AUTISME
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
2022/2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah komunikasi dengan tema: “Komunikasi Pada Anak Autisme ”
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, atau bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A LATAR BELAKANG...............................................................................................4
B RUMUSAN MASALAH..........................................................................................5
C TUJUAN MAKALAH..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Kasus autisme akhir-akhir ini semakin sering dijumpai pada masyarakat
dimana angka kejadiannya semakin meningkat. Mengingat hal tersebut,
makalah ini dibuat dengan harapan dapat dijadikan pembelajaran mengenai
bagaimana cara berkomunikasi pada anak dengan gangguan autisme yang
benar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Pola Komunikasi Pada Pasien dengan Autisme
Menurut Tubbs dan Moss (2001:26) mengatakan bahwa: “Pola
komunikasi atau hubungan itu dapat diciptakan oleh komplementaris atau
simetri. Dalam hubungan komplementer, satu bentuk perilaku akan diikuti
oleh lawannya. Seperti, perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Sedangkan perilaku simetri
tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi
bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan kepatuhan”.
Adapun Pola komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu:
1) Pola komunikasi Primer, “Pola ini merupakan suatu proses
penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan suatu simbol sebagi media atau saluran. Dalam pola
ini terbagi menjadi dua lambang yaitu Lambang verbal. bahasa
paling banyak dan paling sering digunakan karena bahasa mampu
mengungkapkan pikiran komunikator. Lambang non-verbal yaitu
lambang yang digunakan dalam berkomunikasi yang bukan bahasa,
merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata, kepala,
bibir, tangan dan jari. Selain itu gambar juga sebagai lambang
komunikasi nonverbal, sehingga dengan memadukan keduannya
maka proses komunikasi dengan pola ini akan lebih efektif;
2) Pola komunikasi secara Sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat
atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan
sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi
ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk
memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus
memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan
digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil
pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan
mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media
surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan
komunikan surat kabar, radio, televisi atau film. Dengan demikian,
proses komunikasi secar sekunder itu menggunakan media massa
(massa media) dan media non massa (non-massa media). (Effendy,
2009:16);
3) Pola komunikasi Linier, mengandung makna lurus yang berarti
perjalanan dari satu titik ketitik lain secara lurus, yang berarti
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai
7
titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi
dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga ada
kalanya komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan
yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum
melaksanakan komunikasi;
4) Pola komunikasi sirkular, Sirkular secara harfiah berarti bulat atau
dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik,
yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai
penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi
yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya
umpan balik antara komunikator dan komunikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pola komunikasi dapat dilakukan dengan
melalui pengiriman pesan yang dilakukan terapis terhadap
anakanak autisme dalam memberikan terapi serta pengetahuan
secara langsung, baik dengan menggunakan bahasa lisan dan
isyarat supaya dalam penyampaian pesan kepada anak-anak
autisme diruangan dapat mengerti, sehingga pesan tersebut dapat
diterima dan proses komunikasi dapat berjalan dengan baik.
8
4. Menerapkan aturan yang disiplin
1. Meniru Anak
Meniru suara dan perilaku bermain anak akan mendorong lebih
banyak vokalisasi dan interaksi. Hal ini juga mendorong anak untuk
meniru orang lain secara bergiliran. Pastikan kita meniru cara anak
bermain, selama itu perilaku yang positif. Misalnya, saat anak
9
menggulingkan mainannya, kita pun ikut menggulingkan mainannya.
Jika anak menabrakan mobil mainannya, kita bisa ikut melakukan hal
yang sama.
2. Bahasa Visual
Bahasa visual dapat meningkat bahasa sosial dan keterampilan
komunikasi timbal balik. Bagi anak dengan autisme, bahasa visual
dapat digunakan untuk setiap kata, membuat rutinitas langkah demi
langkah, dan berkomunikasi dengan teman.
3. Gestur Tubuh
Saat kata-kata tidak keluar dengan mudah, maka gestur tubuh dapat
membantu berkomunikasi dengan anak autisme. Ini bisa menjadi cara
terbaik dengan mempelajari bahasa mereka dan mengikuti arahan
anak. Kita dapat menggunakan gerakan atau gestur untuk membalas
komunikasi.
Meskipun komunikasi nonverbal dapat membuat kita frustrasi, tetapi
penting untuk memfokuskan kembali pada cara membangun
komunikasi pada anak. Kemungkinan besar, gerak tubuh datang
secara alami pada anak.
1. Sikap Keterarahwajahan
Merupakan dasar utama untuk menangkap ungkapan orang lain,
sehingga anak dapat memahami percakapan orang di sekitarnya.
Metode yang dilakukan bisa dengan cara :
2. Sikap Keterarahsuaraan
Penyadaran terhadap adanya berbagai suara dan bunyi akan
memperkaya batin anak serta menghubungkannya dengan dunia di
luar dirinya.
Latihan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan dengan
cara bermain. Misalnya :
12
bentuk ungkapan yang mampu mewakili perasaan dan
menggambarkan suasana hati.
Misalnya dengan memilih ungkapan yang menyiratkan kesedihan dan
diikuti dengan mimik wajah yang mendukung untuk suatu peristiwa
yang membuat anak merasa sedih.
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik: "Assallamualaikum wr.wb"
→ Perkenalkan adek, nama kakak Ners Filliya, biasa di pangginers fili,
hari ini kakak yang bertugas merawat adek"
b. Evaluasi/Validasi:
"Siapa namanya adek? "Senang dipanggil apa dek? "Apa kabar adek B
hari ini?
"Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang permainan yang adek B
suka dan teman-temannya!
c. Kontrak tempat:
→Mau dimana kita bercakap-cakap Bagaimana kalau ruang tamu?
d. kontrak waktu
14
2. Fase kerja
"Bagus sekali. Setelah ibu mawar berkenalan dengan orang tersebut B bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan kakak
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebaginya."
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
"Bagaimana Perasaan B setelah kita latihan berkenalan 7"
"B tadi sudah mempraktekan cara berkenalan dengan baik sekali
selanjutnya B dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajar tadi selama
saya tidak ada, sehingga B lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
B mau praktekan kepasien lain?
b. RIL:
"Bagaimana kalau jadwal kegiatan B yaitu kegiatan berkenalannya ini
dengan orang yang lebih banyak lagi apa B mau?. Mau jam berapa B
latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang."
15
c. Kontrak yang akan datang
Tempat: "Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya. besok pagi
jam 10 saya akan datang kesini
Topik "nah besok saya akan mengajak B berkenalan dengan teman saya
perawat
bagaimana B mau kan ?" Baik lah Sampai jumpa besok pagi ya B.
waasallamualikum wr.wb."
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab autis bisa berasal dari faktor genetis, gangguan pada system syaraf, dan
bisa juga karena ketidakseimbangan kimiawi, atau penyebab lain, seperti infeksi
yang terjadi pada otak anak menjelang atau setelah kelahiran.
Anak autis akan menghadapi hambatan dalam kualitas interaksi dengan individu di
sekitarnya, seperti sering menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang bermain sendiri,
menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada kontak mata dengan orang lain
dan bag
17
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.iainkendari.ac.id/almunzir/article/download/779/709
https://tunas63.wordpress.com/2010/08/02/karakteristik-anak-autis/
https://m.fimela.com/parenting/read/3818576/mengapa-anak-autis-sulit-
berkomunikasi
https://www.halodoc.com/artikel/6-cara-membangun-komunikasi-
yangbaik-dengan-anak-autisme
https://id.theasianparent.com/menjalin-komunikasi-dengan-anak-autis
18