Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH KABUPATEN ABC

LOGO
DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
SESUAIKAN
PUSKESMAS WOHA
Jl. SoekarnoHatta No. 68 Telp (0298) 522109 Email : WOHApuskesmas@gmail.com
WOHA 50552

KEPUTUSAN

KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSKESMAS WOHA

NOMOR: 800/334.4/VII/KAPUS/01/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS WOHA

KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PUSKESMAS WOHA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis puskesmas dilaksanakan


sesuai kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis pasien perlu memperhatikan
mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Woha;

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 tentang Kebidanan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290 / MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standart Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standart
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 68);
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan;
12 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan;
13 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
14 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan (Berita
Negara Repulik Indonesia Tahun 2021 Nomor 316);
15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan
Seksual;
16 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis;
17 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
18 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/ MENKES/ 251/ 2015 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi
Dan Terapi Intensif;
19 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/ MENKES/ 1936/ 2022 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/ MENKES/ 1186/ 2022 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
20 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK. 01.07 / MENKES/ 165/ 2023 tentang
Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS WOHA TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS
WOHA.

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis UPTD Puskesmas WOHA


sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan Nomor 800/334.4/VII/KAPUS/V/2016
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila ternyata kemudian hari terdapat perubahan, maka
surat keputusan ini akan ditinjau kembali.

Ditetapkan di : WOHA
Pada tanggal : 12 Mei 2022

KEPALA UNIT PELAKSANA TINGKAT DAERAH


PUSKESMAS WOHA,

TINA DARMI KOESTYORINI


LAMPIRAN KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS WOHA
NOMOR
800/334.4/VII/KAPUS/01/2022.1/II/KAP
TENTANG PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS WOHA

A. PENDAFTARAN PASIEN DAN PENYELANGGARAAN PELAYANAN KLINIS


1. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) dari
pengguna layanan atau keluarganya terdekat (suami atau istri, ayah
atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung
atau pengampunya), persetujuan terhadap tindakan yang berisiko
rendah, prosedur diagnostik, pengobatan medis lainnya, batas yang
telah ditetapkan, dan persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata
tertib dan penjelasan tentang hak dan kewajiban pengguna layanan.
2. Persetujuan umum diminta pada saat pengguna layanan datang
pertama kali, baik untuk rawat jalan maupun setiap rawat inap, dan
dilaksanakan observasi atau stabilitasi.
3. Penerimaan pasien rawat inap didahului dengan pengisian formulir
tambahan persetujuan umum yang berisi penyimpanan barang
pribadi, penentuan pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat,
privasi, serta pengunjung.
4. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Lulusan D3 Rekam Medik
b. Mempunyai STR Rekam Medik
Apabila tidak tersedia tenaga Rekam Medik maka kriteria petugas
adalah sebagai berikut :
a. Lulusan SMA
b. Mampu mengoperasionalkan computer serta mengelola catatan
medik
c. Mendapatkan pelatihan Rekam Medik.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan informasi
lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi : Tarif, Jenis
Pelayanan, proses dan alur pendaftaran, rujukan, ketersediaan
Tempat Tidur dan Informasi Kerjasama dengan fasilitas kesehatan
yang lain.
a. Tarif
1) Penarikan tarif retribusi untuk penduduk yang tidak
mempunyai JKN diluar wilayah Kabupaten ABC berdasarkan
PERDA.
2) Pembebasan tarif retribusi untuk penduduk Kabupaten ABC
yang tidak mempunyai JKN .
3) Penarikan retribusi untuk penduduk Kabupaten ABC yang
tidak tercover dalam JKN berdasarkan PERDA.
b. Jenis Pelayanan Klinis
1) Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2) Pelayanan PemeriksaanUmum
3) Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB
4) Pelayanan Kesehatan Anak dan Imunisasi
5) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Pelayanan Gizi
7) Pelayanan Farmasi
8) Pelayanan Laboratorium
9) Pelayanan Sanitasi
10) Pelayanan Gawatdarurat dan Tindakan
11) Pelayanan Rawat Inap
12) Pelayanan Persalinan
c. Kerjasama dengan pihak lain
1) Rumah Sakit pemerintah maupun swasta
2) Laboratorium daerah dan swasta
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan
proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
7. Hak-hak pasien meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Puskesmas WOHA.
b. Memperoleh informasi tentang Hak dan Kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur tanpa
diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standart profesi dan standart prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Puskesmas WOHA.
g. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter yang mempunyai SIP baik didalam maupun di luar
puskesmas.
h. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
berserta data data medisnya
i. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan.
j. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yan
dideritanya
k. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
pengobatan di puskesmas.
m. Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai standart
pelayanan melalui kotak saran,telp,WA,atau secara langsung
ke kepala puskesmas
8. Kewajiban pasien meliputi :
a. Membawa kartu identitas.
b. Membawa kartu berobat, kartu Jamkesmas / BPJS /
Jamkesda.
c. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan / tindakan medis
yang diterima sesuai dengan PERDA yang berlaku.
d. Menaati segala peraturan yang berlaku di Puskesmas.
e. Mengikuti alur pelayanan.
f. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
g. Mematuhi nasehat dan petunjuk petugas kesehatan.
9. Loket pendaftaran wajib melakukan koordinasi dan komunikasi antar
pendaftaran dengan unit pendukung terkait.
10. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
11. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama lengkap pasien,tanggal lahir pasien
atau nomor rekam medik.
12. Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai
tindakan medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan
dilakukan sebelum memberikan persetujuan atau penolakan
(informed consent), dengan ketentuan :
a. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup :
1) Tujuan dan prospek keberhasilan;
2) Tatacara tindak medis yang akan dilakukan;
3) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
4) Alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-
risikonya;
5) Prognosis penyakit bila tindakan dilakukan;
6) Diagnosis.
b. Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan dari
petugas yang berwenang tentang tes/tindakan, prosedur, dan
pengobatan.
c. Pasien atau keluarga terdekat dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan
atau meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan
dimulai, termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih memadai.
d. Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka pasien atau
keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan
pengobatan, Pendaftaran pasien harus dipandu dengan
prosedur yang jelas.
e. Dalam hal pasien adalah anak di bawah umur atau individu
yang tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang
tepat, pihak yang memberi persetujuan mengacu pada
peraturan perundang-undangan.
13. Pasien dengan resiko, kendala dan/ atau berkebutuhan khusus
seperti balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa,
budaya, atau kendala lain dilakukan identifikasi, diupayakan
kebutuhannya dan ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
14. Dalam pelayanan dari pendaftaran dan di semua area pelayanan
menerapkan protokol kesehatan yaitu :
a. Penggunaan alat pelindung diri
b. Jaga jarak antara orang yang satu dan yang lain
c. Pengaturan agar tidak terjadi kerumuan orang

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN.


1. Kajian pasien dilakukan secara paripurna dipandu oleh kebijakan
dan prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Skrining dan pengkajian awal dilakukan secara paripurna oleh
tenaga yang kompeten.
3. Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk
memilah pasien sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi
kebutuhan pasien dan kondisi kegawatan yang dipandu dengan
prosedur skrining yang dibakukan.
4. Skrining visual adalah proses identifikasi terhadap kebutuhan pasien
yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien, dengan melihat
secara langsung keadaan/kondisi pasien.
5. Petugas skrining mengingatkan menggunakan masker, wajib cuci
tangan pakai sabun melakukan pengukuran suhu dan mengingatkan
jaga jarak kepada pengunjung.
6. Di tempat skrining visual, pengunjung akan mendapatkan pelayanan
prioritas bagi lansia > 60 tahun, ibu hamil, disabilitas, anak – anak
< 5 tahun, dan kegawatdaruratan.
7. Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan dan
dinamis.
8. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP,
meliputi :
a. Data dan informasi anamnesis tentang kondisi fisik,
psikologis, status sosial, dan riwayat penyakit (data subjektif
= S), serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(data objektif = O);
b. Analisis data dan informasi menghasilkan masalah, kondisi,
dan diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien
(asesmen atau analisis = A); dan
c. Rencana asuhan (perencanaan asuhan = P), yaitu solusi
untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
9. Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian awal,
kemudian dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik
pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap sesuai dengan
perkembangan kondisi kesehatannya.
10. Profesi yang dapat melakukan pengkajian awal dan ulangan adalah
a. Dokter atau dokter gigi
b. Perawat
c. Bidan
d. Nutrisionis
e. Petugas kesehatan lainnya
11. Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan,
dan tenaga dari disiplin yang lain meliputi status : fisis/ neurologis/
mental, psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat
alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional
(gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi,
dan rencana pemulangan serta di dokumentasikan dalam rekam
medis.
12. Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien
mengalami kesakitan atau nyeri.
13. Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh
tenaga profesional yang kompeten mengacu standar profesi dan
standar asuhan.
14. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
15. Proses kajian dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan
dilakukan oleh tim kesehatan antarprofesi dengan berkoordinasi
dalam penyusunan rencana asuhan terpadu.
16. Dilakukan transfer pasien atau rujukan internal antar setiap bagian
apabila diperlukan pelayanan secara tim.
17. Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap
asuhan yang akan diperoleh.
18. Pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informasi yang
mengacu pada peraturan perundang-undangan. Informasi dan
penjelasan tersebut diberikan oleh dokter yang bertanggung jawab
yang akan melakukan tindakan atau dokter lain apabila dokter yang
bersangkutan berhalangan, tetapi tetap dengan sepengetahuan
dokter yang bertanggung jawab tersebut.
19. Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk bekerja
sama dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
20. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan diberikan, dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta
memperhatikan nilai budaya yang dimiliki oleh pasien, juga
mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi pada pasien dan
keluarganya.
21. Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian
lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
22. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
23. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang secara
tertulis untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
tertentu kepada perawat, bidan, atau tenaga kesehatan pemberi
asuhan yang lain. Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat
dilakukan dalam keadaan tenaga medis tidak berada di tempat
dan/atau karena keterbatasan ketersediaan tenaga medis.
Pelimpahan wewenang baik dalam kajian maupun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pelimpahan wewenang.
24. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan
profesional yang memenuhi persyaratan.
25. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan
dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima
pelimpahan.
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan pemberi pelimpahan.
c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan
yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai
dengan pelimpahan yang diberikan.
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil
keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
e. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus-menerus.
26. Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dengan kompetensi
lulusan dengan kejelasan perincian wewenang menurut peraturan
perundang-undangan-undangan.
27. Pada kondisi tertentu perlu penanganan secara terpadu dari dokter,
nutrisionis, dan penanggung jawab program, pasien memerlukan
asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan,
asuhan gizi, dan asuhan kesehatan yang lain sesuai dengan
kebutuhan pasien.
28. Pasien/keluarga pasien mendapatkan penyuluhan kesehatan dan
edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien
menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien
dan petugas kesehatan serta menggunakan bahasa yang mudah
dipahami agar mereka dapat berperan aktif dalam proses asuhan
dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.

C. PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan sebagai prioritas pelayanan
sesuai dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera.
2. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu
pada pedoman tata laksana triase.
3. Prinsip triase dalam penentuan atau penyeleksian pasien yang harus
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada
tingkat ancaman jiwa berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk sesuai
dengan pedoman dan prosedur yang berlaku.
5. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera dilakukan
deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit menular seperti infeksi
melalui udara/airborne.

D. PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN


1. Pelayanan anestesi lokal dan tindakan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten sesuai, yaitu :
a. Dokter / dokter gigi
b. Perawat/perawat gigi / bidan yang mendapat delegasi dari
dokter / dokter gigi
2. Jenis, dosis, dan teknik anestesi lokal dan pemantauan status
fisiologi pasien selama pemberian anestesi lokal dicatat dalam rekam
medis pasien.
3. Pelaksanaan anestesi lokal dan tindakan harus memenuhi standar
dan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan prosedur
yang berlaku, yaitu :
a. Penyusunan rencana harus sesuai dengan identifikasi
perbedaan antara dewasa, geriatri, dan anak atau
pertimbangan khusus.
b. Pelaksanaan di dokumentasikan di rekam medis supaya
dapat bekerja dan berkomunikasi efektif.
c. Persyaratan persetujuan khusus (informed consent)
disampaikan sebelum pelaksanaan.
d. Petugas pelaksana harus sesuai dengan kualifikasi,
kompetensi, dan keterampilan
e. Ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi. Jenis -
jenis anestesi lokal yang tersedia :
1) Lidokain 2 %
2) Pehacain Injeksi (Lidocaine Injeksi + Epinephrin
Injeksi)
3) Chlor Etil
f. Teknik melakukan anestesi lokal, yaitu :
1) Anestesi permukaan
2) Anestesi infiltrasi
3) Anestesi blok
g. Frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan.
h. Pemberian tata laksana bantuan resusitasi yang tepat.
i. Pemberian tata laksana terhadap komplikasi.
j. Serta Bantuan hidup dasar.
4. Jenis - jenis pembedahan minor yang dapat diberikan di puskesmas
WOHA :
a. Penanganan vulnus ( laceratum, appertum, dan ictum )
derajat ringan
b. Inscisi abses
c. Extraksi kuku
d. Pengambilan corpus alineum superficial
e. Debridement luka
f. Pemasangan KB implant
g. Ekstraksi KB implant
h. Ekstraksi gigi

E. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu ditetapkan
kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.
2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain
menyusun rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga
pasien. Rencana pemulangan tersebut berisi instruksi dan/atau
dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun
keluarga pasien pada saat pemulangan ataupun tindak lanjut di
rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan oleh
dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan
akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan,
misalnya pasien rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat
inap, pasien rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap
di Puskesmas, pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan
ke FKRTL, pasien yang karena kondisinya dapat dirawat di rumah
atau rumah perawatan, pasien yang menolak untuk perawatan rawat
inap, pasien/keluarga pasien yang meminta pulang atas permintaan
sendiri.
4. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa
( dimana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya ) dapat
dikondisikan sebagai berikut :
a. Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang
paksa
b. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi
medisnya
c. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan
jiwa
5. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama
rawat inap, berisikan :
a. Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik.
b. Indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan kormobiditas lain.
c. Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan.
d. Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang;
e. Kondisi kesehatan pasien.
f. Instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada pasien,
termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi
darurat.
6. Informasi tentang resume pasien pulang diberikan kepada
pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lain.
7. Kriteria pemulangan pasien
a. Rawat Jalan
1) Pasien dalam kondisi stabil.
2) Tidak didapatkan tanda – tanda kegawatdaruratan.
3) Prognosis baik.
4) Mampu minum oral dengan baik.
5) Disarankan kontrol apabila obat habis apabila masih ada
keluhan.
b. Tindakan dan Kegawatdaruratan
1) Pasien dalam kondisi stabil, GCS 4 6 5.
2) Tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan yang
mengancam jiwa.
3) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
4) Prognosis baik.
5) Mampu minum obat dan mematuhi petunjuk dokter
pemeriksa.
6) Apabila terjadi tanda – tanda penurunan kondisi, segera
kembali dan memeriksakan diri.
7) Mampu kontrol apabila obat habis.
8) Sudah menyelesaikan administrasi.
c. Persalinan
1) Kriteria pemulangan pasien dirawat inap.
2) Ibu dalam kondisi stabil, misalnya : kontraksi uterus
bagus, keras, pendarahan tidak massif, BAK normal
3) Tanda – tanda vital bagus.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Ibu mampu minum obat secara peroral.
6) Bayi : kondisi stabil, bayi sudah BAB dan BAK.
7) Bayi mampu menetek.
8) Bayi sudah mendapat vit K dan Hb0.
9) Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri di rumah.
10) Mampu kontrol apabila obat habis.
11) 1x24 jam sejak pasien melahirkan baru boleh
dipulangkan.
12) Sudah menyelesaikan administrasi.
d. Rawat Inap
1) Kriteria pemulangan pasien di rawat inap.
2) Pasien secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda
perbaikan misalnya tidak panas dalam waktu 24 jam
tanpa pemberian obat anti piretik, kondisi pasien stabil.
3) Pasien sudah bisa minum obat secara peroral.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawat daruratan yang
mengancam jiwa.
6) Pasien dirawat minimal 3 hari sampai maksimal 5 hari.
7) Sudah menyelesaikan administrasi.
8. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas :
a. Identitas Pasien;
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
akhir, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan
kesehatan; dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.
9. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat
inap terdiri atas:
a. Data umum pasien.
b. Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan).
c. Pemeriksaan.
d. Terapi, tindakan dan / atau anjuran.

F. PELAYANAN RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh
Puskesmas, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu
menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke
FKTRL Puskesmas lain, perawatan rumahan (home care), dan
paliatif.
2. Kriteria merujuk pasien meliputi :

a. Petugas memeriksa ada indikasi bahwa keadaan pasien tidak


dapat diatasi di puskesmas
b. Petugas memeriksa fisik dan penunjang medis di puskesmas
ternyata tidak mampu diatasi
c. Petugas memeriksa pasien menghasilkan memerlukan
pelayanan medis spesialis / subspesialis di Rumah Sakit
berdasarkan keadaan penyakit yang diderita pasien
d. Petugas memeriksa Pasien memerlukan pelayanan penunjang
medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia difasilitas
pelayanan puskesmas
e. Petugas sudah mengobati berulang kali dipuskesmas ternyata
pasien memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di sarana
kesehatan yang lebih mampu.
f. Ruang rawat inap penuh dan pasien memerlukan proses
rujukan
3. Informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar
rujukan meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan
yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
4. Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur,
termasuk alternatif rujukan sehingga pasien dijamin dalam
memperoleh pelayanan yang dibutuhkan di tempat rujukan pada
saat yang tepat.
5. Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan
pelayanan di FKRTL.
6. Dilakukan stabilisasi pada pasien yang akan dirujuk sesuai dengan
standar rujukan.
7. Pasien/keluarga terdekat pasien diberikan informasi tentang rencana
rujukan, yaitu :
a. Alasan rujukan,
b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya jika ada, pasien/keluarga dapat
memutuskan fasilitas mana yang dipilih.
c. Kapan rujukan harus dilakukan.
8. Proses rujukan harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pasien
agar sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan
konsekuensinya.
9. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien yaitu :
a. Kebutuhan transportasi
b. Petugas kompeten yang mendampingi
c. Sarana medis
d. Keluarga yang menemani
e. Fasilitas kesehatan rujukan
10. Pemberi asuhan yang kompeten memantau kondisi pasien dan
fasilitas kesehatan penerima rujukan menerima resume tertulis
mengenai kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
11. Dilakukan serah terima pasien yang disertai dengan informasi yang
lengkap meliputi situation, background, assessment, recomemdation
(SBAR) kepada petugas penerima transfer pasien.
12. Pada pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak
lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan hasilnya dicatat
dalam rekam medis.
13. Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan melakukan kajian
ulang kondisi medis sebelum menindaklanjuti umpan balik dari
FKRTL, sesuai prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan
memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.
14. Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan pemantauan
(monitoring) dan dokumentasi pelaksanaan rujuk balik.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah


Puskesmas WOHA

Tina Darmi Koestyorini


G. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN.
1. Rencana Pemulangan atau discharge planning adalah suatu proses
yang berkesinambungan dan harus sudah dimulai sejak pasien
masuk unit rawat inap dan dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan/rujukan.
3. Assesmen awal saat pasien masuk unit rawat inap :
a. Identifikasi, persiapan dan rancang discharge planning
b. Peninjauan ulang rekam medis pasien ( anamnesa, hasil
pemeriksaan fisik, diagnosa dan tata laksana )
c. Anamnesis : identifikasi alasan pasien dirawat, termasuk
masalah sosial dan perubahan terkini
d. Assesmen kebutuhan perawatan pasien berdasarkan kondisi
dan penyakit yang dideritanya
e. Assesmen mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini,
misalnya fungsi, mobilitas
f. Assesmen mengenai status pendidikan pasien
g. Assesmen mengenai status mental
h. Assesmen mengenai kondisi rumah / tempat tinggal pasien
i. Tanyakan mengenai medikasi terkini yang dikonsumsi pasien
saat di rumah
j. Identifikasi siapa dari pihak keluarga yang bertanggung jawab
atas pasien
k. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan keluarga
l. Tanyakan mengenai keinginan / harapan pasu\ien atau
keluarganya
m. Libatkan mereka dalam perencanaan discharge planning
n. Gunakan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan
keluarga
4. Setelah assesmen awal pasien dilakukan, maka tim medis dan
paramedis harus dilakukan, maka tim medis dan paramedis harus
melalukan :
a. Asessmen resiko : pasien dengan resiko tinggi membutuhkan
discharge planning yang baik dan adekuat
Kriteria pasien resiko tinggi :
1) Usia > 65 tahun
2) tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung
3) Stroke, serangan jantung, gagal jantung kongestif, emfisema,
demensia, alzheimer, AIDS, atau penyakit lain yang berpotensi
mengancam nyawa
4) Alamat tidak diketahui atau berasal dari luar kota
5) Dirawat kembali dalam 30 hari
6) Pasien tidak dikenal / tanpa identitas
7) Korban kasus kriminal
b. Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia apa
yang tersedia untuk pasien

DASAR : UU 38 TAHUN 2014, UU 4 TAHUN 2019


PERMENKES 26 TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai