ANWAR MEDIKA
Jl.Raya ByPass Krian KM 33 Balongbendo Telp. (031) 8974943 – (031) 8972052
Website: www.rsanwarmedika.com Email: rsu.anwarmedika@gmail.com
SIDOARJO
PERATURAN DIREKTUR
Nomor : /SK-RSAM/I/2022
TENTANG
PEDOMAN KERJA KOMITE MUTU
RSU ANWAR MEDIKA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit Anwar Medika maka diperlukan
penyelenggaraan upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang terkoordinasi dengan baik;
b. Bahwa upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di
Rumah Sakit Umum Anwar Medika dapat terlaksana
dengan baik perlu adanya Peraturan Direktur Rumah Sakit
Umum Anwar Medika sebagai landasan bagi upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
Umum Anwar Medika;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir (a) dan (b), perlu ditetapkan dengan keputusan
Direktur Rumah Sakit Anwar Medika;
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur ini yang dimaksud dengan:
1. Komite Mutu Rumah Sakit yang selanjutnya disebut Komite Mutu adalah
unsur organisasi non strukturalyang membantu kepala atau direktur rumah
sakit dalam mengelola dan memandu program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, serta mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
3. Direktur Rumah Sakit adalah pimpinan tertinggi di Rumah Sakit yang
bertugas memimpin penyelenggaraan Rumah Sakit.
4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien atau yang disingkat PMKP
adalah upaya meningkakan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus
mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis maupun
lingkungan fisik.
5. Upaya Peningkatan Mutu adalah upaya terus menerus yang
berkesinambungan untuk mencapai mutu yang tinggi. Mutu adalah sesuatu
yang bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda
namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
6. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat
asesmen pasien lebih aman yang diwujudkan dalam kegiatan asesmen
resiko, identifikasi dan pengolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko.
7. Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asesmen keperawatan yang berbasis bukti
dengan hasil yang terukur dan dalam jangkauan waktu tertentu selama di
rumah sakit.
8. Indikator area klinis adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam bidang klinis.
9. Indikator Area Manajemen adalah suatu variabel yang digunakan untuk
menilai perubahan dalam bidang manajemen.
10. Indikator Keselamatan Pasien adalah suatu variabel yang digunakan untuk
menilai perubahan dalam keselamatan pasien.
11. Kejadian Sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cidera
yang serius kepada pasien.
12. Kejadian Nyaris Cidera (selanjutnya disebut KNC) adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga pasien tidak cidera.
13. Kondisi Potensial Cidera (selanjutnya disebut KPC) adalah kondisi atau
situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum
terjadi insiden.
14. Root Cause Analysis (selanjutnya disebut RCA) adalah suatu proses
terstruktur yang menggunakan metode analitik yang memungkinkan kita
untuk bertanya “bagaimana” dan “mengapa” dengan cara yang obyektif
untuk mengungkap faktor kausal yang menyebabkan insiden keselamatan
pasien dan kemudian menjadi proses pembelajaran untuk mencegah insiden
serupa terjadi lagi tanpa menerapkan sikap menyalahkan.
15. Failure Mode and Effects Analysis (selanjutnya disebut FMEA) adalah
proses proaktif dalam memperbaiki kinerja dengan mengidentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi, dimana kesalahan dapat
diprediksi dan diantisipasi sehingga dampak buruk akibat kesalahan itu
dapat dihilangkan atau diminimalisir demi keselamatan pasien.
16. Manajemen Risiko adalah suatu pendekatan proaktif berupa kegiatan klinis
dan administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
menyusun prioritas dalam menangani resiko cidera terhadap pasien, staf
Rumah Sakit dan pengunjung, serta resiko kerugian terhadap institusi
Rumah Sakit itu sendiri.
17. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2).
18. Pandemi adalah wabah penyakit menular yang berjangkit serempak yang
meliputi dan melintasi batas wilayah geografis antar beberapa dan banyak
negara.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Rumah Sakit Umum Anwar Medika wajib menyelenggarakan tata kelola
mutu.
(2) Tata kelola mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
meningkatkan mutu Rumah Sakit dan mempertahankan standar pelayanan
Rumah Sakit.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan tata kelola mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dapat dilakukan melalui pembentukan Komite Mutu.
(2) Komite Mutu dibentuk oleh Kepala atau Direktur Rumah Sakit dan
ditetapkan dengan surat keputusan.
(3) Komite Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
(4) Susunan organisasi Komite Mutu paling sedikit terdiri atas:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
(5) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a tidak boleh merangkap
sebagai pejabat struktural di Rumah Sakit.
(6) Ketua, sekretaris, dan anggota Komite Mutu sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dipilih dan diangkat oleh Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
(7) Keanggotaan Komite Mutu paling sedikit terdiri atas:
a. Tenaga medis
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga kesehatan lain
d. Tenaga non kesehatan
Pasal 4
(1) Keanggotaan Komite Mutu diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
Rumah Sakit.
(2) Untuk diangkat menjadi anggota Komite Mutu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
a. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
b. Sehat jasmani dan jiwa
c. Memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman bekerja dalam
penyelenggaraan mutu Rumah Sakit
d. Bersedia bekerja sebagai anggota Komite Mutu
e. Memiliki komitmen terhadap peningkatan mutu, keselamatan pasien,
dan manajemen risiko di Rumah Sakit.
(3) Masa kerja keanggotaan Komite Mutu berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali setelah memenuhi persyaratan.
Pasal 5
(1) Direktur Rumah Sakit dapat memberhentikan anggota Komite Mutu
sebelum habis masa kerjanya yang disertai dengan alasan pemberhentian.
Alasan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik
b. Melanggar etika
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan RumahSakit
d. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatanberdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pemberhentian anggota Komite Mutu sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
diberitahukan secara tertulis oleh Direktur Rumah Sakit kepada ketua dan
atau anggota yang diberhentikan.
Pasal 6
(1) Dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelenggaraantata kelola mutu
Rumah Sakit, komite lainnya yangmelaksanakan fungsi manajemen risiko
dan keselamatanpasien dapat diintegrasikan dengan Komite Mutu.
(5) Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai
dengan ayat (4), Komite Mutu juga melaksanakan fungsi persiapan dan
penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit.
Pasal 8
(1) Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dilaporkan secara tertulis kepada Direktur Rumah Sakit disertai
rekomendasi, paling sedikit setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu bila
diperlukan.
(2) Direktur Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan
hasil kegiatan penyelenggaraan mutu kepada pemilik Rumah Sakit.
(3) Pemilik Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
umpan balik berupa rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit untuk
ditindaklanjuti.
Pasal 9
(1) Dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi Komite
Mutu, dapat dilakukan upaya peningkatan kapasitas keanggotaan Komite
Mutu.
BAB III
TATA KELOLA/ PENYELENGGARAAN
Pasal 10
Kepala atau Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur, dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi Komite Mutu.
Pasal 11
(1) Komite Mutu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, dapat berkoordinasi
dengan unsur komite medis, komite keperawatan, komite pencegahan dan
pengendalian infeksi, komite etik dan hukum, dan unsur organisasi atau unit
kerja terkait lainnya.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tata
hubungan kerja penyelenggaraan mutu di Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
(3) Tata hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Tata hubungan kerja dalam penerapan peningkatan mutu Rumah Sakit
b. Tata hubungan kerja dalam penerapan keselamatan pasien
c. Tata hubungan kerja dalam penerapan manajemen risiko.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 12
(1) Pedanaan Komite Mutu bersumber dari anggaran Rumah Sakit.
(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan kemampuan
keuangan Rumah Sakit.
Pasal 13
Komite Mutu Rumah Sakit memiliki peran dan tugas antara lain:
1. Sebagai motor penggerak penyusunan program PMKP rumah sakit.
2. Melakukan monitoring dan memandu penerapan program PMKP di unit
kerja.
3. Membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pelayanan
dalam memilih prioritas perbaikan, pengukuran mutu/indikator mutu, dan
menindaklanjuti hasil capaian indikato.
4. Melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan prioritas program di
tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit secara
keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini harus terkoordinasi dengan
baik dalam pelaksanaany .
5. Menentukan profil indikator mutu, metode analisis, dan validasi data dari
data indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di rumah sakit
6. Menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis data, serta
bagaimana alur data dan pelaporan dilaksanakan
7. Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta
menyampaikan masalah terkait perlaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien
8. Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP
9. Bertanggung jawab untuk mengomunikasikan masalah-masalah mutu secara
rutin kepada semua staf
10. Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan program
PMKP.
11. Menangani insiden keselamatan pasien yang meliputi pelaporan, verifikasi,
investigasi, dan analisis penyebab Insiden keselamatan pasien
12. Mengkoodinasikan penyusunan program manajemen risiko rumah sakit
BAB V
FORCE MAJEURE
Pasal 15
Bilamana terjadi wabah/ bencana yang mempengaruhi pelayanan kesehatan di
rumah sakit, maka Komite Mutu Rumah Sakit harus tetap menjamin mutu layanan
dan keselamatan pasien berjalan dengan baik
BAB VI
PENUTUP
Pasal 16
Direktur dan Komite Mutu Rumah Sakit melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Pasal 17
(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
bertujuan agar Rumah Sakit dapat mempertahankan atau meningkatkan
pelayanan Rumah Sakit
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. Sosialisasi, supervisi, konsultasi, dan bimbingan teknis;
Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 03 Januari
2022
DIREKTUR
RSU ANWAR MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi Komite Mutu Rumah Sakit dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengelola kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
2. Sebagai acuan dalam pemilihan, pengumpulan, analisis dan validasi data
indikator mutu.
3. Sebagai acuan dalam pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien.
4. Sebagai acuan dalam mencapai dan mempertahankan perbaikan.
5. Melakukan manajemen risiko.
1.3 Sasaran
1. Tercapainya pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien yang baik.
2. Tercapainya kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan validasi data
indikator mutu.
3. Tercapainya pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien yang baik.
4. Tercapainya kegiatan untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan
perbaikan.
5. Tercapainya kegiatan manajemen risiko.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
PT RS ANWAR MEDIKA
Direktur
Dalam tata hubungan kerja ini Komite Mutu dengan unit terkait adalah melakukan
kerjasama dalam hal pelaporan dan keikutsertaan kegiatan PMKP dalam hal :
1. Direktur Rumah Sakit
Pelaporan dari Komite Mutu tentang program peningkatan mutu pelayanan,
keselamatan pasien dan pelayanan kedokteran di Rumah Sakit.
2. PT Rumah sakit
Secara periodik tiap 3 bulan Komite Mutu melaporkan indikator-indikator
rumah sakit, clinical pathway, insiden keselamatan pasien ke PT rumah
sakit. Direktur tiap tahun melaporkan hasil capaian rumah sakit ke PT.
3. Kepala Instalasi/Kepala Bagian
Kepala unit melaporkan capaian indikator ke kepala instalasi tiap bulan.
Kepala instalasi bersama komite mutu membahas/ menganalis data
kemudian dibuatkan rekomendasi-rekomendasi guna perbaikan mutu rumah
sakit.
4. Komite-komite
Komite mutu mendapatkan dan memberi masukan dari komite-komite yang
lain (komite keperawatan, komite medis, Komite K3, komite etik dan
hukum RS, komite PPI, Tim Marketing) yang dikoordinasikan tiap sebulan
sekali untuk perbaikan mutu rumah sakit.
5. Unit pelayanan
a. Penyelenggaraan sosialisasi mutu pelayanan dan keselamatan pasien
terkait pemeriksaan penunjang, rencana pengobatan, tindakan yang
dilakukan, dan biaya yang diperlukan.
b. Pencatatan dan pelaporan pada rekam medis pasien.
c. Tindakan pelayan oleh PPA yang kompeten dan berkualitas
6. Unit non pelayanan
a. Penyelenggaraan sosialisasi mutu administrasi dan manajemen rumah
sakit
b. Pencatatan dan pelaporan indikator-indikator manajemen rumah sakit.
c. Penyelenggaraan pelayanan umum yang bermutu
1.
BAB III
KEGIATAN KOMITE MUTU RUMAH SAKIT
4.2 Fasilitas
Adanya komputer yang selalu terhubung dengan jaringan internet dan SIM
RS mempermudah pekerjaan Komite Mutu. Terdapat aplikasi yang memudahkan
pengumpul data dan Komite Mutu dalam memasukkan indikator-indikator mutu
rumah sakit. Selain itu, adanya SISMADAK juga memudahkan Komite Mutu
untuk melakukan benchmark ke rumah sakit sejenis.
BAB V
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN