Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT

RSIA MELATI HUSADA

INSTALASI GAWAT DARURAT

RSIA MELATI HUSADA MALANG

TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi di RSIA Melati Husada


Malang yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam /hari dan merupakan salah satu pintu
masuk bagi pasien yang akan dirawat di RSIA Melati Husada Malang yang
mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan pintu masuk yang lain. Pintu
masuk RSIA Melati Husada yang lainya, yaitu Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi
Pelayanan Utama. Sebagai rumah sakit khusus tipe C, RSIA Melati Husada,
menerima rujukan dari pelayanan rumah sakit level dibawahnya untuk wilayah
daerah Malang. RSIA Melati Husada tentunya menempati posisi yang sangat
penting dan strategis dalam pelayanan kesehatan di wilayahnya. Hal tersebut
tentunya harus berbanding lurus dengan kondisi pelayanan di IGD RSIA Melati
Husada Malang, yang harus siap menerima dan melayani pasien yang masuk ke
dalam Instalasi Gawat Darurat dengan kualitas pelayanan yang baik sebagai
rumah sakit khusus.

Tanggung jawab, beban kerja dan Intensitas kerja yang tinggi yang harus
siap selama 24 jam melayani pasien, berpotensi menimbulkan masalah
menurunnya mutu pelayanan IGD RSIA Melati Husada apabila tidak
ditetapkannya pedoman pelayanan yang baik. Diperlukan suatu pedoman
pelayanan baku di IGD RSIA Melati Husada untuk meminimalisasikan atau
menihilkan terjadinya pelayanan yang substandart. Pedoman pelayanan yang baik
tentunya akan mencegah kejadian terkait keselamatan pasien, keselamatan
petugas dan tetap terjaminnya keberlangsungan pelayanan IGD yang berkualitas,
transparan dan akuntabel.

B. Tujuan Pedoman
Memberikan petunjuk dan orientasi lingkungan kerja kepada seluruh staf yang
bekerja atau berinteraksi kerja secara langsung maupun tidak langsung di Instalasi
Gawat Darurat RSIA Melati Husada selama menjalankan fungsi profesional
sebaga staf medis, keperawatan, penunjang medis dan tenaga non medis lainnya

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Kelangsungan hidup pasien Gawat Darurat sangat ditentukan oleh :


1. Kecepatan dan ketepatan pertolongan pertama ditempat kejadian ( basic Life
Support )
2. Kualitas pertolongan oleh petugas ambulan dan kualitas ambulan Gawat
Darurat dalam suatu sistim pra-rumah sakit yang di negara kita disebut Sistim
Penangganan Gawat darurat Terpadu
3. Kualitas pertolongan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
4. Rujukan ke rumah sakit yang tepat.
5. Emergency Call Center untuk memepercepat dan memudahkan akses pelayanan
gawat darurat.

D. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat menyelenggarakan pelayanan Gawat Darurat kepada


masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan terus
menerus selama 24 jam sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang
ditetapkan
2. Agar Instalasi Rawat Darurat dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standar yang ditetapkan perlu didukung dengan pelayanan Laboratorium,dan
Farmasi secara terus menerus selama 24 jam
3. Penderita yang tidak tergolong akut dan Gawat Darurat yang datang di RSIA
Melati Husada diluar jam buka Poliklinik (Instalasi Rawat Jalan), di layani di
Instalasi Rawat Darurat sesuai prosedur yang berlaku.
4. Agar Instalasi Rawat Darurat dapat memberikan pertolongan kepada penderita
Gawat Darurat secara cepat dan tepat, perlu dilaksanakan seleksi penderita di
Triage.
5. Pasien dengan indikasi dikerjakan tindakan operasi emergensi bisa dikerjakan di
kamar operasi Instalasi Gawat Darurat

E. Landasan Hukum.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/SK/I/1995


tentang petunjuk pelaksanaan umum penanggulangan Medik Korban Bencana.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 463/SK/VI/1993 tentang penerapan
standar pelayanan Rumah Sakit dan standar pelayanan Medis.
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 1994 tentang pedoman
Rumah Sakit Umum.
4. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomer 21 Tahun 1994
tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD. Dr.Saiful Anwar.
5. Keputusan Direktorat Jendral pelayanan Medik Dasar Nomer 202/SK/lV/2004
tentang pedoman standar pelayanan Instalasi Rawat Darurat.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Untuk pelayanan di IGD dilakukan oleh dokter spesialis emergensi yang dapat
didelegasikan kepada dokter umum yang menempuh Program Pendidikan Dokter
Spesialis ilmu kedokteran emergensi dan empat cabang spesialis besar lainnya, serta
perawat yang berpengalamanan dan lulus dalam berbagai pelatihan, antara lain BCLS,
BTLS, ECG dan organisasi resusitasi. Adapun alur semua penderita yang masuk IGD
akan dipilih (triase pasien) oleh perawat senior. Untuk meningkatkan kemampuan dokter
yang bekerja di satuan medis fungsional maka harus lulus beberapa kursus tingkat dasar
dan lanjut, misalnya harus sudah mengikuti pelatihan GELS (General Emergency Life
Support) atau PPGD, yang diperkuat surat edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medik
YM.01/II/1936/2011 tentang Standar Kompetensi minimal bagi dokter IGD. Sedangkan
untuk meningkatkan mutu dari tenaga perawat, maka hampir lebih dari 50% semua
perawat yang bekerja di IGD telah mengikuti beberapa kursus/pelatihan penting yang
praktis untuk menunjang pelayanan, diantaranya BCLS (Basic Cardiac Life support),
BTLS (Basic Trauma Life Support.

B. Pengaturan Jaga
Instalasi Gawat Darurat harus buka 24 jam sehari secara terus menerus, maka dibuat
kebijakan dalam burtugas secara shifting (bergantian).
Terdapat 3 shift jaga di Instalasi gawat darurat, yaitu :
1. Shift Pagi : jam 07.00 sampai jam 14.00
2. Shift siang : jam 14.00 sampai jam 21.00
3. Shift malam : jam 21.00 sampai jam 07.00

Pengaturan personil yang jaga diatur masing-masing koordinator jaga dengan persetujuan
koordinator pelayanan instalasi gawat darurat.

Terdapat laporan jaga yang diadakan secara periodic, pagi hari (morning report) untuk
masalah keperawatan. Dan laporan siang (day report) untuk masalah medis.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang
a. Ruang Triase
Ruang triage adalah ruang yang disiapkan untuk melakukan triage pada
pasien yang sudah diterima oleh petugas untuk masuk mendapatkan pelayanan
di instalasi gawat darurat. Pasien dipilah sesuai sengan tingkat kegawatannya.
Fasilitas terdapat tiga bilik tanpa sekat pemisah permanen disiapkan untuk
pasien yang hanya bisa berbaring di atas stretcher, kursi roda atau pasien yang
bisa berjalan. Triage diruang ini bisa dikerjakan dari level sederhana sampai
level komprehensif. Prasarana yang disiapkan : monitor tanda tanda
vital(tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan), stetoskop, senter, timbangan,
oksigen mobile, glukostik, ECG
b. Ruang KIE
Ruang khusus yang disiapkan untuk KIE (komunikasi, Informasi dan
edukasi) yang harus diberikan dokter dan perawat kepada keluarga pasien
tentang kondisi pasien dan penanganan di Istalasi gawat Darurat. Fasilitas :
meja, kursi

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Pendaftaran Pasien Baru

1. Pendaftaran dilakukan oleh pasien atau pengantar pasien dengan menyebutkan


identitas jelas (eKTP) bila pasien baru atau kartu pasien RSIA Melati Husada
Malang untuk pasien lama.

2. Pasien akan mendapat gelang identitas pasien dari loket pendaftaran, yang segera
harus dipakaikan ke pasien ketika masuk menjadi pasien IGD RSIA Melati
Husada Malang.
3. Pasien/Keluarga pasien mendapat kartu identitas penunggu dengan
diinformasikan oleh petugas pendaftaran atau perawat tentang hak dan
kewajibannya selama menjadi pasien di RSIA Melati Husada Malang.

B. Pelayanan di Ruang Terima (resepsionis)

1. Pasien yang datang atau turun di depan pintu masuk Instalasi Gawat Darurat
segera disambut oleh petugas keamanan dan perawat.

2. Perawat dan petugas keamanan segera mengenali kebutuhan pasien yang datang,
apakah bisa jalan sendiri, perlu kursi roda atau stretcher dan segera merespon
kebutuhan pasien.

3. Tugas utama petugas keamanan menjamin keamanan area sekitar, dengan tetap
membantu proses evakuasi pasien menuju pelayanan pasien sampai masuk ke
dalam instalasi Gawat Darurat.

4. Tugas utama perawat menilai kebutuhan pasien, segera mengupayakan bantuan


pada pasien, memulai penilaian resiko jatuh.

5. Pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran, ada serah terima dengan
pengantar pasien dan memastikan tidak ada barang berharga yang melekat di
pasien.

6. Apabila ada barang berharga segera dilakukan serah terima ke keluarga pasien,
apabila tidak ada keluarga segera diamankan oleh petugas dan tercatat untuk
disimpan di tempat yang aman.

7. Petugas sebelum dan sesudah kontak dengan pasien melakukan cuci tangan,
dengan tetap perhatian dengan penggunakan alat proteksi diri.

8. Petugas mengarahkan pengantar pasien untuk mendaftarkan pasien di loket


pendaftaran.

C. Pelayanan di Ruang Triage


1. Triage adalah proses pemilahan / klasifikasi pasien berdasarkan tingkat
kegawatannya dengan cara anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
tambahan secara singkat.
2. Di IGD RSSA dilakukan oleh Perawat mahir/berijasah di ruang triase dan
supervisi oleh dokter IRD.
3. Konsep triage adalah memilah pasien sesuai prioritas ke akutan / kegawat
daruratannya dengan waktu, tempat dan tenaga yang tepat dan mendistribusikan
nya ke ruang/sarana, tenaga dan waktu yang tepat sesuai prioritasnya.
4. Prioritas I / Gawat darurat / emergency adalah suatu keadaan ( pasien ) yang
memerlukan pertolongan segera dan apabila hal tersebut tidak dilakukan akan
berakibat kecacatan organ bahkan kematian, pasien ini akan dirawat di ruang
prioritas 1 ( ruang resusitasi / P1 ), Label merah
5. Prioritas II / gawat tidak darurat/urgent adalah suatu keadaan yang memerlukan
pertolongan segera, dan bila hal tersebut tidak dilakukan akan terjadi suatu
kegawatan, pasien ini akan dirawat di ruang prioritas 2 ( ruang kritis / P2 ), label
kuning.
6. Prioritas III / tidak gawat tidak darurat adalah keadaan ( pasien ) yang tidak
memerlukan pertolongan segera, pasien akan dirawat di ruang prioritas 3 ( ruang
rawat jalan ), label hijau.
7. Pada kondisi Kesiagaan & tanggap darurat untuk korban massal maupun bencana
Label triage menggunakan pita atau Tag yang tersedia.
8. Untuk kasus curiga terpapar oleh zat/bahan berbahaya atau penyakit pandemi
maka perawat harus mengarahkan pasien ke ruang dekon/isolasi sebisa mungkin
tanpa lewat ruang triage.
9. Perawat triage di supervisi oleh Dokter Spesialis yang sehari hari dibantu oleh
dokter umum yang sudah terlatih

D. Pelayanan di Ruang periksa Obgin

1. Pasien Obgin yang memerlukan memerlukan pemeriksaan dalam atau tidakan


sejenis direncanakan pindah ke ruang pemeriksaan obgin.
2. Pada waktu tindakan dilaksanakan dokter mengajak pendamping dari petugas
(dokter lain, perawat atau bidan)

E. Pelayanan Farmasi

1. Pelayanan farmasi diinstalasi gawat darurat dikelola langsung oleh instalasi gawat
farmasi dengan disediakannya ruang depo farmasi

2. Pelayanan farmasi melayani permintaan resep dokter berupa obat dan alat
kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien di instalasi gawat darurat

F. Pelayanan Radiologi

1. Pelayanan atas permintaan dokter yang bisa dilayanai melalui instalasi gawat
darurat adalah USG

G. Pelayanan laboratorium

1. Pelayanan laboratorium emergensi dikelola oleh instalasi laboratorium.

2. Permintaan pemerksaan laboratorium emergensi dikerjakan terlebih dahulu


dengan jaminan mutu pelayanan satu jam setelah spesimen diterima hasil segera
dikirim.

3. Apabila menemuai hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai kritis sesuai


standart instalasi gawat darurat, petugas laboratorium segera meninformasikan
melalui telepon ke dokter pengirim permintaan di instalasi gawat darurat tanpa
harus menunggu hasil tertulis.

H. Pelayanan Rujukan

1. Instalasi Gawat Darurat bisa melakukan rujukan terkait : alih rawat pasien,
pemeriksaan diagnosis dan specimen

2. Alih rawat dimungkinkan atas permintaan pasien, tidak tersedianya pelayanan


yang dibutuhkan oleh pasien, atau tersedia pelayanan yang dimaksud tapi sedang
penuh fasilitasnya.
3. Pemeriksaan diagnosis dan spesimen dimungkinkan ketika fasilitas belum ada,
rusak atau keperluan chekcross dari hasil yang meragukan.

I. Pelayanan Transportasi intrahospital

1. Transpotasi Intrahospital adalah pelayanan transportasi pasien di rumah sakit


antar ruangan.

2. Instalasi Gawat darurat melayani transportasi pasien dari Instalasi Gawat Darurat
ke Instalasi Rawat Inap dengan menggunakan kursi roda, stretcher, marlip.

3. Pemilihan alat transportasi disesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Pasien dengan masih bisa jalan gunakan kursi roda didampingi pendorong, tidak
dibenarkan dengan berjalan.

5. Pasien dengan resiko jatuh, penurunan kesadaran atau tidak stabil dipindahkan
dengan stretcher atau marlip dengan didampingi pendorong/sopir marlip, perawat
atau dokter sesuai rekomendasi dokter yang merawat.

6. Pendamping pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien

Anda mungkin juga menyukai