Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN PEREMPUAN: Machria Rachman, SST., M.

Kes
• PSK
• HIV-AIDS
MATERI
• Gambaran perempuan sebagai pekerja seks komersial di Indonesia
• Pengantar HIV-AIDS
• Gambaran perempuan dengan HIV AIDS di Indonesia
• Deteksi dini
• Stigma perempuan dengan HIV AIDS di masyarakat
• Stigma bidan terhadap perempuan dengan HIV AIDS
• Kehamilan, persalinan, dan nifas pada perempuan dengan HIV AIDS – PMTCT
• Asuhan kebidanan dan upaya layanan kesehatan (interprofesional) pada perempuan dengan HIV
AIDS
PREFACE Status sosial
ekonomi
rendah

Eksploitasi seks
HIV/AIDS (kekerasan
seksual)

Pekerja Seks Women


Komersial trafficking
Wanita Pekerja Seks (WPS):

PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Perempuan yang menjual seks


untuk memperoleh imbalan uang
atau barang sebagai sumber
pendapatan
GAMBARAN PSK DI INDONESIA
Estimasi jumlah PSK perempuan 230.000 WPS
orang • WPSL (Wanita Pekerja Seks Langsung) :
• (Data komnasham.go.id, 2019) pendapatan utama sbg PSK
• WPSTL (Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung):
pendapatan tambahan sbg PSK

Termasuk Populasi kunci dalam Resiko tinggi terhadap masalah


penyebaran HIV Kesehatan seksual dan reproduksi
• Penularan heteroseksual • IMS (GO, shipillis, dll)
• Konsistensi dalam penggunaan kondom • HIV – AIDS
• Unwanted pregnancy
• Unsafe abortion
PENGANTAR HIV-AIDS
BEBERAPA ISTILAH DAN SINGKATAN
HIV : Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang hanya menyerang manusia dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Orang yang terserang HIV biasanya disebut sebagai HIV(+) atau ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS)
AIDS : Aquired ImmunoDeficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena habisnya sistem
kekebalan tubuh.
CD 4 (CD: cluster of differentiation) adalah reseptor pada permukaan sel limfosit T yang menjadi tempat melekatnya virus HIV.
Jumlah CD4+ limfosit T dalam plasma adalah petunjuk progresivitas penyakit pada infeksi HIV.
PMTCT : Prevention of Mother To Child Transmission, yaitu berbagai upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.
ARV : Anti Retro Viral, yaitu berbagai obat yang dipakai untuk menghambat berkembangnya retrovirus, termasuk HIV, di dalam
tubuh manusia.
ART : Anti Retroviral Therapy, yaitu paket pengobatan dengan ARV
Window Period atau Periode Jendela, yaitu orang yang terinfeksi HIV, telah berpotensi untuk menularkan tapi dalam
pemeriksaan laboratorium masih negatif. Berlangsung sekitar 6 bulan sehingga pemeriksaan HIV yang negatif harus diulang 6
bulan kemudian.
• HIV keluar dari tubuh dalam jumlah cukup dan dalam keadaan hidup masuk ke dalam tubuh lain.
GAMBARAN PEREMPUAN DENGAN
HIV/AIDS DI INDONESIA
SEBARAN PEREMPUAN DENGAN HIV-AIDS
CARA PENULARAN HIV
DAMPAK PENYEBARAN HIV-AIDS

Pengidap HIV-AIDS terbanyak pada


1. usia 20 – 29 tahun
2. 30 – 39 tahun

Usia Reproduksi Usia Produktif/ Bekerja

Risiko melahirkan bayi dengan HIV Risiko berkurangnya kemampuan SDM


untuk bekerja/ produktif

Beban biaya hidup lebih besar Berkurangnya kemampuan produksi

Beban psiko-sosio-budaya keluarga, masyarakat dan negara


DINAMIKA PENULARAN HIV DI INDONESIA
Populasi Indonesia: 231 juta
233.000 WPS
231.000 lelaki (0,2% pr dws)
penasun
(0,2% lelaki dws)

3,3 juta lelaki 2,2 juta


beli seks perempuan kawin
(4% lelaki dewasa) dengan lelaki
yang beli seks
809.000 LSL
(1,2% lelaki dws)
Bayi dan
anak
Lelaki Perempuan
Diadaptasi dari Commission on AIDS in Asia – Projections and Implications 22
(SIHA, 2019)
Remaja kelompok rentan HIV/AIDS

Anak
Generasi kehilangan masa
depan karena HIV/AIDS
DETEKSI DINI
PERMENKES (NO21/2013 TENTANG
PENGANGGULANGAN HIV/AIDS) TANGGAL 30
APRIL 2013 :
1. Tes HIV pada PPIA wajib ditawarkan pada semua ibu hamil
dan termasuk dalam pelayanan rutin di KIA pada daerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi. Bila ada infeksi TB dan
IMS pada daerah epidemi rendah

2. Tes dilakukan atas persetujuan pasien, namun bila pasien


menolak harus dengan pernyataan tertulis

3. Syarat dan ketentuan tes HIV berlaku…


KAPAN SKRINING HIV

Pranikah- Kehamilan Persalinan Nifas -


Prakonsepsi Menyusui
• Pemeriksaan kesehatan calon pengantin
• Konseling prakonsepsi → perencanaan kehamilan sehat
• Misal : pasangan serodiskordant
• Skrining kehamilan → PITCT → VCT → ANC terpadu
• Prevalensi HIV tinggi (prevalensi> 5%), tes dan konseling yang diprakarsai oleh penyedia
(PITC) untuk HIV harus dipertimbangkan sebagai komponen standar dari paket perawatan
antenatal
• Tes rutin pada kunjungan ANC pertama
• Pada akhir kehamilan (sekitar 36 minggu) atau dalam persalinan kepada wanita yang
statusnya tidak diketahui atau yang telah dites negatif pada awal kehamilan tetapi tetap
berisiko terkena infeksi baru
• Tes dan konseling HIV harus bersifat sukarela dengan prinsip persetujuan, kerahasiaan,
konseling, dan memastikan bahwa hasil tes dikaitkan dengan perawatan, pengobatan dan
layanan pencegahan yang tepat.
• Skrining dan konseling HIV melibatkan informasi pra-tes, tes HIV,
STANDAR PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN
PEMERIKSAAN HIV/AIDS DAN INFEKSI OPERTUNISTIK
Diagnosis dgn strategi III (Rapid dan atau Elisa)
Pertama : sensitivitas  99 %
Kedua : spesifisitas 98%
Ketiga : spesifisitas 99 %
Ketiga reagen memiliki preparasi antigen berbeda
Diskordan tidak boleh lebih dari 5%
Petugas harus terlatih dan tersertifikasi
Harus melakukan Pemantapan Mutu Internal
Harus mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal
STRATEGI III
A3

A1 pos
A2 pos
A3 pos

A1 pos A1 pos A1 pos


A2 pos A2 neg A2 neg
A3 neg A3 pos A3 neg

Lapor Lapor
sebagai sebagai
“reaktif” Risti Risiko rendah
“Indeterm”
Anggap Anggap
neg
STIGMA
PENYEBAB STIGMA
• Kurangnya pengetahuan mengenai HIV dan AIDS.
• Tanggapan yang salah tentang cara penularan HIV.
• Kesalahan dalam mencari tindakan dan pengobatan.
• Adanya pelopor epidemi yang kurang benar dan anggapan bahwa
penyakit HIV dan AIDS tidak dapat disembuhkan.
• Adanya prasangka dan ketakutan yang berlebihan terhadap masalah
sosial yang sensitif
STIGMA MASYARAKAT
• Ketakutan akan stigma dan diskriminasi,
kendala utama penanganan HIV dan AIDS.
• Stigma HIV dan AIDS masih berkutat pada
masalah seks.
• Paradigma baru pola transmisi HIVdan AIDS
yang didominasi oleh pengguna narkotika
intevana
STIGMA BIDAN
• Stigmatisasi ibu hamil HIV dan AIDS lebih banyak ditemukan di kelompok diskusi
bidan praktik swasta dibanding kelompok diskusi lainnya.
• Sebagian besar bidan praktik swasta menganggap ibu hamil HIV dan AIDS adalah
wanita pekerja seks dan seseorang yang memiliki perilaku menyimpang,
menganggap ibu hamil HIV dan AIDS memiliki virus mematikan dan membahayakan
sehingga bidan akan membedakan pelayanan pada ibu hamil HIV dan AIDS
dengan pasien lainnya.
ASUHAN KEBIDANAN DAN UPAYA LAYANAN
KESEHATAN (INTERPROFESIONAL) PADA
PEREMPUAN DENGAN HIV AIDS
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS
Indonesia Suluh Triple 95 zero infeksi

S.T.OP HIV

Three Zeroes
Bebas baru
AIDS pada Temukan
zero kematian
tahun 2030 Obati terkait AIDS,
Pertahankan zero stigma
dan
diskriminasi
S.T.OP HIV

Suluh
• informasi yang benar mengenai HIV AIDS

Temukan
• 95% ODHIV mengetahui statusnya

Obati
• 95% ODHIV yang tahu statusnya mendapat ARV,

Pertahankan
• 95% ODHIV dalam terapi ARV mengalami penekanan jumlah virus.
PMTCT – HIV
PMTCT – HIV / PPIA-HIV
(PREVENTION OF MOTHER TO CHILD HIV TRANSMISSION)

• Upaya/ program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi/anak


• Intervensi sangat efektif mencegah penularan vertical → risiko penularan
dapat diturunkan menjadi kurang dari 2%
4 PRONG

PRONG 1: MENCEGAH PEREMPUAN USIA REPRODUKTIF TERINFEKSI HIV

PRONG 2: MENCEGAH KEHAMILAN TAK DIKEHENDAKI PADA PEREMPUAN HIV(+)

PRONG 3: MENCEGAH PENULARAN HIV DARI IBU HIV(+) KE BAYINYA

PRONG 4: PERAWATAN DAN DUKUNGAN ANAK DAN KELUARGA TERDAMPAK


HIV
Cara penularan HIV dari ibu ke bayi
1.In Utero (dalam masa kehamilan)
• Trans placental terjadi kebocoran plasenta
2.Sewaktu persalinan
• Perlukaan sewaktu melahirkan
3.Pasca persalinan
• ASI melalui perlukaan waktu menyusui
PROBABILITAS MTCT
Kehamilan Waktu Pasca Persalinan
Trimester III Persalinan Bayi
10% 15% ASI 10% 35%

Formula
10% 15% 0% 25%

AZT (9 bl) AZT AZT + Formula


5% 5% 0% 10%

AZT (7 bl) AZT AZT AZT AZT + Formula


1% 5% 0% 6%

AZT (7 bl) AZT AZT NVP + AZT AZT + NVP + Formula


1% <1% 0% <2%?
PERENCANAAN KEHAMILAN
Persiapan pasangan dari perempuan dengan HIV yang ingin
hamil :
1. Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan
pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak perempuan
dipastikan layak untuk hamil.
2. Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan pemeriksaan
viral load, untuk mengetahui risiko penularan.
3. Apabila VL tidak terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi dapat
dilakukan pada masa subur pasangan.
4. Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350
sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
PENATALAKSANAAN ANTENATAL
Asuhan Antenatal seperti biasanya
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan, Tinggi Fundus
Uteri, Tekanan Darah, Status Tetanus Toksoid
Laboratorium: DL, UL, GD puasa, Golongan darah,
HIV, HBsAg, Thallasemia (bila ada faktor risiko), vag
swab.
Pelihara kesehatan secara umum
Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok,
tidak minum alkohol, olahraga teratur, istirahat
cukup)
Minum roboransia

MODUL 4, Halaman 15
Mazami Enterprise© 2009
PENATALAKSANAAN ANTENATAL
Kurangi jumlah virus (Viral Load)
Minum ARV secara teratur, sedini mungkin

Deteksi dini dan terapi faktor penyulit


Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma
akuminata, Hepatitis B & C dll),
Malaria
Tuberkulosis
Ketergantungan narkoba

MODUL 4, Halaman 16
Mazami Enterprise© 2009
PENATALAKSANAAN ANTENATAL
Hindari penularan ke pasangan
Perilaku seksual sehat, setia pada pasangan
Selalu menggunakan kondom
Periksa status serologis HIV pasangan seksual
Konseling persiapan persalinan
Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan
dan keluarga mengenai manfaat dan risiko
persalinan pervaginam dan persalinan dengan
seksio sesarea berencana
Cara persalinan: Seksio sesarea/ pervaginam
Tempat persalinan dianjurkan di RS/Puskesmas
yang tersedia pelayanan PPIA
PENATALAKSANAAN ANTENATAL
Konseling pemberian makanan bayi
▪ Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga
mengenai manfaat dan risiko pemberian ASI Eksklusif dan Susu
Formula Eksklusif
▪ Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai keputusan
terhadap pilihan pemberian makanan bayi.
▪ Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan mengenai
manajemen laktasi.
▪ Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka dijelaskan
mengenai syarat AFASS (affordable, feasible, acceptable,
sustainable, safe) dan cara mencapainya.
MODUL 4, Halaman 18
Mazami Enterprise© 2009
TERAPI ARV
▪ Obat yang termasuk NRTI antara lain zidovudin,
zalcitabine, abacavir, didanosine, stavudine,
lamivudine, dan tenofovir
▪ Obat yang termasuk NNRTI antara lain efavirenz,
nevirapine, delavirdine, dan etravirine.
▪ Yang termasuk golongan PI antara lain saquinavir,
amprenavir, ritonavir, indinavir, lopinavir, dan
atazanavir.
MANFAAT TERAPI ARV :

1. Memperbaiki status kesehatan dan kualitas hidup


2. Menurunkan rawat inap akibat HIV
3. Mencegah Infeksi oportunistik
4. Menurunkan angka penularan HIV dari ibu ke anak
dan kepada orang lain
5. Menurunkan kematian terkait AIDS
PRINSIP PEMBERIAN ARV SELAMA KEHAMILAN,
PERSALINAN, DAN SETELAH MELAHIRKAN

▪ Untuk PPIA , kehamilan adalah indikasi pemberian ARV tanpa


melihat nilai CD4. Akan tetapi pemeriksaan CD4 tetap harus dilakukan
apabila ada sarana sebagai base line (data awal) yang diperlukan
untuk follow up pengobatan.
▪ Jika perempuan dengan HIV sudah menerima ARV, maka
pemberiannya diteruskan untuk seumur hidup. (B +)
PRINSIP PEMBERIAN ARV SELAMA KEHAMILAN,
PERSALINAN, DAN NIFAS
▪ Perempuan dewasa dengan HIV yang sudah mendapatkan ARV, saat hamil,
teruskan ARV dengan rejimen yang sama.
▪ Perempuan dengan HIV yang diketahui statusnya pada saat
kehamilannya, segera mulai terapi ARV sedini mungkin tanpa memandang
umur kehamilan, stadium klinis dan jumlah CD4 (Panel ahli tahun 2013)
▪ Pengobatan pencegahan kotrimoksasol (PPK) pada ibu hamil hanya diberikan
apabila ibu hamil berada pada stadium klinis 2 , 3 atau 4
▪ PPK tersebut diberikan selama 2 minggu, dilanjutkan dengan terapi ARV. Bila
kondisi klinis baik, maka ibu hamil dapat langsung diberikan ARV.
SINGKAT
Golongan Nama Generik Nama Sediaan
AN Dagang

Nucleoside Zidovudin AZT, ZDV Retrovir, Kapsul/tablet


300mg;kapsu
Reverse Zidovex, l
Transcriptase Reviral 100mg
Inhibitor Lamivudin 3TC Epivir, Tablet 150
mg; Larutan
(NRTI) Lamivox,
10 mg/mL;
Hiviral
Tablet 150
Mg
Stavudin d4T Zerit, Kapsul 30
mg, 40 mg
Stavex

Didanosin ddI Videx Tablet


kunyah: 100
mg
Non Nucleoside Nevirapin NVP Viramune, Tablet 200
ReverseTranscrip Nevirex
mg
tase Inhibitor
Efavirens EFV Stocrin, Tablet 600
(NNRTI) Efavir mg
PENURUNAN CD4 & KOMPLIKASI HIV

ART

Pemakaian HAART akan mencegah terjadinya komplikasi


infeksi oportunistik pada pasien dengan HIV
HAART= Highly Active Anti Retroviral Therapy MODUL 3A, Halaman 28
PEMBERIAN ARV PADA IBU HAMIL
Pedoman ARV 2007 Pedoman PPIA Panel Ahli tahun
tahun 2012 2013
•stadium klinis 1 dan •mulai terapi ≥ 14 Mulai Terapi ARV
2 apabila CD4 < 200 minggu kehamilan sedini mungkin,
sel/mm3 pada ibu hamil HIV tanpa
•Stadium klinis 3 dengan stadium memandang
apabila CD4 < 350 klinis 1 atau CD4 umur kehamilan,
sel/mm3 >350 sel/mm3 stadium klinis dan
•Stadium klinis 4 •pada ibu hamil ≤ jumlah CD4
berapapun nila CD4 14 minggu
nya kehamilan dengan
stadium klinis 2,3,4
atau CD4 < 350
NO SITUASI KLINIS REKOMENDASI PENGOBATAN
1 ODHA hamil segera terapi ARV TDF (1X300 mg) + 3TC (atau FTC) (1X300 mg) + EFV
(1X600 mg)
Alternatif:
Datang pd saat persalinan dan • AZT (2x300mg) + 3TC (2x150mg) + EFV*
belum TX ARV, → Tes reaktif → (1x600mg)
ARV
• TDF(1x300mg) + 3TC (atau FTC) (1x300mg) + EFV
(1x600mg)
2 ODHA sedang menggunakan Lanjutkan dengan ARV yang sama selama dan
ARV dan kemudian hamil sesudah persalinan

3 ODHA hamil dengan hepatitis B • TDF (1x300mg) + 3TC (atau FTC) (2x150mg) +
yang memerlukan terapi NVP (2x200mg) atau
• TDF (1x300mg) + 3TC (atau FTC) (1x300mg) +
EFV (1x600mg)

4 ODHA hamil dengan Bila OAT sudah diberikan, maka dilanjutkan. Bila
tuberkulosis aktif OAT belum, maka diberikan terlebih dahulu
sebelum ARV. Rejimen untuk ibu: Bila OAT sdh
diberikan dan TB telah stabil: AZT (d4T) + 3TC + EFV
OPTIMALKAN KESEHATAN IBU DENGAN HIV POSITIF

Sikap:
1. Minum Roboransia
2. Pola Hidup Sehat:
• Cukup nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga
• Tidak merokok, tidak minum alkohol
3. Menggunakan kondom:
• Mencegah infeksi baru (bila pasangan non odha)
• Mencegah superinfeksi (bila pasangan odha)
TUJUAN PENATALAKSANAAN OBSTETRI

Persalinan yang aman


Kondisi ibu baik
Tidak terjadi penularan
Ke Bayi
Ke Tim Penolong
Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
RISIKO PENULARAN MASA PERSALINAN
His → tekanan pada plasenta meningkat
Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu
dengan darah bayi
Lebih sering terjadi jika plasenta meradang/
terinfeksi
Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada saat
melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan darah dan
lendir serviks pada saat resusitasi

MODUL 4, Halaman 33
Mazami Enterprise© 2009
MEMINIMALKAN PAPARAN JANIN/BAYI DENGAN CAIRAN TUBUH
IBU HIV POSITIF
1. Persalinan:
• Seksio sesarea
• Pervaginam BILA ARV teratur minimal 6 bulan, viral
load tidak terdeteksi.
• Hindari vacum, forseps extraksi, bila terpaksa pilih
forceps.
• Hindari amniotomi dan episiotomy.
• Hati2 melakukan suction.

2. Laktasi:
• Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)
• ASI Eksklusif (max 6 bln) dgn ARV bagi ibu dan bayi
Tidak boleh MakananMODUL
Campuran
2,
(Mix Feeding) !!!
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Pemilihan rute persalinan tergantung
Indikasi obstetri
Status PPIA: ARV & viral load
Kesiapan petugas medis: Kewaspadaan universal,
SDM, sarana medis & non medis

Persyaratan untuk persalinan pervaginam Ibu


minum ARV teratur lebih dari 6 bulan, dan/atau
Muatan virus/ viral load tidak terdeteksi
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Kewaspadaan standar
Dilakukan pada SEMUA penatalaksanaan
persalinan baik per vaginam maupun seksio sesaria

Prinsip kewaspadaan standar


Cuci tangan
Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata,
masker, apron, sarung tangan, sepatu) untuk
mencegah transmisi infeksi melalui cairan
Penanganan alat medis tajam, baik dalam
penggunaan, serah terima, penyimpanan maupun
pembuangan sebagai limbah medis
Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan
kamar bersalin
MODUL 4, Halaman 36
Mazami Enterprise© 2009
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Seksio sesarea elektif
Merupakan cara persalinan yang
memiliki risiko transmisi terkecil
Akan mengurangi risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66%

Persalinan pervaginam
Risiko penularan meningkat apabila
terjadi Proses Persalinan (inpartu)
dan Ketuban Pecah Dini
Bila terjadi KPD 4 jam atau lebih,
pertimbangkan percepat persalinan

MODUL 4, Halaman 39
Mazami Enterprise© 2009
PENATALAKSANAAN PASCANATAL
Perawatan nifas umum
Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus
Higiene genitalia dan payudara
Nutrisi cukup, istirahat cukup

Perawatan nifas khusus


Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian
makanan untuk bayi
Supresi laktasi apabila ibu memilih untuk tidak
menyusui

MODUL 4, Halaman 40
Mazami Enterprise© 2009
PENATALAKSANAAN PASCANATAL
Perawatan berkelanjutan pasca nifas
Hasil pemeriksaan/tes HIV pada bayi diinformasikan
kepada dokter spesialis obsgin yang merawat ibu,
sebagai bagian penilaian keberhasilan penerapan
PMTCT dalam institusi kesehatan, serta
memperkuat kinerja Tim PMTCT
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (CST)
lanjutan bagi Odha, termasuk penatalaksanaan
infeksi oportunistik
Pemeriksaan ginekologi rutin, Inspeksi Visual Asam
asetat (IVA) dan Pap smear (bila memungkinkan)

MODUL 4, Halaman 41
Mazami Enterprise© 2009
PRINSIP KONTRASEPSI
1. Setiap perempuan dengan HIV diberikan konseling mengenai
risiko penularan HIV terhadap bayi yang dikandungnya
2. Tundalah kehamilan sampai kesehatan secara umum baik
3. Sebaiknya perempuan dengan HIV tidak hamil lagi, kontrasepsi
mantap dianjurkan

MODUL 4, Halaman 42
PENCEGAHAN DAN PENUNDAAN KEHAMILANPADA IBU DENGAN HIV

Pilihan kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk ibu dengan HIV :


1. Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko penularan HIV
ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup,
dipertimbangkan kontrasepsi mantap.
2. Kontrasepsi jangka panjang:
a.Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): metoda ini disarankan bila risiko
IMS rendah dan pasangannya tidak berisiko IMS. Sebaiknya pemasangan
dilakukan segera setelah plasenta lahir, walaupun tidak tertutup
kemungkinan dipasang pada fase interval.
PILIHAN KONTRASEPSI BERDASARKAN URUTAN PRIORITAS
Perempuan HIV
Kontrasepsi hormonal
Dalam terapi ARV Tidak dalam terapi
ARV
Pil KB kombinasi √

Pil progesteron √

Suntik progesteron jangka panjang √ √


(DMPA)
Implan progesteron √

Hormon estrogen mempunyai efek menurunkan efektivitas ARV. Progesteron


mempunyai efek sedikit meningkatkan efektivitas ARV. Namun, sebaiknya tetap
diperhatikan pada penggunaan polifarmasi (misalnya perempuan HIV dengan
tuberkulosis), karena semua kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati, demikian
juga ARV. Penggunaan keduanya dalam jangka panjang memperberat fungsi hati.
PENATALAKSANAAN NEONATUS

PMTCT

Bayi Bayi
HIV (-) HIV (+)

Follow up PCR kedua untuk


rutin konfirmasi
Lanjutkan kotrimoksasol
Konseling utk ART
Tata laksana anak dgn HIV+
WAKTU PEMERIKSAAN

4-6 minggu: 4-6 bulan: 18 bulan:


PCR HIV PCR HIV Antibodi HIV
NUTRISI BAYI YANG BELUM DIKETAHUI STATUS HIV-NYA
1. Didahului konseling terkait risiko penularan HIV sejak sebelum persalinan
2. Pengambilan keputusan oleh ibu/keluarga setelah konseling lengkap → harus
didukung
3. Pilihan harus antara ASI saja atau susu formula saja
4. Sangat tidak dianjurkan pemberian ASI bersama susu formula (menyusui
campur/mixed feeding)
5. Ibu boleh memberikan susu formula bagi bayinya yang HIV atau tidak
diketahui status HIVnya jika seluruh syarat AFASS terpenuhi (affordable,
feasible, acceptable, sustainable, safe)
6. Bila syarat AFASS terpenuhi maka ASI dihentikan dan diberikan susu formula
dengan penyiapan yang baik
SYARAT SUSU FORMULA → AFASS
Acceptability = Dapat diterima

Feasibility = Layak
Availability = Terjangkau
Sustainability = Berkelanjutan
Safe = Aman
Tidak memenuhi AFASS → ASI
Eksklusif
MAKANAN CAMPURAN → BAHAYA

45
40
35
30

25
20
Mix-feeding
15
10 ASI eksklusif
5

0
Susu formula
o

o
ks
h

m
irt

w
B

12

15
6
METODE PEMANASAN ASI
1. Cara cepat (flash heating)
Letakkan ASI perah dalam wadah terbuka berbahan gelas dalam panci berisi
air, panaskan panci sampai air mendidih. Matikan api, segera angkat ASI
perah, tutup dan biarkan berangsur dingin
2. Pasteurisasi cara Pretoria
letakkan ASI dalam tempat berbahan gelas, tutup,
masukkan dalam air panas yang sudah dididihkan selama 20 menit, lalu
angkat dan biarkan dingin
ARV PROFILAKSIS PADA BAYI
Pemberian AZT (Zidovudine) pada bayi prematur:
Bayi prematur <30 minggu : 2 mg/kgBB/12 jam selama 4 minggu,
kemudian 2 mg/KgBB/8 jam selama 2 minggu terakhir
Bayi prematur 30-35 minggu: 2 mg/kgBB/12 jam selama 2
minggu pertama, kemudian 2 mg/kgBB /8 jam selama 2 minggu
diikuti 4 mg/KgBB/12 jam selama 2 minggu terakhir
Nevirapine tidak lagi diberikan: berkaitan dengan risiko resistensi
jika kemudian bayi perlu mendapatkan ART
PROFILAKSIS KOTRIMOKSASOL

▪Diberikan pada semua bayi terekspos HIV (bayi lahir dari ibu HIV) dari
usia 6 minggu (termasuk atau tidak dalam program PMTCT) sampai usia
12 bulan bila klinis baik atau sampai terbukti bayi tidak terinfeksi HIV
▪Pemberian dilanjutkan bila bayi terinfeksi HIV
▪Mencegah Pneumocystis Jirovecii Pneumonia dan juga efektif
mencegah toxoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri seperti
Salmonella, Haemophilus, Staphylococcus
▪Dosis: 4-6 mg (TMP)/kgBB, sekali sehari
IMUNISASI
Bayi yang terpapar HIV harus mendapat imunisasi
sesuai dgn jadwal Kemkes RI atau IDAI untuk melindungi
dari berbagai penyakit
Prinsip umum: tidak memberi vaksin hidup bila sudah
terdapat gejala infeksi HIV
Perhatian khusus utk BCG
PMTCT BERBASIS MASYARAKAT
PENGEMBANGAN PROGRAM PMTCT
BERBASIS MASYARAKAT

TUJUAN
Identifikasi, rujukan, perawatan, dan dukungan terhadap perempuan rentan,
dan perempuan dan anak ODHA mampu dilakukan oleh ‘masyarakat’ tanpa
meninggalkan prinsip kerahasiaan
PENGEMBANGAN PROGRAM PMTCT PARIPURNA
Tenaga Masyarakat
Kesehatan Improvement

Eliminasi
Accessibility Quality
Stigma & Discrimination
Sosialisasi

Support
ODHA RS Rujukan HIV

Accept
Pelayanan
BlockedServices Advokasi

Lintas Program
H
PUSKESMAS
H Dukungan
RS SWASTA
H H
Sub PUSKESMAS
H BPS

POLINDES Lintas Sektoral

Dukungan dan Perawatan oleh masyarakat


Kerjasama Profesi dengan Org.kemasy.
Informasi layanan
Informasi dukungan
Kesinambungan penatalaksanaan
Dianjurkan layanan kesehatan (Puskesmas/RS)
mempunyai tenaga konselor & petugas sosial dari
Org Kemasy
Kunjungan rumah
Pengawasan minum obat

PMTCT BERBASIS MASYARAKAT


KETERPADUAN ANTARA PROGRAM DENGAN
BERBAGAI KOMPONEN DI MASYARAKAT

PROGRAM
(PMTCT)

ORGANISASI
MASYARAKAT
KEMASYARA-
SASARAN
KATAN
PRONG 1
 Sosialisasi PMTCT kepada masyarakat terutama remaja perempuan usia subur
 Motivasi ANC
 Motivasi VCT pada kelompok rentan

PRONG 2
 Dukungan psikososial kepada perempuan HIV(+)
 Pendamping minum obat
 Masalah kehamilan pada perempuan HIV(+) → KB

PRONG 3
 Dukungan psikososial ibu HIV(+) hamil
 Pendamping minum obat
 Persiapan persalinan → Caesar; ASI Eksklusif; Susu Formula

PRONG 4
 Dukungan psikososial
 Pengawasan nutrisi bayi → ASI eksklusif/formula
 Dukungan pemeliharaan kesehatan ibu dan bayi
 Pendamping minum obat
REFERENCES
• Hargono, R., 2019. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi/Anak (PMTCT). PO HIV-AIDS
Unicef Jawa Timur-NTB
• Kemenkes RI. 2022. Laporan Triwulan ke-1 HIV tahun 2021
• Kemenkes RI. 2019. Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari
Ibu ke Anak. Jakarta: Kemenkes RI
• Putra, I Wayan A., 2019. Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Kehamilan. FK
Unud
• SIHA Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai