Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN KERJA TIM PELAYANAN TUBERKULOSIS

TAHUN 2022

RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA


JL. RAYA BYPASS KRIAN KM.33
BALONGBENDO
SIDOARJO

1
RUMAH SAKIT UMUM
ANWAR MEDIKA
Jl.Raya ByPass Krian KM 33 Balongbendo Telp. (031) 8974943 – (031) 8972052
Website: www.rsanwarmedika.com Email: rsu.anwarmedika@gmail.com
SIDOARJO
P
PERATURAN DIREKTUR
Nomor : 330/PERDIR-RSAM/VII/2022
TENTANG
PEDOMAN KERJA TIM PELAYANAN TUBERKULOSIS
RSU ANWAR MEDIKA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya penanggulangan Tuberkulosis di Rumah


Sakit Umum Anwar Medika, maka diperlukan penyelenggaraan
pedoman kerja Tim Pelayanan Tuberkulosis Rumah Sakit Umum
Anwar Medika;
b. Bahwa agar penyelenggaraan pedoman kerja Tim pelayanan
Tuberkulosis Rumah Sakit Umum Anwar Medika dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya pedoman kerja Tim
Pelayanan Tuberkulosis Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
poin a dan b, perlu ditetapkan pedoman kerja Tim Pelayanan
Tuberkulosis Rumah Sakit Umum Anwar Medika dengan
Peraturan direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Permenkes Republik Indonesia No.67 tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
5. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengorganisasian Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 Tahun 2020 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/755/2019 tentang pedoman nasional
pelayanan kedokteran tata laksana Tuberkulosis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 413 tahun 2020 Tentang
Pencegahan dan Pengendalian Covid 1-19;
9. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika
Nomor 001/SK-PT/I/2020 Tentang Stuktur Organisasi PT.
Rumah Sakit Anwar Medika;
10. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika
Nomor 002/SK-PT/I/2020 Tentang Corporate by Laws PT.
Rumah Sakit Anwar Medika;
11. Keputusan Direktur Utama PT RS Anwar Medika Nomor
005/SK-PT/I/2020 Tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit
Umum Anwar Medika;
12. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor
247/PERDIR-RSAM/VII/2022 Tentang Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
13. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor
i
03/SK-RSAM/I/2022 Tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah
Sakit Umum Anwar Medika;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ANWAR
MEDIKA TENTANG PEDOMAN KERJA TIM PELAYANAN
TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
(1) Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
(2) Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan demikian
merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan
atau melaksanakan kegiatan.
(3) Tuberculosis Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru
dan organ lainnya.
(4) TB DOTS adalah suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan
kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan
penyakit tuberculosis.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
(1) Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan Tuberkulosis di
Rumah Sakit Umum Anwar Medika dengan mutu tinggi serta
mengutamakan keselamatan pasien.
Pasal 3
(1) Pelayanan Tuberkulosis dapat berjalan dengan baik berdasarkan
SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.
(2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangakau
dengan pengutamaan pada upaya preventif dan kuratif.
(3) Menciptakan pelayanan yang nyaman dan lingkungan yang
aman.
(4) Memberikan pelayanan Tuberkulosis dengan SDM yang
bermutu tinggi dan mengutamakan kepuasan pelanggan.

BAB III
TATA KELOLA/PENYELENGGARAAN

Pasal 4
(1) Pelayanan Tuberkulosis meliputi penerimaan pasien dari dokter
spesialis, dokter umum yang sudah terdiagnosa TB paru atapun
TB Ekstra paru yang harus diobati di rumah sakit dan dilayani di
poli TB DOTS.
(2) Pelayanan Tuberkulosis meliputi penerimaan pasien, pelayanan
ii
medis,pelayanan perawatan, pemeriksaan penunjang, pelayanan
obat, pencatatan dan pelaporan .
(3) Skrining Tuberkulosis dilakukan pada kontak pertama pasien ke
pelayanan kesehatan untuk menetapkan pasien baru
Tuberkulosis atau pasien kambuh, apakah bisa dilayani oleh
rumah sakit.
(4) Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan ,hasil anamnesa,
pemeriksaan klinis,pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.

BAB IV
PENUTUP

Pasal 5
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku. Peraturan Direktur
nomor 126/SK-RSAM/I/2020 tentang Pedoman Kerja Tim
Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Anwar Medika dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Pengawasan pemberlakuan Pedoman kerja tim Tuberkulosis
dilaksanakan oleh Direktur RSU Anwar Medika.
Pasal 7
Peraturan Direktur ini berlaku pada tanggal 06 Juli 2022

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Surat keputusan direktur RSU Anwar Medika........................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................ 2
BAB III TUJUAN ................................................................................................ 3
A. Tujuan Umum .................................................................................. 3
B. Tujuan Khusus ................................................................................. 3
BAB IV PENGERTIAN ....................................................................................... 4
BAB V KEBIJAKAN ......................................................................................... 5
BAB VI PENGORGANISASIAN........................................................................ 6
Struktur Organisasi TIM TB DOTS........................................................ 16
BAB VII KEGIATAN ........................................................................................... 19
BAB VIII METODE ............................................................................................... 21
BAB IX PENCATATAN DAN PELAPORAN ..................................................... 22
BAB X MONITORING DAN EVALUASI ........................................................ 23
BAB XI PENUTUP .............................................................................................. 24

iv
Lamp. : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika
Nomor : 330/PERDIR-RSAM/VII/2022
Tanggal : 06 Juli 2022

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak dahulu penyakit Tuberkulosis (TB) oleh masyarakat dikenal sebagai


penyakit menular dan merupakan salah satu masalah utama kesehatan di masyarakat
indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penderita tuberkulosis yang
ditemukan di masyarakat dan kematian yang disebabkannya.
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus tuberkulosis baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena Tuberkulosis dimana 480.000 adalah perempuan. Pada tahun
1995, puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan di masyarakat dengan
menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Dengan
berjalannya waktu strategi DOTS telah mulai dikembangkan di Balai Pengobatan
Paru dan di Rumah Sakit, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah.
Pada tahun 2004 survey prevalensi tuberkulosis menunjukkan bahwa pola
pencarian pengobatan tuberkulosis ke rumah sakit ternyata cukup tinggi, yaitu
sekitar 60 %. Melihat dari besarnya masyarakat mencari pengobatan tuberkulosis ke
rumah sakit, maka Rumah Sakit Umum Anwar Medika membuka pelayanan TB
DOTS yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini adalah dinas kesehatan
Sidoarjo.

1
BAB II
LATAR BELAKANG

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun


1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit
TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskular
dan penyakit saluran nafas pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari
golongan penyakit infeksi. Pada tahun 1993, WHO telah menyatakan bahwa TB
merupakan keadaan darurat (global emergency) dan pada tahun 1995
merokomendasikan strategi DOTS sebagai salah satu langkah yang paling efektif dan
efisien dalam penanggulangan TB.
Penggulangan TB merupakan Program Nasional yang harus dilaksanakan
diseluruh Unit Pelayanaan Kesehatan termasuk RS. Pelaksanaan strategi DOTS di RS
merupakan salah satu upaya penting dalam menanggulangi TB di Indonesia,
mengingat banyaknya permasalahan yang muncul terkait dengan kasus TB.
Permasalahan yang ada yaitu, tingginya angka putus berobat (droup out), angka
keberhasilan pengobatan yang rendah di Rumah Sakit, Munculnya resistensi Obat
Anti TB (OAT) / Multi Drug Resisten (MDR) TB akibat kurangnya pengawasan
terhadap program pelayanan TB, persediaan OAT yang tidak memadai, kualitas obat
yang tidak memenuhi standart, dan penatalaksanaan pengobatan yang tidak adekuat.
Pelaksanaan DOTS di RS mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus
(Case Detection Rate), angka keberhasilan pengobatan (Cure Rate), dan angka
keberhasilan rujukan (Succes Referal Rate). Hal tersebut memerlukan pengelolaan
yang spesifik, karena di butuhkan kedisiplinan dalam penerapan semua
kebijakan/standar prosedur operasional yng ditetapkan. Disamping itu, perlu adanya
koordinasi antar unit pelayanan dalam bentuk jejaring serta penerapan standar
diagnosa dan terapi yang benar. Dukungan yang kuat dari jajaran direksi Rumah Sakit
berupa komitmen dalam penggelolaan sangat penting. Sukses dalam pelayanan
tuberkulosis bukan saja akan meningkatkan angka kesembuhan pasien, tetapi juga
mencegah terjadinya Multi Drug Resisten (MDR) atau Extreme Drug Resesiten
(XDR) TB.

2
BAB III
TUJUAN

A. TUJUAN UMUM
Sebagai acuan bagi masing-masing unit kerja dalam melaksanakan tugas lebih
terpusat untuk kendala yang timbul di RSU Anwar Medika.

B. TUJUAN KHUSUS
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberkulosis
b. Menurunkan resiko penularan TB
c. Mencegah terjadinya Multi Drug Resistance (MDR) sehingga TB tidak lagi
merupakan masalah kesehatan masyarakat.

3
BAB IV
PENGERTIAN

1. Tuberculosis (TB) Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil


mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
2. TB DOTS adalah suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan
dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan penyakit tuberculosis.
3. Tim TB DOTS adalah Suatu kelompok yang usaha-usaha individualnya
menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan dari individu itu
sendiri.
4. Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan
aspek promotive dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan
rehabilitative yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
menurunkan angka kesakitan, memutuskan penularan.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggrakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotive, preventif,
kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, swasta atau masyarakat.

4
BAB V
KEBIJAKAN

1. Promosi kesehatan dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat,


advokasi, dan kemitraan.
a. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan adalah melalui komunikasi
efektif, demonstrasi (praktek), PKRS, pemberian edukasi, konseling dan
bimbingan yang dilakukan baik di layanan kesehatan atau kunjungan rumah
dengan media leflet, poster, foto dan lain-lain.
b. Advokasi adalah suatu perangkat kegiatan yang terencana, terkoordinasi
dengan tujuan menempatkan TB sebagai perhatian utama dalam agenda
politik.
c. Kemitraan mempunyai 3 prinsip yaitu kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan.
Dalam pelaksanaannya promosi kesehatan menggunakan metode penyuluhan
langsung dengan media leflet, poster, PPT/slide , foto dan lain-lain. Media
komunikasi atau alat peraga yang digunakan untuk promosi penanggulangan TB
seperti obat TB, pot sediaan dahak, masker. Sedangkan sumber daya terdiri dari
petugas sebagai sumber daya manusia (SDM), yang bertanggung jawab untuk
promosi dan sumber daya lain berupa sarana dan prasarana serta dana. Sasaran
promosi kesehatan :
a. Pasien, individu sehat (masyarakat) dan keluarga sebagai komponen dari
masyarakat.
b. Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa.
2. Surveilans TB dapat dilaksanakan dengan menggunakan data layanan rutin
yang dilakukan pada pasien TB. Hasil survailans berdasarkan data rutin perlu
divalidasi dengan hasil dari survailans periodic atau sentinel. Data tersebut
diperoleh dari sistem pencatatan-pelaporan TB. Pencatatan menggunkan
formulir baku secara manual sedangkan pelaporan TB menggunakan sistem
informasi elektronik.
3. Pengendalian factor resiko bertujuan mengurangi sampai dengan mengeliminasi
penularan dan kejadian sakit TB di masyarakat. Upaya yang dilakukan :
a. Pengendalian kuman penyebab TB :
1) Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan pengobatan
tetap tinggi.

5
2) Melakukan penatalaksanaam penyakit penyerta (komorbid TB) yang
mempermudah terjangkitnya TB misalnya HIV, Diabetes melitus.
b. Pengendalian factor resiko individu
1) Membudayakan PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat, makan
makanan bergizi dan tidak merokok.
2) Membudayakan perilaku etika batuk dan cara membuang dahak bagi
pasien TB yang benar.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi
bagi populasi terdampak TB.
4) Pencegahan bagi populasi rentan
a) Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
b) Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis.
c. Pengendalian factor lingkungan
1) Mengupayakan lingkungan sehat
2) Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai rumah sehat.
d. Pengendalian interval daerah beresiko penularan
1) Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang beresiko tinggi
penularan TB (lapas /rutan, masyarakat pelabuhan, tempat kerja,
Pendidikan berasrama.
2) Penemuan aktif dan massif masyarakat (daerah terpencil, belum ada
program, padat penduduk).
e. Pencegahan pengendalian infeksi (PPI)
Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat dalam
pemberian pelayanan pada pasien TB harus menjadi perhatian utama.
Semua fasyankes yang memberi layanan TB harus menerapkan PPI TB
untuk memastikan berlangsungnya deteksi segera, tindakan pencegahan
dan pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB.
Upaya yang dilakuakan untuk mencegah/mengurangi pajanan kepada
petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan sekitarnya dengan
cara :
1) Strategi temukan pasien secepatnya, pisahkan secara aman, obati
secara tepat (TEMPO).
2) Penyuluhan pasien mengenai etika batuk.
3) Penyediaan wastafel, tissue, masker bedah, sampah medis, serta
pembuangan dahak yang benar.
4) Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk KIE.

6
5) Skrining bagi petugas yang merawat pasien TB.
Pengendalian lingkungan fasyankes adalah upaya peningkatan dan pengaturan
aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
mencegah penyebaran kuman dan mengurangi/menurunkan kadar percikan
dahak di udara. Upaya Penanggulangan dilakukan dengan menyalurkan percikan
dahak kearah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan radiasi
ultraviolet sebagai germisida.
Alat pelindung diri pernafasan disebut dengan respirator partikulat atau disebut
dengan respirator. Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau
FFP2 (health care particular respirator), merupakan masker khusus dengan
efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel berukuran < 5 mikron
yang dibawa melalui udara. Sebelum memakai respirator ini, petugas kesehatan
perlu melakukan fit tes untuk mengetahui ukuran yang cocok.
4. Penemuan kasus TB
a. Strategi penemuan dapat dilakukan secara pasif intensif, aktif, massif.
1) Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif intensif di fasilitas
kesehatan dengan jejaring layanan TB melalui public private mix
(PPM), dan kolaborasi berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM.
2) Penemuan pasien TB aktif atau massif berbasis keluarga dan
masyarakat, dapat dibantu oleh kader dari posyandu, pos TB desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama. Dengan cara ivestigasi kontak
paling sedikit 10-15 orang kontak erat dengan pasien TB, penemuan
ditempat khusus : lapas/rutan, tempat kerja , asrama, pondok
pesantren, sekolah,panti jompo, penemuan di populasi beresiko,
tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh. Skrining secara
massal terutama pada kelompok rentan dan kelompok beresiko.
Skrining pada kondisi situasi khusus.
3) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menemukan pasien TBC
wajib melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Pembayaran klaim jaminan kesehatan untuk pasien/kasus TBC di
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut hanya diberikan apabila
sudah mendapatkan nomor register pelaporan dari dinas kesehatan
kabupaten / kota.
b. Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
1) Keluhan dan hasil anamnesis meliputi:

7
Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala dan tanda TB yang meliputi:
a) Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan.
b) Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis
kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
c) Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pemeriksaan
pada orang dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan
pasien TB, tinggal di daerah padat penduduk, wilayah
kumuh, daerah pengungsian, dan orang yang bekerja dengan
bahan kimia yang berrisiko menimbulkan paparan infeksi
paru.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP):
a) S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes.
b) P (Pagi): dahak ditampung pada pagi segera setelah
bangun tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di
bangsal rawat inap bilamana pasien menjalani rawat
inap.
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Pemeriksaan tes cepat molekuler dengan metode Xpert
MTB/RIF.
3) Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat
(Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth
Indicator Tube) untuk identifikasi Mycobacterium
tuberkulosis (MTB).
b. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
1) Pemeriksaan foto toraks

8
2) Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB
ekstraparu.
3) Mantoux tes
c. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi M.tb terhadap OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus
dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu/
Quality Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat nasional
maupun internasional.
d. Alur diagnosis TB
Alur diagnosis TB dibagi sesuai dengan fasilitas yang tersedia:
a. Faskes yang mempunyai akses pemeriksaan dengan alat tes
cepat molekuler.
b. Faskes yang hanya mempunyai pemeriksaan mikroskopis dan
tidak memiliki akses ke tes cepat molekuker.

9
Bagan 1 alur diagnosis TB dewasa.

10
Bagan 2 alur diagnosis TB anak
11
5. Penanganan kasus TB dengan prinsip pengobatan OAT yang adekuat

12
Definisi kasus TB yang dimaksud disini adalah kasus TB yang belum ada
resistensi OAT.
a. Prinsip pengobatan TB :
a) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi.
b) Diberikan dalam dosis yang tepat.
c) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai pengobatan.
d) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam
dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan sebagai pengobatan
yang adekuat untuk mencegah kekambuhan.
b. Tahapan Pengobatan TB:
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap
lanjutan.
a) Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan
pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan
jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan
sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap
awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu pertama.
b) Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuha.
c. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah :
a) Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR).
b) Kategori2:2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3atau/
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
c) Kategori Anak: 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZE(S)/4-10HR.
d) Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini
ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Moksifloksasin, PAS, Bedaquilin, Clofazimin,
Linezolid, Delamanid dan obat TB baru lainnya serta OAT lini-1,
yaitu pirazinamid and etambutol.

13
Catatan: Pengobatan TB dengan paduan OAT Lini Pertama yang
digunakan di Indonesia dapat diberikan dengan dosis harian maupun
dosis intermiten (diberikan 3 kali perminggu) dengan mengacu pada
dosis terapi yang telah direkomendasikan. Penyediaan OAT dengan dosis
harian saat ini sedang dalam proses pengadaan oleh Program TB
Nasional. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam
bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT
ini terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam 1
(satu) paket untuk 1 (satu) pasien untuk 1 (satu) masa pengobatan.
d. Paduan OAT KDT lini pertama dan peruntuknya.
Pengobatan TB dengan paduan OAT Lini Pertama yang digunakan di
Indonesia dapat diberikan dengan dosis harian maupun dosis intermiten
(diberikan 3 kali perminggu) dengan mengacu pada dosis terapi yang
telah direkomendasikan.
Kategori-1:
a) Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
b) Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
c) Pasien TB ekstra paru.
1) Kategori 1
Dosis harian (2(HRZE)/4(HR))
Tabel 5.1 Dosis paduan OAT KDT (2(HRZE)/4(HR))
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap hari RHZE Setiap hari
Berat (150/75/400/275) RH (150/75)
Badan
selama 56 hari selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet

2) Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah
diobati sebelumnya (pengobatan ulang) yaitu:
a) Pasien kambuh.
b) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-
up).Dosis harian {2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}
Tabel 5.2 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2{2(HRZE)S/(HRZE)/5(HRE)}

14
Tahap
Tahap Intensif Lanjutan Setiap hari
Setiap hari RHE (150/75/275)
RHZE (150/75/400/275) + S
Berat
Badan selama 20
Selama 56 hari Selama 28 hari minggu
2 tab 4KDT
2 tab
30-37 kg + 500 mg 2 tablet
4KDT
Streptomisin inj.
3 tab 4KDT
3 tab
38-54 kg + 750 mg 3 tablet
4KDT
Streptomisin inj.
4 tab 4KDT
4 tab
55-70 kg + 1000 mg 4 tablet
4KDT
Streptomisin inj.
5 tab 4KDT
5 tab
≥71 kg + 1000mg 5 tablet
4KDT ( > do maks )
Streptomisin inj.

3) Kategori anak
Tabel 5.3 dosis kombinasi pada TB anak
2 bulan
BERAT 4 BULAN
RHZ (75/50/150)
BADAN RH (75/50)

5-7 kg 1 tablet 1 tablet


8-11 kg 2 tablet 2 tablet

12-16 kg 3 tablet 3 tablet

17-22 kg 4 tablet 4 tablet

23-30 kg 5 tablet 5 tablet

>30 OAT DEWASA

6. Hasil Pengobatan Pasien TB Hasil pengobatan


a) Sembuh Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif
pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir
pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya.
b) Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir
pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan
bakteriologis pada akhir pengobatan.
c) Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan,
atau kapan saja dalam masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium
yang menunjukkan adanya resistensi OAT.
d) Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum
memulai atau sedang dalam pengobatan.
15
e) Putus berobat (loss to follow-up) Pasien TB yang tidak memulai
pengobatannya atau yang pengobatannya terputus terus menerus selama
2 bulan atau lebih. Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil
akhir pengobatannya. Termasuk dalam kriteria ini adalah ”pasien pindah
(transfer out)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhir pengobatannya
tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
7. Pemberian kekebalan
Dalam rangka penanggulangan TB dilakukan melalui vaksin BCG adalah
vaksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari mycobacterium bovis.
Pemberian vaksin BCG pada bayi >2 bulan harus didahului dengan uji
tuberculin. Tata cara pemberian imunisasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pemberian pengobatan pencegahan
pengobatan pencegahan dengan isoniazid ( PP INH ) TB ditujukan:
a. Anak usia dibawah 5 tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif.
b. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosa TB aktif
dan tidak ada kontraindikasi terhadap INH.
Tabel 5.4 pemberian PP INH pada kontak anak
Umur HIV Hasil Pemeriksaan Tata Laksana
Balita (+)/(-) ILTB PPINH
Balita (+)/(-) Terpajan PPINH
5 th (+) ILTB PPINH
5 th (+) Terpajan PPINH
5 th (-) ILTB Observasi
5 th (-) Terpajan Observasi

16
BAB VI
PENGORGANISASIAN

DIREKTUR RS
dr. Nungky Taniasari, M.ARS

KETUA TB DOTS
dr Titin Sholihah Agustina Sp.P

WAKIL TIM TB DOTS


dr. Anugrah Puspitasari Setiawan

SEKRETARIS TIM TB DOTS


Hidayatul Puji Pratiwi A.md.Kep

Farmasi Laboratorium
Ummi Habibah, S.Farm., Apt Sriwularmi. Amd.AK

16
A. TUGAS POKOK TIM TB
1. Membantu direktur rumah sakit dalam menyusun kebijakan tentang TB .
2. Membantu direktur rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan pedoman
kerja TB DOTS di RSU Anwar Medika.
3. Membantu direktur rumah sakit dalam melaksanakan program pengendalian
TB DOTS di rumah sakit.
4. Membantu direktur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan TB DOTS di rumah sakit.
5. Melakukan surveilans TB.
6. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang TB,
terjadinya penularan TB, cara mencegah dan menurunkan angka kematian TB
secara bijak dan ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
7. Melaporkan pelaksanaan program TB DOTS kepada direktur rumah sakit .
B. DIREKTUR
1. Membentuk TIM TB dengan Surat Keputusan.
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap program
TB .
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
4. Menentukan kebijakan program Tim TB.
5. Mengadakan evaluasi kebijakan program Tim TB
6. Mengadakan evaluasi kebijakan TB yang bijak dirumah sakit berdasarkan
saran dari Tim TB.
7. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk TB
C. KETUA
1. Melaksanakan pembinaan kualitas atau mutu profesi pelayanan.
2. Melakukan koordinasi internal maupun ekternal rumah sakit dalam membina
kualitas profesi pelayanan.
3. Mengendalikan dan mengevaluasi kualitas pelayanan.
D. WAKIL KETUA
1. Membantu menyusun program dan anggaran TB di RSU Anwar Medika.
2. Membantu dalam penyusunan pedoman kerja Tim TB di RSU Anwar Medika.
3. Menjamin terlaksananya program TB di RSU Anwar Medika.
4. Melakukan sosialisasi dan diklat kepada petugas kesehatan dan staf Rumah
Sakit untuk melakukan kepatuhan menggunakan APD.

17
E. SEKRETARIS
1. Menyusun laporan dan pencatatan secara berkala.
2. Membuat undangan rapat dan notulen.
3. Mengelola berkas yang berhubungan dengan TB .
4. Membantu terlaksananya program TB.
F. KOORDINATOR LABORATORIUM
1. Melakukan pemeriksaan TCM (Ttes Cepat Molekuler).
2. Penyediaan reagensia dari laboratorium.
3. Membuat perencanaan untuk pelayanan.
G. KOORDINATOR FARMASI
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Melakukan stok opname OAT FDC.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) .
4. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan rumah sakit.

18
BAB VII
KEGIATAN

A. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1. Melakukan Identifikasi kesiapan Melakukan rapat koordinasi dengan direksi
infrastruktur rumah sakit, kelengkapan rumah sakit untuk mengidentifikasi kesiapan
fasilitas dan sarana penunjang dalam infrastruktur rumah sakit.
kegiatan TB. 1) menyediakan SDM berupa tenaga
kesehatan terlatih TB.
2) Melengkapi ruang rawat jalan, rawat inap ,
dan tempat sputum sesuai standart untuk
ruang pelayanan Tuberkulosis.
3) Memastikan ketersedian OAT FDC dan
reagen.
2. Mengajukan pelatihan TB DOTS untuk Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
anggota tim TB dalam pelayanan TB kota Sidoarjo untuk pengajuan pelatihan TB
DOTS di rumah sakit DOTS.
3. Menetapkan penanggung Jawab 1) Melakukan Pemilihan penanggung jawab
pelaksanaan TB dan menetapkan tim pelaksana TB yang
sudah ditetapkan oleh direktur Rumah
Sakit.
2) Pembuatan rencana kegiatan TB untuk 1
(satu) tahun.
4. Melakukan penyusunan kebijakan dan Menyusun kebijakan dan pedoman yang
pedoman yang berkaitan dengan berkaitan dengan Tuberkulosis yang sudah
Tuberkulosis , antara lain: ditetapkan oleh direktur rumah sakit , antara
1) Penetapan TIM TB lain:
2) Pedoman kerja TIM TB 1) Penetapan TIM TB
3) Program kerja TIM TB 2) Pedoman kerja TIM TB
4) Panduan praktek klinik TB 3) Program kerja TIM TB
4) Panduan praktek klinik TB
5. Peningkatan pemahaman kepada Meningkatkan pemahaman kepada seluruh staf
seluruh staf Rumah Sakit terkait Rumah Sakit terkait pelayanan Tuberkulosis,
pelayanan Tuberkulosis. meliputi:
1) Melakukan sosialisasi program
Tuberkulosis
2) Melakukan sosialisasi dan pemberlakuan
pedoman Tuberkulosis
3) Melakukan sosialisasi kebijakan dan SPO
Tuberkulosis
6. Melakukan kegiatan promosi kesehatan Metode yang digunakan dalam promosi
dalam penanggulangan Tuberkulosis. kesehatan, meliputi: Metode penyuluhan
langsung yaitu PKRS, pemberian Edukasi.
Metode penyuluhan tidak langsung dilakukan
melalui media seperti leflet. Jumlah sasaran
dilakukan melalui pendekatan perorangan
kelompok dan massal. Media komunikasi yang
digunakan untuk promosi penanggulangan TB
dapat berupa leflet, poster, PPT/slide, film,
bahan asli seperti obat TB, pot sediaan dahak,
masker.

19
7. Pencatatan dan pelaporan Tuberkulosis Melakukan pencatatan dan pelaporan
secara berkala ke rumah sakit dan dinas Tuberkulosis setiap bulan ke direktur Rumah
kesehatan sakit, melakukan validasi data bekerja sama
dengan dinas kesehatan setiap tiga bulan.
kegiatan TIM TB meliputi :
1) Masukkan data terduga pasien TB setiap
hari melalui pelaporan online SITB.
2) Memasukkan data pasien yang diobati.
3) Membuka pelayanan pengambilan obat tiap
minggu di poli TB
4) Evaluasi hasil sputum TCM jika pasien
terdiagnosa paru, evaluasi Efek samping
obat, dan Evaluasi hasil akhir pengobatan
pasien.
5) Melakukan pemberian vaksin BCG.
6) Melakukan pemberian terapi pencegahan
TB.

20
BAB VIII
METODE

Metode penanggulangan TB bisa menggunakan promosi kesehatan yang dilakukan


disemua tingkatan administrasi baik pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan
fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus mempertimbangkan :
1. Metode komunikasi dapat dilakukan berdasarkan :
a. Teknik komunikasi :
1) Metode penyuluhan langsung yaitu PKRS, pemberian Edukasi.
2) Metode penyuluhan tidak langsung dilakukan melalui media seperti
leflet.
b. Jumlah sasaran dilakukan melalui pendekatan perorangan kelompok dan
massal.
2. Media Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk promosi penanggulangan TB dapat
berupa leflet, poster, PPT/slide, film, bahan asli seperti obat TB, pot sediaan
dahak, masker.

21
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Semua kegiatan program dilakukan pencatatan oleh unit terkait yang dilaporkan
setiap bulan
2. Tim TB DOTS Menyusun laporan berdasarkan laporan yang didapat dari unit
terkait
3. Laporan program TB DOTS disusun dan dilaporkan kepada direktur setiap TW.

22
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Evaluasi pelaksanaan semua program TB DOTS ini dilakukan oleh petugas


TB kepada direktur dan diteruskan kepada TIM TB RSU Anwar Medika.

23
BAB X
PENUTUP

Pedoman Kerja TIM TB di Rumah Sakit Umum Anwar Medika di susun


sebagai upaya untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan.
Di harapakan melalui pedoman kerja ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan
persepsi, dalam mewujudkan pelayanan Rumah Sakit Umum Anwar Medika yang
berkualitas. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran, maka tidak menutup kemungkinan pedoman yang saat ini berlaku akan
semakin disempurnakan. Oleh karenanya, terhadap pedoman ini akan tetap dilakukan
evaluasi secara berkala, agar diperoleh perkembangan yang terbaru demi upaya
peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Anwar Medika.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 06 Juli 2022

DIREKTUR
RSU ANWAR MEDIKA

dr. Nungky Taniasari, M.ARS


NIK.AM.488

24

Anda mungkin juga menyukai