DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SILIRAGUNG
Jln. Slamet Riyadi No. 03 Siliragung - Banyuwangi 68488
Telepon : (0333) 710 648
email : pkm_siliragung@yahoo.com ; pkm.siliragung@gmail.com
www.pkm-siliragung.blogspot.co.id
TENTANG
PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SILIRAGUNG
KEPALA PUSKESMAS SILIRAGUNG
A. PENERIMAAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten.
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien
4. Persetujuan umum (general consent) wajib diminta kepada pengguna layanan atau
keluarganya pada saat pertama kali pasien rawat jalan berobat ke puskesmas.
5. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi
sebagai berikut: nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, alamat/tempat tinggal,
dan nomor rekam medis. Identifikasi juga harus dilakukan terhadap pasien dengan
risiko, kendala dan kebutuhan khusus serta diupayakan kebutuhannya.
6. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis pelayanan, hak dan kewajiban
pasien, alur pelayanan dan alur pendaftaran, jam pelayanan dan informasi tentang
kerjasama rujukan dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di
tempat pendaftaran.
7. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan
yang dimulai dari pendaftaran.
8. Kendala fisik seperti pasien dengan risiko jatuh, bayi, balita, ibu hamil, lansia dan
berkebutuhan khusus (disabilitas), kendala bahasa, dan budaya serta penghalang
lain pada saat pelayanan wajib diidentifikasi dan diupayakan kebutuhannya.
9. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi diterapkan protokol kesehatan yang
meliputi penggunaan masker, jaga jarak antara orang yang satu dengan yang lain
dan pengaturan agar tidak terjadi kerumunan orang mulai dari pendaftaran dan
disemua area pelayanan.
C. PELAKSANAAN LAYANAN;
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan
7. Pemberian informed consent diperoleh ketika pasien masuk rawat inap dan
sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko
8. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup
a. Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan
dilakukan
b. Tentang tatacara tindakan medis yang akan dilakukan
c. Tentang risiko
d. Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risko-
risikonya
f. Tentang prognosis penyakit bila tindakan dilakukan
g. Diagnosis
9. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
10. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
11. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
12. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada
pedoman tatalaksana triase sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
13. Prinsip triase dalam memberlakukan system prioritas dengan penentuan atau
penyelesaian pasien yang harus didahulukan untuk
mendapatkan penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pasien pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang
lain, mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan diberikan
perawatan sesuai dengan kebutuhan.
14. Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera
termasuk melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit menular
misalnya infeksi memalui udara/airborne.
15. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
16. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
17. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
18. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator
yang jelas
19. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
20. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak
lanjuti.
21. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
22. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
23. Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan/pengobatan yang
direncanakan atau meneruskan pelayanan/pengobatan setelah kegiatan
dimulai, termasuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
24. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu
oleh prosedur yang baku.
25. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
26. Dalam pelayanan rawat jalan di Puskesmas terutama pelayanan gawat darurat,
pelayanan gigi, dan keluarga berencana yang memerlukan tindakan yang
membutuhkan anestesi local harus memenuhi standart dan peraturan
perundang undangan yang berlaku, serta dipandu dengan prosedur baku.
27. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten.
28. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan informed
consent.
29. Status fisiologi pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
30. Pasien /keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi yang
terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien, dengan pendekatan
komunikasi interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan dan
menggunakan bahasan yang mudah dipahami, agar mereka dapat berperan
aktif dalam proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
31. Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pasien secara regular, sesuai
dengan rencana asuhan ,umur, budaya dan bila pasien berperan serta dalam
perencanaan dan seleksi makanan.