Anda di halaman 1dari 49

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT


RSU ANWAR MEDIKA

RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA


JL. BY PASS KM. 33 KRIAN
BALONGBENDO
SIDOARJO
RUMAH SAKIT UMUM
ANWAR MEDIKA
Jl.Raya ByPass Krian KM 33 Balongbendo Telp. (031) 8974943 – (031) 8972052
Website: www.rsanwarmedika.com Email: rsu.anwarmedika@gmail.com
SIDOARJO

PERATURAN DIREKTUR
Nomor : 416/PERDIR-RSAM/VII/2022
TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT


RSU ANWAR MEDIKA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan serta
mencegah adanya penularan COVID-19 di Instalasi Gawat
Darurat, maka diperlukan adanya kebijakan pelayanan Instalasi
Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
b. bahwa agar pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dapat berjalan
dengan baik, perlu adanya peraturan Direktur sebagai landasan
bagi penyelenggaraan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat;
c. bahwa dalam menanggulangi kegiatan rumah sakit yang
berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi,
ergonomik dan psikososial yang dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, pasien,
pengunjung maupun masyarakat di lingkungan rumah sakit;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Umum Anwar Medika Tentang Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Anwar Medika.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007


Tentang Perseroan Terbatas;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Pengorganisasian Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan PerumahSakitan;
6. Pedoman Tata Naskah Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Tata
Naskah Di Lingkungan Kemenkes;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 Tahun 2020 Tentang
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun 2018 Tentang
Pelayanan Kegawatdaruratan;
10. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika
Nomor 001/SK-PT/I/2020 Tentang Stuktur Organisasi PT.
Rumah Sakit Anwar Medika;
11. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika
Nomor 002/SK-PT/I/2020 Tentang Corporate by Laws PT.
Rumah Sakit Anwar Medika;

i
12. Keputusan Direktur Utama PT RS Anwar Medika Nomor
005/SK-PT/I/2020 Tentang pengangkatan Direktur Rumah
Sakit Umum Anwar Medika;
13. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor
247/PERDIR-RSAM/VII/2022 Tentang Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
14. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor
03/PERDIR-RSAM/I/2022 Tentang Pedoman Pengorganisasian
Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
15. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru, Kementerian Kesehatan 2020

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ANWAR


MEDIKA TENTANG PELAYANAN INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Pelayanan kegawat daruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien
gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
(2) Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera
untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(3) IGD adalah salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit yang menyediakan
penanganan awal (bagi pasien yang datang langsung ke Rumah Sakit) atau
lanjutan (bagi pasien rujukan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain ataupun dari
PSC 119), menderita sakit ataupun cedera yang dapat mengancam kelangsungan
hidupnya.
(4) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif.
(5) Triase adalah proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan.
(6) True emergency adalah pasien yang tiba tiba berada berada dalam keadaan gawat
darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
(7) False emergency adalah adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa.
(8) Coronavirus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit infeksi saluran pernafasan
yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), yang mulai
teridentifikasi pertama kali di Wuhan-China Desember 2019.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU
Anwar Medika ini adalah untuk menata instalasi gawat darurat RSU Anwar
Medika agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan

ii
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan harapan masyarakat
dengan memperhatikan standar protokol kesehatan nasional dan mendukung
produktivitas kerja namun tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan
dengan pencegahan dan pengendalian transmisi COVID-19 sehingga dapat
memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
Rumah Sakit dan sumber daya manusia di Rumah Sakit.

BAB III
TATA KELOLA/PENYELENGGARAAN
Pasal 3
(1) Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional
yang terdiri dari unsur pimpinan dan pelaksana, yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat
(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
(2) Rumah sakit mengutamakan pelayanan pasien kuratif diikuti pelayanan pasien
preventif, paliatif dan rehabilitatif.
(3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Anwar Medika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 terdiri atas :
a. Pelayanan pendaftaran pasien;
b. Informasi pelayanan gawat darurat;
c. Pengaturan jaga;
d. Pelayanan triase;
e. Transportasi pasien;
f. Sistem komunikasi;
g. Pelayanan false emergency;
h. Sistem rujukan;
i. Alur Pelayanan Pasien IGD
(4) Pasien yang datang ke tempat penerimaan gawat darurat melakukan pendaftaran
pasien di Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat. Kedaruratan pasien ditangani
terlebih dahulu, kemudian penyelesaian administrasi dilakukan secara simultan.
(5) Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat mengutamakan pelayanan pasien
kuratif diikuti pelayanan pasien preventif, paliatif dan rehabilitatif.
(6) Pengaturan jaga di IGD terdiri atas dokter konsulen, dokter jaga, perawat jaga,
bidan jaga, transporter dan driver emergensi.

Pasal 4
(1) Penilaian awal pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase
atau dokter jaga.
(2) Pasien dibedakan menurut skrining COVID-19 dan non COVID-19, kemudian
diklasifikasi tingkat kedaruratannya dengan kode warna.
(3) Pembagian zonasi ruangan Instalasi Gawat Darurat di masa adaptasi kebiasaan
baru dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di Rumah Sakit antara
penderita/bergejala COVID-19 dengan non COVID-19.
(4) Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus true emergency
dan false emergency.

Pasal 5
(1) Rujukan pasien dari RSU Anwar Medika hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan).
(2) Dokter jaga IGD pasien harus mengkorfirmasikan pasien tersebut kepada dokter
spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien sebelum melakukan rujukan.

iii
(3) Mekanisme rujukan diatur dalam panduan tersendiri yang terpisah dari peraturan
direktur ini.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
Hak dan kewajiban pasien di IGD Rumah Sakit berlaku sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 4 tahun 2018 tentang hak dan kewajiban pasien/keluarga di
Instalasi Gawat Darurat

BAB V
FORCE MAJEUR
Pasal 7
Apabila terjadi wabah/ bencana maka pelayanan IGD tetap harus selalu siaga
memberikan pelayanan yang optimal,termasuk pada lonjakan pasien covid-19

BAB IV
PENUTUP
Pasal 8
Pada saat Peraturan Direktur ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Nomor :78
/PERDIR-RSAM/I/2020 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Anwar Anwar Medika dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan Direktur ini berlaku pada tanggal 06 Juli 2022.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 06 Juli 2022

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERATURAN DIREKTUR........................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman.......................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................................................... 2
D. Batasan Operasional .................................................................................... 2
E. Landasan Hukum ........................................................................................ 3
BAB STANDAR KETENAGAKERJAAN ........................................................... 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan .................................................................................. 5
C. Pengaturan Jaga............................................................................................ 6
BAB III STANDAR FASILITAS ........................................................................... 9
A. Denah Ruang .................................................................................................. 9
B. Standar Fasilitas ............................................................................................. 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.......................................................... 17
BAB V LOGISTIK ............................................................................................... 32
BAB VI KESELAMATAN PASIEN .................................................................... 34
BAB VII KESELAMATAN KERJA.................................................................... 38
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .................................................................. 42
BAB IX PENUTUP ............................................................................................... 43

v
Lamp. : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika
Nomor : 416/PERDIR-RSAM/VII/2022
Tanggal : 06 Juli 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan
oleh tersedianya sumberdaya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem
penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan tersebut memerlukan
waktu tanggap (response time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Masa adaptasi kebiasaan baru diartikan sebagai perubahan perilaku untuk
tetap menjalankan aktivitas normal. Dalam kaitannya dengan situasi pandemik
COVID-19, masa adaptasi kebiasaan baru dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan
baru yang memungkinkan masyarakat hidup berdampingan dengan COVID-19,
yakni masyarakat dapat melakukan kegiatan seperti biasa namun dengan mengikuti
protokol kesehatan yang ada (menerapkan pola hidup bersih sehat, menjaga jarak dan
mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan lainnya) untuk menghindari
penularan dan penyebaran virus. Yang menjadi indikator kunci adalah kapasitas
pengujian laboratorium yang memadai dan memiliki strategi pengujian yang jelas
untuk mengidentifikasi kasus secara andal.
Pelayanan kesehatan sebagai sektor yang paling terdampak oleh situasi
pandemik ini juga harus bersiap untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Rumah
Sakit harus mulai memikirkan langkah yang akan diambil untuk tetap merawat
pasien COVID-19 namun di saat bersamaan juga memberikan pelayanan kepada
pasien umum dengan risiko penularan seminimal mungkin, sehingga disebut sebagai
balancing act.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat RSU Anwar medika. Diharapkan dengan tersusunnya buku
ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra rumah sakit maupun di
dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan

1
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
RSU Anwar Medika ini adalah untuk menata instalasi gawat darurat RSU Anwar
Medika agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan harapan masyarakat dengan
memperhatikan standar protokol kesehatan nasional dan mendukung produktivitas
kerja namun tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan dengan pencegahan
dan pengendalian transmisi COVID-19 sehingga dapat memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan Rumah Sakit dan sumber
daya manusia di Rumah Sakit.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan
9. Alur Pelayanan Pasien IGD
D. Batasan Operasional
1. Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersediadi InstalasiGawat Darurat.
2. Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja diluar Instalasi Gawat Darurat.
3. Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi Gawat
Darurat.
4. Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita dalam
situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan tindakan
pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
5. Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik
atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat. Untuk hal-
hallaindalam keadaan tertentu,pemeriksaan spesimen juga dapat termasuk
dalam ketentuan rujukan ini.
6. Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency).

2
7. Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat atau
diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan
peradilan.
8. DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai
di IGD.
9. Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
10. Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat
kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.

E. Landasan Hukum
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengorganisasian
Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
PerumahSakitan;
6. Pedoman Tata Naskah Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Tata Naskah Di
Lingkungan Kemenkes;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 413 Tahun 2020 Tentang Pencegahan
dan Pengendalian Covid-19;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun 2018 Tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
10. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika Nomor 001/SK-
PT/I/2020 Tentang Stuktur Organisasi PT. Rumah Sakit Anwar Medika;
11. Keputusan Direktur Utama PT. Rumah Sakit Anwar Medika Nomor 002/SK-
PT/I/2020 Tentang Corporate by Laws PT. Rumah Sakit Anwar Medika;

3
12. Keputusan Direktur Utama PT RS Anwar Medika Nomor 005/SK-PT/I/2020
Tentang pengangkatan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika;
13. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor 247/PERDIR-
RSAM/VII/2022 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Anwar
Medika;
14. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Anwar Medika Nomor 377/PERDIR-
RSAM/VII/2022 Tentang Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit Umum
Anwar Medika;
15. Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru,
Kementerian Kesehatan 2020

4
BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Instalasi Gawat Darurat RSU Anwar Medika

Pengalaman
Nama Jabatan Kualifikasi Pendidikan Pelatihan
Kerja

Kepala
Dokter umum Minimal 1 tahun ATLS/ACLS
Instalasi Gawat
Darurat
Dokter Jaga IGD Dokter umum ATLS/ACLS
Kepala Ruangan -
S1 Keperawatan BTCLS
IGD
BLS/PPGD/
Perawat Pelaksana D-3/S-1 Keperawatan
- BTCLS
Bidan D-3/D-4 Kebidanan
Admin IGD D-3 rekam medis
Transporter IGD SMA/sederajat
Driver emergensi SMA/sederajat

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat RSU Anwar Medika.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1 Dokter umum 14
2 S-1 Keperawatan 20
3 D-3 Keperawatan 19
4 D-4 Kebidanan 4
5 D-3 Kebidanan 13
6 SMA/sederajat 10

B. Distribusi Ketenagaan
Ditribusi ketenagaan sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat
dilakukan sesuai dengan daftar dinas per bulan. Kebutuhan tenaga diperoleh
berdasarkan perhitungan standar tenaga RSU Anwar medika yang telah dibuat.
Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan penambahan tenaga kepada Wakil
Direktur Pelayanan untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan Wakil Direktur
Umum dan Keuangan serta Bagian Kepegawaian untuk pengadaan
ketenagaannya.

5
Tabel 2.3 Distribusi Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat tiap Shift

No. Distribusi Ketenagaan Jumlah Tenaga


1 Dokter umum 2-3
2 Triase dan skrining 1
3 Petugas merah 2
4 Petuga kuning 4
5 Petugas isolasi 2
6 Ruang intermediet 1
6 Petugas MNE merah 1
7 Petugas MNE kuning 2-3
8 Administrasi 1
9 Transporter 1

C. Pengaturan Jaga
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Wakil Direktur Pelayanan setiap
bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi oleh
karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan, yang bersangkutan harus memberitahukan terlebih dahulu.
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift,yaitu sebagai
berikut:
- Shift pagi : jam 07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam 14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam 21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Wadir Pelayanan dan diperbanyak untuk didistribusikan
pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga IGD,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,dan Instalasi/ bagian lain
yang terkait.
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD.
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD.
3. Perawat Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai

6
berikut:
- Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan IGD
atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.
4. Bidan Jaga
a. Pengaturan jadwal jaga bidan IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut:
- Shift pagi : jam 07.00WIB – 14.00WIB
- Shift siang : jam 14.00WIB – 21.00WIB
- Shift malam: jam 21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga bidan IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan IGD
atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila bidan IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.
5. Administrasi
a. Pengaturan jadwal jaga administrasi IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut:
1) Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
2) Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
3) Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga administrasi IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan
IGD atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila administrasi IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.
6. Transporter
a. Pengaturan jadwal jaga transporter IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut:
1) Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
2) Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
3) Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)

7
b. Jadwal jaga transporter IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan
IGD atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila transporter IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.
7. Driver Emergensi
a. Pengaturan jadwal jaga driver emergensi terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut:
1) Shift pagi : jam07.00WIB – 14.00WIB
2) Shift siang : jam14.00WIB – 21.00WIB
3) Shift malam: jam21.00WIB – 07.00WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga driver emergensi disusun setiap bulan oleh Kepala Ruangan
IGD atas persetujuan Kepala IGD dan disetujui oleh Wadir Pelayanan.
c. Bila driver emergensi berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka yang bersangkutan harus berkoordinasi mengupayakan
mencari penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Ruangan IGD.

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Pemeriksaan Swab Ruang


Antigen
GEJALA COVID 19 Tunggu
hasil
SKRINING swab
Jalur covid
TRIASE

GEJALA NON COVID

KM
R.

Admin IGD
R.
TPP

R. Observasi
Kains KASIR Jalur Dekonta Ruang Isolasi Covid 19
IGD
IGD Non
minasi
COVID
B
N. station
Nurse Satation
H
P
KM

Pintu
Keluar

Spoel
Hoek
FARMASI IGD

Ruang
Observasi
Nurse Station

N. Station

KM
MNE

Ruang
Ruang R.
Observasi Perawat
Resusitasi R. R.
MNE Ruang Isolasi
R. Tindakan Intermedie
Tindakan
Non
KM
Spoel Covid R.
KM t R
Hoek 19 Dokter

Gambar 3.1. Denah IGD RSU Anwar Medika

B. Standar Fasilitas
1. Ruang Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (TPPGD)
Ruang ini difungsikan untuk melayani pendaftaran pasien yang datang ke
IGD. Ruang ini juga melayani pendaftaran pasien IGD yang akan rawat
inap.
2. Ruang Farmasi IGD
Ruang ini difungsikan untuk pelayanan obat pasien-pasien IGD
3. Ruang Kasir IGD
Ruang ini melayani pembayaran pelayanan tindakan IGD maupun
pembayaran pelayanan obat-obatan dari Apotek IGD.

9
4. Ruang Kepala IGD
Ruang ini difungsikan untuk Kepala IGD dan tempat rapat koordinasi
Instalasi Gawat Darurat
5. Tempat Skrining Pasien
Tempat untuk penapisan pasien dimana seorang individu dievaluasi dan
disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat epidemiologis, untuk
menentukan pasien tersebut masuk ke dalam kategori dicurigai COVID-19
atau bukan berdasarkan pertanyaan yang ada di form lembar skrining
COVID 19.
6. Tempat Triase Pasien
Tempat untuk memilah pasien berdasarkan beratnya cederanatau penyakit
untuk menentukan jenis penanganan/ intervensi kegawatan. Sehingga dapat
melayani pasien berdasarkan kegawatan dan kedaruratannya bukan berdasar
urutan kedatangan pasien. Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien
untuk memberikan pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai
dengan tujuan utama IGD, yaitu:
a. Mencegah kematian dan cacat
b. Menerima rujukan pasien gawat darurat
c. Menanggulangi korban bencana
d. Skrining pasien COVID-19 dan non COVID-19
e. Menanggulangi false emergency sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang triase,
antara lain:
a. Tempat tidur
b. Kursi roda
c. Lembar status emergency
d. Tensimeter
e. Stetoskop
f. Termometer
g. Timbangan
h. Saturasi portable
7. Ruang Pemeriksaan Swab
Ruang ini melayani pasien dengan gejala COVID 19 yang akan dilakukan
pemeriksaan swab antigen. Di ruangan ini disediakan :
a. Kursi
b. Seperangkat alat swab antigen
c. Tempat sampah medis

10
8. Ruang Tunggu Swab Antigen
Ruang ini difungsikan untuk pasien yang dengan gejala COVID 19
menunggu hasil swab antigen yang telah dilakukan swab antigen di ruang
pemeriksaan swab IGD. Ruang ini disediakan kursi.
9. Ruang Resusitasi non COVID-19
Ruang yang difungsikan untuk pasien non COVID-19 diperuntukkan bagi
pasien-pasien yang hasil skrining tanpa gejala yang membutuhkan
penanganan cepat, misalnya:
a. Kasus henti nafas
b. Kasus henti jantung
c. Pasien yang dicurigai sakit jantung
d. Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
e. Kasus kejang demam
f. Kasus cedera kepala berat
g. Kasus tenggelam
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi non COVID-19,
antara lain:
 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen sentral + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastrictube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley

11
 Ventilationbag dewasa
 Ventilationbag anak
 Ventilationbag bayi
 Laryngoscope + blade
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (denganberbagai ukuran)
 Infusion trolley, berisi Infusionset (microdrip, macrodrip,blood set),
Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran), Tourniquet, Alcohol
swab Plester, Gunting plester.
 Cairan infus (RL, NaCl 0,9%, D10% (500 cc), Asering, Mannitol)
 Obat-obatan dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya
yaitu:
Tabel 3.1 Nama obat,dosis dan indikasi penggunaan.
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
1. Adrenalin Anaphylatic Anak : 0,01 ml/kg (iv)
1 : 1000 shock Dewasa :0,5 – 1 ml
Ampul (im/sc/iv) Diulang tiap
(1 mg/ml) 5–10 menit, bila perlu

2. Aminophylline Asthma Anak :0,1 – 0,5ml/kg


Ampul bronchiale (iv, push) Dewasa :1ml
(250 mg/10ml) (iv, push) Diulang tiap 5 menit, bila
perlu

3. Aspirin Acute myocard 1 – 2 tablet sublingual.


(Aspilet ®) infarct
80mg/tablet

4. Atropin -Symptomatic 0,5 – 1mg IV


Ampul bradycardia 1mg iv push
0,25mg/1ml (> 60 x/menit) Diulang tiap 3-5menit sampaitotal
-Asystole 0,4mg/10 kg BB.
- Dosis : 1 4 mg IV Diulang tiap 10 –
IntoksikasiInsektisida 15menit sampai atropinisasi

5. Diazepam Kejang Anak 0,25mg/kg,IV


(Valium®) pelan
Ampul Dewasa 10 mg, IV
10mg/2ml Pelan

12
6. Dopamin Shock 2,5–20μg/kg/minIVdrip
Ampul Yang belum teratasi Dosis ginjal 1– 5 μg/kg/drip
200mg/10 ml dengan pemberian Dosisjantung 5–10 μg/kg/ drip
cukup cairan Dosis syok/ Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’ drip

7. Furosemide EdemParu Akut 20 – 40mg IV


(Lasix ®) (TD >90 mm/Hg) 0,5–1mg/kgIV(max2mg/kg)
Ampul Hypertensiberat
20mg/2ml
8. Glucose 40% Vial Hypoglycemia 25 – 50ml, IV pelan
10 gr/25ml

10. Ruang Isolasi COVID-19


Ruang yang difungsikan untuk pasien dengan kecurigaan tinggi COVID-19
diperuntukkan bagi pasien-pasien yang hasil skrining dengan gejala yang
membutuhkan penanganan cepat. Adapun sarana yang tersedia di ruang
resusitasi COVID-19 sama dengan ruang resusitasi non COVID-19 beserta
nurse station dan kamar mandi portable.
11. Ruang Nurse Station
Ruang ini difungsikan dokter dan perawat dalam melakukan assesement
lanjut. Ruang Nurse Station terdiri dari lima tempat : Nurse Station
Observasi IGD Triase Hijau, Nurse Station Observasi IGD Triase Kuning,
Nurse Station Ruang Resusitasi, Nurse Station Ruang Isolasi COVID 19,
dan Nurse Station MNE.
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain:
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir pemeriksaan penunjang medis
d. Formulir dokumen keperawatan
e. Telepon dalam dan luar
f. Rak brosur
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Kursi
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang diperlukan, antara lain :
a. Stetoskop
b. Termomer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Palu refleks

13
f. Lampu senter
12. Ruang Observasi IGD. Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan
a. Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
b. Dilakukan pemeriksaan fisik
c. Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
d. Menunggu masuk ke ruang rawat inap
e. Dilakukan Tindakan keperawatan (pasang infus, pasang kateter, pasang
nasogastric tube, dan sebagainya)
f. Menunggu obat
g. Menunggu proses penyelesaian administrasi
h. Observasi setelah dilakukan di ruang tindakan
13. Ruang MNE ( Maternal Neonatal Emergency )
Ruang ini berfungsi untuk dengan kegawatan maternal dan neonatal.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang tindakan
obstetri-ginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon
j. Ambu bag bayi
k. Infant warmer
l. Incubator transport
m. Mesin CTG
n. USG 2 dan 4 dimensi
14. Ruang Tindakan
Ruang ini difungsikan untuk melakukan tindakan-tindakan Bedah Minor dan
Perawatan Luka pada pasien-pasien trauma.
15. Ruang Isolasi Non COVID 19
Ruang ini diperuntukkan untuk pasien yang membutuhkan perawatan isolasi
seperti pasien TB Paru.

14
16. Ruang Intermediet
Ruang ini di peruntukkan untuk transit pasien sementara sebelum
mendapatkan tempat tidur di rawat inap.Jumlah tempat tidur di ruang
intermediet di Rumah sakit Anawar Medika ada 2 tempat tidur. Kelengkapan
sarana :
a. Tempat tidur
b. Tempat duduk
c. Almari pasien
d. AC
17. Ruang Bahan Habis Pakai
Ruang ini difungsikan untuk penyiapan bahan habis pakai dan alat-alat
kesehatan.
18. Ruang Spool Hoek
Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti pispot,
urinal, dan baskom mandi. Kelengkapan sarana dan peralatan yang
diperlukan diruang spoolhoek, antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bedpan
d. Berbagai cairan (lysol,tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarumdan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel dan cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Pengki
19. Ruang Dekontaminasi
Ruang ini untuk pasien yang terpapar zat kimia yang berbahaya dan luka
kotor seluruh tubuh. Di ruang ini disediakan
a. Shower
b. Tempat sampah
20. Kamar Mandi Pasien
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :

15
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tisu gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung
21. Ruang Istirahat Dokter Jaga dan Ruang Ganti Crew IGD
Ruangan ini digunakan untuk istirahat dan donning-doffing sebelum berpindah
ke ruang pemeriksaan COVID-19. Kelengkapan sarana yang diperlukan di
ruang istirahat dokter jaga, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Televisi
c. Lemari es
d. Meja
e. Almari
f. Penggantungbaju.
g. Hanger
22. Ruang Tunggu Pasien
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
a. Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
b. Menunggu hasil (laboratorium dan X– Ray)
c. Menunggu penyelesaian proses administrasi
d. Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia diruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Pendaftaran Pasien


Pasien datang ke tempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien di TPPGD. Pasien ditangani kedaruratannya terlebih dulu, baru kemudian
dilakukan penyelesaian administrasinya secara simultan.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien yaitu pasien boleh langsung pulang, pasien dirujuk/dikirim ke
rumah sakit lain, atau pasien harus dirawat.
Pasien yang datang dengan pengantar, maka pasien ditangani sedangkan
pengantar diarahkan ketempat pendaftaran pasien (TPPGD). Apabila pasien
datang dalam keadaan seorang diri dan kondisi lemah sehingga tidak
memungkinkan mendaftar sendiri, maka perawat IGD memanggil petugas
TPPGD untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
Petugas TPPGD melakukan pengecekan data identitas ke bagian rekam
medis untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera dikirim
ke ruang IGD dan tetap memakai nomor yang dimilikinya.
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat lalu disarankan untuk rawat
inap, maka keluarga pasien diberikan pengantar oleh dokter jaga IGD untuk
mendaftar rawat inap di Tempat Pendaftaran Rawat Inap (TPPRI).
B. Klasifikasi Rumah Sakit
Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Anwar Medika
berada pada Level II sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas C. Jenis
Pelayanan klasifikasi Rumah Sakit Level II yaitu :
1. Diagnosis dan penanganan : permasalahan pada jalan napas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi pembuluh darah.
2. Penilaian Dissability, penggunaan obat, EKG, Defibrilasi.
3. Bedah Cito

17
Tabel 4.1 Klasifikasi Rumah Sakit
Level Level IV Level III Level II Level 1
Kualifikasi
Tenaga
Dokter 1. Semua jenis - - -
Subspesialis on call
Dokter 1. 4 Besar + 1. Bedah, Obgyn, 1. Bedah, Obgyn, -
Spesialis Anestesi on site Anak, Penyakit Anak, Penyakit
2. dr spesialis Dalam on site (dr Dalam on call
lain on call spesialis lain on
call)
Dokter PPDS On site 24 jam On site 24 jam - -
Dokter On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Umum
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
GELTS,
ATLS, ACLS,
dll.
Perawat Jam kerja/ diluar Jam kerja/ diluar Jam kerja/ Jam kerja/
Kepala S1, jam kerja jam kerja
DIII
(+Pelatihan
Kegawatdaru
ratan)
Emergency
nursing,
BTLS, BCLS,
dll
Perawat On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
(+Pelatihan
emergency
nursing)
Non Medis On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam On site 24 jam
Bagian
Keuangan
Kamtib (24
jam)
Pekarya (24
jam)

18
Sistem Komunikasi
Komunikasi sangat berperan penting dalam penanggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi
kegawatdaruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai sub sitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RSU Anwar Medika siap 24 jam menggunakan sarana
komunikasi intern dan extern.
− Intern dengan extention IGD 163,171 dan MNE 198
− Extern dengan hotline 08113437449 (IGD), 081330294377 (MNE)

C. Pelayanan Triase
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka
menentukan pasien mana yang berisiko mengalami kecacatan, atau berisiko
memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan medis
segera dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Penilaian awal
pasien menggunakan metode triase dilakukan oleh perawat triase atau dokter jaga
IGD.
Pasien yang masuk ke IGD harus melalui proses skrining. Bila dari hasil
skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju ruang pemeriksaan
COVID-19. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :
1. Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.
2. Pertanyaan sederhana: :

a. Gejala klinis : demam (suhu badan > 38o C) atau riwayat


demam dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas,
nyeri tenggorokan, hidung tersumbat,malaise,sakit
kepala,nyeri otot.
b. Riwayat epidemiologis :
 Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan
perjalanan atau tinggal di daerah/negara yang terjangkit
COVID-19.
 Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak
dengan orang yang terkonfirmasi COVID-19.
 Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang tinggal
wilayah/ negara terjangkit COVID-19 di melakukan kontak

19
langsung dengan orang yang demam atau mengalami gangguan
pernapasan.
 Kontak erat
Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada).
3. Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala
klinis.
4. Setelah dilakukan skrining, pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya
dengan memberi kode warna:
a. Kategori merah : prioritas pertama (area resusitasi)
Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera.
b. Kategori kuning : prioritas kedua (area tindakan)
Pasien memerlukan tindakan definitif tidak ada ancaman jiwa segera
c. Kategori hijau : prioritas ketiga (area observasi)
Pasien dengan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri
atau mencari pertolongan
d. Kategori hitam : prioritas nol
Pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi
Peristiwa/ rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum,serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus
true emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien
true emergency adalah :pasien triase Merah yaitu pasien gawat darurat,
Triase Kuning yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat tidak
gawat. Observasi pasien dengan kebutuhan khusus di IGD dilaksanakan
paling lama 6 jam. Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah
kasus Triase Hijau yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus Triase
Hitam yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal dunia
(death on arrival).
Pengklasifikasian triase atau penentuan triase menggunakan worthing
physiological scoring system ( WPSS)

20
Tabel 4.2 worthing physiological scoring system ( WPSS)
TANDA VITAL SKOR 0 SKOR 1 SKOR 2 SKOR 3
Frekuensi Nafas ≤ 19 20 - 21 ≥ 22
Saturasi O2 96 - 100 94 - 95 92 - 93 < 92
Tekanan Sistole ≥ 100 ≤ 99
Nadi ≤ 101 ≥ 102
Temperature ≥ 35,3 < 35,3
Tingkat Sadar Penuh Selain Sadar
Kesadaran Penuh
TOTAL SKOR 0-1 2-4 ≥5
CATATAN KHUSUS Priotitas I
KEPUTUSAN Priotitas II
Prioritas III
DOA (Death On Arrival)

Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah. Bila pasien


memiliki riwayat kontak erat dengan orang/pasien terkonfirmasi COVID-19
maka pemulasaraan jenazah diberlakukan tatalaksana COVID-19.

D. Pelayanan pasien Intermediet


Alur pelayanan pasien di ruang intermediet adalah pasien yang belum
mendapatkan tempat tidur di ruang rawat inap. Pemberian asuhan pasien meliputi
assessmen ulang,baik klinis dan non klinis (seperti kerumahtanggaan dan
transportasi), perencanaan pemulangan pasien, tindakan pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi, tindakan di kamar operasi, unit pasca
anastesi, dan pelayanan bantuan spiritual atau keagamaan sama seperti yang di
berikan di ruang Rawat Inap.

E. Transportasi Pasien
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat
darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Chamber isolasi portabel
e. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.

21
2. Cara Kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan non COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang
perawat.
c. Ke ruang perawatan COVID-19, diantar minimal oleh 1 orang perawat
menggunakan chamber isolasi portable.
d. Ke ICU/KamarBedah non COVID-19. Bila ada masalah ABC (gangguan
jalan nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan.
e. Ke ICU/KamarBedah non COVID-19. Bila ada masalah ABC (gangguan
jalan nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan. Pasien menggunakan chamber isolasi portable.
3. Ke Rumah Sakit lain:
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan
membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

F. Pelayanan False Emergency


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami penyakit
akut dan gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan kedatangan
pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat /”FalseEmergency” akan
mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00 -21.00) setiap hari,kasus-kasus false emergency akan
dialihkan ke poliklinik.

G. Pelayanan Visum Et Repertum


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan. Langkah
– langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum adalah sebagai
berikut:

22
1. Penyidik(Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika kejadiaannya
sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya.Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

H. Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai
di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan/
ditempatkan di kamar jenazah.Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan fotocopy bukti diri yang sah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas. Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4jam,lebih dari itu
jenazah langsung dipulangkan ke keluarga.
3. Petugas kamar jenazah harus memberikan penjelasan kepada keluarga
mengenai tata laksana pada jenazah yang meninggal dengan penyakit
menular, terutama pada kondisi pandemi COVID-19.

I. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit


IGD RSU Anwar medika di klasifikasikan sebagai instalasi pelayanan
gawat Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter spesialis empat besar yang
siap dipanggil (on–call), dokter umum yang siaga ditempat (on–site)24 jam yang
memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General Emergency Life Support) dan
mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat
transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjangmedis : PelayananRadiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang nonmedis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien gawat
darurat via telepon :
1. Nama pasien

23
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulance,
petugas IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi
pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut:
1. Jika keadaan pasien baik,petugas yang berada di mobil ambulance tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat,petugas yang berada di mobil ambulance
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di rumah
sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

J. Sistem Rujukan
Rujukan pasien dari RSU Anwar Medika hanya dapat dilakukan oleh
dokter spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu
dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter
jaga IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien
tersebut kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun
bentuk rujukan yaitu :
1. Alih rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
a. Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
b. Permintaan pasien
c. Dugaan kasus HIV AIDS,kanker yang perlu konsultan hematologi dan
onkologi medis,SARS, flu burung, flu babi, tetanus, Morbus Hansen
(kusta), TB MDR (pasien yang termasuk pasien skrining IGD)
2. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat dilakukan
di RSU Anwar Medika.

K. Pelayanan Area Dekontaminasi


Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi.
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum
dibersihkan dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi. Area dekontaminasi dikhususkan untuk pasien yang
terkontaminasi bahan kimia terutama bagi IGD yang berada dekat dengan daerah

24
industri. Area dekontaminasi ini ditempatkan diarea yang bisa langsung diakses
dari luar IGD.
Dekontaminasi dilakukan pada korban masal terutama pada korban yang
terkontaminasi bahan kimia. Dekontaminasi dilakukan ditempat yang telah
dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan dekat dengan IGD.
Prinsip dekontaminasi dirumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang datang dan
terpapar bahan kimia harus didekontaminasi sebelum masuk ke ruangan yang ada
di rumah sakit.
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dilakukan triase terlebih
dahulu apabila pasien setelah triase memerlukan dekontaminasi, maka pasien
diarahkan ke ruang dekontaminasi untuk dilakukan dekontaminasi.

L. Pelayanan Pasien Isolasi


Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi
layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Di masa pandemi, ruang isolasi COVID-19 merupakan area/ruangan yang
tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi karena berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan pasien COVID-19. Zona ini
diperuntukan bagi pasien kontak erat, suspek, probable dan konfirmasi COVID-
19.

M. Alur Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat


Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat terdiri dari pasien yang
datang sendiri ke IGD RS Anwar Medika, pasien Rujukan dari fasilitas kesehatan
lain, dan pasien datang dari poli. Pengunjung atau keluarga pasien yang
mengantar akan dilakukan skrining oleh security dengan menggunakan
thermogun Jika pengunjung atau keluarga pasien lolos skrining, maka diijnkan
masuk IGD menemani pasien. Jika pengunjung atau keluarga pasien tidak lolos
skrining, akan dilakukan skrining tahap 2 dan triase di IGD. Pasien yang masuk
ke IGD RS Anwar Medika melewati pintu triase dan dilakukan triase.
Pasien dengan gejala non COVID 19 dapat langsung diarahkan ke Ruangan
non COVID 19 lewat jalur Non COVID 19. Pasien dengan gejala COVID 19
akan dilakukan pemeriksaan swab antigen. Pasien menunggu hasil swab di ruang

25
tunggu swab. Jika hasil dari swab antigen adalah negative maka dapat langsung
diarahkan ke Ruangan Non COVID 19 lewat jalur COVID 19, namun jika hasil
swab antigen positif maka pasien segera diarahkan ke Ruangan COVID 19 lewat
jalur COVID 19. Dan pasien yang telah membawa hasil swab antigen positif
1x24 jam atau swab PCR positif 7x24 jam maka bisa langsung diarahkan ke
Ruangan COVID 19 lewat jalur COVID 19.
Pasien dengan penyakit infeksius yang penularan melalui airborne disease
atau yang terkontaminasi bahan berbahaya, berbeda dengan alur masuk pasien
lain dan tetap dilakukan skrining dan triase terlebih dahulu. Bila dari hasil
skrining COVID-19 adanya gejala COVID 19 maka pasien/ pengunjung dan
petugas Rumah Sakit tersebut diarahkan pemeriksaan swab antigen terlebih
dahulu, jika hasil swab negative diarahkan ke zona non COVID 19 dan jika hasil
swab positif diarahkan ke zona COVID-19.

SECURITY IGD

Pasien datang

Pengunjung/
Keluarga Rujukan Non Rujukan Pasien dari poli
Pasien

Skrining Skrining dan Triase


(Pengukuran
Suhu)

Gejala Gejala Membawa Hasil Swab


Non Covid Covid antigen positif dalam 1x24
. Suhu > jam atau swab PCR positf
38 C dalam 7x24 jam
Suhu <
38 C
Pemeriksaan
Swab
Antigen Menunggu
di R. Tunggu
Swab
Lolos
Skrining

Negatif Positif

Keluarga pasien
diijinkan masuk di
Ruangan Non
ruang pemeriksaan
Covid lewat
IGD
Jalur Non Covid Ruangan Isolasi
Covid lewat Jalur
Covid

26
Gambar 4.1. Alur Pelayanan IGD Jalur Non COVID 19 dan Jalur COVID 19

27
Gambar 4.2. Bagan alur pelayanan pasien IGD di zona non COVID 1

PASIEN DATANG KE IGD

PASIEN NON RUJUKAN


PASIEN RUJUKAN (Datang Sendiri, Pasien dari Poli) PASIEN DARI POLI

Kasus Umum Kasus Maternal/Bedah


Kasus Umum/Bedah Screening
Trauma (Trauma) Kasus maternal
(Suspect, Probable, (Suspect/Probable/Confirm) (Suspect, Probable,
(Suspest, Probable, (Suspect/Probable/Confirm)
Confirm) Covid-19 Confirm) Covid-19 Comfirm)

Transfer pasien
dengan chmaber di Triase MNE Triase
(Suspect/Probable/Confirm) (Suspect/Probable/Confirm)
Jalur Isolasi

Ruang Isolasi Konsul Tim Pinere


MNE/Ruang Isolasi IGD
(Pemeriksaan,
Tindakan, Persiapan
Operasi) Ruang Isolasi IGD
(Pemeriksaan pasien,
Pemeriksaan
Penunjang, Persiapan
Cito operasi)

Ruang OK
(Transfer pasien dengan
brankart)
Gejala
Gejala Ringan
Sedang, Berat

Ruang Isolasi KRS Isoman


Terapi Awal
Khusus/RIB
Admin IGD Input Data
Pasien Covid-19
(IGD, RJ, RI) ke Data Verifikasi akhir
berkas pasien
Covid RS untuk
dipulangkan di
RS Online
PIC RS Online input Pemeriksaan PCR olehTim
(1x24 jam) Casemix
data ke RS Online dari
data covid RS
Sampel dikirim ke lab
rujukan
Tim Casemix update
kondisi pasien di RS
Online setiap hari Hasil SWAB

POSITIVE NEGATIVE

Kondisi pasien Memberat


Kondisi pasien Kondisi pasien Kondisi
baik dan hasil dengan
menurun baik menurun
masih positif komorbid

Pindah ruang
Meninggal Rujuk KRS perawatan Meninggal
non covid

Verifikasi akhir
Pemulasaran berkas pasien untuk Tanpa
jenazah dipulangkan di RS pemulasaran
sesuai Prokes Online olehTim jenazah
Casemix

Gambar 4.3. Alur Pasien COVID 19

28
Komponen dari pengelolaan alur pasien termasuk:
a. Ketersedian tempat tidur rawat inap
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis, dan
kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat
d. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien
e. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial,
keagamaan)
1. Pembiayaan Layanan :
a. Mengikuti standar pelayanan dalam panduan tata laksana pada pasien sesuai
kebutuhan medis pasien sesuai dengan Keputusan menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/238/2020
b. Pembiayaan pelayanan pada layanan rawat jalan dan rawat inap meliputi :
administrasi pelayanan, akomodasi (kamar dan pelayanan di ruang gawat
darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan intensif, dan ruang isolasi), jasa
dokter, tindakan di ruangan, pemakaian ventilator, bahan medis habis pakai,
pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai
dengan indikasi medis), obat-obatan, alat kesehatan termasuk penggunaan
APD di ruangan, rujukan, pemulasaran jenazah, dan pelayanan kesehatan
lain sesuai indikasi medis.
2. Standar Pelayanan sesuai Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/238/2020 Tentang Petunjuk Teknis Klaim
Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi
Rumah Sakit yang Menyelenggarakan Pelayanan Coronavirus Disease 2019
(Covid-19).
3. Pasien diberikan pelayanan sesuai indikasi medisnya :
o Derajat ringan dengan dan tanpa dapat dilakukan rawat jalan isolasi
mandiri di rumah maksimal 10 hari sejak muncul gejala di tambah 3
hari bebas gejala
o Derajat sedang dengan dan tanpa komorbid dapat di lakukan perawatan
di rumah sakit di ruang perawatan isolasi khusus tekanan negatif di unit
tulip.

o Derajat berat atau kritis dapat di lakukan perawatan di ruang isolasi

29
tekanan negative tanpa dan dengan ventilator yakni di icu tulip
4. Bagian administrasi Instalasi Gawat Darurat melakukan input data pasien
dengan hasil Swab antigen positif, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap
ke Aplikasi RS: http://covid.rsanwarmedika.com/datacovid.
5. Jika pasien bersedia dilakukan perawatan di Ruang Isolasi Khusus Covid 19,
maka administrasi IGD atau Kepala Ruang Isolasi Khusus Covid 19 wajib
melakukan update data pasien di Aplikasi RS dan Whatsapp Group Tim Satgas
RSAM.
6. PIC RS Online melakukan pengambilan data pasien Covid 19 dari Aplikasi RS
dan Whatsapp Group Tim Satgas RSAM untuk diinput ke Aplikasi RS Online
sebelum pukul 11.00
7. Setelah pasien dinyatakan pulang, Tim Casemix melakukan verifikasi akhir
data pasien Covid 19 pada Aplikasi RS Online sesuai berkas rekam medis
masing-masing pasien dan update pasien keluar.
8. Setelah mendapat pelayanan, pasien dapat dinyatakan keluar dengan cara:
 Sembuh
 Meninggal
 Dirujuk
 Isolasi Mandiri Di Rumah (Jika pasien masih memerlukan perawatan
namun bisa dilakukan mandiri di rumah)
9. Pasien tidak diperkenankan keluar atas permintaan sendiri. Jika didapati pasien
atau keluarga memaksa untuk keluar rumah sakit, petugas jaga harus
memberitahu atasan agar dilakukan koordinasi lintas sektoral (muspika).
10. Pemberkasan Klaim :
a. Rawat Jalan
1. Fotokopi KTP
2. Resume Medis
3. Billing pasien
4. Resep
5. Hasil Laboratorium
6. Bacaan Radiologi
b. Rawat Inap
1. Fotokopi KTP
2. Pengantar MRS
3. Resume Medis
4. Billing Pasien
5. Resep

30
6. Hasil Laboratorium
7. EKG
8. Lampiran tranfusi darah bila ada
9. Bacaan Radiologi
10. Surat Kematian
11. Pemulasaraan Jenazah
12. Ambulance Jenazah

Keduanya akan ditambahkan oleh casemix data, sebagai berikut :


a) Lembar ina cbg
b) Screenshoot sirs online v.2 yang tampak nama pasien
Semua berkas di scan dan dimasukkan dalam 1 folder tiap pasien oleh tim
casemix
11. Penggunaan APD di ruangan tetap dientri sesuai kebutuhan, masuk ke resep.
12. Pelayanan harian akan dilakukan verifikasi oleh casemix (dr. Nanda dan dr.
Yuni)
13. Pasien kontrol ditanggung penjamin awal (Bukan Kemenkes/APBD).
14. Pemindahan pasien Suspek, probable, konfirmasi COVID 19 yang ditemukan
di ruang non COVID 19 setelah dilakukan penunjang dan konsultasi tim pinere,
dilakukan pemindahan pasien ke ruangan COVID 19 lewat jalur COVID 19.
Jumlah pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat tidak bisa ditentukan
karena tergantung dari beberapa faktor. Apabila jumlah pasien yang datang
melebihi jumlah bed yang ada di Instalasi Gawat Darurat maka pasien
ditempatkan di ekstra bed.

N. Pelayanan Pasien Instalasi Gawat Darurat


Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat meliputi pelayanan pasien
Kuratif, Preventif, Paliatif dan Rehabilitatif. Contoh pelayanan kuratif di Instalasi
Gawat Darurat adalah Febris, Vulnus Appertum, Cephalgia, Konvulsi, Fraktur,
Vomiting, dan lain-lain. Contoh pelayanan preventif di Instalasi Gawat Darurat
adalah pasien dengan risiko tetanus diberikan injeksi tetanus. Contoh pelayanan
pasien paliatif adalah pasien kanker stadium lanjut yang datang untuk perbaikan
kondisi. Contoh pasien rehabilitatif adalah pasien stroke dengan lemah setengah
badan dan membutuhkan terapi rehabilitasi.

31
BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan/alkes meliputi pemesanan, pengambilan,


penyimpanan dan pencatatan obat/alkes untuk pasien–pasien IGD. Mekanisme
pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :

1. Persiapan alat
a. Buku keluar/ masuk alat
b. Buku inventaris alat/alkes
c. Buku pemesanan obat dan alkes
2. Setiap hari petugas/ pekarya/ pagi mengantar alat kesehatan yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh petugas IGD dinas pagi setiap hari
Sabtu dengan mengisi di EHOS system Rumah Sakit, sesuai dengan jumlah
pengeluaran/kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur,pemesanan dilakukan
sehari sebelumnya,pengambilan barang di lakukan hari senin pagi dengan
membawa buku untuk di lakukan double cek dengan apa yang di minta.
4. Pengadaan alat umum:
Petugas IGD membuat permintaan kebagian Gudang pada hari senin dengan
mengisi di EHOS system Rumah Sakit, sesuai dengan jumlah
pengeluaran/kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur,pemesanan dilakukan
sehari sebelumnya,pengambilan barang di lakukan hari selasa pagi dengan
membawa buku untuk di lakukan double cek dengan apa yang di minta.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan:
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang.Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan kepada
Direktur untuk diketahui, dipertimbangkan dan disetujui serta ditandatangani
oleh Wadir Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Wadir Pelayanan,selanjutnya
diajukan kepada Tim Pengadaan,untuk dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian/petugaspembelian, untuk
membeli barang–barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta. Dalam hal
kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan perjanjian

32
kerjasama,maka pembelian dapat langsung dilakukan ke pemasoknya, setelah
ada pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian/petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang–
barang sesuai permintaan baik untuk barang–barang rutin atau barang– barang
yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke RSU Anwar Medika sesuai pesanan dan barang
tersebut diterima oleh bagian, petugas gudang memeriksa apakah barang–
barangtersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlah pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.

33
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnyakejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program–program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan
(KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian langsung
oleh dokterjaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam keselamatan
pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD. Konsultasi spesialistik
dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status maupun
gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik keruang perawatan atau kamar operasi
harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh kepala perawat
jaga saat itu.

34
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien : sterilitas
alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privasi, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan,yaitu:
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan carapemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
12. Standar Patient Safety
a. Ketepatan identifikasi pasien
1) Setiap pasien yang masuk IGD dipasangkan gelang identitas pasien.
2) Gelang Identitas untuk pasien laki-laki berwarna biru & gelang
identitas untuk perempuan berwarna merah muda. Bila pasien ada
resiko jatuh diberi gelang warna kuning & bila pasien ada alergi diberi
gelang warna merah pada gelang identitas.
3) Ada 4 identitas yang digunakan, yaitu nama dan tanggal lahir, nomer
rekam medis, dan NIK pasien.
4) Identifikasi digunakan sebelum pemberian obat, sebelum pemberian
transfuse darah,pemberian diet, sebelum pengambilan sampel untuk
pemeriksaan laboratorium & pemeriksaan radiologi, sebelum dilakukan
tindakan medis.
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Menggunakan teknik SBAR (Situation, Background, Assesement,
Recommendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikas antar pemberi layanan.
• Situation
Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
• Background
Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
• Assesment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
• Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.

35
Dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan
writeback, readback & reconfirm.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
 Obat-obat high alert yang ada di IGD tersedia di DEPO Farmasi IGD.
 Obat-obat NORUM / LASA dapat ditemukan di daftar obat NORUM /
LASA.
 Obat-obat emergensi disimpan dalam troli emergensi terkunci &
dipastikan selalu tersedia & harus diganti segera jika jenis & jumlahnya
sudah tidak sesuai lagi dengan daftar yang ditempel dalam troli emergensi.
Perbekalan farmasi & penguncian troli dikontrol oleh farmasi &kepala
ruangan.
 Setiap pasien yang mendapatkan terapi (obat) harus disertai resep yang
di ketik oleh dokter pemberi terapi.
 Penyediaan obat dilakukan oleh apoteker. Staf farmasi menyediakan
obat setiap ada input resep dari dokter pemberi terapi & dibedakan setiap
pasien sehingga memudahkan perawat untuk memberikan obat ke pasien.
 Pemberian obat harus memperhatikan 7 benar: Benar pasien, Benar
Indikasi, Benar Obat,Benar Dosis, Benar cara pemberian,Benar waktu
pemberian & Benar dokumentasi.
 Pembagian obat menggunakan memakai baki obat. Sebelum obat
diberikan kepasien, obat ditunjukkan kepasien dengan tujuan pasien tahu obat
apa saja yang diberikan saat itu.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Penandaan lokasi operasi jika pasien dari IGD oleh dokter operator
dilakukan di kamar operasi ruang premedikasi.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Untuk mengurangi resiko infeksi, semua staf di rumah sakit melakukan
kebersihan tangan pada 5 momen yang telah ditentukan, yaitu :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum prosedur bersih/aseptik
3) Setelah prosedur/resiko terpapar cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan area sekitar pasien.
Ada 2 cara cuci tangan yang digunakan :
1) Handwash
• Dengan air mengalir
• Waktunya 40 – 60 detik

36
2) Hand Rub
• Dengan gliserin berbasis alcohol
• Waktunya 20 – 30 detik
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
1) Setiap tempat tidur di pasang pagar pengaman.
2) Setiap pasien dilakukan penilaian resiko jatuh dengan menggunakan
metode Morse Fall Scale.
3) Pengkajian resiko jatuh dilakukan oleh perawat & kemudian dapat
dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana
lebih lanjut.
4) Perawat memasang gelang kuning pada gelang identitas pasien & tanda
resiko pasien jatuh ditempat tidur bila pasien beresiko jatuh & memberitahu
pasien atau keluarga maksud pemasangan gelang tersebut.
5) Pengkajian ulang dilakukan oleh perawat secara berkala duakali sehari
atau jika terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
6) Jika ada pasien jatuh dilakukan tatalaksana pasien jatuh & membuat
laporan insiden keselamatan pasien.
Bila terjadi insiden di IGD, staf karyawan yang mengetahui kejadian
membuat laporan insiden keselamatan pasien dalam waktu 2x24 jam.
Selanjutnya diserahkan komite keselamatan pasien rumah sakit untuk di
proses serta mencari solusi untuk mengurangi resiko

37
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

B. Tujuan
1. Terciptanyabudaya keselamatan kerja di RSU Anwar medika.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan


1. Setiap petugas medis maupun non medis pada area IGD tetap menerapkan
protokol pencegahan COVID-19 yaitu:
- Harus mengenakan masker bagi petugas, pasien dan pengunjung
- pengaturan jarak antar orang >1m
- rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
2. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan
infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan
infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas
kaki tertutup, celemek,masker, dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka,
memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani
pasien.
3. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
4. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin

38
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
5. Semua petugas Rumah Sakit dianjurkan memakai pakaian kerja atau seragam
hanya di tempat kerja.
6. Kewaspadaan Standar terdiri dari:
- Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
a) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5
moment WHO:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
4) Setelah menyentuh pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
b) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:
1) Melepas sarung tangan steril
2) Melepas APD
3) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
4) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
5) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan
c) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:
1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat
kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau
setelah menggunakan toilet
2) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik
tangan rutin pada semua situasi
d) Cara melakukan Kebersihan tangan:
1) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik bila
tangan tidak tampak kotor
2) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai
sabun selama 40-60 detik bila tangan tampak kotor.
- Alat Pelindung Diri (APD)
APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah,
cairan tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan,
masker bedah atau masker N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles),
faceshield (pelindung wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung
kaki.

39
1) Penggunaan Alat Pelindung diri memerlukan 4 unsur yang harus
dipatuhi:
a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko
terpapar dan dinamika transmisi:
- Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak:
Gaun, sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, pelindung
mata (goggles), sepatu pelindung
- Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu
terjadinya aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup
kepala, goggles, face shield, sepatu pelindung
b) Cara “memakai” dengan benar
c) Cara “melepas” dengan benar
d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai
2) Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD:
a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan
jam tangan
b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD
d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada
pasien
e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di
dekat pasien dan lakukan kebersihan tangan
f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di area
kotor segera setelah meninggalkan ruang perawatan
g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang
menimbulkan aerosol
h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih
3) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD:
a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
b) Menyentuh bagian depan masker
c) Mengalungkan masker di leher
d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan
f) Membuang APD dilantai
g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak
dibutuhkan

40
h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam
medik pasien, memegang handle pintu, memegang HP
j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung
- Kebersihan Pernafasan
1) Perhatikan etika batuk atau bersin
2) Gunakan masker kain /masker bedah apabila mengalami ganguan
sistem pernafasan.
3) Apabila tidak ada masker, maka tutup mulut dan hidung menggunakan
tissue / menggunakan lengan atas bagian dalam saat batuk atau bersin.
4) Tissue segera buang ke tempat sampah tertutup
5) lakukan kebersihan tangan setelah kontak dengan sekret pernafasan
6) Pisahkan penderita dengan infeksi pernafasan idealnya > 1meter di
ruang tunggu Fasyankes

41
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, pelayanan di IGD harus


mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu. Dalam kegiatan
peningkatan mutu pelayanan di IGD perlu ada suatu program yang terencana dan
berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelayanan di IGD dalam mengevaluasi
dan membuat rencana tindak lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu
pelayanan yang diharapkan. Indikator yang digunakan adalah dengan
menggunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan indikator prioritas Rumah
Sakit. Adapun Standar Pelayanan Minimal di IGD adalah:

Indikator mutu di Instalasi Gawat darurat adalah :


a. Tidak adanya pasien jatuh di IGD
b. Kematian IGD < 2,5%
c. Kelengkapan pengisian format timbang terima pasien IGD ke ruangan
d. Transfer pasien IGD ke rawat Inap < 6 jam
e. Konsultasi DPJP pasien rawat inap dari IGD
f. Kegagalan pemasangan infus pada pasien di IGD
g. Pemeriksaan CT Scan kepala pada pasien suspect stroke <1 jam
h. Pemasangan gelang identitas pada pasien rawat inap dari IGD
i. Kesalahan Entry biaya tindakan
j. Kepatuhan identifikasi pasien
k. Emergency respons time (Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 5 menit
l. Tidak adanya kematian persalinan karena pre eclampsia/ eclampsia
m. Tidak adanya kematian persalinan karena perdarahan
n. Tidak adanya kematian ibu persalinan karena sepsis

42
BAB VIII
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di RSU Anwar Medika untuk dapat bersama-sama
membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas baik tenaga
medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah digariskan di
dalam pedoman ini.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 06 Juli 2022

43

Anda mungkin juga menyukai