Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBIJAKAN KEPERAWATAN
“ PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan

Dosen Pengampu :

Bapak Dr. Bahrul Ilmi, S.Pd., M.Kes

Disusun oleh

Soffia Maghfiroh NIM P07120118114


D3 Keperawatan Tingkat II A Semester IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020

BANJARBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang di berikan dosen dengan judul “PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)”
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Kebijakan Kesehatan” guna untuk mengetahui dan lebih memahami
tentang “PHBS” yang telah di berikan oleh dosen.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih belum
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang masih berhubungan dengan
makalah ini sangat kami harapkan untuk menyempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, April 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang......................................................................1
B Rumusan Masalah.................................................................1
C Tujuan Penulisan...................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A Pengertian................................................................................3
B Tujuan......................................................................................3
C Strategi.....................................................................................4
D Tatanan....................................................................................5
E Pengelolaan............................................................................10
F Pengkajian..............................................................................10
G Perencanaan............................................................................13
H Penggerakan............................................................................14
I Pemantauan dan Penilaian.......................................................16
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan..............................................................................18
B Saran.........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara
berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang
disebabkan oleh kurangya air minum yang aman, sanitasi dan hygiene yang
buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai,
persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan hygiene
dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit-penyakit
lainnya sebanyak 26%.
Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah
mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3
pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat dampak
dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35% terhadap derajat
kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian PHBS ?
2. Apakah tujuan PHBS ?
3. Bagaimanakah strategi PHBS ?
4. Bagaimanakah pengelolaan PHBS ?
5. Bagaimanakah pengkajian PHBS ?

1
6. Bagaimanakah perencanaan PHBS ?
7. Bagaimanakah penggerakan PHBS ?
8. Bagaimanakah pemantauan dan penilaian PHBS ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian PHBS
2. Mengetahui dan memahami tujuan PHBS
3. Mengetahui dan memahami strategi PHBS
4. Mengetahui dan memahami cara pengelolaan PHBS
5. Mengetahui dan memahami cara pengkajian PHBS
6. Mengetahui dan memahami cara perencanaan PHBS
7. Mengetahui dan memahami cara penggerakan PHBS
8. Mengetahui dan memahami cara pemantauan dan penilaian PHBS

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu
strategi yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan Millenium 2015 melalui rumusan visi dan misi
Indonesia Sehat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
"Health is not everything, but without health everything is nothing".
Kesehatan memang bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya
menjadi tidak berarti. Setiap individu mempunyai hak untuk hidup sehat,
kondisi yang sehat hanya dapat dicapai dengan kemauan dan keinginan yang
tinggi untuk sehat serta merubah prilaku tidak sehat menjadi prilaku hidup
sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan prilaku yang
dipraktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk
meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat.

B. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya PHBS, antara lain :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat termasuk swasta
dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
2. Untuk melakukan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh

3
masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat
untuk hidup berdasarkan PHBS
3. Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat
agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang
optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga,
Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,
bermain, berinteraksi dan lain-lain. Untuk mewujudkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan diperlukan pengelolaan
manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian.

C. Strategi
a. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang di perkenalkan
(aspek practice).
b. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosialyang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang di perkenalkan. Tiga pendekatan dalam bina suasana:
1) Pendekatan individu
2) Pendekatan kelompok
3) Pendekatan masyarakat umum
c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat
formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan
menyandang dana pemerintah.
Adapun tahap-tahap advokasi, yaitu:

4
1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah
2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecah masalah.
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecah masalah
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

D Tatanan 
Tatanan adalah tempat di mana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain-lain.PHBS berada di lima tatanan yakni:
1. Tatanan rumah tangga
Membudayakan hidup sehat tidaklah sulit harus ada kesadaran, keinginan
dan kemauan untuk memulainya. Setiap keluarga dapat menerapkan prinsip
untuk hidup bersih serta menjadikan perilaku sehat menjadi kebiasaan setiap
anggota keluarga. Jika kebiasan yang baik telah ditanamkan sejak dini maka
tidaklah sulit melakukannya, karena sesuatu yang dilakukan sebagai kebiasaan
sangat mudah untuk dikerjakan. Tanamkan prinsip bahwa kesehatan merupakan
suatu "kebutuhan", sehingga kita akan termotivasi untuk mencapainya dan
melakukannya.
Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menurunkan resiko gangguan
pasca persalinan dan mencegah infeksi neonatus.
b. Memberi Asi esklusif
Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian balita, memberikan
Asi ekslusif tidak hanya memberikan manfaat bagi bayi namun bermanfaat
juga bagi ibu. Ibu yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena
kanker payudara dan kanker rahim.
c. Menimbang balita setiap bulan.
Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos yandu untuk
dilakukan penimbangan. Menimbang berat badan merupakan parameter untuk
menentukan status gizi balita, dengan melakukan penimbangan setiap bulan
dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan balita serta dapat diketahui
lebih awal jika terdapat indikasi kekurangan gizi.

5
d. Menggunakan air bersih
Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih.
Jika kondisi air yang digunakan tidak jernih, keruh atau berbau sebaiknya air
yang digunakan diolah terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan
menggunakan saringan sederhana.
e. Mencuci tangan dengan air dan sabun.
Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan dan ketika
akan mengerjakan suatu pekerjaan hal ini secara nyata telah mencegah
perpindahan kuman dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai
bakteri penyebab infeksi antara lain hepatitis B, HIV/AIDS.
f. Menggunakan jamban sehat.
Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang sangat
kompleks antara lain tipus, disentri, kolera, berbagai macam penyakit cacing,
schisosomiasis dan sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat
mengkontaminasi makanan, minuman, sumber air, tanah dan sebagainya.
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air
minimal seminggu sekali dan mengubur kaleng-kaleng bekas tindakan ini
merupakan cara memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Karena
nyamuk demam berdarah bertelur di tempat genangan/penampungan air jernih
bukan air got atau sejenisnya.
h. Makan buah dan sayur setiap hari.
Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah
didapatkan. Dengan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi
dapat terpenuhi.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik, gerak badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan
meningkatkan kekuatan otot dan menyehatkan badan.
j. Tidak merokok di dalam rumah.
Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang
disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah. 

2. Tatanan sekolah
Indikator PHBS di sekolah antara lain:
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.

6
Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke tangan. Pada
saat makan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa
menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus, cacingan, flu burung dll.
b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan tambahan
makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan
bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.
c. Menggunakan sampah pada tempatnya
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus, menjadi
sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara.Sampah menjadi
media perkembangan kuman-kuman penyakit yang dapat membahayakan
kesehatan. Dan sampah juga bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
d. Olah raga yang teratur dan terukur.
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot lebih
lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional, daya
tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari
penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi.
e. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk tidak
berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes
aeghypty yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini menggigit
pada siang hari dimana siswa sedang belajar.
Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat penampungan air
seminggu sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat
penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas yang dapat
menampung air hujan.
f. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain
terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, batuk
kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta
ketergantungan terhadap rokok.
Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000 bahan kimia dan 43 senyawa yang
terbukti menyebabkan kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan
CO.

7
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi.
Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
h. Menggunakan jamban.
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau. Supaya
tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar. Dan juga agar tidak
mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor
penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, cacingan dll.

3. Tatanan tempat kerja


Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat
kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di
tempat kerja :
a. Tidak merokok di tempat kerja
b. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
c. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan
dan sesudah   buang air besar dan buang air kecil
e. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
f. Menggunakan air bersih.
g. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
h. Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai jenis pekerjaan.

4. Tatanan tempat umu


PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-
tempat umum sehat.Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
a. PHBS di Pasar

8
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan
jamban, Tidak merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan,
Memberantas Jentik nyamuk
b. PHBS di tempat Ibadah 
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan
jamban, Tidak merokok di tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan,
Memberantas Jentik nyamuk
c. PHBS di Rumah Makan
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan
jamban, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di
rumah makan, Menutup makanan dan minuman, Tidak meludah
Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
d. PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut dll)
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan
jamban, Tidak merokok di angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan 
Manfaat:
5. Tatanan fasilitas kesehatan     
Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain:
a. menggunakan air bersih
b. menggunakan jamban yang bersih & sehat,
c. membuang sampah pada tempatnya,
d. tidak merokok,
e. tidak meludah sembarangan,
f. memberantas jentik nyamuk.

9
D. Pengelolaan
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan;
diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam bagan berikut ini :
Pengkajian

Pemantauan Perencanaan

Penilaian
Penggerakan

Pelaksanaan

1. Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS.
Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara
kuantitatif,pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber
daya(dana, sarana dan tenaga).
1. Pengkajian-pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif.
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan
dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya
hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Data
tersebut dapat diperoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai
informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan
di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini :
1) Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
2) Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan

10
3) Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor
penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya penyuluhan,
masalah kebijakan, administrasi, organisasi, dan lain-lain).
b. Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah
tangga secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan
karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu diambil sampel yang dapat mewakili populasi. Metoda
Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan runah tangga adalah dengan
rapid survai atau survai cepat. Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat
dilakukan keseluruh populasi. Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan
rumah tangga di tingkat kabupaten/kota. 5 Untuk mengukur masalah PHBS di
tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan
sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu : 30 x 7 = 210 rumah
tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster). Di tingkat kabupaten/kota
kluster dapat disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan kluster
yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap pertama dapat dipilih
sejumlah kluster (kelurahan /desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga
1) Langkah 1 : List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
2) Langkah 2 : Tulis jumlah desa yang berada pada masingmasing kecamatan
3) Langkah 3 : Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
4) Langkah 4 : Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X
5) Langkah 5 : Tentukan nomor Kluster pertama desa. Dengan
mengundinomor unit desa. selanjutnya desa kedua dapat ditentukan dengan
menambahkan interval.Demikian seterusnya hingga diperoleh 30 kluster.
6) Langkah 6 : Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7 rumah tangga.

2. Pengkajian PHBS secara kualitatif


Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku
masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS. Ada dua
metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu:
a. Diskusi Kelompok Terarah (DKT).

11
b. Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
a. Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah
perilaku PHBS.
Dalam DKT :
a) Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk
saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan
pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
b) Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
c) Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
b. Wawancara Perorangan Mendalam (WPM)
Adalah wawancara antara pewancara yang trampil dengan
perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian
tanya jawab (dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam.
Dalam WPM :
a) Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali
informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang
masalah tertentu.
b) Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap
mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah
tertentu.
c) Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam.
3. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga, dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program
PHBS, bentuk kegiatannya :
a. Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan
yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
b. Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral dalam
jurnlah dan sumbernya.
c. Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan
sumbernya.

12
2. Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan dan
strategi komunikasi PHBS.
Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS dapat
ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan,
maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap
tatanan dan wilayah. Selanjutnya, berdasarkan masalah perilaku kesehatan
dan hasil pengkajian sumber daya petugas kesehatan, maka ditentukan
tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan.
Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah
merokok pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya. Tujuan
Umum : Menurunkan prosentase keluarga yang merokok selama satu tahun.
Tujuan Khusus : Menurunkan prosentase tatanan rumah tangga yang
merokok, dari 40% menjadi 20%.
2. Menentukan jenis kegiatan intervensi Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya
ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang akan dilakukan. Caranya adalah
dengan mengembangkan berbagai alternatif intervensi, kemudian dipilih
intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada ketersediaan
sumber daya.
Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :
a. Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan
yang sesuai dengan urutan masalah PHBS.
b. Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai
PHBS hasil kajian rendah.
c. Penentuan tatanan yang akan diintervensi , yaitu menentukan
tatanan yang akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas
pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke
tatanan lain.
d. Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu
mengembangkan PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis
sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah, satu
unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah
tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan

13
intervensi terpilih pada intinya merupakan operasionalisasi strategi
PHBS, yaitu :
1) Advokasi. kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan wilavah.
2) Bina Suasana. kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program,
lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta
dan lain-lain.
3) Gerakan masyarakat. kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan
sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan
sarana.

3. Penggerakan
Tahap penggerakan dan pelaksanakan PHBS sebagai berikut :
1. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
a. Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam
berperilaku sehat. memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan
bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
b. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat
kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural Pembina
program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para pimpinan
atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program atau
peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis,
dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau
tersier
2) Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3) Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4) Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik
dan metoda yang tepat.
5) Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
6) Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
2. Mengembangkan dukungan suasana

14
a. Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannya
adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan
suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan
keluarga.Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke
Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat
ibu hamil dan balita.
b. Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran
sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program,
Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan media masa.
Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau
menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.Caranya
antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar studi
banding, pelatihan, dan sebagainya.
c. Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
1) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan
suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
2) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap
tatanan dalam bentuk adanya komitmen dan dukungan sumber daya.
3) Mengembangkan metoda, teknik dan media yang telah diuji coba dan
4) disempurnakan.
5) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

3. Gerakan masyarakat
a. Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluarga
seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli
kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuan,
kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat.
Caranya dengan penyuluhan perorangan, kelompok, membuat
gerakanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer. Meliputi
pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat.
Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat
dalam menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranva antara lain

15
melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding,
pelatihan, dan lain-lain.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat, sebagai berikut :
a. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan
pembinaan.
b. Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan pemberdaya
seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluh
individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
c. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tatanan
dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
d. Mengembangkan metoda, teknik dan media yang telah diujicoba
disempurnakan.
e. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama
dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
f. Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,
eksekutif).

4. Pemantauan Dan Penilaian


1. Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan
hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan
pemantauan. Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada
pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati
bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari
solusinya. Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan
kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku
kegiatan/laporan kegiatan intervensi.
2. Panilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan
oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS
meliputi masukan, proses dan luaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga
terlatih PHBS, media yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan
penyuluhan. Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap

16
dua tahun. Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan
dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan
masing-masing indikator apakah mengalami peningkatan atau penurunan,
mengkaji penyebab masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian
merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS. Contoh di
Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun 2001 menunjukan
44,2% sedangkan tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %.
Cara melakukan penilaian melalui :
a. Pengkajian ulang tentang PHBS.
b. Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
c. Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota
(SP2TP).
d. Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada
petugas, kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
a. Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana.
b. Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
c. Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/ hambatan.
d. Adanya peningkatan program PHBS.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua
yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali
dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing,
dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidupsehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

B. Saran
Sebagai Mahasiswa keperawatan yang akan memberi asuhan
langsung ke masayarakat baik sebagai mahasiswa kesehatan maupun sebagai
staff pemberi pelayananan nantinya,  sebaiknya lebih membekali diri dengan
konsep-konsep keperawatan komunitas,khususnya upaya promosi kesehatan
melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, agar nantinya kita sebagai
mahasiswa mempunyai bekal konsep komunitas yang kuat saat menghadapi
masyarakat. Selain itu, mahasiswa maupun pemberi pelayanan kesehatan di
pusat pelayanan kesehatan perlu diberi informasi mengenai pentingnya
menerapakan Perilaku Hidup bersih dan sehat secara komperhensif dan
berkesinambungan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Fk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_5_2011_KOMUNIKASI_EDUKASI_
PHBS_(PERILAKU_HIDUP_BERSIH_DAN_SEHAT).pdf

repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/39357/Chapter%20l.pdf

digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-enggarriap-5773-2-bab2.pdf

www.academia.edu

Dinkes.bantenprov.go.id

19

Anda mungkin juga menyukai