Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN

PENANGGUNG JAWAB KLINIK ANDALAN


Nomor: SK/002/ADM-RAS/KA.AKRE.SK/VII/2023
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KLINIS DI KLINIK ANDALAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PENANGGUNG JAWAB KLINIK ANDALAN

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pelayanan kesehatan


dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien dengan
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
b. bahwa dalam memberikan pelayanan perlu acuan bagi
tenaga kesehatan di Klinik Andalan;
c. bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh
pelayanan yang bermutu dan aman;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a,b,c, dan e perlu menetapkan Surat
Keputusan Kepala Klinik Andalan tentang Pedoman Pelay
anan Klinis di Klinik Andalan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun


2009 Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2014 Tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
6. KMK No. HK.01.07 /MENKES/ 1186/2022 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK ANDALAN
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KLINIS DI KLINIK
ANDALAN
Kesatu : Kebijakan pelayanan klinis di Klinik Andalan sebagaimana
tercantum dalam lampiran surat keputusan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Dengan terbitnya surat keputusan nomor: SK/002/ADM-
RAS/KA.AKRE.SK/VII/2023 tentang Pedoman Pelayanan Kl
inis di Klinik Andalan.

Ditetapkan di : Kutabumi

Pada Tanggal : 02 Juli 2023

PENANGGUNG JAWAB KLINIK ANDALAN,

Dr. Dian Nurul Hikmah


LAMPIRAN
KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK
ANDALAN
NOMOR :SK/002/ADMRAS/KA.AKRE.SK/VII/2023
TENTANG: PELAYANAN KLINIS
DI KLINIK ANDALAN

PELAYANAN KLINIS DI KLINIK ANDALAN

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan teknisnya Klinik Andalan memberikan pelayanan


klinis dengan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Klinik Andalan yang
dibedakan menurut kelompok yaitu dokter, perawat, bidan, farmasi.

TUJUAN
1. Sebagai acuan bagi semua tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan klinis,
2. Berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien juga keselamatan dirinya sendiri dan orang
lain dimana mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas.

BAB II
STANDAR PELAYANAN KLINIS

Dalam penyusunan Standar Pelayanan Klinis Klinik Andalan harus


memenuhi indikator antara lain:

1. Dasar hukum, sebagai landasan dasar untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat
2. Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan
3. Cara pelayanan pasien
4. Waktu dan Jam buka pelayanan
5. Jenis dan jadwal pelayanan yang akan diterima oleh pasien
6. Sarana dan prasarana yang disediakan baik untuk pasien maupun
untuk Pelayanan dalam proses penyelesaian pelayanan termasuk
fasilitas pelayanan bagi penyandang cacat/disabilitas
7. Kompetensi masing-masing petugas yang terlibat dalam proses
pemberian/penyelesaian pelayanan
8. Pemantauan dan pengawasan internal
9. Penanganan pengaduan/komplain, saran dan masukan
10. Pelayanan yang sesuai dengan standar prosedur mulai dari
pendaftaran sampai pasien pulang

II.1. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009


Tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 1118);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktek
Tenaga Gizi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga
Sanitarian;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun
2015 tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pengendalian Pencegahan Infeksi;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 04
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
15. KMK No. 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
II.2. PERSYARATAN PELAYANAN
Pasien Baru;
a. Pasien BPJS/jaminan
- Membawa kartu BPJS/KIS/Kartu Seha
t
- Kartu identitas (KTP, SIM)
b. Pasien Umum
-Kartu identitas (KTP, SIM)
c. Pasien lansia/disabilitas
- Kartu identitas (KTP, SIM)
Pasien lama;
a. Pasien BPJS/jaminan
- Kartu tanda berobat
- Kartu BPJS/KIS
- Kartu Sehat
b. Pasien Umum
- Kartu tanda berobat
c. Pasien lansia/disabilitas
- Kartu identitas (KTP, SIM)

II.3. CARA PELAYANAN PASIEN

Menggunakan SOP dari setiap unit pelayanan dari Pendaftaran sampai


Rujukan Pemulangan Pasien.

II.4. WAKTU DAN JAM BUKA PELAYANAN


Waktu dan Jam Buka Pelayanan
a. Pelayanan Pagi
Loket Pendaftaran
Hari Senin s/d Minggu : 7 hari kerja 24 jam
Pelayanan Rawat Jalan
Hari Senin s/d Minggu : 7 hari kerja 24 jam
b. Pelayanan Gawat Darurat : 7 hari kerja 24 jam
II.5. JENIS DAN JADWAL PELAYANAN YANG DIBERIKAN

II.5.1.JENIS PELAYANAN

a. Pelayanan Gawat Darurat


b. Pelayanan Rawat Jalan:
 Pelayanan Rawat Jalan Umum:
 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

II.5.2.JADWAL PELAYANAN

a. Pelayanan Gawat Darurat : Setiap Hari


b. Pelayanan Rawat Jalan:
 Pelayanan Rawat Jalan Umum : Setiap Hari
Kerja
 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut : Jumat jam
13.00-15.00 WIB.

II.6. PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN INTERNAL

II.8.1.PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN HARIAN

Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan terhadap:

1. Indikator Mutu Klinis


2. Indikator Keselamatan Pasien
3. Kebersihan unit pelayanan
4. Pembuangan sampah medis/non medis
5. Sterilisasi alat
6. Jadwal kalibrasi (pemeliharaan)
7. Perilaku petugas
8. Penggunaan APD untuk pencegahan infeksi
9. Reuse (peralatan yang tidak dipakai ulang)
10. Kepuasan Pelanggan
11. Kepatuhan terhadap prosedur layanan

II.8.2.PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN BULANAN

Pemantauan dan pengawasan bulanan dilakukan melalui audit


Klinis dilakukan untuk dengan prosedur dan jadwal yang telah
ditetapkan. Pemantauan dan pengawasan bulanan dilakukan
terhadap:
1. Capaian Indikator Mutu Klinis
2. Capaian Indikator Keselamatan Pasien
3. Kepatuhan petugas terhadap Prosedur pelayanan
4. Perilaku petugas
5. Survey Kepuasan Pelanggan
6. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang sesuai standar dalam
memberi pelayanan.

II.7. PENANGANAN KELUHAN/PENGADUAN/KOMPLAIN, SASARAN DAN


MASUKAN

Penanganan keluhan pelanggan dilakukan melalui:


1. Pengelolaan Survey Kepuasan Pelanggan
2. Penggelolaan Komplain Pelanggan melalui kotak saran, sms dan email.
Tujuan:

1. Sebagai pedoman bagi semua tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan klinis sesuai dengan standar prosedur untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan,
2. Berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien juga keselamatan dirinya sendiri dan orang lain dimana mutu
pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta
tenaga kesehatan yang berkualitas.

II.8. PELAYANAN YANG SESUAI STANDAR PROSEDUR MULAI DARI


PENDAFTARAN SAMPAI PASIEN PULANG

II.10.1. PENDAFTARAN PASIEN


Pendaftaran pasien harus dipandu dengan Cara yang jelas
dimana proses pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten
dan pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan tiga (3) cara dari
cara identifikasi variable sebagai berikut: nama pasien, umur
pasien, alamat/tempat tinggal.
Pendaftaran pasien adalah suatu unit pelayanan di puskesmas
yang melayani masyarakat atau pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan dengan melengkapi persyaratan sesuai
dengan Loket yang tersedia seperti Loket 1 (BPJS/KIS), Loket 2
(Umum), Loket 3 (Lansia/Disabilitas). Untuk memberikan
pelayanan awal sebelum pasien mendapatkan tindakan medis
dalam bentuk kartu berobat, rekam medis dan data pasien dalam
bentuk E-MR.
Pendaftaran Pasien:
1. Pasien wajib memakai masker dan datang untuk pendaftaran
pasien Umum / BPJS / Lansia dan Disabilitas
2. Memanggil pasien dengan cara memanggil nomor urut
pendaftaran.
UNTUK PASIEN BARU:

- Pasien wajib memakai masker


- Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat)
- Pasien Umum menunjukan Kartu identitas (KTP/SIM)
- Pasien BPJS /Jaminan menunjukkan kartu BPJS/KIS, KTP
- Pasien Lansia dan Disabilitas di bantu oleh keluarga pasien lang
sung mendaftar, tidak perlu menunggu antrian dengan menunju
kkan Kartu identitas (KTP), BPJS/KIS.
- Membuatkan kartu berobat dan rekam medis untuk pasien
baru
- Menuliskan identitas pasien yang bersangkutan meliputi: Nama,
Umur, Alamat

UNTUK PASIEN LAMA:

- Pasien Umum menunjukan Kartu Berobat dan KTP,


- Pasien BPJS/ Jaminan menunjukkan KTP, Kartu BPJS, Kartu
berobat
- Pasien Lansia dan Disabilitas di bantu oleh keluarga pasien
langsung mendaftar, tidak perlu menunggu antrian dengan
menunjukkan Kartu identitas (KTP) dan kartu berobat.
- Jika Kartu Berobat hilang dan pasien sudah pernah berobat,
Mencari data di Sikda

1. Mencatat identitas (nama, umur, alamat) di resep baik untuk


Pasien
Umum, BPJS, Lansia/Disabilitas
2. Pasien umum membayar retribusi sesuai dengan Peraturan
Daerah
yang berlaku
3. Menginput data ke SIKDA
4. Mempersilahkan pasien menunggu di unit pelayanan yang
dituju
5. Menyerahkan kartu berobat dan kertas resep ke bagian rekam
medik
6. Mencari rekam medis pasien dan mengantarkannya ke unit
pelayanan kemudian mencatat jumlah Rekam Medis yang
diserahkan di buku ekspedisi.
II.10.2. IDENTIFIKASI PASIEN
Identifikasi pasien adalah pengumpulan data dan pencatatan
segala keterangan tentang bukti-bukti pasien sehingga kita dapat
menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan pasien,
dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui
identitas pasien dan dengan identitas tersebut kita dapat
membedakan pasien yang satu dengan pasien yang lain untuk
menjamin keselamatan dan mencegah terjadinya kesalahan
identifikasi.
Identifikasi Pasien :

1. Menanyakan data pribadi pasien, dengan 3 identifikasi verbal


yang berlaku untuk mengidentifikasi pasien di semua unit antara
lain: Nama, Umur, Alamat.
2. Mengecek kesamaan data pribadi pasien dengan KTP, Kartu
BPJS, Kartu Berobat.
3. Mengisi data identitas pasien pada rekam medis untuk pasien
baru.
4. Mencocokan data pasien dengan data yang ada direkam medis
pada pasien lama.

II.10.3. PENYAMPAIAN INFORMASI DI LOKET PENDAFTARAN


Penyampaian informasi diloket pendaftaran antara lain
memberikan informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia
dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif
pelayanan, jenis pelayanan, ketersediaan tempat tidur, dan
informasi tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain
termasuk pemberian informasi tentang Hak dan Kewajiban Pasien.

Penyampaian Informasi:

1. Memberi salam pada pasien dengan ramah,


2. Menanyakan tentang kebutuhan informasi yang dibutuhkan
pasien,
3. Menyampaikan informasi yang dibutuhkan pasien,
4. Memberitahukan informasi tentang ketersediaan informasi
lainnya yg ada pada papan informasi,
5. Menyampaikan informasi tentang tarif pelayanan, jenis
pelayanan, ketersediaan tempat tidur, dan informasi tentang
kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain termasuk pemberian
informasi tentang hak dan kewajiban pasien dan informasi
lainnya dengan menggunakan brosur informasi Puskesmas
kepada pasien baru sedangkan untuk pasien lama pemberian
informasi sesuai kebutuhan pasien
6. Menanyakan apakah pasien mengerti dan Meminta pasien
menandatangani buku log penyampaian informasi tanda pasien
sudah mengerti informasi yang disampaikan.
7. Mengisi buku log penyampampaian informasi sebagai tanda
sudah menyampaikan informasi kepada pasien.
8. Melanjutkan pelayanan pada pasien tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.

II.10.4. PENYAMPAIAN INFORMASI HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
sampai pemulangan pasien. Hak Pasien adalah sesuatu yang
diperoleh setelah pasien melaksanakan kewajiban sedangkan
Kewajiban pasien adalah sesuatu yang harus dilakukan sebelum
menerima haknya yang seharusnya diperoleh agar pasien
mendapatkan haknya dan melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan.

Hak-hak pasien berdasrkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan meliputi:

1. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

2. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa


diskriminasi;

3. Memilih tenaga medis sesuai dengan keinginannya (bila


memungkinkan);

4. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita;

5. Memberikan persetujuan atau menolak atas


tindakan/pengobatan yang akan dilakukan oleh tenaga medis;

6. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosa dan tata cara


tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan,
resiko dan komplikasi;

7. Mengajukan usul, saran dan perbaikan atas pelayanan klinik;

8. Mendapatkan keamanan dan keselamatan selama dalam


perawatan;

9. Mendapatkan pendampingan oleh keluarga (dalam keadaan


kritis);

10. Mendapatkan informasi tentang kandungan pada rekam medis.

Kewajiban pasien meliputi


1. Wajib menggunakan masker saat di klinik.
2. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk Medis;
4. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana kesehatan Klinik
Andalan

Penyampaian Informasi Hak dan Kewajiban Pasien


a. Memberi salam, senyum dan sapa
b. Meminta pasien untuk membaca tentang hak dan kewajiban
pasien yang tersedia di puskesmas (di depan Ruang loket
pendaftaran dan depan Ruang gawat darurat).
c. Bila pasien tidak bisa membaca (buta huruf) petugas wajib
menjelaskan hak dan kewajiban Pasien

II.10.5. PASIEN MEMPUNYAI HAK UNTUK MENOLAK ATAU TIDAK


MELANJUTKAN PENGOBATAN

Hak menolak atau melanjutkan pengobatan adalah hak pasien


untuk penolakan atau hak tidak melanjutkan rencana layanan,
pasien berhak memutuskan menerima atau menolak melakukan
pengobatan serta berhak menghentikan pengobatan saat
pengobatan berlangsung. Pasien berhak mengambil keputusan
untuk menyetujui atau menolak tanpa tekanan dari petugas
setelah diberikan penjelas mengenai resiko dari tindakan atau
pengobatan yang akan dilakukan saat pengobatan berlangsung
dengan konsekwensi jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan
yang berkaitan dengan penolakan tersebut Puskesmas tidak
bertanggung jawab.

Hak penolakan pasien untuk tidak melanjutkan pengobatan:

1. Memeriksa pasien dan dokter merumuskan diagnosa pasien


2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan medis
atau pengobatan yang akan dilakukan serta kemungkinan
resiko yang dapat ditimbulkan kemudian memberitahu pasien
atau keluarga tentang hak untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan
3. Menyiapkan lembar pesetujuan atau penolakan terhadap
tindakan medis yang akan dilakukan (Form
Persetujuan/Penolakan), lalu menjelaskan isi Form
Persetujuan/Penolakan tersebut, kemudian menyakinkan
bahwa pasien atau keluarga paham dengan penjelasan tersebut
4. Memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
mengambil keputusan berkenaan dengan kelanjutan
pengobatan pasien

5. Memberitahukan pasien dan keluarga tentang konsekuensi atau


hal yang terjadi berkaitan dengan penolakan tersebut dan
Puskesmas tidak bertanggungjawab
6. Menganjurkan pasien untuk menandatangani Form Penolakan
kemudian membubuhkan tanda tangan pada Form Penolakan
yang telah di tandatangani pasien dan saksi
7. Memberikan informasi tentang pengobatan alternative lainnya
8. Mendokumentasikan hasil kegiatan

II.10.6. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI

II.10.6.1. UNIT PENDAFTARAN DENGAN UNIT PELAYANAN


LAINNYA
Suatu upaya pelayanan kesehatan yang berupa
penyerahan rekam medis pasien setelah pasien mendaftar
dari loket pendaftaran yang dilakukan oleh Pendaftaran
kepada petugas unit-unit yang melakukan pelayanan pasien
Koordinasi dan komunikasi unit pendaftaran dengan unit
pelayanan lainnya:
1. Melakukan identifikasi pasien
2. Memasukan data kunjungan pasien pada komputer EMR.
3. Menginformasikan bila bahan pemeriksaan tidak tersedia
pada Pendaftran, kemudian Menginformasikan pada
pasien
4. Menginformasikan pada unit terkait bila ada unit
pelayanan yang tutup dan bahan pemeriksaan sedang
tidak tersedia
5. Menginformasikan pada unit terkait bila ada unit
pelayanan yang ditutup dan bahan pemeriksaan sedang
tersedia

II.10.7. ALUR PELAYANAN PASIEN


Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di
Klinik Andalan mulai dari pendaftaran sampai pemulangan pasien
sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan yang
berlaku, agar pasien/keluarga memperoleh informasi dan paham
terhadap tahapan dan prosedur pelayanan klinis
Alur Pelayanan Pasien:
a. Pasien datang dengan memakai masker dan mendaftar di loket
pendaftaran. Lalu, Mengarahkan pasien ke unit pelayanan yang
dituju.
b. Memeriksa pasien. Jika pasien memerlukan pemeriksaan
penunjang/pelayanan lainnya, petugas unit pelayanan merujuk
pasien ke unit terkait (rujukan internal) sesuai dengan
kebutuhan pasien.
c. Pasien membayar pemeriksaan penunjang/tindakan lainnya
dikasir.
d. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang/pelayanan tindakan
lainnya, pasien kembali ke unit pelayanan perujuk, kemudian
petugas unit pelayanan perujuk menegakkan diagnosa dan
membuat resep.
e. Bila pasien tidak dapat ditangani di Kliniks, pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan lanjutan
f. Pasien menunggu obat di ruang kefarmasian, kemudian petugas
kefarmasian menyiapkan obat
g. Memberi obat pada pasien dan menyampaikan informasi cara
penggunaan obat, efek samping obat, cara penyimpanan obat di
rumah dan informasi lainnya
h. Pasien pulang

II.10.8. PENGKAJIAN AWAL KLINIS (SCREENING)


Pengkajian awal klinis adalah wawancara yang dilakukan
terhadap pasien untuk mengumpulkan data mengenai keadaan
pasien secara paripurna yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang serta kajian sosial pasien. Untuk
mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan harapan pasien dan
keluarga pasien mencakup pelayanan medis, penunjang medis dan
keperawatan. Kajian awal dilakukan secara paripurna dan
dilakukan oleh tenaga yang kompeten yang melakukan pengkajian.
Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian oleh tenaga profesi kesehatan lainnya sesuai
dengan kebutuhan pasien. Proses kajian dilakukan mengacu pada
standar profesi dan standar asuhan. Proses kajian dilakukan
dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak
perlu. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan
profesi kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam
medis. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus
diprioritaskan dalam pelayanan. Pengkajian dan perencanaan
asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang
kompeten.

Pengkajian Awal Klinis:

1. Memanggil pasien sesuai nomor urut, kemudian mencocokkan


identitas pasien dengan rekam medis pasien. Apabila cocok,
Mulai melakukan pengkajian awal klinis, diawali dengan
menanyakan keluhan utama.
2. Menanyakan kebutuhan keluhan pasien, keluhan tambahan,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit dalam keluarga,
riwayat alergi, keadaan kehidupan sosial pasien.
3. Memberitahukan kepada pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik, kemudian mencuci tangan.
4. Menjelaskan maksud dilakukan pemeriksaan fisik. Kemudian
melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari kepala hingga kaki
(head to toe) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
5. Menjelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan, kemudian
memberitahukan kepada pasien jika diperlukan pemeriksaan
penunjang, lalu dilakukan, jika pemeriksaan penunjang yang
diperlukan tersedia, namun jika tidak tersedia merujuk ke
fasilitas kesehatan yang ber-PKS dengan Klinik jika pemeriksaan
penunjang tidak tersedia di Klinik.
6. Menginformasikan semua hasil pemeriksaan kepada pasien
antara lain hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik pasien dan
hasil pemeriksaan penunjang sederhana.
7. Mencatat hasil anamnesis, pemeriksaan fisik pasien dan
pemeriksaan penunjang ke dalam rekam medis untuk mencegah
pengulangan yang tidak perlu.
8. Mencuci tangan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan
pada rekam medis pasien.

II.10.9. PENYAMPAIAN INFORMASI TENTANG EFEK SAMPING DAN


RISIKO PENGOBATAN
Pemberian informasi tentang efek samping dan resiko
pengobatan adalah kegiatan memberikan penjelasan mengenai
pengobatan yang akan dilakukan termasuk didalamnya
penjelasan mengenai efek samping dan resiko dari pengobatan
yang akan dilakukan baik pada saat pengobatan berlangsung
atau setelah pengobatan selesai, dengan cara:
1. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta merumuskan
diagnose pasien dan rencana asuhan pasien
2. Memberitahukan pada pasien tentang penyakit dan pengobatan
yang akan dilakukan
3. Menjelaskan tentang efek samping dan resiko pengobatan
4. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang
penyakit dan pengobatan yang akan dilakukan serta resiko
akibat pengobatan
5. Jika pasien setuju menyiapkan form informed consent untuk
pemberian obat yang di berikan secara IM, IV atau secara rectal
6. Meminta pasien untuk menandatangani informed consent dan
ikut menandatangani informed consent yang telah ditanda
tangani pasien,
7. Mendokumentasikan kegiatan

II.10.10. PENDIDIKAN/PENYULUHAN PASIEN


Pendidikan atau Penyuluhan pasienadalah kegiatan
menyampaikan informasi atau Pengetahuan kepada pasien guna
menanamkan sikap dan perilaku sesuai dengan informasi yang
diberikan, dengan cara:
1. Menentukan diagnosa, rencana terapi atau tindakan,
2. Memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarga tentang:
 Informasi penyakit yang diderita pasien,
 Penggunaan obat secara aman dan efektif untuk semua obat
yang dikonsumsi pasien,
 Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dilarang
dikonsumsi,
 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
3. Petugas selesai melakukan penyuluhan dalam asuhan pasien
dengan mencatat kegiatan pada rekam medis,
4. Meminta pasien menanda tangani rekam medis tanda sudah
mengerti pendidikan dan pasien tentang penyuluhan.

II.10.11. INFORMED CONSENT


Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Hal-hal yang dilakukan dalam
pemberian persetujuan tindakan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan lembar informed consent, kemudian
menginformasikan mengenai tindakan yang akan dilakukan,
tujuan, manfaat, dampak apabila tidak dilakukan dan resiko
dari tindakan tersebut kepada pasien dan keluarga
2. Memastikan tingkat pemahaman pasien dan keluarga terhadap
informasi yang diberikan, kemudian menjelaskan kembali
mengenai informasi yang belum dimengerti pasien dan keluarga,
3. Pasien diberi kesempatan untuk menerima atau menolak
tindakan yang diberikan, kemudian memberikan form informed
consent kepada pasien atau keluarga bila pasien/keluarga
pasien setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
4. Pasien/keluarga pasien diberi kesempatan untuk membaca isi
dari informed consent dan menandatangani form informed
consent bila sudah mengerti,
5. Menandatangani form informed concent yang sudah
ditandatangani pasien dan saksi,
6. Menyimpan form informed consent yang telah ditandatangani
pasien atau keluarga di dalam rekam medis pasien dan
mendokumentasikan kegiatan.

II.10.12. EVALUASI INFORMED CONSENT


Evaluasi Informed consent adalah suatu kegiatan untuk menilai
efektifitas dari inform consent yang diberikan kepada pasien.
Sebagai acuan dalam mengevaluasi kelengkapan pengisian
informed concent sesuai dengan format informed concent yang
berlaku di puskesmas dan mengevaluasi kelengkapan informasi
medik yang di sampaikan oleh petugas kesehatan, dengan cara:

1. Menyiapkan lembar informed consent di unit yang memberikan


layanan tindakan,
2. Informed consent dilampirkan pada rekam medis,
3. Semua rencana layanan yang memerlukan tindakan dibuat
informed consent,
4. Pemantauan dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab unit
yang memberikan layanan yang membutuhkan tindakan,
5. Tim audit melakukan evaluasi terhadap pemantauan harian
yang dilakukan unit yang memberikan layanan yang
membutuhkan tindakan apakah setiap rencana layanan yang
memerlukan tindakan dilengkapi dengan persetujuan
tindakan/informed consent.

II.10.13. RUJUKAN
Rujukan pasien adalah suatu proses pengiriman pasien ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan
penanganan yang tepat. Agar pasien yang tidak bisa ditangani di
klinik mendapatkan penanganan dari fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.

II.10.22.1. PERSIAPAN RUJUKAN


Persiapan pasien rujukan adalah langkah langkah yang
harus dilakukan sebelum pasien dikirim ke fasilitas fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Agar pasien dirujuk
dalam kondisi stabil dan aman selama perjalanan menuju
fasilitas pelayanan yang lebih tinggi, dengan cara:
1. Mempersiapkan dan memakai baju Alat Pelindung Diri un
tuk perujukan
2. Menyiapkan pasien yang akan dirujuk termasuk surat
persetujuan rujukan, rekam medis dan surat rujukan
3. Memastikan pasien dalam kondisi stabil kemudian
menyiapkan alat kesehatan dan obat yang diperlukan
selama perjalanan
4. Menghubungi supir ambulance untuk menyiapkan
ambulance dan menghubungi tempat tujuan rujukan
bahwa akan mengirim pasien
5. Memindahkan pasien ke ambulance dengan
mempersiapkan safety pasien
6. Mendampingi pasien menuju tempat rujukan dan
memiliki kompetensi untuk memonitoring status tanda-
tanda vital pasien dalam proses rujukan agar selama
dalam perjalanan dapat mengobservasi kondisi pasien
7. Menyerahkan pasien ke tempat rujukan kemudian
melakukan serah terima kepada petugas tempat rujukan,
meliputi identitas, riwayat penyakit dan terapi yang telah
dilakukan
8. Meminta tanda tangan petugas fasilitas rujukan setelah
serah terima pasien dilakukan dan mendokumentasikan
ke dalam rekam medis pasien

II.10.22.2. RUJUKAN RAWAT JALAN


Rujukan pasien adalah suatu proses pegiriman pasien
ke fasilitias pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat. Agar pasien yang
tidak bisa ditangani di puskesmas mendapatkan
penanganan dari fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan


mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi
pada pasien,
2. Memberikan informasi kepada pasien mengenai
kondisi kesehatan yang dialami pasien,
a. Alasan Rujukan (Menjelaskan bahwa masalah
kesehatan yang dihadapi pasien tidak mampu
ditangani dipuskesmas dan memenuhi pasien
harus dirujuk)
b. Sarana yang dituju
c. Kapan harus dilakukan
3. Menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk kefasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang mampu
mengatasi pasien yang ber PKS dengan puskesmas
dan pasien diberi kesempatan untuk memilih sarana
kesehatan yang diinginkannya.
4. Memberikan form persetujuan rujukan untuk di
tandatangani pasien, kemudian menyiapkan dan
mengisi surat rujukan, yaitu resume klinis pasien
yang berisi:
a. Kondisi pasien
b. Langkah-Langkah dan tindakan yang telah
dilakukan
c. Kebutuhan pasien akan tindak lanjut
5. Mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis
dan memberikan informasi tentang lanjutan
pengobatan dengan bahasa yang mudah dipahami
pasien.

II.10.22.2 ASUHAN GIZI


Adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur
yang memungkinkan untuk mengindentifikasi penyediaan asuhan
gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien. Agar setiap pasien
dapat terpenuhi kebutuhan zat gizinya secara optimal, dengan
cara:

a. Mempersilahkan pasien yang datang ke ruangan poli umum


untuk masuk dan duduk di tempat yang telah disediakan
b. Melakukan pengkajian status gizi pasien meliputi tinggi badan,
berat badan, umur, kebiasaan makan, serta riwayat gizi, alergi
makanan
c. Menentukan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dengan
IMT.

II.10.22.3. RUJUKAN EMERGENCY

Rujukan emergency adalah suau proses penanganan


pasien gawat dengan mengirimkan pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat karena pasien tidak mampu
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku yaitu dengan
menstabilkan pasien kondisi terlebih dahulu agar pasien
mendapat pertolongan emergency secepatnya dan
mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut, dengan
cara:

1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan


mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi
pada pasien,
2. Memberikan informasi pada pasien mengenai
 Kondisi kesehatan yang dialami pasien,
 Alasan rujukan bahwa masalah kesehatan yang
dihadapi pasien tidak mampu ditangani di Klinik,
 Sarana yang dituju
 Kapan harus dilakukan
3. Menjelaskan bahwa pasien harus dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang
ber-MOU dengan Klinik atau mampu mengatasi
masalah pasien dan pasien diberi kesempatan
untuk memilih sarana pelayanan yang diinginkan
4. Menjelaskan kriteria pasien yang harus dirujuk
meliputi:
 Pasien umum : semua penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
5. Memberikan informasi tentang lanjutan pengobatan
dengan bahasa yang mudah di pahami pasien, lalu
memberikan formulir persetujuan rujukan untuk
ditandatangani pasien, kemudian menyiapkan dan
mengisi surat rujukan
6. Menyiapkan resume klinis pasien yang berisi:
 Kondisi pasien
 Langkah-Langkah dan tindakan yang telah
dilakukan
 Kebutuhan pasien akan tindak lanjut
 Resume klinis tercacat direkam medis
7. Melengkapi surat rujukan berupa nomor rujukan,
identitas pasien, diagnosa, tindakan dan terapi yang
sudah diberikan, tanda tangan petugas dan stempel
klinik.
8. Menghubungi fasilitas kesehatan tempat rujukan
untuk memberi informasi tentang pasien yang akan
dirujuk dan memastikan fasilitas kesehatan
tersebut bersedia menerima pasien rujukan sambil
melakukan pengisian data pada aplikasi SISRUTE
(Sistem Rujukan Terintegrasi) atau SPDGT.
9. Memastikan pasien dalam kondisi stabil.
Kriteria stabil adalah:
a. Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas
b. Oksigenasi adekuat
c. Tidak dalam keadaan syok
d. Tidak kejang
e. Imobilasi fraktur (bila ada)
10. Memastikan alat-alat kesehatan yang terpasang
pada pasien dalam keadaan baik, dan menyiapkan
ambulans, alat medis beserta obat–obatan yang
diperlukan dalam proses rujukan.
11. Mendampingi pasien selama proses rujukan dengan
mengisi format monitoring status fisiologis pasien
dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dalam
Rekam Medis.

II.10.14. PELAYANAN KLINIS

Pelaksanaan layanan klinis dipandu dengan pedoman dan Cara


pelayanan Klinis yang meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, gizi dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
Pelaksanaan layanan klinis dilakukan sesuai rencana layanan
dengan melihat perkembangan pasien yang dicatat dalam rekam
medis. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat
dalam rekam medis. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko
wajib diinformasikan pada pasien sebelum mendapatkan
persetujuan dengan membuat Informed Concent. Pelaksanaan
layanan klinis harus dimonitor/dipantau, diawasi, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti, dan dilaksankan evaluasi terhadap tindak lanjut.
Pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator
yang jelas Kasus-kasus gawat darurat dan kasus-kasus berisiko
tinggi harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur,
kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus ditangani.
Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan klinis. Keluhan pasien / keluarga wajib
diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindaklanjuti, dengan cara:

1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, memberikan rujukan


pemeriksaan penunjang bila diperlukan kepada pasien
2. Mendiagnosa penyakit pasien kemudian menjelaskan mengenai
rencana layanan yang akan dilakukan kepada pasien
3. Melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan rencana
layanan serta memberikan saran/KIE sesuai kebutuhan pasien
4. Mengisi SOAP pada rekam medis dan mencatat hasil
pemeriksaan pada rekam medis untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan yang tidak perlu
5. Jika ada kesalahan pemberian obat (pengulangan yang tidak
perlu petugas wajib mengembalikan kepada dokter yang
bersangkutan)
6. Mengevaluasi antara layanan yang diberikan dengan rencana
layanan dalam rekam medis
7. Menyusun rencana layanan klinis dengan mempertimbangkan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan tata nilai
budaya pasien
8. Mendokumentasikan kegiatan pada Rekam Medis
Pelayanan klinis mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, pemberian KIE sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
Pasien berhak untuk menolak pengobatan dengan menandatangani
surat penolakan pengobatan. Jika pasien menolak untuk
pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak
pasien untuk membuat keputusan, konsekwensi akibat dari
keputusan penolakan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut dan memberi informasi pengobatan
alternative lainnya.

II.10.15. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT


Penanganan pasien gawat darurat adalah suatu pertolongan
yang cepat dan tepat pada pasien untuk mencegah kematian
maupun kecacatan, dengan cara:
1. Menempatkan pasien pada tempat yang disediakan, kemudian
memeriksa kesadaran pasien (GCS), apabila sadar langsung
melakukan anamnesa terhadap pasien, apabila tidak sadar
langsung anamnesa terhadap keluarga pasien dan cek a
(airway), b (breathing), c (circulation), serta memeriksa vital sign
pasien
2. Melakukan konsultasi ke dokter yang jaga, kemudian dokter
jaga memeriksa pasien dan melakukan pemeriksaan fisik,
3. Apabila dokter menemukan tanda-tanda kegawat daruratan,
dokter harus memberikan informasi pada pasien/keluarga
mengenai kondisi pasien, kemudian melakukan tatalaksana
awal,
4. Apabila kondisi pasien tersebut diharuskan untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, Melakukan persiapan
rujukan sesuai SOP persiapan rujukan dan SOP rujukan
pasien emergency,
5. Menyiapkan resume klinis pasien dan mencatatnya direkam
medis yang berisi tentang:
 kondisi pasien
 Langkah-langkah dan tindakan yang telah dilakukan
 kebutuhan pasien akan tindak lanjut

DAFTAR KASUS KASUS KEGAWAT DARURATAN


- Ruang Pelayanan Gawat Darurat
1. Asma Bronkial Akut
2. Diare dengan dehidrasi
3. Vulnus Laseratum
4. Hipoglikemia
5. PPOK Akut
6. Kejang Demam
7. Hipertensi Emergency
8. Angina Pektoris
9. Combustion/Luka Bakar
- Gigi
1. Pendarahan
2. Terbukanya sinus maxillaris karena extraksi gigi atas
(P1, M1, M2)
3. Syncope
4. Abses submandibula
5. Reaksi alergi kulit dan membrane mukosa.

II.10.16. PENANGANAN PASIEN BERESIKO TINGGI


Penanganan pasien resiko tinggi adalah proses memberikan
pelayanan klinis kepada pasien dengan penyakit yang bisa
menimbulkan kematian ataupun pasien dengan penyakit yang bisa
menularkan penyakitnya baik pada Maupun pasien lainnya.
Cara:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan mengidentifikasi
masalah yang dihadapi pasien (diagnosa),
2. Menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai
kebutuhan dan masalah pasien,
3. Menggunakan alat pelindung diri dan pencegahan resiko
penularan baik kepada pasien lainnya maupun ke petugas.
4. Mendokumentasikan kegiatan ke rekam medis.

DAFTAR KASUS RESIKO TINGGI


1) HIV/Aids
2) Hepatitis
3) TB Paru

II.10.17. KEWASPADAAN UNIVERSAL


Kewaspadaan universal adalah suatu cara untuk mencegah
penularan penyakit dari cairan tubuh yang keluar dari tubuh
pasien/penderita penyakit baik dari pasien ke petugas kesehatan
ataupun dari pasien satu ke pasien lain. Untuk mencegah
penularan penyakit infeksi baik dari pasien ke petugas ataupun
dari pasien ke pasien lain melalui cairan tubuh pasien, dengan
cara:
1. Melakukan identifikasi pasien dengan mencocokkan identitas
pasien dengan yang tertulis di rekam medis,
2. Melakukan anamnesa pasien dan menanyakan riwayat
penyakitnya,
3. Mencuci tangan dengan cara 6 langkah mencuci tangan dan
mengenakan APD (masker, sarung tangan steril),
4. Melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tindakan medis ke
pasien dengan menggunakan alat-alat yang steril,
5. Selesai melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan medis,
Mendekontaminasikan alat dan bahan habis pakai dengan
menggunakan cairan chlorin 0,5 % selama 10 menit,
6. Mencuci alat-alat yang sudah didekontaminasi dengan air
mengalir kemudian mensterilkan alat yang sudah dicuci,
7. Membuang alat dan bahan habis pakai pada tempat sampah
medis,
8. Mencuci tangan dengan cara 6 langkah mencuci tangan
Yaitu:
1. Petugas membasahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan
memakai air mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut
2. Petugas mengusap dan menggosok kedua punggung tangan secara
bergantianPetugas menggosok sela-sela jari tangan hingga bersih
3. Petugas membersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan tangan
4. Petugas menggosok dan memutar kedua ibu jari secara bergantian
5. Petugas meletakan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan
6. Petugas membersihkan kedua pergelangan tangan secara seluruh
bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan
memakai handuk atau tisu.

II.10.18. PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT DAN ATAU CAIRAN


INTRAVENA
Pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah
jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Merupakan
salah satu cara pemberian terapi cairan dengan menggunakan
Cara infasif yang dilaksanakan dengan menggunakan tehnik
aseptic, dengan cara:

1. Memberi tahu maksud tindakan kepada pasien


2. Mencuci tangan kemudian menyiapkan alat dan bahan dalam
bak instrument steril
3. Melakukan aspirasi obat sesuai dosis dengan spuit injeksi
kemudian mengatur posisi pasien, membebaskan daerah
penyuntikan dari pakaian atau benda apapun dan memasang
karet pembendung (tourniquet)
4. Memilih area penyuntikan yang bebas dari tanda kekakuan,
peradangan atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorpsi
obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
5. Memakai sarung tangan kemudian membersihkan area
penyuntikan dengan menggunakan kapas alcohol secara
sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering, gunanya untuk membuang sekresi dari
kulit yang mengandung mikroorganisme
6. Memegang spuit pada posisi 30° sejajar vena yang akan ditusuk
dengan gentle kemudian melakukan aspirasi dengan tangan non
dominan untuk menahan barel dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger
7. Melepaskan torniquet dan memasukkan obat perlahan-lahan
jika darah keluar didalam spuit
8. Mengeluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan (30°), sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alcohol pada area penusukan
9. Menutup area penusukkan dengan menggunakan kasa steril
yang diberi betadin kemudian membuang peralatan yang sudah
tidak diperlukan
10. Membuka sarung tangan dan mencuci tangan kemudian
mencatat tindakan kedalam rekam medis.

BAB IV
PENUTUP

Penyelenggaraan pelayanan klinis di Klinik meliputi pelayanan dari


mulai pendaftaran sampai pasien pulang/rujukan dimana pelayanan
yang diberikan harus sesuai dengan standar pelayanan dan diberikan
oleh tenaga kesehatan yg kompeten untuk menjamin pelayanan
kesehatan dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien dengan memperhatikan
mutu dan keselamatan pasien
Keputusan Penanggung Jawab Klinik tentang Pelayanan Klinis Klinik
Andalan digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayananuntuk memenuhi tuntutan aspek legalitas
sehingga Pelayanan Kesehatan di Klinik Andalan dapat berjalan sesuai
harapan dan kebutuhan masyarakat luas.

Ditetapkan di : Kutabumi
pada tanggal : Juli 2023
PENANGGUNG JAWAB KLINIK ANDALAN,

Dr. Dian Nurul Hikmah

Anda mungkin juga menyukai