordinator, collaborator, dan liaison (penghubung)
C. Deliverer dan supervisor perawatan dan ahli teknis
D. Sebagai advokat
E. Sebagai konsultan
F. Sebagai konselor
G. Case-finder dan epidemiologist
H. Spesialis lingkungan
I. Clarify dan interpret
J. Sebagai pengganti
K. Sebagai peneliti
L. Sebagai panutan
Asuhan Keperawatan Komunitas

•Analisa kasus
Di sebuah desa Sukamaju terdapat 50 KK dengan jumlah warga 200. Dimana terdapat 30 KK dengan pasangan usia subur. Dengan usia
diatas 50 tahun adalah 20 orang, usia 36-50 adalah 30 orang, usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun 45orang, usia 10-19 tahun 50 orang,
usia 1-9 15 orang, usia 0-1 10 orang. Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dengan rata-rata penghasilan setiap bulan adalah sekitar
kurang dari 500 ribu. Komunikasi antar warga berjalan dengan baik karean jarak rumah satu dengan yang lain juga dekat. Warga sukamaju
mayoritas beragam islam, pendidikan pasangan usia subur mayoritas SMP.
Fasilitas kesehan yang ada di Desa sukomaju adalah 1 bidan praktek swasta, 1 puskesmas, 1 praktek dokter umum. Kebiasaan warga
sukomaju bila sakit adalah mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas ditoko sealin itu masih banyak warga yang minum jamu buatan sendiri
karena mereka beranggapan ini terbebas dari bahan kimia dan lebih aman dan bila mereka sudah merasa sakitnya parah mereka baru pergi ke
puskesmas dan bidan. 30 KK dengan pasangan usia subur disini terdapat 10 KK yang mengerti penggunaan alat kontrasepsi dan alat kontrasepsi
yang mereka gunakan antara lain KB pil dan KB suntik. Untuk 20 KK yang tidak menggunakan alat kontrasepsi berdasarkan hasil pengkajian
kami menemukan banyak sekali alasan seperti mereka beranggapan banyak anank banyak rejeki, mereka beranggapan bahwa KB itu dilarang
oleh agama, ada juga yang mangatakan bahwa salah satu dari pasangan mereka mengalami infertile( mandul),mereka juga mengatakan tidak
adanya dana untuk melakukan kontrasepsi. Ada warga yang mengeluh mengalami nyeri saat menstruasi dan mengalami siklus yang tidak teratur.
1. Pengkajian
Umur pasangan usia subur : usia 35 tahun adalah 30 orang, usia 20 tahun 45orang, usia 10-19 tahun 50
orang
a. Sistem komunikasi : sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di dusun Sukamaju meningkatkan
pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi seperti alat kontrasepsi, penyakit yang berhubungan
dengan kehamilan misalnya televisi, radio, Koran.
Ekonomi : tingkat sosial ekonomi secara keseluruhan apakah sesuai dengan UMR ( Upah Minimum Regional ),
di bawah UMR atau dinas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk
konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut
b. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
• apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
• Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila
gangguan sudah terjadi.
c. Budaya
Budaya yang biasa dilakukan di warga sukamaju
d. Kepercayaan
Kepercayaaan atau mitos-mitos yang dilakukan warga bila sakit dalam memilih pelayanan kesehatan.
e. Status kesehatan
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik, antara lain angka mortalitas, angka
morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan imunisasi dan KB.
2. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS:.Warga beranggapan bahwa
Kurang Informasi Kurang pengetahuan akan alat
banyak anak banyak rejeki kontrasepssi
Adanya warga yang berpendapat
bahwa KB dilarang agama
DO: 20 KK pasangan usia subur
tidak menggunakan kontrasepsi
BPS di Sukamaju 1
Agama: islam 100%
 
 
Warga beranggapan bahwa banyak Kebudayaan dan kepercayaan yang di Kurangya minat dalam menggunakan
anak banyak rejeki anut kontrasepsi
Adanya warga yang berpendapat
bahwa KB dilarang agama
DO: 20 KK pasangan usia subur tidak
menggunakan kontrasepsi
BPS di Sukamaju 1
Agama: islam 100%
Pendidikan pasangan usia subur
mayoritas SMP.

DS: warga mengatakan sering Gangguan dalam mentruasi Resiko terjadinya kista
mengalami gangguan pada menstruasi
seperti nyeri perut, siklus yang tidak
teratur
DO: 10 warga mengalami nyeri perut
15 mengalami siklus tidak teratur
Bidan 1
Dokter 1
Puskesmas 1
 

3. Intervensi keperawatan

Diagnose 1 : kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi b.d kurangnya informasi

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang pengetahuan pasien tentang kontrasepsi 1. Data dasar dalam perencanaan
2. Berikan informasi kesehatan tentang kontrasepsi 2. Meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi
3. Mengadakan kerjasama lintas sektoral, misalnya 3. Mempermudah warga memperoleh informasi lebih
dengan puskesmas lanjut tentang kontrasepsi

• Diagnose 2 : kurangnya minat warga dalam menggunakan kontrasepsi b.d kebudayaan dan kepercayaan yang
dianut warga
Intervensi Rasional

1. Beri motivasi warga untuk menggunakan 1. Menambah minat warga dalam berKB
kontrasepsi 2. Meningkatkan kesadaran warga tentang
2. Jelaskan manfaat kontrasepsi pentingnya kontrasepsi
3. HE tentang macam-macam kontrasepsi 3. Menambah pengetahuan warga tentang kb
   
Diagnose 3 : resiko terjadinya kista b.d gangguan dalam menstruasi

Intervensi Rasional
1. Indentifikasi warga yang menderita kista 1. Mengetahui jumlah warga yang menderita
2. Anjurkan warga untuk melakukan kista
pemeriksaan dini 2. Mencegah komplikasi berlebih dan untuk
3. HE mengenai gejala awal kista mengetahui adanya kista dalam tubuh.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan 3. Menambah pengetahuan warga tentang
lain(dokter) kista
4. Mempercepat penyembuhan dan
pengobatan yang tepat
1. KESIMPULAN
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup
matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya.Masalah yang dialami pasangan usia subur antara lain pemilihan
kontrasepsi, penyakit kista, infertilitas dan lain-lain.
Asuhan keperawatan pada pasangan usia subur dengan infertilitas biasanya akan mempunyai masalah terkait dengan psikologi
yang berhubungan juga karena kurangnya factor pendukung di komunitas. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
pembentukan program – program untuk memadai masalah tersebut.

2. SARAN

1. Tenaga kesehatan: sebaiknya melakukan penyuluhan tentang infertilitas dan juga pendampingan emosional bagi
klien.
2. Masyarakat: diharapkan dapat memberikan dukungan psikologi bagi warganya.

3. Klien: diharapkan mampu untuk memanfaatkan layanan kesehatan guna mendapatkan informasi.

Anda mungkin juga menyukai