Anda di halaman 1dari 58

HIMPUNAN PERAWAT PENCEGAH DAN PENGENDALI INFEKSI INDONESIA

( HIPPII )

PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI
*TUBERKULOSIS*

Timuryani Nugraheni

Disampaikan Seminar Penatalaksanaan TB


RSUP Dr.Sardjito, 16 Maret 2019
Referensi
• PMK 67 th 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis
• PMK 27 th 2017 Tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasyankes
• Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis di
Fasyankes, Kemenkes RI Direktorat Bina Upaya Kesehatan,
Jakarta,2012
• Guidelines for Environtmental Infecttion Control in Health-Care
Facilities, CDC, 2003
• Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Fasyankes Tingkat Pertama
Untuk Mencegah Infeksi Yang Ditransmisikan Melalui Udara (Airborne
Infection), Kemenkes RI, Jakarta, 2014
• Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kemenkes, Jakarta,
2011
• Materi Pelatihan TB Dinkes Yogyakarta, 2018
• Materi Pelatihan TB, RS. Karyadi, Semarang, 2019

2
PENDAHULUAN
• PMK 67 th 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

Global : 9,6 juta kasus TB baru th 2015 (WHO)


Indonesia : 1 juta kasus TB baru (399/100rb), kematian
41/100rb penduduk
 Peningkatan insidens TB (re – emerging disease)
menyebabkan WHO (1995) mendeklarasikan TB sebagai
Global Health Emergency

 Petugas kesehatan (health care workers) yang menangani


pasien TB merupakan kelompok risiko tinggi terinfeksi TB
PERINGKAT INDONESIA DALAM
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS 1 Pada tahun 2016, Indonesia
peringkat 2 di dunia, tahun
2 2017 menjadi peringkat 3

3 INDIA
4 CINA • 2.740.000 1
• 889.000 2
5 INDONESIA
BEBAN 3 INDIA
FILIPINA • 842.000
TBC
4 CINA •135.000
PAKISTAN • 581.000 •73.000
5 RUSIA
• 525.000 PAKISTAN •56.000 1
6
FILIPINA •27.000 2
7
NIGERIA •27.000 3 AFRIKA
8 SELATAN
BEBAN INDONESIA •24.000 4 INDIA
TBC RO •193.000
UKRAINA •23.000 •86.000
5 MOZAMBIQ
•20.000 •66.000
6 NIGERIA
TANZANIA •58.000
7
KENYA •48.000
8 Indonesia merupakan negara dengan
BEBAN INDONESIA •45.000
triple burden TBC untuk insiden TBC,
TBC HIV ZAMBIA •36.000 insiden TBC RO, dan TBC HIV
•36.000
Situasi TBC di Indonesia
842,000
Estimasi Kasus

446,732
Notifikasi Kasus

86%
Keberhasilan
Pengobatan

47 %
3.119 52.929 7,729 Kasus belum
TB RO TB Anak TB HIV terlaporkan
PENEMUAN KASUS TBC RO TAHUN 2009 – 2018
4500

3,980
4000

3500

3000

2500

2000
1658

1500

1000
660 674

500 309
217 282
152 214
86 130 63
21 2 8 62 17 20 23 26 31
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sampel TB Sensitif TB Resisten

Penemuan kasus TBC RO meningkat setiap tahun 7


Penemuan dan Pengobatan TB
di DIY Tahun 2016-2018
Tahun
Kab/Kota
2016 2017 2018
Kota Yogyakarta 1.003 940 931
Kab.Bantul 679 859 1.125
Kab.Kulon Progo 228 319 253
Kab.Gunungkidul 422 523 477
Kab.Sleman 739 883 986
DIY 3.071 3.524 3.772
Target Kemenkes 2.693 3.513 4.296
Capaian (%) 114% 100,3% 87,8%
TUJUAN UMUM
Setelah selesai pembelajaran ini peserta
mampu mengetahui tentang PPI TB

TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini peserta
mampu mengetahui:
• Kebijakan pengendalian infeksi TB
• 4 (Empat) pilar PPI TB
POKOK BAHASAN
1. Resiko penularan TB
2. Manajerial PPI TB
3. Pengendalian Administratif
4. Pengendalian Lingkungan
5. Pengendalian dengan Alat Pelindung Diri
Penularan TB

 Penularan M.Tb terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar


melalui partikel percik renik (droplet nuclei). Saat Batuk sekitar
3000 percikan dahak  0 – 3500 M.Tb. Bersin  4500 – 1juta

 Percik renik ini berukuran 1- 5


mikron dan dapat bertahan di udara
selama beberapa jam sampai
beberapa hari sampai akhirnya
ditiup angin.
PMK No 67/2016 ttg Penanggulangan
Tuberkulosis
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat
bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada
suhu antara 4°C sampai minus 70°C.

• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari


dan sinar ultra violet. Paparan langsung terhadap
sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.

12
Penularan TB

Keadaan yang dapat meningkatkan risiko penularan :


 TB Paru atau laringitis TB
 Batuk produktif
 BTA positif
 Kavitas
 Tidak menutup hidung atau mulut saat batuk dan bersin
 Tidak mendapat OAT
 Tindakan intervensi (induksi sputum,bronkoskopi, suction)
Penanggulangan TB

PREVENTIF KURATIF

PPI – TB DOTS - ISTC


Tujuan PPI TB di Fasyankes

• Mencegah pajanan kuman TB ke petugas,


pengunjung pasien dan pasien lain.
• Pengendalian penularan kuman TB untuk
mengurangi kejadian infeksi di sarana pelayanan
kesehatan (infeksi nosokomial/HAIS).
• Memastikan keselamatan pasien (patient safety)
dalam meningkatkan mutu layanan di sarana
layanan.
Tiap petugas kesehatan harus tahu kapan
dan bagaimana melaksanakan praktek
terbaik
dalam upaya memutus mata rantai infeksi

Memutus rantai 6 link : cara transmisi,mikroba penyebab infeksi,reservoir,portal


of entry, pejamu rentan
Jarak semburan droplet saat batuk/bersin mencapai hingga 0.91 m

 Petugas kesehatan (health care workers) yang


menangani pasien TB merupakan kelompok risiko
tinggi terinfeksi TB
Risiko Penularan Hospital-Care Associated
Infections (HAIs) TB pada petugas kesehatan

Petugas yang mempunyai risiko untuk tertular :

 Perawat

 Dokter

 Mahasiswa kedokteran

 Petugas Laboratorium

 Petugas lain yang kontak dengan pasien


Prinsip PPI TB

Pilar Managerial

Pilar Pengendalian Administrasi

Pilar Pengendalian Lingkungan

Alat Perlindungan diri (APD)


Pengendalian Tujuan Target: siapa? dimana?

Manajerial Komitmen manajer untuk Pasien,petugas,pengunjung


mendukung program dengan
mendukung anggaran, fasilitas,
sosialisasi, monev
Administratif Menurunkan risiko ekspose Suspek TB,
TemPO yang berisiko ekspose,
TB infeksius,
TB yg resisten OAT

Lingkungan Mencegah penyebaran dan Tempat yang optimal untuk


Menurunkan konsentrasi dari meminimalkan risiko
droplet nuklei
Mengontrol sumber infeksi Udara terkontaminasi harus
Mendilusi dan mengeluarkan bergerak keluar
udara yg terkontaminasi
Mengkontrol aliran udara
Perlindungan diri Menurunkan risiko saat ekspos Penanganan khusus untuk
dengan menggunakan APD yang risiko tinggi 23
Temukan pasien
secepatnya

Pisahkan secara aman

Obati secara tepat


Manfaat TemPO

• Menurunkan risiko penularan TB dan MDR-TB


yang belum teridentifikasi

• Menjaring, mendiagnosis, mengobati TB segera


cepat dan tepat mengurangi penularan TB

• Mudah, tidak membutuhkan biaya besar dan ideal


untuk diterapkan fasyankes dengan keterbatasan
sumber daya PPI
PENGENDALIAN
PENYELENGGARAAN
ADMINISTRATIF PPI TB
1. Triase saat penerimaan awal
2. Penyuluhan
3. Pemisahan pasien batuk
4. Pelayanan cepat
5. Sistem rujukan untuk
pengobatan MDR-TB

26
Lima Langkah Penatalaksanaan pasien
Untuk Mencegah Infeksi TB di Fasyankes
Langkah Kegiatan Keterangan
Pengenalan segera pasien suspek atau konfirm TB adalah langkah pertama.
Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan petugas untuk menyaring pasien dengan
batuk lama segera pada saat datang di fasilitas. Pasien dengan batuk ≥ 2 minggu,
1. Triase atau yang sedang dalam investigasi TB tidak dibolehkan meng-antri dengan pasien
lain untuk mendaftar atau mendapatkan kartu. Mereka harus segera dilayani
mengikuti langkah-langkah dibawah ini.

Meng-instruksi-kan pasien yang tersaring diatas untuk melakukan etiket batuk. Yaitu
2. Penyuluhan untuk menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin. Kalau perlu berikan
masker atau tisu untuk membantu mereka menutup mulutnya
Pasien yang suspek atau kasus TB melalui pertanyaan penyaringan harus
dipisahkan dari pasien lain, dan diminta menunggu di ruang terpisah dengan
3. Pemisahan ventilasi baik serta diberi masker bedah atau tisu untuk menutup mulut dan hidung
pada saat menunggu.

Pada tempat pelayanan terpadu, pasien dengan gejala di-triase ke baris depan untuk
Pemberian mendapatkan pelayanan segera (misalnya VCT HIV, kunjungan ulang obat), agar
segera dapat dilayani dan mengurangi waktu orang lain terpajan pada mereka.
4. pelayanan Ditempat pelayanan terpadu, usahakan agar pasien yang hanya datang untuk
segera pelayanan HIV mendapatkan layanan HIV sebelum layanan untuk ODHA dengan TB.

Pemeriksaan diagnostik TB sebaiknya dilakukan ditempat pelayanan itu, tetapi bila


Rujuk layanan ini tidak tersedia, fasilitas perlu membina kerjasama baik dengan sentra
untuk diagnostik TB untuk merujuk pasien dengan gejala TB. Selain itu, fasilitas perlu
5. mempunyai kerjasama dengan sentra pengobatan TB untuk menerima rujukan
investigasi/ pengobatan bagi pasien terdiagnosa TB.
pengobatan TB
PILAR Pengendalian Lingkungan

Building / Architectural Controls


○ Posisi / direction bangunan
○ Luas area terbuka
○ Flow of traffic
○ Desain
○ Ventilasi natural
 Relatif efisien  direncanakan sejak awal

3/18/2019 28
Ventilasi

• Aliran udara
• “dorongan” dan atau “tarikan” pada partikel dan uap/udara
• Tergantung pengaturan
• Exhaustfan dipasang 15 cm dari lantai (Pedoman Teknis Bangunan
dan Sarana Fasyankes untuk Mencegah Infeksi Yang Ditransmisikan
Melalui Udara, Kemenkes 2014)

12 ACH

3/18/2019 29
 Penggunaan Sistem Ventilasi:
- Alamiah
- Mekanik
- Campuran
(hybrid)

 Penggunaan Radiasi Ultraviolet


pada Aliran Udara Atas
3 tipe ventilasi lingkungan

1. Ventilasi mekanik : exhaust fan mendorong udara


keluar gedung, dapat dikombinasi dg AC + sistem
filter
2. Ventilasi natural : dorongan alami aliran udara
keluar  angin, ’Chimney effect’ perbedaan
tekanan udara di luar dan didalam ruangan,
murah, > efektif
3. Ventilasi campuran, kombinasi 1&2

3/18/2019 31
Air Changed per Hour (ACH)

• ACH adalah laju pertukaran udara setiap jam atau


berapa kali udara dalam ruangan berganti setiap
jamnya. Syarat untuk ruang layanan TB MDR adalah
12 ACH, artinya ruangan tersebut mengalami
pergantian udara 12 kali setiap jamnya atau sekali
dalam 5 menit. Hal itu berarti setelah 5 menit udara
yang berada dalam ruangan beserta partikel lain (debu,
droplet dll) yang melayang di udara akan keluar dari
dalam ruangan tersebut.
ACH and time (in minutes) required
for removal efficiences of 99% and 99.9%
of airborne contaminants
ACH 99% 99.9%
2 138 min 207 min
4 69 104
6 46 69
12 23 35
15 18 28
20 14 21
50 6 8
400 <1 1
3/18/2019 33
CARA PENGHITUNGAN ACH (AIR CHANGE
PER HOUR) ATAU PENGALIRAN UDARA
SETIAP JAM

ACH = Laju aliran rata2 udara (m3/jam)

Isi Ruangan (m3)

• Laju aliran rata2 (LAR) udara = … m³/jam


• Isi Ruangan = … m³

• LAR diukur memakai alat 


VaneometerR

34
CONTOH :
tinggi 0.5 m, lebar 0.5 m Luas Bukaan Jendela (LBJ)=
0.5 m x 0.5 m = 0.25 m²

Kecepatan udara Ruangan:


rata-rata (KUR) lebar 3 m,
melalu jendela = panjang 5 m,
1 m/detik tinggi 3 m
Isi ruangan (I) =
3mx5mx3m=
Laju aliran rata-rata (LAR)= 45 m³
LBJ x KUR = 0.25 m2 x 1 m x 3600/jam
= 900 m³/jam
Pertukaran Udara setiap Jam= LAR/I
= 900PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012
m3/jam/45
35 m³ = 20 ACH
Ruang Tunggu dengan Ventilasi Alami
Poli Rawat Jalan dengan Ventilasi Alami
Contoh ruang tunggu

√ 38
Contoh poliklinik
Kohorting (PMK 27 th 2017)
•Menempatkan pasien terinfeksi atau
kolonisasi dengan patogen yang sama di
ruang yang sama
•Pasien lain tanpa patogen yang sama
dipisahkan
•Jarak antar bed ≥ 1 meter
•Ruang kohorting : bertekanan negative atau
menggunakan hepafilter (PCI-8, JCI)

3/18/2019 40
KOHORTING

3/18/2019 41
PILAR PERLINDUNGAN DIRI

42
RUANG LINGKUP PROGRAM PENCEGAHAN HH

DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) APD


Limbah
HAIs Lingkungan
Peralatan Perawatan Ps
PPRA Penanganan Linen
Kes. Karyawan
Penempatan Pasien
Etika batuk
Penyuntikan yang aman
Praktil lumbal punksi
Edukasi
VAE,IAD
IDO,ISK

Airborne
Droplet
Contact
Menerapkan
Bundles of
HAIs
Komite PPI
Tim PPI
IPCN
Audit
IPCN
ICRA
Alur pasien penyakit infeksi berdasar cara transmisi
Penyakit Infeksi berdasar cara transmisi infeksi

Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium,Radiologi

Penempatan pasien

Transmisi kontak Transmisi droplet Transmisi airborne/udara

Kamar tersendiri,atau Kamar tersendiridengan


Kamar tersendiri,atau tekanan negatif,atau natural
Kohorting dalam ruangan
Kohorting dalam ruangan ventilasi kombinasi
Ditempatkan pojok dengan
Dengan jarak antar TT > 1 mekanikal dengan
Skrem dan tanda
m pertukaran udara > 12x/jam
Dipintu kamar diberi tanda
Dipintu kamar diberi Kohorting dalam ruangan
transmisiinfeksi cara kontak
tanda Infeksi cara droplet Dipintu kamar diberi tanda
APD petugas : sarung tangan
APD Petugas :masker APD Petugas: respirator
,gaun
bedah,gaun,sarung tangan partikulat
APD pasien: masker bedah
Kesiapan menghadapi
Emerging Infectious Disease
KESEHATAN KARYAWAN

resiko penularan pada petugas adalah daya


tahan tubuh petugas. Oleh krn itu petugas yg
hamil dan sakit tertentu tdk boleh bertugas di
klinik tb atau isolasi tb, dan penambahan
asupan gizi utk petugas yg bekerja di area tsb

46
Kewaspadaan Berdasarkan
Transmisi
• Diterapkan kepada pasien yang diduga terinfeksi kuman.
Kewaspadaan berbasis transmisi terdiri dari 3 yaitu:
• Transmisi kontak: dapat terjadi secara kontak langsung atau kontak
tidak langsung..
• Transmisi droplet : jika droplet pasien yang berukuran >5 µm keluar
dari hidung/mulut melayang di udara dan jatuh mengenai mukosa
mata, hidung maupun mulut orang lain yang berada pada jarak
kurang dari 1m.
• Transmisi melalui udara (airborne) : jika partikel <5 µm mengandung
mikroba melayang atau menetap di udara beberapa jam, ditransfer
sebagai aerosol melalui aliran udara dalam ruangan/jarak lebih jauh
dari 1m.
Perlindungan Diri

 Pemakaian Respirator (N-95)


 Edukasi dan penerapan etiket batuk
 Keselamatan dan keamanan laboratorium TB
 Keamanan cara penampungan sputum
 Proteksi saat transportasi pasien
RESPIRATOR PARTIKULAT
(N95,FFP2)
 Mencegah
– Menghirup/menelan partikel infeksius (< 5 m)
– Kontaminasi pada muka, hidung / mulut
 Gunakan hanya satu N-95/FFP2 respirator 
tidak perlu tambahan perlindungan
 JANGAN SENTUH bagian depan respirator
apabila telah dipasang di wajah
 Gunakan ukuran yang tepat sesuai bentuk
hidung dan mulut
 Periksa keketatannya
 Buang sebagai sampah medis
Dekontaminasi alat dan
ruangan
•Teori Spaulding : Pre cleaning – Cleaning
– Desinfeksi
• Harus dibersihkan dengan detergen terlebih dulu (dan
surfactan)
• M.Tb inaktif dengan desinfeksi Intermediate dan Tingkat TInggi (CDC,
2003 halaman 72 dan 73)
• Desinfektan Tingkat Intermediate : klorin (standar memakai 0,5%)
• Desinfektan Tingkat Tinggi : Hidrogen Peroksida, Glutaraldehyde dan
Peracetic Acid

51
Keselamatan dan Keamanan LaboratTB
• KONSEP : Kewaspadaan Standard dan Isolasi
• Petugas Lab yang menangani px BTA dan kultur BTA berhak
dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin tiap tahun
• Biologic Safety Cabinet dilengkapi dengan laminar airflow
dan filter HEPA
• Sebelum bekerja : cabinet dialasi dengan bahan penyerap
yang sudah dibasahi larutan desinfektan
• Setelah bekerja permukaan cabinet harus dilakukan
desinfektan
• Lampu UV harus selalu dalam keadaan menyala
• Pengecekkan minimal 1 tahun sekali

52
53
Keamanan dan Cara Pengumpulan
Sputum

54
Cara Pengambilan Sputum Yang Baik
1. Pasien diminta menarik napas dalam sebanyak 3X,
kemudian tarikan ke-3 menahan napas kemudian batuk
dengan tekanan.
2. Wadah sputum harus bermulut lebar dan bertutup ulir
3. Wadah tidak perlu steril, namun harus bersih dan kering
4. Selalu menggunakan wadah khusus dari lab
5. Jika didampingi masuk ke area booth sputum, maka
pendamping menggunakan masker N95
6. Pasien HARUS tetap dalam ruangan sampai batuk mereda
dan tidak batuk lagi
7. Ruangan HARUS dibiarkan kosong selama beberapa menit
sampai pasien berikutnya masuk
8. Jangan menggunakan toilet atau WC sbg tempat
penampungan sputum
55
KEBERSIHAN TANGAN dan
TRANPORTASI PASIEN
• Fasyankes HARUS menyediakan sarana cuci tangan

• Apabila pasien akan ditransportasikan keluar, maka pasien HARUS


dipakaikan masker bedah.

56
Faktor pendukung keberhasilan
Kekuatan:
• Aspek Manajerial dan Unit Penyelenggara Administratip
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan PPI-RS
termasuk PPI-TB
• Memiliki Komite dan Tim PPI yang bekerja aktif
• Memiliki SOP, tersosialisasi dan diterapkan
• Pendidikan dan Pelatihan PPI secara rutin
• Memiliki Program PPIRS, melakukan surveilans aktif,
memiliki Penanggung Jawab PPI TB dan melakukan revisi
SOP secara berkala
Faktor kendala keberhasilan

Kelemahan :
• Ketersediaan alat perlindung diri petugas dan pengunjung masih
kurang
• Aliran udara / Ventilasi ruangan tidak memadai
• Kewaspadaan Standar sering kurang diperhatikan
• SPO triase (pemisahan orang batuk, TB, HIV) dan percepatan
pelayanan pasien batuk belum ada
• Tidak ada anggaran khusus PPI-RS, PPI-TB, TB-HIV di RS
• Surveilans belum dilakukan secara aktif dan terus menerus
• Penanganan limbah sering tidak sesuai aturan
58
Penutup

 PPI-TB merupakan bagian dari kegiatan dan program


PPI-RS secara keseluruhan
 Diselenggarakan sebagai antisipasi meningkatnya
angka TB sejalan dengan meningkatnya pasien HIV di
Indonesia
 Keberhasilan program PPI-TB sangat tergantung dari
komitmen dan dukungan Direktur / Pimpinan RS

59
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai