Anda di halaman 1dari 6

Lamp.

: Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika


Nomor : 80/SK-RSAM/I/2020
Tanggal : 06 Januari 2020

KEBIJAKAN PELAYANAN IGD


RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA

KETENTUAN UMUM
1. Pelayanan kegawat daruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
2. Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
3. IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit) atau
lanjutan (bagi pasien rujukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari
PSC 119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya.
4. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan pelaksana, yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi
Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif.
6. Rumah sakit mengutamakan pelayanan pasien kuratif diikuti pelayanan pasien
preventif, paliatif dan rehabilitatif.
7. Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan lanjutan/definitif dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
8. Merujuk kasus-kasus Gawat Darurat apabila Rumah Sakit tidak mampu
melakukan layanan lanjutan/definitif.

FASILITAS PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Peralatan di IGD harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
2. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia
3. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik/ terapi/ specimen yang
tidak tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain,
termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat inap yang di
indikasikan karena penyakitnya
4. Akses dan komunikasi IGD dengan menghubuni nomor 08113437449

SUMBER DAYA MANUSIA


1. Dokter sebagai Kepala IGD Rumah Sakit disesuaikan dengan kategori
penanganan.
2. Dokter penanggungjawab Pelayanan Kegawatdaruratan ditetapkan oleh
kepala/direktur Rumah Sakit.
3. Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan kegawatdaruratan.
4. Semua Dokter, Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan
mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
5. Dokter jaga yaitu dokter umum yang memiliki kompetensi untuk melakukan
pelayanan kegawatdaruratan
6. Dokter yang jaga harus memiliki sertifikat ACLS dan/ ATLS
7. Perawat yang bekerja diunit Pelayanan Kegawatdaruratan adalah perawat yang
memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang diperoleh melalui pelatihan
kegawat daruratan terstandar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
8. Perawat harus memiliki sertifikat PPGD dan BLS
9. Instalasi Gawat Darurat RS Anwar Medika memiliki program penanggulangan
pasien massal, bencana (Disaster Plan) terhadap kejadian didalam Rumah Sakit
maupun diluar Rumah Sakit
10. Jumlah dan jenis serta kualifikasi tenaga di IGD Rumah Sakit sesuai dengan
kebutuhan pelayanan.
11. Apabila terjadi kejadian luar biasa maka terdapat jadwal perawat dan dokter on
call
12. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat
pelindung diri (APD) serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian
infeksi.

PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pelayanan Kegawat daruratan harus memenuhi kriteria kegawat daruratan, yang
meliputi:
a. Mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan;
b. Adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi;
c. Adanya penurunan kesadaran;
d. Adanya gangguan hemodinamik; dan atau
e. Memerlukan tindakan segera
2. Pelayanan instalasi gawat darurat Rumah Sakit Anwar Medika sesuai dengan
klasifikasi rumah sakit tipe C yaitu level II
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan 24 jam dalam sehari dan tujuh
hari dalam seminggu
4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai
di IGD.
5. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat
darurat.
6. Pelayanan di IGD harusselalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
7. Menangani kasus“true emergency” IGD dan kasus “false emergency”pada ruang
pemeriksaan yang terpisah
8. Observasi pasien dengan kebutuhan khusus di IGD dilaksanakan paling lama 6
jam
9. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali
atas permintaan keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis
10. Bila terjadi bencana, baik yang terjadi di dalam atau di luar Rumah Sakit, IGD
siap untuk melakukan penanggulangan bencana
11. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat
persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya/ penanggung jawabnya, kecuali
pada kondisi gawat darurat yang mengancam kehidupannya
12. Pasien yang terpapar zat kimia yang berbahaya yang datang ke IGD RS Anwar
Medika harus melalui Ruang Dekontaminasi terlebih dahulu
13. Apabila tempat tidur di IGD tidak tersedia, maka pasien di tempatkan di ekstra
bed.
14. Apabila terjadi kejadian luar biasa sehingga jumlah pasien meningkat maka
pasien yang bersedia menunggu ruang rawat inap ditempatkan di ruang
intermediet yaitu di lorong utama Instalasi Gawat Darurat dengan cara menutup
akses untuk pengunjung umum. Pasien harus dipindah maksimal 1x24 jam dari
ruang perawatan intermediet. Pasien yang ditempatkan diruang intermediet
harus mendapatkan informasi dan persetujuan
15. Pasien dengan penyakit yang penularannya lewat udara (airborne disease)
ditempatkan di ruang isolasi

SKRININING DAN TRIASE GAWAT DARURAT


1. Triase merupakan proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan
2. Triase tidak disertai tindakan/intervensi medis
3. Prinsip triase diberlakukan system prioritas yaitu penentuan/penyeleksian mana
yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna:
a. Kategori Merah : Prioritas pertama (area resusitasi)
Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera
b. Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan)
Pasien memerlukan tindakan definitive tidak ada ancaman jiwa segera
c. Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi)
Pasien dengan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau
mencari pertolongan
d. Kategori hitam : prioritas nol
Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi
5. Triase di IGD dilakukan oleh perawat triase atau dokter jaga IGD
6. Memilah kondisi Pasien agar mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE (Airway,
Breathing, Circulation, Disability, Environment)
7. Menggunakan Tag Triase (pemberian label pada Pasien) karena sangat penting
untuk menentukan prioritas pelayanan.
8. Status triase harus dinilai ulang terus menerus karena kondisi Pasien dapat
berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi pasien berubah maka dilakukan retriase
9. Skrining di laksanakan melalui kriteria triase,evaluasi visual atau
pengamatan,hasil pemeriksaan fisik,psikologis,laboratorium klinis,atau diagnostik
imajing.
10. Skrining pasien dilakukan baik didalam ataupun diluar rumah sakit.
11. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh RS. Yang bisa diterima di RS adalah kasus selain di bawah ini :
a. Pasien dengan diagnosis :
 TBC dengan MDR atau XDR
 HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
 Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
 Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
 Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
 SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
 Morbus Hansen ( Kusta )
 Kasus Tetanus
b. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui
dirawat dokter lain atau asisten DPJP.
c. Apabila fasilitas /peralatan yang di butuhkan pasien tidak ada

TATA LAKSANA DEFINITIF


1. Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap pasien
2. Penentuan tindakan yang diambil berdasarkan atas kesimpulan dari anamnesa,
pemerikasaan fisik dan pemeriksaan penunjang, yang berwenang melakukan tata
laksana definitif adalah dokter yang terlatih
3. Pelayanan di IGD terdiri dari kuratif dan preventif. Pelayanan preventif di IGD
misalnya pemberian injeksi antitetanus pada pasien yang berisiko terkena tetanus.

RUJUKAN
1. Rujukan adalah memindahkan pasien ke tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang lebih tinggi ataupun ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memiliki sarana
dan prasarana medis serta tenaga ahli yang dibutuhkan untuk memberikan terapi
definitif kepada pasien
2. Sebelum pasien dirujuk, terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan Fasilitas
Pelayanan Kesahatan yang dituju mengenai kondisi pasien, serta tindakan medis
yang diperlukan oleh pasien
3. Fasilitas pelayanan kesehatan pengirim harus mendapat kepastian bahwa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dituju siap menerima dan melayani pasien yang
dirujuk. Proses pengiriman pasien dilakukan bila kondisi pasien stabil,
menggunakan ambulans yang dilengkapi dengan penunjang resusitasi, tenaga
kesehatan terlatih untuk melakukan tindakan resusitasi. Kriteria Stabil disini
adalah :
a. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas.
b. Oksigenasi adekuat.
c. Tidak dalam keadaan syok.
d. Tidak kejang.
e. Imobilasi fraktur (bila ada).
4. Pasien dirujuk dengan menggunakan ambulance dari RSU Anwar Medika atau
RS tujuan, lengkap dengan alat-alat penujang kehidupan yang dibutuhkan
ataupun menggunakan kendaraan sendiri.
5. Pasien dapat dirujuk ke RS rekanan ataupun RS sesuai pilihan pasien /keluarga
pasien.

PENUNDAAN/KELAMBATAN PELAYANAN
1. Apabila terjadi penundaan dan kelambatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
harus disampaikan kepada pasien.
2. Pasien diberitahu alasan penundaan dan kelambatan pelayanan dan diberi
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien dan
dicatat direkam medis
3. Pasien mengalami penundaan pelayanan dikarenakan sebagai berikut :
a. Kondisi ABC pasien tidak stabil
b. Adanya alergi terhadap obat misal obat kontras
c. Adanya hasil lab yang abnormal misal BUN SC yang tinggi sehingga pasien
akan mengalami penundaan CT Scan dengan kontras
d. Adanya penyakit-penyakit komorbidi bila dilakukan tindakan akan beresiko
berat

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 06 Januari 2020

DIREKTUR
RSU “ANWAR MEDIKA”

dr. Nungky Taniasari,M.ARS


NIK.AM 488

Anda mungkin juga menyukai