PELAYANAN TB DOTS
RUMAH SAKIT ISLAM
NAMIRA
Jln. KH. Ahmad Dahlan No.17 Selong, Lombok Timur - NTB
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
No Izin : 503/293/PMPTSP-RS/01/2021
JL.KH. Ahmad Dahlan NO 17 Pancor Lombok Timur
Telp (0376)21004 fax (0376)22693
Bismillahirrahmanirrahim
TENTANG
Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa mempohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :
MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
Rumah Sakit Islam Namira Lombok Timur, perlu disusun
Pedoman Pelayanan TB-DOTS ;
b. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan TB-DOTS di
Rumah Sakit Islam Namira, maka diperlukan adanya kebijakan
Direktur RS sebagai landasan bagi seluruh penyelenggara dan
pelaksana pelayanan kesehatan khususnya yang terlibat
dalam pelayanan penanggulangan TB di Rumah Sakit Islam
Namira;
MENETAPKAN
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
LOMBOK TIMUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TB-DOTS
TEMBUSAN Yth :
1. KetuaYayasan RSIN PANCOR;
2. Ketua Komite Medik RSIN PANCOR;
3. Ketua Komite Keperawatan RSIN PANCOR;
4. Arsip.
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI.................................................................................................................... 1
A. TatalaksanaPelayanan TB DOTS
3.1 Dukungan dan operasional strategi DOTS di RS.........................................3
3.2 Strategi DOTS di RS...................................................................................4
B. Alur Pelayanan TB DOTS.....................................................................................
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................12
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 13
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Namira
Nomor : 82/PAD-PEL/AKR/DIR/RSI-N/IX/2022
Tanggal : 10 September 2022
Tentang : Panduan Pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit Islam Namira
BAB I
DEFINISI
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (M. tb) yang ditemukan pada tahun 1882
oleh Robert Koch. Kuman ini tumbuh lambat dan membelah diri setiap 18 – 24 jam
pada suhu yang optimal. Kuman M.tb tumbuh dan berkembang biak pada tekanan
O2 140 mmH2O di paru. Kuman M.tb berbentuk agak bengkok atau berbentuk
batang lurus dan pada biakan invitro mempunyai ukuran panjang 1 – 4 mm dan tebal
0,3 – 06 mm. Basil TB di jaringan pejamu yang sakit mempunyai bentuk karakteristik
yang berbeda. Bila M.tb ditanam / dibiak pada sel manusia maka tampak lebih
panjang dan lebih bengkok. Penularan biasanya melalui udara yaitu dengan inhalasi
droplet nuklei yang mengandung M.tb. Droplet nuklei berasal dari penderita TB paru
atau TB laring ketika bersin, batuk, bicara atau menyanyi. Droplet nuklei yang
berukuran 1 – 5 mikron dapat menembus sistem mukosilier saluran napas sehingga
dapat mencapai dan bersarang di bronkus dan alveoli membentuk sarang
pneumonik yang disebut lesi primer. Terjadinya infeksi paru tergantung pada
konsentrasi droplet nuklei, lamanya pajanan, virulensi bakteri dan kemampuan
fagosit makrofag alveolar. Makrofag di dalam alveoli akan memfagositosis sebagian
kuman TB tetapi belum mampu membunuhnya sehingga kuman TB di dalam
makrofag umumnya tetap dapat hidup dan berkembang biak (multiplikasi kuman).
Kuman TB yang menyebar melalui saluran limfe mencapai kelenjar limfe regional
sedangkan yang melalui aliran darah akan mencapai berbagai organ tubuh.
Mekanisme imun yang utama pada TB adalah respons imun nonspesifik maupun
spesifik terhadap antigen yang berasal dari kuman TB. Kuman TB hidup sebagai
parasit intrasel, sehingga daya pertahanan tubuh yang terpenting terhadap kuman
tersebut dilakukan oleh cellular mediated immunity (CMI) dan delayed type
hypersensitivity (DTH). Respons CMI akan menimbulkan akumulasi dan aktivasi
makrofag melalui sel limfosit T spesifik, sedangkan DTH akan menghasilkan
kerusakan jaringan. Sebagian besar penderita TB paru primer sembuh dan
membentuk granuloma. Granuloma terbentuk bila penderita memiliki respons imun
yang baik walaupun sebagian kecil mikrobakterium hidup dalam granuloma dan
menetap di tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama. Granuloma membatasi
penyebaran dan multiplikasi kuman. Biasanya 2 – 10 minggu setelah terinfeksi M.tb,
respons imun akan menghambat multiplikasi dan penyebaran basil TB lebih lanjut,
tetapi beberapa berada dalam keadaan dorman dan tetap hidup selama beberapa
tahun. Hal ini disebut sebagai infeksi TB laten dan biasanya uji tuberkulin positif
tetapi tidak ada gejala TB aktif dan tidak infeksius. Kuman dari 10% individu yang
terkena infeksi TB primer akan berkembang menjadi TB aktif dalam beberapa bulan
atau beberapa tahun setelah infeksi
BAB II
RUANG LINGKUP
3. Laboratorium
Yaitu pasien dari rawat jalan, IGD dan rawat inap yang memerlukan
pemeriksaan laboratorium
2.1.2 Eksternal
RSI NAMIRA sudah bekerjasama dengan Puskesmas Kabupaten Lombok
Timur dan RSU kota Mataram serta RSU provinsi untuk mengoptimalkan pelayanan
dan pengobatan TB.
BAB III
TATA LAKSANA
Rawat jalan
IFRS
BAB IV
DOKUMENTASI
KEGIATAN TB DOTS
BAB V
PENUTUP