Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
PUSKESMAS PRINGAPUS
DHARMOTAMA SATYA PRAJA Jl. Honggowicono no5 Pringapus tlp (024) 6924742
Email : puskesmas_pringapus@yahoo.co.id
PRINGAPUS 50214

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS RINGAPUS

NOMOR: 440.1/SK.058/01/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS PRINGAPUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS PRINGAPUS

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis puskesmas dilaksanakan sesuai


kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis pasien perlu memperhatikan mutu
dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayan klinis dilaksanakan sesuai
kebutuhan pasien, bermutu, dan memperhatikan
keselamatan pasien, maka perlu disusun kebijakan
pelayanan klinis di Puskesmas Pringapus;

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290
/ MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001
Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
8. Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
9. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Standart Teknis Pemenuhan Mutu
10 Pelayanan Dasar pada Standart Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 68);
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko
11 Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan;
12 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk
13 Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko
Sektor Kesehatan (Berita Negara Repulik Indonesia Tahun
2021 Nomor 316);
14 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan
Pelayanan Kesehatan Seksual;
15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2022 tentang Rekam Medis;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, danTempat Praktik Mandiri
16 Dokter Gigi;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/ MENKES/ 251/ 2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif;
17 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/ MENKES/ 1936/ 2022 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ MENKES/
1186/ 2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
18 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK. 01.07 / MENKES/ 165/ 2023 tentang Standar Akreditasi
Psat Kesehatan Masyarakat;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PRINGAPUS


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS PRINGAPUS.

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis UPTD Puskesmas Pringapus


sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari surat keputusan ini.

KEDUA : Surat Keputusan Nomor 800/334.4/VII/KAPUS/V/2016 tentang


Kebijakan Pelayanan Klinis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
ternyata kemudian hari terdapat perubahan, maka surat keputusan
ini akan ditinjau kembali.

Ditetapkan di : Pringapus
Pada tanggal : 8 Januari 2022

KEPALA UNIT PELAKSANA TINGKAT DAERAH


PUSKESMAS PRINGAPUS,

ADE NURMAYA
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS PRINGAPUS
NO.440.1/SK.058/01/2022.
TENTANG PELAYANAN KLINIS UPTD
PUSKESMAS PRINGAPUS

A. PENDAFTARAN PASIEN DAN PENYELANGGARAAN PELAYANAN KLINIS


1. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) dari
pengguna layanan atau keluarganya terdekat (suami atau istri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya),
persetujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas yang telah ditetapkan, dan persetujuan
lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan penjelasan tentang hak dan
kewajiban pengguna layanan.
2. Persetujuan umum diminta pada saat pengguna layanan datang pertama kali,
baik untuk rawat jalan maupun setiap rawat inap, dan dilaksanakan observasi
atau stabilitasi.
3. Penerimaan pasien rawat inap didahului dengan pengisian formulir tambahan
persetujuan umum yang berisi penyimpanan barang pribadi, penentuan pilihan
makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi, serta pengunjung.
4. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Lulusan D3 Rekam Medik
b. Mempunyai STR Rekam Medik
Apabila tidak tersedia tenaga Rekam Medik maka kriteria petugas adalah
sebagai berikut :
a. Lulusan SMA
b. Mampu mengoperasionalkan computer serta mengelola catatan medik
c. Mendapatkan pelatihan Rekam Medik.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi : Tarif, Jenis Pelayanan, proses dan
alur pendaftaran, rujukan, ketersediaan Tempat Tidur dan Informasi
Kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain.
a. Tarif
1) Penarikan tarif retribusi untuk penduduk yang tidak mempunyai JKN
diluar wilayah Kabupaten Semarang berdasarkan PERDA.
2) Pembebasan tarif retribusi untuk penduduk Kabupaten Semarang
yang tidak mempunyai JKN .
3) Penarikan retribusi untuk penduduk Kabupaten Semarang yang
tidak tercover dalam JKN berdasarkan PERDA.
b. Jenis Pelayanan Klinis
1) Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2) Pelayanan PemeriksaanUmum
3) Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB
4) Pelayanan Kesehatan Anak dan Imunisasi
5) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Pelayanan Gizi
7) Pelayanan Farmasi
8) Pelayanan Laboratorium
9) Klinik Dahlia
10) Pelayanan Sanitasi
11) Pelayanan Gawatdarurat dan Tindakan
12) Pelayanan Rawat Inap
13) Pelayanan Persalinan
c. Kerjasama dengan pihak lain
1) Rumah Sakit pemerintah maupun swasta
2) Laboratorium daerah dan swasta
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
7. Hak-hak pasien meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Puskesmas Bergas.
b. Memperoleh informasi tentang Hak dan Kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur tanpa diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart
profesi dan standart prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Puskesmas Bergas.
g. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
yang mempunyai SIP baik didalam maupun di luar puskesmas.
h. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita berserta
data data medisnya
i. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan.
j. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yan dideritanya
k. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama pengobatan
di puskesmas.
m. Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai standart
pelayanan melalui kotak saran,telp,WA,atau secara langsung ke
kepala puskesmas
8. Kewajiban pasien meliputi :
a. Membawa kartu identitas.
b. Membawa kartu berobat, kartu Jamkesmas / BPJS / Jamkesda.
c. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan / tindakan medis yang
diterima sesuai dengan PERDA yang berlaku.
d. Menaati segala peraturan yang berlaku di Puskesmas.
e. Mengikuti alur pelayanan.
f. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
g. Mematuhi nasehat dan petunjuk petugas kesehatan.
9. Loket pendaftaran wajib melakukan koordinasi dan komunikasi antar
pendaftaran dengan unit pendukung terkait.
10. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
11. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama lengkap pasien,tanggal lahir pasien atau
nomor rekam medik.
12. Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau penolakan (informed consent), dengan
ketentuan :
a. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup :
1) Tujuan dan prospek keberhasilan;
2) Tatacara tindak medis yang akan dilakukan;
3) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
4) Alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-
risikonya;
5) Prognosis penyakit bila tindakan dilakukan;
6) Diagnosis.
b. Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan dari petugas
yang berwenang tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan.
c. Pasien atau keluarga terdekat dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau
meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan dimulai,
termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
d. Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka pasien atau keluarga
diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan, Pendaftaran
pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
e. Dalam hal pasien adalah anak di bawah umur atau individu yang tidak
memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat, pihak yang
memberi persetujuan mengacu pada peraturan perundang-undangan.
13. Pasien dengan resiko, kendala dan/ atau berkebutuhan khusus seperti balita,
ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau kendala lain
dilakukan identifikasi, diupayakan kebutuhannya dan ditindaklanjuti sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
14. Dalam pelayanan dari pendaftaran dan di semua area pelayanan menerapkan
protokol kesehatan yaitu :
a. Penggunaan alat pelindung diri
b. Jaga jarak antara orang yang satu dan yang lain
c. Pengaturan agar tidak terjadi kerumuan orang

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN.


1. Kajian pasien dilakukan secara paripurna dipandu oleh kebijakan dan
prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Skrining dan pengkajian awal dilakukan secara paripurna oleh tenaga yang
kompeten.
3. Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk memilah pasien
sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi kebutuhan pasien dan kondisi
kegawatan yang dipandu dengan prosedur skrining yang dibakukan.
4. Skrining visual adalah proses identifikasi terhadap kebutuhan pasien yang
dilakukan pada kontak pertama dengan pasien, dengan melihat secara
langsung keadaan/kondisi pasien.
5. Petugas skrining mengingatkan menggunakan masker, wajib cuci tangan
pakai sabun melakukan pengukuran suhu dan mengingatkan jaga jarak
kepada pengunjung.
6. Di tempat skrining visual, pengunjung akan mendapatkan pelayanan prioritas
bagi lansia > 60 tahun, ibu hamil, disabilitas, anak – anak < 5 tahun, dan
kegawatdaruratan.
7. Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan dan
dinamis.
8. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP, meliputi :
a. Data dan informasi anamnesis tentang kondisi fisik, psikologis, status
sosial, dan riwayat penyakit (data subjektif = S), serta pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang (data objektif = O);
b. Analisis data dan informasi menghasilkan masalah, kondisi, dan
diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau
analisis = A); dan
c. Rencana asuhan (perencanaan asuhan = P), yaitu solusi untuk
mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
9. Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian awal, kemudian
dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik pada pasien rawat
jalan maupun pasien rawat inap sesuai dengan perkembangan kondisi
kesehatannya.
10. Profesi yang dapat melakukan pengkajian awal dan ulangan adalah
a. Dokter atau dokter gigi
b. Perawat
c. Bidan
d. Nutrisionis
e. Petugas kesehatan lainnya
11. Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan
tenaga dari disiplin yang lain meliputi status : fisis/ neurologis/ mental,
psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen
nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh),
asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan serta di
dokumentasikan dalam rekam medis.
12. Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien mengalami
kesakitan atau nyeri.
13. Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh tenaga
profesional yang kompeten mengacu standar profesi dan standar asuhan.
14. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
15. Proses kajian dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan
dilakukan oleh tim kesehatan antarprofesi dengan berkoordinasi dalam
penyusunan rencana asuhan terpadu.
16. Dilakukan transfer pasien atau rujukan internal antar setiap bagian apabila
diperlukan pelayanan secara tim.
17. Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap asuhan yang
akan diperoleh.
18. Pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang
diterimanya adalah dengan cara memberikan informasi yang mengacu pada
peraturan perundang-undangan. Informasi dan penjelasan tersebut diberikan
oleh dokter yang bertanggung jawab yang akan melakukan tindakan atau
dokter lain apabila dokter yang bersangkutan berhalangan, tetapi tetap
dengan sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab tersebut.
19. Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk bekerja sama
dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
20. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam
bentuk diagnosis dan asuhan yang akan diberikan, dengan memperhatikan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta memperhatikan nilai
budaya yang dimiliki oleh pasien, juga mencakup komunikasi, informasi, dan
edukasi pada pasien dan keluarganya.
21. Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai
dengan perubahan kebutuhan pasien.
22. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan
lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
23. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang secara tertulis
untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu kepada
perawat, bidan, atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain.
Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan dalam keadaan
tenaga medis tidak berada di tempat dan/atau karena keterbatasan
ketersediaan tenaga medis. Pelimpahan wewenang baik dalam kajian
maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pelimpahan
wewenang.
24. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang
memenuhi persyaratan.
25. Pemberi pelimpahan wewenang adalah :
a. Dokter/dokter gigi kepada perawat/perawat gigi dan bidan dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Perawat/perawat gigi dan bidan yang telah menguasai
tindakan medis
2) Berlaku diwilayah kerja puskesmas
b. Petugas pendaftaran dan rekam medis kepada perawat, bidan dan
petugas puskesmas lain yang dinilai mampu.
c. Petugas farmasi kepada perawat, bidan dan petugas puskesmas
lain dinilai mampu.
d. Analisa kesehatan kepada perawat dan bidan.
e. Nutrisionis kepada perawat dan bidan.
Penanggungjawab atas proses dan risiko tindakan ada pada dokter pemberi
pelimpahan wewenang
26. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan.
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
pemberi pelimpahan.
c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan.
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
e. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus-menerus.
27. Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dengan kompetensi lulusan
dengan kejelasan perincian wewenang menurut peraturan perundang-
undangan-undangan.
28. Pada kondisi tertentu perlu penanganan secara terpadu dari dokter,
nutrisionis, dan penanggung jawab program, pasien memerlukan asuhan
terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan
asuhan kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
29. Pasien/keluarga pasien mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi
yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien menggunakan
pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dan petugas kesehatan
serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar mereka dapat
berperan aktif dalam proses asuhan dan memahami konsekuensi asuhan
yang diberikan.
C. PELAYANAN GAWAT DARURAT
1. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan sebagai prioritas pelayanan sesuai
dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera.
2. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada
pedoman tata laksana triase.
3. Prinsip triase dalam penentuan atau penyeleksian pasien yang harus
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk sesuai dengan
pedoman dan prosedur yang berlaku.
5. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera dilakukan deteksi
dini tanda tanda dan gejala penyakit menular seperti infeksi melalui
udara/airborne.

D. PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN


1. Pelayanan anestesi lokal dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten sesuai, yaitu :
a. Dokter / dokter gigi
b. Perawat/perawat gigi / bidan yang mendapat delegasi dari dokter /
dokter gigi
2. Jenis, dosis, dan teknik anestesi lokal dan pemantauan status fisiologi pasien
selama pemberian anestesi lokal dicatat dalam rekam medis pasien.
3. Pelaksanaan anestesi lokal dan tindakan harus memenuhi standar dan
peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan prosedur yang berlaku,
yaitu :
a. Penyusunan rencana harus sesuai dengan identifikasi perbedaan
antara dewasa, geriatri, dan anak atau pertimbangan khusus.
b. Pelaksanaan di dokumentasikan di rekam medis supaya dapat
bekerja dan berkomunikasi efektif.
c. Persyaratan persetujuan khusus (informed consent) disampaikan
sebelum pelaksanaan.
d. Petugas pelaksana harus sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan
keterampilan
e. Ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi. Jenis - jenis
anestesi lokal yang tersedia :
1) Lidokain 2 %
2) Pehacain Injeksi (Lidocaine Injeksi + Epinephrin Injeksi)
3) Chlor Etil
4) 4% artacaine with 1 : 100.000 epinephrine solution
f. Teknik melakukan anestesi lokal, yaitu :
1) Anestesi permukaan
2) Anestesi infiltrasi
3) Anestesi blok
g. Frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan.
h. Pemberian tata laksana bantuan resusitasi yang tepat.
i. Pemberian tata laksana terhadap komplikasi.
j. Serta Bantuan hidup dasar.
4. Jenis - jenis pembedahan minor yang dapat diberikan di puskesmas Bergas :
a. Penanganan vulnus ( laceratum, appertum, dan ictum ) derajat
ringan
b. Inscisi abses
c. Extraksi kuku
d. Pengambilan corpus alineum superficial
e. Debridement luka
f. Pemasangan KB implant
g. Ekstraksi KB implant
h. Ekstraksi gigi
E. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN
1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu ditetapkan kebijakan dan
prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.
2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun
rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga pasien. Rencana
pemulangan tersebut berisi instruksi dan/atau dukungan yang perlu diberikan
baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada saat pemulangan
ataupun tindak lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan oleh
dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan
memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pasien
rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap, pasien rawat inap
tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pasien yang
karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien yang karena
kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan, pasien yang
menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/keluarga pasien yang meminta
pulang atas permintaan sendiri.
4. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa
( dimana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya ) dapat
dikondisikan sebagai berikut :
a. Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang berhubungan
dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi medisnya
c. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang berhubungan
dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa
5. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama rawat
inap, berisikan :
a. Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik.
b. Indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan kormobiditas lain.
c. Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan.
d. Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang;
e. Kondisi kesehatan pasien.
f. Instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada pasien, termasuk
nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.
6. Informasi tentang resume pasien pulang diberikan kepada pasien/keluarga
pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain.
7. Kriteria pemulangan pasien
a. Rawat Jalan
1) Pasien dalam kondisi stabil.
2) Tidak didapatkan tanda – tanda kegawatdaruratan.
3) Prognosis baik.
4) Mampu minum oral dengan baik.
5) Disarankan kontrol apabila obat habis apabila masih ada
keluhan.
b. Tindakan dan Kegawatdaruratan
1) Pasien dalam kondisi stabil, GCS 4 6 5.
2) Tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan yang mengancam
jiwa.
3) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
4) Prognosis baik.
5) Mampu minum obat dan mematuhi petunjuk dokter pemeriksa.
6) Apabila terjadi tanda – tanda penurunan kondisi, segera
kembali dan memeriksakan diri.
7) Mampu kontrol apabila obat habis.
8) Sudah menyelesaikan administrasi.
c. Persalinan
1) Kriteria pemulangan pasien dirawat inap.
2) Ibu dalam kondisi stabil, misalnya : kontraksi uterus bagus,
keras, pendarahan tidak massif, BAK normal
3) Tanda – tanda vital bagus.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Ibu mampu minum obat secara peroral.
6) Bayi : kondisi stabil, bayi sudah BAB dan BAK.
7) Bayi mampu menetek.
8) Bayi sudah mendapat vit K dan Hb0.
9) Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri
di rumah.
10) Mampu kontrol apabila obat habis.
11) 1x24 jam sejak pasien melahirkan baru boleh dipulangkan.
12) Sudah menyelesaikan administrasi.
d. Rawat Inap
1) Kriteria pemulangan pasien di rawat inap.
2) Pasien secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda
perbaikan misalnya tidak panas dalam waktu 24 jam tanpa
pemberian obat anti piretik, kondisi pasien stabil.
3) Pasien sudah bisa minum obat secara peroral.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawat daruratan yang
mengancam jiwa.
6) Pasien dirawat minimal 3 hari sampai maksimal 5 hari.
7) Sudah menyelesaikan administrasi.
8. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas :
a. Identitas Pasien;
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan; dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.
9. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap
terdiri atas:
a. Data umum pasien.
b. Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan).
c. Pemeriksaan.
d. Terapi, tindakan dan / atau anjuran.

F. PELAYANAN RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh
Puskesmas, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu
menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke FKTRL
Puskesmas lain, perawatan rumahan (home care), dan paliatif.
2. Kriteria merujuk pasien meliputi :

a. Petugas memeriksa ada indikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat


diatasi di puskesmas
b. Petugas memeriksa fisik dan penunjang medis di puskesmas ternyata
tidak mampu diatasi
c. Petugas memeriksa pasien menghasilkan memerlukan pelayanan
medis spesialis / subspesialis di Rumah Sakit berdasarkan keadaan
penyakit yang diderita pasien
d. Petugas memeriksa Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis
yang lebih lengkap yang tidak tersedia difasilitas pelayanan puskesmas
e. Petugas sudah mengobati berulang kali dipuskesmas ternyata pasien
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
f. Ruang rawat inap penuh dan pasien memerlukan proses rujukan
3. Informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar rujukan
meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan yang telah
dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
4. Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur, termasuk
alternatif rujukan sehingga pasien dijamin dalam memperoleh pelayanan
yang dibutuhkan di tempat rujukan pada saat yang tepat.
5. Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan di
FKRTL.
6. Dilakukan stabilisasi pada pasien yang akan dirujuk sesuai dengan standar
rujukan.
7. Pasien/keluarga terdekat pasien diberikan informasi tentang rencana
rujukan, yaitu :
a. Alasan rujukan,
b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas kesehatan
lainnya jika ada, pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas mana
yang dipilih.
c. Kapan rujukan harus dilakukan.
8. Proses rujukan harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pasien agar
sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
9. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien yaitu :
a. Kebutuhan transportasi
b. Petugas kompeten yang mendampingi
c. Sarana medis
d. Keluarga yang menemani
e. Fasilitas kesehatan rujukan
10. Pemberi asuhan yang kompeten memantau kondisi pasien dan fasilitas
kesehatan penerima rujukan menerima resume tertulis mengenai kondisi
klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
11. Dilakukan serah terima pasien yang disertai dengan informasi yang lengkap
meliputi situation, background, assessment, recomemdation (SBAR) kepada
petugas penerima transfer pasien.
12. Pada pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesuai
dengan umpan balik rujukan dan hasilnya dicatat dalam rekam medis.
13. Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan melakukan kajian ulang
kondisi medis sebelum menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL, sesuai
prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan memperhatikan
rekomendasi umpan balik rujukan.
14. Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan pemantauan (monitoring)
dan dokumentasi pelaksanaan rujuk balik.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah


Puskesmas Pringapus

Ade Nurmaya

Anda mungkin juga menyukai