Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SILO 1
Alamat :Jl.A. Yani no 154.Telp.(0331)521169
Kode Pos 68184

KEPUTUSAN KEPALA UPTD. PUSKESMAS SILO 1


NOMOR : III-SK-UKP-5/JAN/311.18/2023

TENTANG

PELAYANAN KLINIS
DI UPTD PUSKESMAS SILO 1

KEPALA UPTD PUSKESMAS SILO 1 KABUPATEN JEMBER,

Menimbang: a. bahwa pelayanan klinis yang berkualitas di Puskesmas


dilaksanakan dengan efektif dan efisien;
b. bahwa penyelenggara pelayanan klinis di Puskesmas Silo 1 perlu
memperhatikan kebutuhan harapan masyarakat dan keselamatan
pasien;
c. bahwa Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Silo 1 Nomor
………………….. tentang Standar Layanan Medis di UPTD.
Puskesmas Silo 1 Kabupaten Jember perlu dilakukan perubahan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b dan c, perlu
menetapkan peraturan Keputusan Kepala UPTD. Puskesmas Silo
1 tentang penanganan pasien gawat darurat di UPTD Puskesmas
Silo 1;

Mengingat : 1. Peraturan mentri Kesehatan repuplic Indonesia Nomor 269 Tahun


2008 tentang rekam medis;
2. Peraturan mentri Kesehatan republic Indonesia nomor 209 tahun
2008, tentang informed consent;
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 001 tahun 2012 tebtang
rujukan;
5. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014, tentang Tenaga
Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015, tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Dokter dan Dokter Gigi;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 47 tahun 2018 tentang
pelayanan kegawatdarutan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019, tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat; 2021
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2014, tentang
Panduan Praktek Keperawatan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 62 Tahun 2014, tentang
Panduan Praktek Klinis bagi Dokter Gigi;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015, tentang
Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di FKTP;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SILO 1 TENTANG


PELAYANAN KLINIS DI UPTD. PUSKESMAS SILO1.

PERTAMA : Kebijakan Pelayanan Klinis di Puskesmas Silo 1 sebagaimana


tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari surat keputusan ini.
KEDUA : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Kepala UPTD.
Puskesmas Silo 1 Nomor 445/C.VII.SK/047/2022 tentang Standar
Layanan Medis di UPTD. Puskesmas Silo 1 Kabupaten Jember,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jember
Pada tanggal : 2022

Plt. KEPALA UPTD. PUSKESMAS SILO 1


KABUPATEN JEMBER
Lampiran I : Keputusan Kepala Puskesmas Silo
1 tentang Layanan klinis di UPTD.
Puskesmas Silo 1
Nomor :
dr. ADI WIDJAJA, SE.
Pembina-IV / a
Tanggal :
NIP. 19670216 200604 1 009
Perihal : Layanan klinis di UPTD. Puskesmas
Silo 1

A. PROSES PENDAFTARAN

1. Pendaftaran pelanggan harus dipandu dengan prosedur yang jelas.


2. Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan
memperhatikan kebutuhan pelanggan.
3. Prosedur pendaftaran harus memperhatikan penerapan upaya keselamatan
pasien terutama dalam identifikasi pasien.
4. Pendaftaran di lakukan oleh petugas yang berkompeten dan memenuhi
kriteria.
5. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien, alamat / tempat
tinggal, dan nomor rekam medis
6. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, sarana pelayanan dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat, antara lain: tarif, jenis pelayanan,
jadwal pelayanan, ketersediaan tempat tidur, informasi tentang kerjasama dan
bentuk kerjasama dengan fasilitas rujukan lain harus dapat disediakan di
tempat pendaftaran.
7. Hak dan kewajiban pasien, keluarga, dan petugas harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
8. Kendala fisik, bahasa, budaya dan penghalang lain dalam memberikan
pelayanan wajib diidentifikasi dan ditindaklanjuti

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN

1. Kajian awal di lakukan secara paripurna (anamnesa/alloanamnesa,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan kajian sosial) untuk
mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan harapan pasien guna mendukung
rencana dan pelaksanaan pelayanan.
2. Tenaga yang berkompeten dan berwenang yang melaksanakan kajian.
3. Identifikasi informasi yang dibutuhkan dalam pengkajian meliputi kajian medis,
kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi
kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang harus
diberikan.
4. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan
5. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan dan menjamin tidak
terjadinya pengulangan yang tidak perlu
6. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, maka hasil kajian dan Informasi
kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lain wajib
di identifikasi dan di catat dalam rekam medis.
7. Informasi yang ada dalam rekam medis harus mudah diakses oleh petugas
yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada pasien, agar
informasi tersebut dapat digunakan pada saat dibutuhkan demi menjamin
kesinambungan dan keselamatan pasien.
8. Proses kajian di lakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
9. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera harus di
prioritaskan dalam pelayanan.
10. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera emergensi,
diidentifikasi dengan proses triase.
11. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk, yaitu apabila tidak
tersedia pelayanan di Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan
kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan
yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
12. Petugas gawat darurat yang melaksanakan proses triase untuk
memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi harus berkompeten
dan terlatih.
13. Hasil kajian awal pasien dianalisis oleh petugas kesehatan profesional yang
kompeten. Proses kajian dapat dilakukan secara individual atau jika
diperlukan dilakukan oleh tim kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Jika dilakukan pelayanan secara tim, maka tim kesehatan antar profesi harus
tersedia, misal pada layanan ANC, kasus gizi buruk, kasus TB, untuk
berproses sesuai kebutuhan.
14. Pendelegasian wewenang pelayanan klinis baik dalam kajian maupun
keputusan layanan harus di lakukan melalui proses pendelegasian wewenang
15. Pendelegasian wewenang di berikan kepada petugas kesehatan berkompeten
yang memenuhi persyaratan
16. Pelaksanaan kajian harus memperhatikan privasi pasien.
17. Proses kajian harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan kajian, menggunakan peralatan yang memenuhi standar
Puskesmas, berfungsi dengan baik, mudah dioperasikan, dan memberikan
hasil yang akurat.
18. Jaminan kualitas dilakukan dengan pemeliharaan yang teratur, proses
sterilisasi yang benar terhadap alat-alat klinis yang digunakan.
19. Peralatan dan sarana pelayanan yang digunakan wajib menjamin keamanan
pasien dan petugas
20. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan di pandu oleh prosedur klinis
yang di bakukan.
21. Rencana layanan klinis dilakukan evaluasi dan dilakukan tindak lanjut jika
terjadi ketidaksesuaian antara rencana layanan dengan prosedur.
22. Rencana tindakan dan pengobatan serta rencana layanan terpadu jika
diperlukan penangganan oleh tim kesehatan antar profesi, disusun dengan
tujuan yang jelas, terkoordinasi dengan kejelasan tanggung jawab dari tiap
anggota tim kesehatan dalam melaksanakan layanan dan melibatkan pasien
atau keluarga.
23. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan,
dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam tim layanan yang
terpadu
24. Rencana layanan di susun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien/keluarga
dengan kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
25. Penyusunan rencana layanan klinis disusun bersama pasien dengan
mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan
memperhatikan tata nilai budaya pasien.
26. Rencana layanan dilakukan paripurna, di susun dengan hasil dan tahapan
waktu yang jelas dengan mempertimbangkan efisiensi pemanfaatan sumber
daya manusia.
27. Resiko yang mungkin terjadi pada pasien harus dipertimbangkan sejak awal
dalam menyusun rencana layanan dan di- identifikasi.
28. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus di
informasikan kepada pasien
29. Rencana layanan harus di dokumentasikan dalam rekam medis
30. Rencana layanan yang disusun harus memuat pendidikan / penyuluhan pada
pasien dan/atau keluarga pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN;

1. Tahapan pelayanan klinis adalah tahapan pelayanan sejak mendaftar,


diperiksa sampai dengan meninggalkan tempat pelayanan dan tindak lanjut di
rumah jika diperlukan. Tahapan ini harus dijamin kesinambungannya.
2. Pelaksanaan layanan klinis mengacu pada standar profesi dan standar
asuhan.
3. Pelaksanaan layanan dipandu dan mengacu pada pedoman dan prosedur
pelayanan klinis.
4. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, gizi dan pelayanan profesi kesehatan yang lain
5. Sebelum layanan dilaksanakan, pasien dan atau keluarga perlu memperoleh
informasi yang jelas tentang rencana layanan dan memberikan persetujuan
tentang rencana layanan yang akan diberikan.
6. Tindakan medis / pengobatan yang beresiko wajib di informasikan pada
pasien dan/atau keluarga pasien sebelum mendapatkan persetujuan tindakan
medik.
7. Untuk melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya, pasien harus memberi persetujuan/memilih tindakan
dengan diberikan informed consent
8. Pemberian informasi, penjelasan/konseling tentang hal yang berhubungan
dengan pelayanan yang direncanakan dan persetujuan pasien (informed
consent) wajib di dokumentasikan.
9. Pelaksanaan layanan medis dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan pasien.
10. Pelaksanaan layanan di lakukan sesuai rencana layanan.
11. Pelayanan klinis harus diberikan secara efektif dan efisien untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
12. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, keselamatan pasien dan
pengulangan yang tidak perlu, maka pelaksanaan layanan, perkembangan
pasien dan jika dilakukan perubahan rencana layanan berdasarkan
perkembangan pasien, harus didokumentasikan dalam rekam medis
13. Semua informasi pelaksanaan layanan harus didokumentasikan dalam rekam
medis secara paripurna dan mudah diakses oleh petugas yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan layanan.
14. Pelaksanaan layanan klinis harus di monitor, di evaluasi, dan di tindaklanjut
15. Pelaksanaan layanan bagi pasien dengan kasus-kasus gawat darurat perlu
diidentifikasi, di prioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan
pasien gawat darurat
16. Pelaksanaan layanan bagi pasien dengan kasus-kasus berisiko tinggi harus
ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi
17. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus di tangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal)
18. Penangganan, pengggunaan dan pemberian obat/cairan intravena harus di
laksanakan dengan prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
19. Pelaksnaan pemberian obat/cairan intravena wajib didokumentasikan dalam
rekam medik.
20. Kinerja pelayanan klinis harus di monitor dan di evaluasi dengan indikator
yang jelas
21. Hak dan kebutuhan pasien selama pelaksanaan layanann harus di perhatikan
dan dihargai.
22. Kasus-kasus penyakit yang sering ditemukan di UPT Puskesmas Silo 1
dilaksanakan sesuai prosedur layanan.
23. Kebutuhan dan keluhan pasien/keluarga wajib di- identifikasi,
didokumentasikan dan di tindaklanjuti.
24. Menggunakan informasi tersebut diatas sebagai perbaikan.
25. Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu maka setiap tenaga klinis
wajib mendokumentasikan setiap tahapan layanan dalam rekam medis
dengan lengkap. Apabila petugas menemui rencana/tindakan pengulangan
wajib mengingatkan dan konfirmasi kepada dokter/ petugas lain yang
memberikan instruksi.
26. Pelayanan yang berkesinambungan dimulai dari pendaftaran, anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnose oleh tenaga klinis
dan masing-masing profesi. Apabila membutuhkan pelayanan secara tim oleh
profesi lain maka dilakukan rujuk internal. Pelayanan yang tidak bisa dilakukan
oleh sarana, prasarana, di Puskesmas akan dilakukan rujukan ke fasilitas
yang lebih lengkap/ tinggi.
27. Penolakan untuk tidak melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu
oleh prosedur yang baku.
28. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, petugas pemberi
pelayanan wajib memberitahukan tentang konsekuensi dari keputusan,
tanggung jawab mereka berkaitan dengan keputusan tersebut.
29. Petugas pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien tentang tersedianya
alternatif pelayanan dan pengobatan.
30. Pelayanan anestesi sederhana dan pembedahan minor harus dipandu dengan
prosedur baku
31. Pelayanan anestesi sederhana dan pembedahan minor harus dilaksanakan
oleh petugas yang kompeten
32. Sebelum melakukan anestesi sederhana dan pembedahan minor harus
mendapatkan persetujuan dari pasien/keluarga pasien (informed consent).
33. Status fisiologis pasien wajib di monitor selama pemberian anestesi
sederhana dan pembedahan minor.
34. Pelaksanaan anastesi sederhana dan pembedahan minor wajib
didokumentasikan.
35. Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan konseling kepada pasien/keluarga
dipadukan dengan pelayanan klinis, dilaksanakan dengan efektif dengan
pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dengan petugas, dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien/keluarga.
36. Pemberian makanan dan terapi nutrisi sesuai dengan kebutuhan pasien
dipandu oleh prosedur yang baku.
37. Pilihan berbagai variasi makanan yang sesuai dengan status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinis tersedia secara reguler.
38. Pemesanan dan pemberian makanan atau nutrien lain dilakukan oleh tenaga
kesehatan berkompeten.
39. Pemberian edukasi pada keluarga tentang pembatasan diit pasien, bila
keluarga ikut menyediakan makanan bagi pasien.

D. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN

1. Pemulangan dan tindak lanjut pasien, baik yang bertujuan untuk


kelangsungan layanan, rujukan maupun pulang di pandu oleh prosedur yang
baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan/rujukan.
3. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib di tindaklanjuti oleh dokter yang
menangani
4. Puskesmas wajib memberikan alternatif pelayanan bagi pasien yang
memerlukan tindak lanjut rujukan akan tetapi tidak mungkin dilakukan.
5. Rujukan pasien harus di sertai dengan resume klinis
6. Resume klinis meliputi :nama pasien, kondisi klinis, prosedur / tindakan yang
telah di lakukan, dan kebutuhan akan tindaklanjut
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan
8. Pasien dengan kebutuhan khusus (memerlukan pengawasan keperawatan
atau medis terus-menerus) perlu di dampingi oleh petugas yang kompeten

9. Dilakukan persetujuan rujukan, evaluasi penyampaian informasi, identifikasi


kebutuhan dan pilihan pasien (transportasi, petugas, sarana medis dan
keluarga pendamping) selama proses rujukan.
10. Pasien/keluarga pasien menperoleh penjelasan yang memadai tentang tindak
lanjut layanan saat pemulangan atau saat dirujuk ke sarana kesehatan yang
lain untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal.
Ditetapkan di : Jember
Pada tanggal :

Plt. KEPALA UPTD. PUSKESMAS SILO 1


KABUPATEN JEMBER

dr. ADI WIDJAJA, SE.


Pembina – IV / a
NIP. 19670216 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai