Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja, Klinik dituntut
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya
Pelayanan Kesehatan Perorangan (PKP)
b. bahwa pelayanan klinis klinik perlu memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien dan petugas kesehatan
c. bahwa perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, serta perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit yang
menimbulkan wabah sehingga membahayakan masyarakat dan
menimbulkan perubahan dalam pelayanan kesehatan di Klinik.
d. bahwa dalam rangka memberikan acuan dalam menjamin pelayanan
klinis dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu dan
memperhatikan keselamatan pasien dan petugas kesehatan, maka perlu
di susun kebijakan pelayanan klinis di Klinik.
MEMUTUSKAN :
dr. Juhaeriah
LAMPIRAN KEP KEPALA KLINIK
KLINIK PRATAMA JUHAERIAH (JMC) NOMOR :
TANGGAL:
A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas dengan menanyakan keluhan
pasien yang berhubungan dengan gejala wabah penyakit secara singkat dan skrining suhu
tubuh oleh petugas skrining untuk membantu triase pasien.
2. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien dan petugas kesehatan seperti
dengan melakukan imbauan agar pasien menggunakan masker dan cuci tangan terlebih
dahulu sebelum masuk kedalam klinik.
3. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria sebagai
petugas pendaftaran.
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi yang
relative tidak berubah sebagai berikut : nama lengkap pasien, tanggal lahir/umur
,nomor rekam medis , dan alamat menggunakan kartu berobat/kartu identitas/kartu
keluarga.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan informasi lain yang dibutuhkan
masyarakat yang meliputi : tarif, jenis pelayanan, rujukan, dan informasi tentang kerjasama
dengan fasilitas kesehatan lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran
6. Penyampaian hak dan kewajiban pasien dilakukan di pendaftaran dengan memperhatikan
jaga jarak fisik.
7. Seluruh proses pendaftaran memperhatikan jaga jarak fisik minimal 1 meter.
8. Petugas pendaftaran harus memperhatikan hak – hak pasien / keluarga pasien .
9. Koordinasi antara petugas pendaftaran dengan unit lain wajib dilakukan agar
pasien/keluarga pasien memperoleh pelayanan terutama pasien yang membutuhkan
pertolongan dengan segera dengan memperhatikan keselamatan pasien, keluarga pasien dan
petugas kesehatan.
10. Tahapan pelayanan klinis diinformasikan kepada pasien untuk menjamin kesinambungan
layanan.
11. Kendala fisik, bahasa, budaya dan penghalang lain dalam pelayanan didentifiksi dan
dilakukan upaya tindak lanjut untuk mengatasi dan mengurangi hal tersebut .
C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.
2. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana pelayanan.
3. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum
mendapatkan persetujuan
4. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
5. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib didokumentasikan.
6. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitoring, dievaluasi dan ditindak lanjut.
7. Pembatasan pelayanan gigi dan mulut, dimana pelayanan yang dapat diberikan meliputi
pelayanan pada keadaan darurat seperti nyeri yang tidak tertahan, gusi yang bengkak dan
berpotensi mengganggu jalan nafas, perdarahan yang tidak terkontrol dan trauma pada gigi
dan tulang wajah yang berpotensi mengganggu jalan nafas.
8. Petugas melakukan penanganan pasien resiko tinggi dengan menerapkan prinsip PPI
seperti penggunaan APD dan lain-lain.
9. Pelayanan gawat darurat tetap diprioritaskan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan
memperketat proses triase dan memperhatikan prinsip PPI apabila tidak dapat ditentukan
bahwa pasien mempunyai potensi COVID 19 maka pasien diperlakukan sebagai kasus
COVID 19.
10. Kasus – kasus gawat darurat yang dapat ditangani di klinik dan kasus berisiko tinggi
penularan yang memerlukan penanganan meliputi: Colic Abdomen, syok anafilaksis,
kejang demam, asma akut, keracunan makanan, dehidrasi ringan, luka bakar derajat I dan
II, cedera kepala ringan, kegawatan jantung, syok hipovolemik, Benda Asing (corpus
alienum) pada Mata/ Telinga/Hidung, Trauma ringan, TB, Demam berdarah, HIV-AIDS,
diare, COVID-19, demam tyfoid.
11. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
12. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas.
13. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
14. Keluhan pasien/keluarga pasien wajib diidentifikasi, didokumentasikan danditindak lanjut.
15. Kewajiban untuk mengulangi pengulangan tidak perlu yaitu dengan menuliskan rekam
medis secara lengkap termasuk pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan dan
pengobatan dan mengingatkan sesama petugas kesehatan.
16. Pelayanan pasien dimulai dari pelayanan klinis, pemeriksaan penunjang, pengobatan,
tindakan dan rujukan harus dijamin kesinambungan.
17. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh prosedur
yang baku.
18. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak
pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab, mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut dan alternative penanganan dan pengobatan.
19. Pelayanan anastesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.
20. Pelayanan anastesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang kompeten,
dalam hal ini petugas kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan anastesi
yang dimaksud yaitu dokter, perawat/bidan yang mendapat delegasi wewenang dari
dokter
21. Jenis anastesi yang dapat dilakukan di klinik meliputi :
anastesi infiltrasi dengan lidocain 2% ampul
blok anastesi dengan lidocain 2% ampul
topical anastesi dengan chlorethyl.
22. Sebelum melakukan anastesi dan pembedahan harus mendapatkan informed consent.
23. Pasien wajib dimonitor sebelum, saat dan setelah dilakukan anastesi dan
pembedahan.
24. Jenis tindakan pembedahan yang dapat dilakukan di klinik meliputi :
pencabutan kuku
penjahitan luka
pembersihan dan perawatan luka
insisi abses
pengambilan corpus alienum superficial
25. Pendidikan / penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan rencana
layanan meliputi penyakit, penggunaan obat, peralatan medik, aspek etika dan PHBS.
D. RENCANA RUJUKAN
1. Klinik merujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) sesuai dengan
kasus dan sistem rujukan yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Sebelum melakukan rujukan, petugas kesehatan wajib mendapatkan persetujuan dari pasien
dan/atau keluarganya.
3. Sebelum melakukan rujukan, petugas kesehatan wajib melakukan pertolongan pertama atau
stabilisasi pra rujukan.
4. Sebelum melakukan rujukan, petugas kesehatan wajib membuat surat pengantar rujukan
dan resume klinis rangkap dua berisi kondisi pasien, tindakan yang telah dilakukan dan
kebutuhan pasien akan tindakan lanjut.
5. Transportasi untuk rujukan sesuai dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana
transportasi.
6. Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus didampingi oleh tenaga Kesehatan
yang kompeten dan membawa formulir monitoring khusus utuk kasus COVID-19 sesuai
dengan Pedoman.
7. Rujukan dilaksanakan dengan menerapkan PPI, termasuk desinfeksi ambulan.
8. Rujukan sesuai kebutuhan pasien ke sarana pelayanan lain diatur dengan prosedur yang
jelas.
9. Informasi tentang rencana rujukan meliputi sarana rujukan, sarana tujuan rujukan, dan
kapan rujukan harus dilakukan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh
pasien/keluarga pasien.
10. Selama proses rujukan, petugas yang kompeten wajib melakukan monitoring kondisi
pasien.
11. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjut oleh dokter yang menangani.
12. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, Klinik wajib memberikan alternatif pelayanan.
13. Pasien diberikan informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
14. Kriteria rujukan pasien meliputi
a. Kompetensi dan kewenangan faskes rujukan lebih baik dalam menangani pasien
tersebut
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan / atauketenagaan
c. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
15. Klinik melakukan koordinasi dengan gugus tugas COVID-19 kabupaten/kota dan RS
rujukan COVID-19 terdekat untuk pemulasaraan dan pemakaman.
Ditetapkan di :
Pada Tanggal :
KEPALA KLINIK PRATAMA JUHAERIAH (JMC)
dr. Juhaeriah