Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH KOTA SUBULUSSALAM

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LONGKIB
Jl. H. RASYID JABAT DUSUN LAE SORAYA KAMPUNG DARUL AMAN
KECAMATAN LONGKIB NO. 009 KODE POS 24882

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LONGKIB


KOTA SUBULUSSALAM
NOMOR: /SK/UKP/ LONGKIB/2018

TENTANG

LAYANAN KLINIS

ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA


KEPALA PUSKESMAS LONGKIB

Menimbang : a. Bahwa proses pelayanan klins di puskesmas Longkib berorientasi terhadap


kebutuhan pasien maka perlu ditetapkan aturan layanan klinis sesuai kebutuhan
pasien.
b. Bahwa pelayanan klinis harus memperhatikan mutu dan keselamatan pasien.
c. Bahwa untuk keperluan tersebut pada butir a dan b perlu ditetapkan dengann
keputusan Kepala Puskesmas Longkib
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas
4. Permenkes RI No.5 Tahun 2014 tentang panduan praktek klinik bagi dokter
5. Permenkes Nomor 31 tahun 2013 tentang praktek kedokteran
6. Permenkes Nomor 10 tahun 2005 tentang standar pelayanan keperawatan
7. Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 tentang Informed Consent.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LONGKIB TENTANG LAYANAN KLINIS DI


PUSKESMAS LONGKIB
Kesatu : Penyelenggaraan pelayanan puskesmas sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : DARUL AMAN


Pada tanggal : 01 JANUARI 2018
KEPALA PUSKESMAS LONGKIB

NUR AFNI
LAMPIRAN
1. Pengkajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang kompeten melakukan
pengkajian. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan
kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan diidentifikasi serta
dicatat dalam rekam medis dengan langkah SOAP. Proses kajian tersebut mengacu pada
standar profesi masing-masing profesi. Dimana proses pelaksanaan pelayanan klinis ini harus
didukung oleh peralatan dan tempat yang memadai dan menjamin keamanan bagi petugas dan
pasien. Untuk tiap pasien rencana layanan yang disusun dikelola dengan rencana layanan
terpadu dan berkesinambungan dan melibatkan pasien serta mempertimbangkan tata nilai
budaya pasien.
2. Pemberian infomasi mengenai efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
diberitahukan kepada pasien begitu juga hal-hal yang memuat pendidikan. Dan penyuluhan
pasien dilakukan dalam rencana layanan klinis. Semua hal yang dilakukan selama pengkajian
dicatat di rekam medis
3. Pada pasien dengan kondisi gawat darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan berdasarkan
SOP triase/pedoman triase. Adanya pembentukan tim kesehatan antar profesi diperlukan bila
dilakukan pelayanan klinis secara tim
4. Pendelegasian wewenang pada layanan klinis diperlukan agar terjaga kesinambungan
pelayanan dan pelayanan terjaga dan tertata dengan baik sehinggga penanganan pasien dapat
dilakukan dengan baik. Namun dalam pelaksanaan pendelegasian wewenang baik dalam
kajian maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang
dan pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi
persyaratan dimana diatur dalam SOP pendelegasian wewenang.
5. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis (pelayanan
medis, keperawatan, kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang lain) sesuai dengan
rencana layanan dan perkembangan serta perubahan rencana layanan tercatat dalam rekam
medis oleh tenaga medis/paramedic dan profesi kesehatan lainnya. Pelaksanaan layanan ini
dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
Dalam pelaksanaan layanan klinis ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
6. Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan yang beresiko
(Anestesi, pembedahan dan tindakan lainnya) maka dilakukan pemberian informasi kepada
pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien mengisi form informed consent) serta
didokumentasikan pada rekam medis.
7. Pasien berhak untuk menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana
kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, maka pasien diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung
jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
8. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan
pasien gawat darurat dan kasus-kasus beresiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus beresiko tinggi. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
9. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat /cairan
intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptic. Untuk pelayanan anestesi local dan
pembedahan harus dipandu dengan SOP Anestesi dan pembedahan serta dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
10. Dalam pelaksanaan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga kesehatan lainnya harus
memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta mengidentifikasi keluhan pasien dan tindak
lanjut penanganan keluhan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai