Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SILIRAGUNG
Jln. Slamet Riyadi No. 03 Siliragung - Banyuwangi 68488
Telepon : (0333) 710 648
email : pkm_siliragung@yahoo.com ; pkm.siliragung@gmail.com
www.pkm-siliragung.blogspot.co.id

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SILIRAGUNG


NOMOR : 188.4/06.1 /429.114.44/2022

TENTANG
PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SILIRAGUNG
KEPALA PUSKESMAS SILIRAGUNG

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis yang berkualitas di


Puskesmas dilaksanakan dengan efektif dan efisien
b. bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis di Puskesmas perlu
memperhatikan kebutuhan harapan masyarakat dan keselamatan
pasien
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan b
perlu ditetapkan pelayanan klinis Puskesmas Siliragung;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang rekam medis;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290
Tahun 2008, tentang informed consent;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 tahun 2012 tantang
rujukan ;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang panduan praktik klinis bagi
dokter gigi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2018 tentang pelayanan kegawatdaruratan;.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat ;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1186/Tahun 2022 tentang panduan Praktik
klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SILIRAGUNG.

KESATU : Menetapkan Kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas Siliragung antara


lain penerimaanpasien, pengkajian, rencana
asuhan dan pemberian asuhan, pelaksanaan
layanan,rencana rujukan dan pemulangan ,sebagaimana
: tercantum dalam Lampiran merupakan
KEDUA Bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini;
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terjadi perubahan dan atau terdapat kesalahan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
SILIRAGUNG
NOMOR : 188.4/014/429.112.11/2022
TANGGAL : 4 Januari 2022

A. PENERIMAAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten.
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien
4. Persetujuan umum (general consent) wajib diminta kepada pengguna layanan atau
keluarganya pada saat pertama kali pasien rawat jalan berobat ke puskesmas.
5. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi
sebagai berikut: nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, alamat/tempat tinggal,
dan nomor rekam medis. Identifikasi juga harus dilakukan terhadap pasien dengan
risiko, kendala dan kebutuhan khusus serta diupayakan kebutuhannya.
6. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis pelayanan, hak dan kewajiban
pasien, alur pelayanan dan alur pendaftaran, jam pelayanan dan informasi tentang
kerjasama rujukan dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di
tempat pendaftaran.
7. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan
yang dimulai dari pendaftaran.
8. Kendala fisik seperti pasien dengan risiko jatuh, bayi, balita, ibu hamil, lansia dan
berkebutuhan khusus (disabilitas), kendala bahasa, dan budaya serta penghalang
lain pada saat pelayanan wajib diidentifikasi dan diupayakan kebutuhannya.
9. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi diterapkan protokol kesehatan yang
meliputi penggunaan masker, jaga jarak antara orang yang satu dengan yang lain
dan pengaturan agar tidak terjadi kerumunan orang mulai dari pendaftaran dan
disemua area pelayanan.

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN DAN PEMBERIAN ASUHAN


1. Penapisan (screening) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna dan
mencakup berbagai kebutuhan dan harapan pasien/keluarga dan mencegah
penularan infeksi
2. Penapisan (screening) dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk
memilah pasien sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi, kebutuhan
pasien dan kondisi kegawatan.
3. Kajian awal dilaksanakan pada saat pasien pertama kali diterima , untuk
selanjutnya dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan sesuai dengan
kondisi kesehatan pasien.
4. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan
kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan dengan memperhatikan kebutuhan
pasien dan berpedoman pada panduan praktik klinis meliputi status
fisik/neurologis/mental psikososiospiritual, ekonomi,riwayat
kesehatan,riwayat alergi,asessmen nyeri, asessmen risiko jatuh,asessmen
fungsional, asessmen risiko gizi, kebutuhan edukasi dan rencana pemulangan.
5. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan
6. Proses kajian dilakukan secara individual atau jika diperlukan oleh tim
kesehatan antar profesi yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan
dan tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan
kebutuhan pasien.
7. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan
yang tidak perlu
8. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan
lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis
9. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
10. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan.
11. Kajian dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga
profesional yang kompeten.
12. Pelimpahan wewenang baik dalam kajian mapun keputusan layanan harus
dilakukan melalui proses pelimpahan wewenang
13. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang
memenuhi persyaratan
14. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan
peralatan dan tempat yang memadai
15. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan
petugas
16. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis yang
dibakukan
17. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan,
dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam tim layanan yang
terpadu
18. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien
19. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien
20. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
meperhatikan efisiensi sumber daya
21. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus
diidentifikasi.
22. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien
23. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
24. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien yang terkait
dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN;
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan
7. Pemberian informed consent diperoleh ketika pasien masuk rawat inap dan
sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang berisiko
8. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup
a. Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan
dilakukan
b. Tentang tatacara tindakan medis yang akan dilakukan
c. Tentang risiko
d. Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
e. Tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risko-
risikonya
f. Tentang prognosis penyakit bila tindakan dilakukan
g. Diagnosis
9. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
10. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
11. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
12. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada
pedoman tatalaksana triase sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
13. Prinsip triase dalam memberlakukan system prioritas dengan penentuan atau
penyelesaian pasien yang harus didahulukan untuk
mendapatkan penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
Pasien pasien tersebut didahulukan diperiksa dokter sebelum pasien yang
lain, mendapat pelayanan diagnostik sesegera mungkin dan diberikan
perawatan sesuai dengan kebutuhan.
14. Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera
termasuk melakukan deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit menular
misalnya infeksi memalui udara/airborne.
15. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
16. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
17. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
18. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator
yang jelas
19. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
20. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak
lanjuti.
21. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
22. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
23. Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan/pengobatan yang
direncanakan atau meneruskan pelayanan/pengobatan setelah kegiatan
dimulai, termasuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
24. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu
oleh prosedur yang baku.
25. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan
informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
26. Dalam pelayanan rawat jalan di Puskesmas terutama pelayanan gawat darurat,
pelayanan gigi, dan keluarga berencana yang memerlukan tindakan yang
membutuhkan anestesi local harus memenuhi standart dan peraturan
perundang undangan yang berlaku, serta dipandu dengan prosedur baku.
27. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten.
28. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan informed
consent.
29. Status fisiologi pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan.
30. Pasien /keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi yang
terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien, dengan pendekatan
komunikasi interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan dan
menggunakan bahasan yang mudah dipahami, agar mereka dapat berperan
aktif dalam proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
31. Terapi gizi diberikan sesuai dengan status gizi pasien secara regular, sesuai
dengan rencana asuhan ,umur, budaya dan bila pasien berperan serta dalam
perencanaan dan seleksi makanan.

D. RENCANA PEMULANGAN DAN RUJUKAN


1. Sistem pemulangan pasien di Puskesmas Siliragung mengatur tentang
pemulangan observasi pasca tindakan di pelayanan gigi, ruang tindakan dan
ruang KIA/KB.
2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun
rencana pemulangan bersama pasien/keluarga.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk memastikan
bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan memperoleh tindak
lanjut pelayanan sesudah dipulangkan.
4. Kriteria pemulangan pasien adalah
a. Pasien mengalami kemajuan keadaan klinis
b. Vital sign dalam batas normal atau dapat dikontrol dengan rawat jalan
c. Mendapat persetujuan/ acc dari dokter penanggung jawab.
5. Pada saat pemulangan pasien harus diberikan resume klinis yaitu paling
sedikit terdiri dari :
a. Identitas pasien
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan.
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.
6. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas,
maka pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan
pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke FKTRL, Puskesmas lain,
home care dan paliatif.Sistem rujukan di Puskesmas Mojopanggung meliputi
rujukan internal dan eksternal, rujukan eksternal meliputi rujukan eksternal
non emergency dan rujukan eksternal emergency.
7. Rujukan internal mengatur proses rujukan pasien antar unit pelayanan di
dalam gedung.
8. Rujukan eksternal non emergency mengatur proses rujukan pasien yang tidak
memerlukan alat transportasi, tidak memerlukan pendamping dan tidak perlu
melakukan komunikasi dengan FKTRL.
9. Rujukan emergency mengatur proses rujukan pasien yang melalui prose
stabilisasi, persetujuan rujukan, alat transportasi, pendamping, dan
komunikasi dengan FKTRL.
10. Kriteria rujukan pasien di Puskesmas Mojopanggung adalah
a. Dari hasil pemeriksaan fisik sudah dipastikan tidak mampu diatasi.
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
d. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
11. Untuk memastikan kontinuitas pelayanan,informasi tentang kondisi pasien
dituangkan dalam surat pengantar rujukan dan resume klinis yang meliputi,
kondisi klinis pasien, prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan
kebutuhan pasien lebih lanjut.
12. Proses rujukan harus diatur dengan prosedur termasuk alternative rujukan
sehingga pasien dijamin memperoleh pelayanan yang dbutuhkan ditempat
rujukan pada saat yang tepat.
13. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan alternatif
pelayanan
14. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan
15. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang
kompeten
16. Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu dilakukan untuk
memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan di FKRTL.
17. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang
rencana rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat memutuskan
fasilitas mana yang dipilih, serta kapan rujukan harus di lakukan.
18. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien (misalnya kebutuhan
transportasi,petugas kompeten yang mendampingi, sarana medis dan keluarga
yang menemani termasuk pilihan fasilitas kesehatan rujukan selama proses
rujukan.
19. Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan yang
kompeten terus memantau kondisi pasien dan fasilitas kesehatan penerima
rujukan diberi resume tertulis mengenai kondisi klinis pasien dan tindakan
yang telah dilakukan.
20. Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas yang mendampingi pasien
memberikan informasi secara lengkap (SBAR) tentang kondisi pasien kepada
petugas penerima transfer pasien.
21. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pasien yang dirujuk balik dari
FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan
dicatat dalam rekam medis.
22. Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari FKRTL, maka
tindak lanjut dilakukan dengan prosedur yang berlaku melalui proses kajian
dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik rujukan.
23. Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan monitoring dan dokumentasi
pelaksanaan rujuk balik.

Anda mungkin juga menyukai