Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN COVID-19

Disusun oleh:
Nama : Cahya Dwi Notika
NIM : 2111050126
Kelas : TLM 1B
Mata kuliah: Bahasa Indonesia

PROGAM STUDI TEKHNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Sejak 2019 lalu, dunia diguncang oleh Pandemi COVID-19 yang bermula di Wuhan, Hubei,
Republik Rakyat Tiongkok. Pandemi didefinisikan sebagai wabah penyakit menular berskala
besar yang bisa meningkatkan morbiditas dan mortalitas suatu wilayah geografis yang luas
dan menyebabkan permasalahan baik dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, dan politik
(Madhav dkk., 2017). Sejak kasus pertama muncul di Wuhan, peningkatan kasus COVID-19
terus terjadi di China setiap harinya, kemudian memuncak pada akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Pada awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi sekitarnya,
kemudian bertambah hingga ke beberapa negara di sekitar China, hingga sampai di
Indonesia.

Meskipun sudah tersedia banyak obat dan metode penanganan pasien COVID-19, lonjakan
kasus positif dan mortalitas masih tetap terjadi. Upaya pencegahan 3M (memakai masker,
menjaga jarak, dan mencuci tangan) dinilai kurang cukup untuk menekan penyebaran virus
ini sebab diperlukan sesuatu yang dapat menjaga kesehatan secara menyeluruh untuk
mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat (Hakam, 2021). Belum lagi ditambah
dengan ketidakpatuhan warga terhadap penerapan protokol kesehatan. Selain karena
kurangnya edukasi, ketidakpatuhan warga disebabkan oleh motif ekonomi, sikap tidak peduli,
merasa berpotensi rendah terhadap penularan virus, serta ketidakpercayaan kepada
pemerintah yang mengeluarkan kebijakan dan pernyataan yang inkonsisten (Sari, 2020). Hal
ini seolah membantu membuat pandemi berlangsung lebih lama hingga saat ini.

Berkaitan dengan penanggulangan wabah penyakit menular, Indonesia telah memiliki


Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit Menular, dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.

Dalam upaya mengembalikan kondisi dunia sebagaimana sebelum pandemi, telah diusung
program vaksinasi oleh pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Vaksinasi COVID-
19 telah mengalami perjalanan yang panjang untuk memastikan keamanan dan
keampuhannya melalui berbagai penelitian dan uji coba. Program vaksinasi dianggap sebagai
kunci dalam mengakhiri pandemi karena dapat digunakan dalam rangka mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas serta membentuk kekebalan kelompok terhadap virus COVID-19
(Satgas COVID-19, 2021c). Namun, perjalanan vaksin hingga diterima dengan baik dan
didistribusikan kepada masyarakat luas saat ini membutuhkan proses yang lebih panjang
karena masih terdapat pro dan kontra terhadap vaksinasi (Hakam, 2021).

Banyak dari masyarakat yang tidak mempercayai penggunaan vaksin sebagai solusi dalam
mengakhiri pandemi. Berdasarkan survei mengenai penerimaan vaksin COVID-19 yang
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), United Nations Children’s Fund
(UNICEF), dan World Health Organization (WHO) yang dilakukan pada September 2020
dan melibatkan 115.000 responden, mendapatkan hasil bahwa masih banyak masyarakat yang
ragu bahkan menolak vaksinasi COVID-19, di mana sebanyak 7,6% menolak dan 27% ragu-
ragu. Alasan dibalik penolakan dan keraguan mengenai vaksin tersebut sangatlah beragam,
seperti tidak yakin terhadap keamanan vaksin, ragu terhadap efektivitas vaksin, takut
terhadap efek samping vaksin, tidak mempercayai kegunaan vaksin, dan karena keyakinan
agama.


BAB II

PEMBAHASAN

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe
acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini pertama kali ditemukan
di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok, tetapi sangat mudah menular dan kini telah menyebar
ke seluruh dunia. Analisis genomik mengungkapkan bahwa SARS-CoV-2 secara filogenetik
terkait dengan virus mirip kelelawar severe acute respiratory syndrome-like atau SARS-like.
Oleh karena itu, kelelawar dikatakan menjadi reservoir utama yang paling mungkin. Sumber
perantara asal dan proses transfer virus ini ke manusia belum diketahui, tetapi penyebaran
virus dari manusia ke manusia yang sangat cepat telah dikonfirmasi secara luas (Shereen
dkk., 2020).

Mayoritas orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan
hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan mereka yang
memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular (penyakit pada jantung dan
pembuluh darah), diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin untuk
mengidap penyakit yang serius setelah terinfeksi virus ini (WHO, 2021a). Hal inilah yang
menyebabkan banyak pasien COVID-19 dengan gejala parah merupakan orang-orang yang
memiliki penyakit penyerta.

Vaksin merupakan suatu produk biologi yang berisi antigen yang apabila diberikan pada
seseorang maka dapat menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap suatu penyakit
tertentu (Kemenkes, 2020). Pemberian vaksin biasanya dilakukan untuk mencegah maupun
mengurangi pengaruh infeksi akibat patogen tertentu.

WHO (2021c) menyatakan bahwa tujuan utama semua jenis vaksin adalah untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi pada tubuh yang bertahan cukup lama untuk
melawan antigen dari patogen spesifik yang masuk kedalam tubuh orang tersebut. Dengan
kata lain, vaksin berperan dalam melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan
memerangi patogen. Ketika vaksin yang berisi antigen yang telah dilemahkan dimasukkan ke
dalam tubuh, maka sistem kekebalan tubuh akan mendeteksinya sebagai antigen berbahaya,
meskipun antigen dalam vaksin sudah didesain untuk tidak menimbulkan penyakit. Sistem
kekebalan tubuh lalu akan memproduksi antibodi dan mengingatnya apabila antigen tersebut
menyerang lagi di kemudian hari.

Seperti vaksin lainnya, vaksin COVID-19 dapat melindungi tubuh dari penyakit yang
disebabkan oleh COVID-19 dengan cara menstimulasi imunitas spesifik tubuh dengan
pemberian vaksin tersebut (Kemenkes, 2021). Oleh karena itu, vaksin merupakan senjata
utama yang digunakan dalam menghentikan laju suatu wabah, khususnya kini pada pandemi
COVID-19.

Indonesia sendiri melakukan langkah antisipasi yang ketat pencegah COVID-19 dalam
bentuk program vaksinasi. Vaksin diedarkan secara berkala dan sesuai dengan tingkat risiko
pekerjaan atau usia yang mudah terpapar virus COVID-19. Pada gelombang satu periode
Januari – April 2021 pemerintah mewacanakan distribusi vaksin tertuju kepada tenaga
kesehatan, petugas pelayanan publik, dan masyarakat lanjut usia. Tak berhenti sampai disana,
pada gelombang dua periode April 2021 – Maret 2022, giliran masyarakat rentan yang
tinggal di daerah mudah tertular dan masyarakat lainnya yang mendapat vaksinasi COVID-
19.


BAB III

KESIMPULAN

Vaksin merupakan produk biologis yang sangat berguna dalam meminimalisir kejadian
penyakit yang bekerja dengan cara melatih sistem kekebalan tubuh agar mampu menghadapi
infeksi dengan memasukkan antigen yang telah dilemahkan ke dalam tubuh. Oleh sebab
itulah pemberian vaksin dalam pengendalian pandemi COVID-19 sangat penting, utamanya
dalam meminimalisir tingkat kejadian dan sebagai upaya dalam menuju herd immunity
(kekebalan imunitas) untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 sehingga pandemi dapat
berakhir. Manfaat vaksin selama beberapa tahun terakhir telah terbukti meminimalisir angka
penyakit bahkan mengeradikasi penyakit seperti cacar dan polio. Oleh karena itulah, program
vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah harus didukung pelaksanaannya dalam mengakhiri
pandemi COVID-19. Segala bentuk kekeliuran informasi serta banyak nya berita yang tidak
jelas mengenai vaksin COVID-19 harus dihindari menggunakan edukasi yang tepat agar
pandemi COVID-19 dapat segera berakhir.


Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai