Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ISLAM DAN KESEHATAN

Oleh :

M FAJAR SHODIQ

201610200311107

JURUSAN AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan.Kesehatan


merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya.Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang
baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. Sebagaimana Firman Allah yang
terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168 yang artinya : “wahai sekalian manusia, makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang
beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu.” (Q.S.Al-
Baqarah: 168) Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan
di pandang sebagai bagian dari iman.

Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan
kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan
limbah di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat
menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin.
Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari
perut sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang kotor.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kesehatan menurut Islam ?

2. Apa yang dimaksud Konsep Hidup Sehat ?

3. Siapa saja Tokoh Muslim dalam Ilmu Kesehatan ?

4. Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam ?

5. Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam ?

6. Bagaimana Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya ?

7. Bagaimana Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam ?

8. Bagaimana Pengobatan Modern Dalam Pandangan Islam ?


BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian kesehatan

Ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang
pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam.

1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat

2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata “afiat” dipersamakan dengan “sehat”.
Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Tentu pengertian
kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang
memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan
masyarakat. Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu
digarisbawahi satu hal pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang
dikandung oleh kata afiat. Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk
makna yang berbeda, kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya (secara
berdiri sendiri), karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang
dikandung oleh kata yang tidak disebut.

Pakar bahasa al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa
kata sehat berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata
penghubung yang sekaligus menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut
pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat). Nah, atas dasar itu, dipahami adanya
perbedaan makna di antara keduanya. Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-
hadis Nabi Saw. ditemukan sekian banyak doa, yang mengandung permohonan afiat, di
samping permohonan memperoleh sehat. Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat
diartikan sebagai “perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana
dan tipu daya”. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali
bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat
diartikan sebagai: “berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan
penciptaannya.”
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka
agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat
maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang
dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan
dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan
mata. Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap.Telah menetapkan prinsip-prinsip
dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga kesehatan
dengan menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi secara rutin bagi
setiap muslim. Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan
sehat.Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada
manusia.Adalah tak mung¬kin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang layak
kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat. Tidak ada sesuatu yang begitu
berharga seperti kesehatan.Karenanya, hamba Allah hendaklah bersyukur atas kesehatan
yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi saw. bersabda, “Ada dua anugerah yang
karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.”(HR.
Bukhari).

Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh da¬ri sakit saya dan
bersyukur karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya
dengan sabar?” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama
seperti engkau juga menyenanginya.”Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah
saw bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula,
dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya.” Di
antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as ada¬lah sebagai berikut, “Kesehatan
adalah kerajaan yang tersembunyi.”Juga.“Kesedihan sesaat membuat orang Jcbih tua satu
tahun.”Juga, “Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang schat, yang hanya
bisa dilihac oleh orang-orang yang sakit.”Dan juga, “Kesehatan adalah harta karun yang
tak terlihat.”

Kesehatan menurut para ahli

Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya.Menurut White (1977) “sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu
penyakit dan kelainan”.Menurut Pepkin’s “Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan
yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar”. Berdasarkan definisi di atas, pengertian
sehat adalah keseimbangan tubuh baik di dalam mapun di luar sehingga terjadi
ketenangan dan kenyaman dalam menjalani hidup, baik suka maupun duka.

Kesehatan menurut WHO

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948


menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental,
dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada
tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan
hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.

Kesehatan menurut UU no. 23 Tahun 1992, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Kesehatan menurut Larry Green dan para kolega.Definisi yang bahkan
lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa
pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Jadi,
berdasarkan beberapa definisi diatas, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

Kesehatan menurut Islam

Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al
Quran.Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan
Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak
diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang. ”Kosa kata
“sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-
bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai
kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan
Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk
kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu
mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya,
karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata
yang tidak disebut.Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi
segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT untuk
hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya. Perlindungan Allah itu sudah
barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang
mematuhi petunjuk-Nya.Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai
berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Konsep Hidup Sehat

Sehat (Arab"Al-shihah”), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang


berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut psikis (jiwa).
Karena itulah mengapa Islam memperkenalkan konsepsi al-Shihhah wa al-afiyat (lazim
diucapkan sehat wal'afiat). Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana
seseorang mengalami kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis.
Jika makna sehat seluruhnya berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, maka makna al-
afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam
tipu daya.Atau, menurut istilah Quraish Shihab ialah berfungsi bagi seluruh anggota
tubuh manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.

Pembagian kesehatan

1. Kesehatan Rohani

Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an
surat Al- Ra’d : 28 yang berbunyi : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah
hati menjadi tentram. (Q.S. Al-Ra’d: 28) sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di
luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah
Jakarta mengatakan didalam manusia ada unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan
unsur ruh yang dalam Al-Qur’an di sebut KHALQAN AKHAR. Seseorang baru disebut
manusia jika memiliki ke 3 unsur ini. Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan
berjalan baik bila sang makhluk menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa
yang sehat yang dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat
(at-taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada
manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).

2. Kesehatan Jasmani

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu:
dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-
keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

3. Kesehatan social

Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain
secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

B. Tokoh Muslim Dalam Ilmu Kesehatan

Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan sebagai berikut:

1. Hunain Ibnu Ishaq

Beliau dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau ialah
spesialis mata.Hasil karyanya ialah buku-buku yang membicarakan berbagai
penyakit.Beliau banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani
ke dalam bahasa Arab.

2. Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi

Beliau dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada tahun 909 M. Buku
karangannya tentang kedokteran dijadikan buku pegangan di Fakultas Kedokteran.
Bukunya di beri nama Al Hawi (menyeluruh). Ia yang menemukan penyakit cacar, dan
membaginya menjadi cacar air (variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi
tekanan darah tinggi atau hipertensi.
3. Ibnu Sina

Ibnu sina, dilahirkan di Afsara (Asia tengah) pada tahun 980 H/ 1593 M dan meninggal di
Isfahan pada tahun 1037 H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal dibidang kedokteran
adalah Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran, baik di Universitas-
universitas Eropa maupun Negara Islam.

4. Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur

Beliau lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun 1162 M. Beliau sebagai dokter
spesialis penyakit dalam atau internis.

Cara Menjaga Kesehatan Dalam Konteks Islam

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak
terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan
agar orang tetap sehat.Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada
meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku
menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan
kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai
Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan
akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).

Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit dari
ucapannya mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal
orang sakit ialah:

1. Perintah untuk berobat. Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.

2. Setiap penyakit ada obatnya Seperti:

• Karantina penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua
tombak dari orang yang berpenyakit lepra.
• Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam penanggulangan berbagai
penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi “jangan
engkaulah masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu
berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”

• Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari
berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.

Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam

1. Mengatur Pola Makan dan Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan.Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan
dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya,
seperti ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan
makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24) Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan,
al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s.
al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga
mengandung nilai kesehatan.Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut. Al-
Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan.Para pakar di bidang
medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang
lain dan lingkungan.

Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai
anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak Islam menekankan keteraturan mengatur
ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada
Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi
jasmani.Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing anggota
tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya,


seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan
sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat
Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak
berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah,
bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam
hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu,
berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan
pada lambungmujuga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin
Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti
penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport
dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara
jasmaniah.

Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya
tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan
daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur,
dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas
dengan baik.

Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk


bidang ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa
bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah
dengan sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.

Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan
dengan berolahraga, karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk,
teknik, dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam
hanya memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan
berolahraga.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam


konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan
serangan musuh, yaitu ayat: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.Apa saja
yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan
kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o): Nabi menafsirkan kata
kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah. Nabi pernah
menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam
satu hadits:

Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu
Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)

4. Anjuran Menjaga Kebersihan

Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah


satu aspek penting dalam ilmu kedokteran.Dalam terminologi Islam, masalah yang
berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat.Dari sisi pandang kebersihan
dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk
menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan,
dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk
qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi
bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR
Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)

Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis,


mutanajjis, dan hadats.Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam,
sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan
mengupas masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang dipelajari
umat Islam adalah masalah kesucian’.

Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya


kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani.Kesucian
lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang
dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan.Sedangkan kesucian rohani meliputi
kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

Pengobatan Menurut Pandangan Islam

Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat.
Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu
pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya
sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati
penyakitnya.

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-


Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang
mukmin.“Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82).

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya
secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab
yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya

Nabi Isa AS

“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) “Aku telah
datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku
membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka
ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin
Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan
di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran
kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang beriman”.(QS Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap
dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin
Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu
sakit.Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang
hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota
tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh.Dan kedua kali nya beliau sakit
kemudian memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang
hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu
kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri
tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah :“Sesungguhnya pada diri Rasul
itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan
rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-
Ahzab: 21). Imam Ali berkata :“Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad
SAW adalah Al-Qur’an”.

Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

1. Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril
mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan
ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya :”Bismillahi arqiika minkulli
syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi
arqiika”. Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :
a. Nafats

Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak
tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat
bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-
muawwidzat” yaitu tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An
Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu
diusapkan keseluruh badan.

b. Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada


manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air
liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut.
Inilah doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa
syifa-uka laa yughodiru saqoman”.

c. Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit
dengan sabdanya :“letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian
bacalah “Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa
uhajiru 7x”.

2. Bekam

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah


SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah
bersabda :“Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit
adalah dengan melakukan bekam”.

Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama.Ahli


Hikmah adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga
dia menjadi orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat
agama.Para ahli hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang.“Dia
memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki.Barangsiapa yang diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-
Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah berbeda
jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena sebagian besar
metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an serta hadist, beberapa
metoda yang digunakan yaitu :

• Ruqyah

Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi, lain dengan yang
dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Para ahli
Hikmah apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-
Qur’an atau doa kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si
pasien.

• Wafaq

Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda
seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli
Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas
putih kemudian diisi air lalu di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2
kali dan huruf ‘ain 6 kali). “Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka
penyakit akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak
akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu
Hurairah).

Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh


Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah
SWT atas hamba-hamba-Nya.Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan
bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda :
”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah
kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin.
Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika
ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”.(HR.Muslim
no.2999).Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin.Dia
menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan
mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit
atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana
pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678).
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih
memakai obat yang kompleks.Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-
makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan.
Ibnul Qayyim berkata : “ berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti
halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat
bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan


nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya
sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT.
Namun tentunya berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh
bersandar semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah
yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada
Dzat yang memberikan penyakit dan yang menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah
SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT
semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya :“Dan apabila aku sakit, Dia lah
yang meyembuhkan ku”.( QS Asy-Syu’ara’: 80).

Pengobatan Tradisional Dalam Pandangan Islam

Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki


pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini
di namai pengobatan tradisionalyang banyak berdasarkan pada kegelapan mistik. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk di
Indonesia) adalah yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis
serta tidak di ajarkan. Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena
semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus
sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah
badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu.Jamu bukan mistik dan
bukan pula magic, tetapi tetapi berupa pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.
Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau
acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur
yang berasal dari cina, dan juga bekam.
Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-
garis besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang “Kai”,
yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau
mantera-mantera yang membawa kepada syirik.

Pengobatan Modern Dalam Pandangan Islam

Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional.Dan merupakan


perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif
memikirkan dan merenungkan kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan
islam adalah segala tekhnik pengobatan yang berdasarkan hasil dari berfikir dan
mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan
akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di kembangkan dan di amalkan guna
manusia dan alam sekitarnya. Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai
dengan keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani.Untuk obat
rohaniah adalah membaca Al-Qur’an dan untuk fisik adalah materi contohny madu.

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara


terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa
menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah
dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai
science bersama teknologinya. “Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak
berakal”

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk


pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah
arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka
menyerap segala macam pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam.
Perkembangan yang pesat terjadi pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa
khalifah umayyah.Cordova dan Granada di spanyol merupakan pusat ilmu yang di
datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu muncullah dokter-dokter muslim dengan
kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan
perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan
mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada
periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad.
Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia jahiliyah
penyembah berhala menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada keMahabesaran Allah.
Mereka mengubah pengobatan istik dan spekulatif-magic menjadi pengobatan ilmiah
yang tepat, objektif dan islami.

BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dalam makalah kami , dapat disimpulkan bahwa Islam
menganjurkan untuk hidup bersih sebagai bentuk dari hidup kesehatan , sebab kebersihan
pangkal kesehatan , dan kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman.Kesehatan
merupakan Nikmat Allah SWT yang tak ternilai harganya dan Setiap nikmat yang
diberikan oleh Allah SWT adalah amanah untuk dijadikan sebagai sarana ‘ubūdiyyah
kepadaNya. Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan
tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini
diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik
daripada meminum obat saat sakit. Kiranya demikian kesimpulan dari makalah kami ,
semoga bermanfaat bagi kita semua dalam memupuk keimanan dengan menjaga
kesehatan yang diberikan Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Q.S Al Baqarah : 168

Mufid, Ahmad Syafi’i. dkk. 2000. Pendidikan Agama Islam Edisi 2.Jakarta: Yudhistira
http.www//cara_sehat_islami.com Download tanggal 05September 2013 , jam
19.00 Wib

Nata, Abudin. 2004. Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran Paradigma Sehat
Al-jauiziyah, Ibn Al-qayim.1999.Terapi Penyakit Dengan Alqur’an dan As-sunah.
Jakarta: Pustaka Amani

Anda mungkin juga menyukai