Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN HUKUM

MAKALAH
“PERAN PERAWAT DALAM MEMBIMBING IBADAH”

Dosen Pengampuh :

Ns. Sobirin, M.Kes., M.M

Kelompok VII

Anggota Kelompok :

 Armen Piska Jaya NIM : 2019206203077P


 Ayu Tri Hastuti NIM : 2019206203081P
 Merlin Triyasih NIM : 2019206203095P
 Nensy Meydia Amanda NIM : 2019206203096P
 Teguh Ari Wibowo NIM : 2019206203105P
 Tomei Ebby P NIM : 2019206203106P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya

karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa salawat serta salam semoga

senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Pada makalah ini penulis membahas mengenai perubahan perilaku menurut health

belief model. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa sumber sebagai

referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan internet.

Pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan, baik

materi maupun moral dari pihak-pihak tertentu. Saya ucapkan terima kasih kepada Allah

swt, kedua orangtua yang sudah mendoakan dan memberi semangat kepada kami, teman-

teman kelompok yang sudah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik, Ibu

Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kep pengajar mata kuliah Keperawatan Tropis serta yang telah

memberikan tugas ini agar kami dapat menambah pengetahuan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran pada masa depan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pringsewu, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2
C. TUJUAN............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
A. NILAI – NILAI ISLAMI DALAM PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
PROFESIONAL.....................................................................................................................3
B. CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI VISI TRASCEDENTAL :.................................4
C. SAKIT MENURUT PANDANGAN ISLAM................................................................4
D. HIKMAH SAKIT............................................................................................................5
E. PERAN PERAWAT DALAM MEMBIMBING PASIEN DALAM BERIBADAH.....6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...............................................................................................................10
B. SARAN............................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pasien yang sakit memerlukan bantuan dorongan mental. Hal ini adalah sisi
kebutuhan lain yang tidak boleh diabaikan. Pasien yang sakit selalu dihadapkan pada
perasaan, yaitu timbulnya goncangan mental dan jiwa mengenai penyakit yang di deritanya.
Orang sakit tidak hanya memerlukan bantuan fisik saja tetapi juga bantuan non fisik berupa
bimbingan Islami atau bimbingan rohani Islam. Bimbingan Islami atau bimbingan rohani
Islam merupakan kebutuhan, khususnya di rumah sakit untuk membimbing pasien agar
menerima keadaan dirinya, memahami sakit sebagai sebuah cobaan; membantu pasien untuk
lebih sabar dan berpandangan positif, bahwa penyakit bukan sebagai musibah.

Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan


merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi cinta kepada Allah
dan Nabi Muhammad. Keperawatan sebagai profesi bukan hal baru bagi Islam. Pada
kenyataannya, itu adalah atributif untuk simpati dan tanggung jawab terhadap yang
bersangkutan membutuhkan. Usaha ini telah dimulai selama pengembangan Islam sebagai
agama, budaya, dan peradaban.

Perawat professional pertama dalam sejarah Islam adalah seorang wanita bernama,
Rufaidah binti Sa’ad, dari Bani Aslam suku di Madinah. Ia hidup pada masa Muhammad dan
merupakan salah satu orang pertama di Madinah untuk menerima Islam. Rufaidah menerima
pelatihan dan pengetahuan di bidang kedokteran dari ayahnya, seorang dokter, yang dia
dibantu teratur. Setelah negara Muslim didirikan di Madinah, dia akan memperlakukan sakit
di tendanya didirikan di luar masjid. Selama masa perang, ia akan memimpin sekelompok
relawan ke medan perang dan akan memperlakukan korban dan tentara yang terluka.
Rufaidah digambarkan sebagai seorang wanita yang memiliki kualitas perawat yang ideal:
penuh kasih, empati, pemimpin yang baik dan guru besar, menyampaikan pengetahuan klinis
kepada orang lain ia dilatih. Selanjutnya, kegiatan Rufaidah sebagai seseorang yang sangat

1
terlibat dalam masyarakat, dalam membantu orang-orang di bagian yang lebih dirugikan
masyarakat melambangkan etos perawatan diidentifikasi di atas.

Menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, peran pembimbing
rohani sangat di perlukan dalam membantu memulihkan kesehatan pasien. Menurut
Soekanto, peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peran. Sesuai pendapat di atas dapat dipahami bahwa seorang pembimbing rohani
dikatakan berperan apabila mempunyai kedudukan (status), kemudian melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan yang disandangnya. Peran warois di rumah sakit
yaitu memberikan pengaruh terhadap kondisi jiwa pasien sehingga terjadi perubahan, atau
disebut dengan teori intervensi. Salah satu alat dalam teori intervensi ialah dengan
menggunakan doa. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh
mengenai peranannya, terutama dalam membantu memulihkan kesehatan pasien.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana nilai nilai islam dalam peran dan fungsi perawat profesional?
2. Bagaimana ciri ciri perawat yang memiliki trandental?
3. Bagaimana sakit menurut pandangan islam?
4. Apa hikmah dari sakit?
5. Apa saja peran perawat dalam membimbing pasien dalam beribadah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui nilai nilai dalam peran dan fungsi perawat profesional
2. Untuk mengetahui ciri ciri perawat yang memiliki transdental
3. Untuk mengetahui sakit menurut pandangan islam
4. Untuk mengetahui hikmah dari sakit
5. Untuk mengetahui peran perawat dalam membimbing pasien dalam beribadah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. NILAI – NILAI ISLAMI DALAM PERAN DAN FUNGSI PERAWAT


PROFESIONAL

Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu keluarga dan
masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector,
dan advokat, communicator, serta rehabilitator.

 Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.
Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap sesamanya,
pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita dapat
merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling mencintai kasih
mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu tubuh jika salah satu angggota
tubuhnya sakit maka selruh tubuh akan merasa sakit
 Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien
untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek
samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak
boleh membuka aib sausara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita
memakan bangkai saudara kita.
 Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai mediator
antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan
keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan selama
24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan.

3
 Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni mengembalikan
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat  yang memiliki visi
Transcendental . Maksudnya perawat yang memiliki visi Transcendental ialah perawat yang
bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia tetapi pengabdian dan perilakunya ditujukan
untuk ibadah dan kesejahteraan akherat (hereafter, afterlife, eternity).

RASULULLAH BERSABDA :

“Kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan akherat seperti seseorang dari kalian
mencelupkan telunjuk ke dalam lautan kemudian mengangkatnya, air yang menetes dari
telunjuk tersebut itulah kehidupan dunia dan air yang ada di lautan itulah kehidupan
akherat” (Hadits Sahih Muslim)

Perawatan yang Holistik mempertimbangakan aspek Spirituality & religion pasiennya.


Karena hal tersebut menjadi sumber:  Kekuatan (energy), kedamaian (inner peace), ketabahan
(inner strength), keyakinan & tata nilai (belief & values), tahu tujuan hidup (existensial
reality), merasa dibimbing Allah (connectedness) dan (keyakinan diri bahwa ada alam
perhitungan) self transcendense.

B. CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI VISI TRASCEDENTAL :

1. Menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang berbeda agama.
2. memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
3. mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
4. mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
5. melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
6. memaknai hikmah sakit bagi pasien
7. memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
8. mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunianya

4
C. SAKIT MENURUT PANDANGAN ISLAM

Sakit yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sakit fisik. Yaitu suatu keadaan di mana
metabolisme dalam tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Namun, walaupun sakit
merupakan satu kondisi yang tidak mengenakkan, sebagai seorang muslim kita tidak perlu
banyak mengeluh, karena terlalu banyak mengeluh merupakan bagian dari godaan syaithan.

Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu
mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah di balik
setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh,
menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita
sampai mengutuk taqdir. Na’udzu billah…

Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau


bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu
menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.”
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam  bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit
demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses
pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim)

Secara umum, kondisi sakit mempunyai dua sisi rasa. Namun, yang kerap kita rasakan hanya
salah satu sisinya, yakni penderitaan. Sisi lain berapa hikmah dan kenikmatan di balik sakit
sering kali kita lupakan. Padahal, jika kita mau merenungkannya, banyak hikmah yang dapat
dipetik dari sakit yang diderita.

D. HIKMAH SAKIT

1. Pertama, secara medis sakit merupakan suatu peringatan (warning) mengenai


tingkat kekuatan tubuh kita. Jika tubuh kita mengalami satu kondisi, kemudian
berakibat sakit, hal itu merupakan peringatan agar kita menghindari kondisi yang
sama yang dapat menyebabkan sakit tersebut. Sakit juga memberi kesempatan
kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter sehingga penyakit

5
yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Tak jarang, sakit yang dialami
mencegah seseorang agar tidak terkena penyakit yang lebih berat lagi.
2. Kedua, sakit dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang
hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-dosa
setiap anggota tubuh. Rasulullah SAW bersabda,
“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya,
melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang
menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Ketiga, orang yang sakit akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya
bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah SAW bersabda,
“Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim,
kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu
kesalahan.” (HR. Muslim)
4. Keempat, sakit dapat menjadi jalan agar kita selalu ingat pada Allah. Dalam
kondisi sakit biasanya orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya, sehingga ia
akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah SWT. Zat yang
mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk
bertobat.
5. Kelima, sakit bisa menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin.
Pendapat Ibnu Qayyim, “Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan
dengan sakit dan pedih, ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya
menjadi kasar dan jiwanya beku. Oleh karena itu, musibah dalam bentuk apa pun
adalah  rahmat Allah yang disiramkan kepadanya, akan membersihkan karatan
jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang
diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci
karena penyakitnya, martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan, pahalanya
pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya
dengan  sabar  dan ridha.“
6. Keenam, sakit mendorong kita untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat
secara jasmani maupun rohani. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak
jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu
banyaknikmat Allah yang selama ini lalai ia syukuri. Bagi orang yang banyak
bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.

6
7. Ketujuh, secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana merasakan
penderitaan orang lain, seperti halnya puasa yang mendidik kita agar mengetahui
bagaimana pedihnya rasa lapar dan dahaga yang dialami kaum. Rasa sakit
harusnya melahirkan kepekaan sosial yang lebih tinggi.

E. PERAN PERAWAT DALAM MEMBIMBING PASIEN DALAM BERIBADAH

1. Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.

َ ‫ف أَ ْنتَال َّشافِي الَ ِشفَآ َءإِالَّ ِشفَا ُؤ‬


 ‫ك ِشفَا ًءالَيُغَا ِد ُر َسقَ ًما‬ ِ ‫اس َوا ْش‬ َ ْ‫أَ ْذ ِهبِ ْالبَأ‬
ِ َّ‫س َربَّالن‬

“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya


Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan
dari-Mu, (berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.”

2. Membimbing pasien untuk bersuci

Sebagai perawat kita harus membimbing pasien saat sedang bersuci . Bagi orang sakit bersuci
bisa dilakukan dengan cara berwudhu jika dia mampu namun jika dia tidak mampu untuk
menggerakan badannya untuk berwudhu maka di bolehkan untuk bertayamum , dan disini
perawat membimbing pasien dalam melaksanakan tayamumnya.

‫ْن ۚ َوإِ ْن‬rِ ‫وس ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي‬ ِ ‫ق َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُء‬ ِ ِ‫صاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬ َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬
‫وا‬rr‫ا ًء فَتَيَ َّم ُم‬rr‫ دُوا َم‬r‫ا َء فَلَ ْم ت َِج‬r‫تُ ُم النِّ َس‬r‫ط أَوْ اَل َم ْس‬r ِ rِ‫ ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائ‬r‫ ا َء أَ َح‬r‫ض ٰى أَوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر أَوْ َج‬ َ ْ‫ُك ْنتُ ْم جُ نُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
‫هُ َعلَ ْي ُك ْم‬rَ‫ ُد لِيُطَه َِّر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمت‬r‫ج َو ٰلَ ِك ْن ي ُِري‬
ٍ ‫ َر‬r‫ل َعلَ ْي ُك ْم ِم ْن َح‬rَ r‫ ُد هَّللا ُ لِيَجْ َع‬r‫ا ي ُِري‬rr‫هُ ۚ َم‬r‫ ِدي ُك ْم ِم ْن‬r‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي‬ َ
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh

7
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur”.  (Al-Maidah : 6)

3. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat

Karena sholat itu merupakan tiang agam jadi dalam keadaan apapun kita diwajibkan untuk
sholat , maka dari itu sebagai perawat kita wajib mengingatkan pasien kita agar terus
menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim .

َ‫ت َوالصَّلو ِة ْال ُو ْسطَ َوقُوْ ُموْ هَّلِلا ِ قَنِتِ ْين‬ َّ ‫َحافِظُوْ ا َعلَى ال‬
ِ ‫صلَو‬

“Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka bisa dengan posisi
duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa melakukan dalam posisi berbaring
dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk pasien yang kondisinya sangat lemah bisa
melakukan solatnya dalam hati.

4. Membimbing pasien membaca Al-Quran

Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit, rahmat
allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk sembuh. Dan
memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada mengeluh atas
penyakit yang dideritanya.

‫صاَل ةَتَ ْنهَ ٰى َعنِ ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ِذ ْكرُاللَّ ِهأ َ ْكبَ ُر‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِمال‬
َّ ‫صاَل ةَإِنَّال‬ َ ‫ا ْت ُل َماأُو ِح َي إِلَ ْي‬
ِ ‫ك ِمن َْال ِكتَا‬

8
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.“  (Al-Ankabut : 45)

5. Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah

Karena dengan kita berdoa kita bisa lebih dekat dengan ALLAH SWT .

‫ال َربُّ ُك ُما ْدعُونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم إِ َّن الَّ ِذينَيَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ دَا ِخ ِرين ََجهَنَّ َم‬
َ َ‫َوق‬

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60)

6. Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah

Dengan berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan akan menjadi
lebih dekat kepada Allah.

ْ ‫َط َمئِ ُّن قُلُوبُهُ ْم بِ ِذ ْك ِرهَّللا ِ أَاَل بِ ِذ ْك ِرهَّللا ِ ت‬


ُ‫َط َمئِنُّ ْالقُلُوب‬ ْ ‫واوت‬
َ ُ‫الَّ ِذينَ آ َمن‬

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.“

Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia ( dengan sakit ) , untuk melihat siapa


di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan kesabaran.
Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui lisan, tapi juga
harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan oleh seluruh anggota
badan. Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap orang yang
mengaku beriman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya

9
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai profesi tetapi
sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman serta
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. Dalam padangan agama islam merawat
pasien merupakan tugas mulia, baik secara tersurat maupun tersirat.

B. SARAN

Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi apabila manusia sudah
menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang dia pimpin. Sebagai calon
pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehatan jangan membeda-bedakan masyarakat
antara si kaya dan si miskin apabila dalam merawat pasien.

11

Anda mungkin juga menyukai