Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA BARAT

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SIDANGOLI
KECAMATAN JAILOLO SELATAN
Jln. Trans Halmahera, Kode Pos 97751
Email : puskesmassidangoli71@gmail.com, No HP: 082394985746

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SIDANGOLI
NOMOR: 01/PKM-SID/UKP-SK/I/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS SIDANGOLI
KEPALA PUSKESMAS SIDANGOLI

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis puskesmas dilaksanakan


sesuai kebutuhan pasien;

b. bahwa pelayanan klinis pasien perlu memperhatikan


mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas
Sidangoli;

Mengingat : 1 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009 tentang Kesehatan;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2
2014 tentang Keperawatan;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
3 2019 tentang Kebidanan;

4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 290 / MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan;
6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
8 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan;
9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 68);
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen
Resiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan;
12 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan;
13 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
14 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan (Berita
Negara Repulik Indonesia Tahun 2021 Nomor 316);
15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,
Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan
Seksual;
16 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis;
17 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi;
18 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/ MENKES/ 251/ 2015 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi
Dan Terapi Intensif;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/ MENKES/ 1936/ 2022 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/ MENKES/ 1186/ 2022 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK. 01.07 / MENKES/ 165/ 2023 tentang
Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SIDANGOLI TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS SIDANGOLI.

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis Puskesmas Sidangoli


sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan Nomor: 01/PKM-SID/UKP/-SK/I/2023
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila ternyata kemudian hari terdapat perubahan, maka
surat keputusan ini akan ditinjau kembali.

Ditetapkan di : Sidangoli
Pada tanggal : 09 Januari 2023

KEPALA PUSKESMAS SIDANGOLI,

SOFYAN LABUHA, SKM


Nip. 19810605 200012 1 006
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SIDANGOLI
NOMOR: 01/PKM-SID/UKP-SK/I/2023
TENTANG PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS
SIDANGOLI

A. PENDAFTARAN PASIEN DAN PENYELANGGARAAN PELAYANAN KLINIS


1. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) dari
pengguna layanan atau keluarganya terdekat (suami atau istri, ayah atau
ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau
pengampunya), persetujuan terhadap tindakan yang beresiko rendah,
prosedur diagnostik, pengobatan medis lainnya, batas yang telah
ditetapkan, dan persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan
penjelasan tentang hak dan kewajiban pengguna layanan.
2. Persetujuan umum diminta pada saat pengguna layanan datang pertama
kali, baik untuk rawat jalan maupun setiap rawat inap, dan dilaksanakan
observasi atau stabilitasi.
3. Penerimaan pasien rawat inap didahului dengan pengisian formulir
tambahan persetujuan umum yang berisi penyimpanan barang pribadi,
penentuan pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat, privasi, serta
pengunjung.
4. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Lulusan D3 Rekam Medik
b. Mempunyai STR Rekam Medik
Apabila tidak tersedia tenaga Rekam Medik maka kriteria petugas adalah
sebagai berikut :
a. Lulusan SMA
b. Mampu mengoperasionalkan komputer serta mengelola catatan
medik
c. Mendapatkan pelatihan Rekam Medik.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan informasi lain
yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi : Tarif, Jenis Pelayanan,
proses dan alur pendaftaran, rujukan, ketersediaan Tempat Tidur dan
Informasi Kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain.
a. Tarif
1) Pembebasan tarif retribusi untuk penduduk Kabupaten
Halmahera Barat dan diluar Halmahera Barat yang tercover
dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
2) Penarikan tarif retribusi untuk penduduk Kabupaten Halmahera
Barat dan diluar wilayah Halmahera Barat yang tidak tercover
dalam Jaminan Kesehatan Nasional berdasarkan Perbup Nomor
18 Tahun 2021.
b. Jenis Pelayanan Klinis
1) Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medis
2) Pelayanan Pemeriksaan Umum dan Lansia
3) Pelayanan Kesehatan Ibu dan KB
4) Pelayanan Kesehatan Anak/MTBS dan Imunisasi
5) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Pelayanan Gizi
7) Pelayanan Laboratorium
8) Pelayanan Farmasi
9) Pelayanan Pemeriksaan Khusus (HIV/IMS)
10) Pelayanan kesehatan Tradisional
11) Pelayanan TB dan Kusta
12) Pelayanan Konsultasi Kesehatan Lingkungan
13) Pelayanan Konsultasi Promosi Kesehatan
14) Pelayanan Gawat darurat dan Tindakan
15) Pelayanan Rawat Inap
16) Pelayanan Persalinan

c. Kerjasama dengan pihak lain


1) Rumah Sakit pemerintah Daerah
2) Laboratorium Rumah Sakit Daerah
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
7. Hak-hak pasien meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Puskesmas Sidangoli.
b. Memperoleh informasi tentang Hak dan Kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur tanpa
diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standart profesi dan standart prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Puskesmas Sidangoli.
g. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter yang mempunyai SIP.
h. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
berserta data data medisnya
i. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan.
j. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya
k. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
pengobatan di puskesmas Sidangoli
m. Mengeluhkan pelayanan puskesmas yang tidak sesuai standart
pelayanan melalui kotak saran,telp,WA,atau secara langsung ke
kepala puskesmas
8. Kewajiban pasien meliputi :
a. Membawa kartu identitas.
b. Membawa kartu berobat, kartu Jamkesmas / BPJS / Jamkesda.
c. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan / tindakan medis yang
diterima sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku.
d. Menaati segala peraturan yang berlaku di Puskesmas.
e. Mengikuti alur pelayanan.
f. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
g. Mematuhi nasehat dan petunjuk petugas kesehatan.
9. Loket pendaftaran wajib melakukan koordinasi dan komunikasi antar
pendaftaran dengan unit pendukung terkait.
10. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
11. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara
identifikasi sebagai berikut: nama lengkap pasien,tanggal lahir pasien atau
nomor rekam medik.
12. Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau penolakan (informed consent), dengan
ketentuan :
a. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup :
1) Tujuan dan prospek keberhasilan;
2) Tatacara tindak medis yang akan dilakukan;
3) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
4) Alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-
risikonya;
5) Prognosis penyakit bila tindakan dilakukan;
6) Diagnosis.
b. Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan dari petugas
yang berwenang tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan.
c. Pasien atau keluarga terdekat dapat memutuskan untuk tidak
melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau
meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan dimulai,
termasuk menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
d. Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka pasien atau
keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan,
Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
e. Dalam hal pasien adalah anak di bawah umur atau individu yang
tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat,
pihak yang memberi persetujuan mengacu pada peraturan
perundang-undangan.
13. Pasien dengan resiko, kendala dan/ atau berkebutuhan khusus seperti
balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau
kendala lain dilakukan identifikasi, diupayakan kebutuhannya dan
ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku.
14. Dalam pelayanan dari pendaftaran dan di semua area pelayanan
menerapkan protokol kesehatan yaitu :
a. Penggunaan alat pelindung diri
b. Jaga jarak antara orang yang satu dan yang lain
c. Pengaturan agar tidak terjadi kerumuan orang

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN.


1. Kajian pasien dilakukan secara paripurna dipandu oleh kebijakan dan
prosedur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Skrining dan pengkajian awal dilakukan secara paripurna oleh tenaga
yang kompeten.
3. Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk memilah
pasien sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi kebutuhan pasien
dan kondisi kegawatan yang dipandu dengan prosedur skrining yang
dibakukan.
4. Skrining visual adalah proses identifikasi terhadap kebutuhan pasien
yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien, dengan melihat
secara langsung keadaan/kondisi pasien.
5. Petugas skrining mengingatkan menggunakan masker, wajib cuci tangan
pakai sabun melakukan pengukuran suhu dan mengingatkan jaga jarak
kepada pengunjung.
6. Di tempat skrining visual, pengunjung akan mendapatkan pelayanan
prioritas bagi lansia > 60 tahun, ibu hamil, disabilitas, anak – anak < 5
tahun, dan kegawatdaruratan.
7. Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan dan
dinamis.
8. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP, meliputi :
a. Data dan informasi anamnesis tentang kondisi fisik, psikologis,
status sosial, dan riwayat penyakit (data subjektif = S), serta
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (data objektif = O);
b. Analisis data dan informasi menghasilkan masalah, kondisi, dan
diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau
analisis = A); dan
c. Rencana asuhan (perencanaan asuhan = P), yaitu solusi untuk
mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
9. Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian awal, kemudian
dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik pada pasien rawat
jalan maupun pasien rawat inap sesuai dengan perkembangan kondisi
kesehatannya.
10. Profesi yang dapat melakukan pengkajian awal dan ulangan adalah
a. Dokter atau dokter gigi
b. Perawat
c. Bidan
d. Nutrisionis
e. Petugas kesehatan lainnya
11. Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis, keperawatan/kebidanan, dan
tenaga dari disiplin yang lain meliputi status : fisis/ neurologis/ mental,
psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen
nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi tubuh),
asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan serta di
dokumentasikan dalam rekam medis.
12. Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien mengalami
kesakitan atau nyeri.
13. Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan oleh
tenaga profesional yang kompeten mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
14. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu.
15. Proses kajian dapat dilakukan secara individual atau jika diperlukan
dilakukan oleh tim kesehatan antarprofesi dengan berkoordinasi dalam
penyusunan rencana asuhan terpadu.
16. Dilakukan transfer pasien atau rujukan internal antar setiap bagian
apabila diperlukan pelayanan secara tim.
17. Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap asuhan
yang akan diperoleh.
18. Pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang
diterimanya adalah dengan cara memberikan informasi yang mengacu
pada peraturan perundang-undangan. Informasi dan penjelasan tersebut
diberikan oleh dokter yang bertanggung jawab yang akan melakukan
tindakan atau dokter lain apabila dokter yang bersangkutan berhalangan,
tetapi tetap dengan sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab
tersebut.
19. Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk bekerja sama
dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan dilakukan.
20. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan
dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan diberikan, dengan
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta
memperhatikan nilai budaya yang dimiliki oleh pasien, juga mencakup
komunikasi, informasi, dan edukasi pada pasien dan keluarganya.
21. Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian lanjut
sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
22. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
23. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang secara tertulis
untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tertentu
kepada perawat, bidan, atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain.
Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan dalam keadaan
tenaga medis tidak berada di tempat dan/atau karena keterbatasan
ketersediaan tenaga medis. Pelimpahan wewenang baik dalam kajian
maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pelimpahan
wewenang.
24. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional
yang memenuhi persyaratan.
25. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan.
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan pemberi pelimpahan.
c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan.
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
e. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus-menerus.
26. Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dengan kompetensi lulusan
dengan kejelasan perincian wewenang menurut peraturan perundang-
undangan-undangan.
27. Pada kondisi tertentu perlu penanganan secara terpadu dari dokter,
nutrisionis, dan penanggung jawab program, pasien memerlukan asuhan
terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan keperawatan, asuhan gizi,
dan asuhan kesehatan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
28. Pasien/keluarga pasien mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi
yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien menggunakan
pendekatan komunikasi interpersonal antara pasien dan petugas
kesehatan serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar
mereka dapat berperan aktif dalam proses asuhan dan memahami
konsekuensi asuhan yang diberikan.

C. PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pelayanan gawat darurat dilaksanakan sebagai prioritas pelayanan sesuai
dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera.
2. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu pada
pedoman tata laksana triase.
3. Prinsip triase dalam penentuan atau penyeleksian pasien yang harus
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada
tingkat ancaman jiwa berdasarkan :
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat meninggal dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk sesuai dengan
pedoman dan prosedur yang berlaku.
5. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera dilakukan
deteksi dini tanda tanda dan gejala penyakit menular seperti infeksi
melalui udara/airborne.

D. PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN


1. Pelayanan anestesi lokal dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten sesuai, yaitu :
a. Dokter / dokter gigi
b. Perawat/perawat gigi / bidan yang mendapat delegasi dari
dokter / dokter gigi
2. Jenis, dosis, dan teknik anestesi lokal dan pemantauan status fisiologi
pasien selama pemberian anestesi lokal dicatat dalam rekam medis
pasien.
3. Pelaksanaan anestesi lokal dan tindakan harus memenuhi standar dan
peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan prosedur yang
berlaku, yaitu :
a. Penyusunan rencana harus sesuai dengan identifikasi perbedaan
antara dewasa, geriatri, dan anak atau pertimbangan khusus.
b. Pelaksanaan di dokumentasikan di rekam medis supaya dapat
bekerja dan berkomunikasi efektif.
c. Persyaratan persetujuan khusus (informed consent) disampaikan
sebelum pelaksanaan.
d. Petugas pelaksana harus sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,
dan keterampilan
e. Ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi. Jenis - jenis
anestesi lokal yang tersedia :
1) Lidokain 2 %
2) Pehacain Injeksi (Lidocaine Injeksi + Epinephrin Injeksi)
3) Chlor Etil
f. Teknik melakukan anestesi lokal, yaitu :
1) Anestesi permukaan
2) Anestesi infiltrasi
3) Anestesi blok
g. Frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan.
h. Pemberian tata laksana bantuan resusitasi yang tepat.
i. Pemberian tata laksana terhadap komplikasi.
j. Serta Bantuan hidup dasar.
4. Jenis - jenis pembedahan minor yang dapat diberikan di puskesmas
Sidangoli:
a. Penanganan vulnus ( laceratum, appertum, dan ictum ) derajat
ringan
b. Inscisi abses
c. Extraksi kuku
d. Pengambilan corpus alineum superficial
e. Debridement luka
f. Pemasangan KB implant
g. Ekstraksi KB implant
h. Ekstraksi gigi

E. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu ditetapkan kebijakan
dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.
2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain
menyusun rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga pasien.
Rencana pemulangan tersebut berisi instruksi dan/atau dukungan yang
perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada saat
pemulangan ataupun tindak lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian
yang dilakukan.
3. Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan oleh
dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk
memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan
memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya
pasien rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap, pasien
rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas,
pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien
yang karena kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan,
pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/keluarga
pasien yang meminta pulang atas permintaan sendiri.
4. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa
( dimana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya ) dapat
dikondisikan sebagai berikut :
a. Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi
medisnya
c. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa
5. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien selama
rawat inap, berisikan :
a. Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik.
b. Indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan kormobiditas lain.
c. Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan.
d. Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang;
e. Kondisi kesehatan pasien.
f. Instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada pasien, termasuk
nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.
6. Informasi tentang resume pasien pulang diberikan kepada
pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lain.
7. Kriteria pemulangan pasien
a. Rawat Jalan
1) Pasien dalam kondisi stabil.
2) Tidak didapatkan tanda – tanda kegawatdaruratan.
3) Prognosis baik.
4) Mampu minum oral dengan baik.
5) Disarankan kontrol apabila obat habis apabila masih ada
keluhan.
b. Tindakan dan Kegawatdaruratan
1) Pasien dalam kondisi stabil, GCS 4 6 5.
2) Tidak didapatkan tanda kegawatdaruratan yang mengancam
jiwa.
3) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
4) Prognosis baik.
5) Mampu minum obat dan mematuhi petunjuk dokter
pemeriksa.
6) Apabila terjadi tanda – tanda penurunan kondisi, segera
kembali dan memeriksakan diri.
7) Mampu kontrol apabila obat habis.
8) Sudah menyelesaikan administrasi.
c. Persalinan
1) Kriteria pemulangan pasien dirawat inap.
2) Ibu dalam kondisi stabil, misalnya : kontraksi uterus bagus,
keras, pendarahan tidak massif, BAK normal
3) Tanda – tanda vital bagus.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Ibu mampu minum obat secara peroral.
6) Bayi : kondisi stabil, bayi sudah BAB dan BAK.
7) Bayi mampu menetek.
8) Bayi sudah mendapat vit K dan Hb0.
9) Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri di rumah.
10) Mampu kontrol apabila obat habis.
11) 1x24 jam sejak pasien melahirkan baru boleh dipulangkan.
12) Sudah menyelesaikan administrasi.
d. Rawat Inap
1) Kriteria pemulangan pasien di rawat inap.
2) Pasien secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda
perbaikan misalnya tidak panas dalam waktu 24 jam tanpa
pemberian obat anti piretik, kondisi pasien stabil.
3) Pasien sudah bisa minum obat secara peroral.
4) Pasien pulang atas persetujuan dokter.
5) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawat daruratan yang
mengancam jiwa.
6) Pasien dirawat minimal 3 hari sampai maksimal 5 hari.
7) Sudah menyelesaikan administrasi.
8. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas :
a. Identitas Pasien;
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan; dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.
9. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap
terdiri atas:
a. Data umum pasien.
b. Anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan).
c. Pemeriksaan.
d. Terapi, tindakan dan / atau anjuran.

F. PELAYANAN RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh
Puskesmas, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu
menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke FKTRL,
Puskesmas lain, perawatan rumahan (home care), dan paliatif.
2. Kriteria merujuk pasien meliputi :

a. Petugas memeriksa ada indikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat


diatasi di puskesmas
b. Petugas memeriksa fisik dan penunjang medis di puskesmas
ternyata tidak mampu diatasi
c. Petugas memeriksa pasien menghasilkan memerlukan pelayanan
medis spesialis / subspesialis di Rumah Sakit berdasarkan keadaan
penyakit yang diderita pasien
d. Petugas memeriksa Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis
yang lebih lengkap yang tidak tersedia difasilitas pelayanan
puskesmas
e. Petugas sudah mengobati berulang kali dipuskesmas ternyata pasien
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
f. Ruang rawat inap penuh dan pasien memerlukan proses rujukan
3. Informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar
rujukan meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan yang
telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
4. Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan prosedur, termasuk
alternatif rujukan sehingga pasien dijamin dalam memperoleh pelayanan
yang dibutuhkan di tempat rujukan pada saat yang tepat.
5. Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan pelayanan di
FKRTL.
6. Dilakukan stabilisasi pada pasien yang akan dirujuk sesuai dengan
standar rujukan.
7. Pasien/keluarga terdekat pasien diberikan informasi tentang rencana
rujukan, yaitu :
a. Alasan rujukan,
b. Fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya jika ada, pasien/keluarga dapat memutuskan
fasilitas mana yang dipilih.
c. Kapan rujukan harus dilakukan.
8. Proses rujukan harus sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pasien agar
sesuai dengan kebutuhan dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya.
9. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien yaitu :
a. Kebutuhan transportasi
b. Petugas kompeten yang mendampingi
c. Sarana medis
d. Keluarga yang menemani
e. Fasilitas kesehatan rujukan
10. Pemberi asuhan yang kompeten memantau kondisi pasien dan fasilitas
kesehatan penerima rujukan menerima resume tertulis mengenai kondisi
klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
11. Dilakukan serah terima pasien yang disertai dengan informasi yang
lengkap meliputi situation, background, assessment, recomemdation
(SBAR) kepada petugas penerima transfer pasien.
12. Pada pasien yang dirujuk balik dari FKRTL dilaksanakan tindak lanjut
sesuai dengan umpan balik rujukan dan hasilnya dicatat dalam rekam
medis.
13. Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan melakukan kajian ulang
kondisi medis sebelum menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL, sesuai
prosedur yang berlaku melalui proses kajian dengan memperhatikan
rekomendasi umpan balik rujukan.
14. Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan pemantauan
(monitoring) dan dokumentasi pelaksanaan rujuk balik.

G. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN.


1. Rencana Pemulangan atau discharge planning adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan harus sudah dimulai sejak pasien masuk unit
rawat inap dan dipandu oleh prosedur yang baku.
2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan/rujukan.
3. Assesmen awal saat pasien masuk unit rawat inap :
a. Identifikasi, persiapan dan rancang discharge planning
b. Peninjauan ulang rekam medis pasien ( anamnesa, hasil
pemeriksaan fisik, diagnosa dan tata laksana )
c. Anamnesis : identifikasi alasan pasien dirawat, termasuk masalah
sosial dan perubahan terkini
d. Assesmen kebutuhan perawatan pasien berdasarkan kondisi dan
penyakit yang dideritanya
e. Assesmen mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini,
misalnya fungsi, mobilitas
f. Assesmen mengenai status pendidikan pasien
g. Assesmen mengenai status mental
h. Assesmen mengenai kondisi rumah / tempat tinggal pasien
i. Tanyakan mengenai medikasi terkini yang dikonsumsi pasien saat di
rumah
j. Identifikasi siapa dari pihak keluarga yang bertanggung jawab atas
pasien
k. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan keluarga
l. Tanyakan mengenai keinginan / harapan pasien atau keluarganya
m. Libatkan mereka dalam perencanaan discharge planning
n. Gunakan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarga
4. Setelah assesmen awal pasien dilakukan,maka tim medis dan paramedis
harus melalukan :
a. Asessmen resiko : pasien dengan resiko tinggi membutuhkan discharge
planning yang baik dan adekuat
Kriteria pasien resiko tinggi :
1) Usia > 65 tahun
2) tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung
3) Stroke, serangan jantung, gagal jantung kongestif, emfisema,
demensia, alzheimer, AIDS, atau penyakit lain yang berpotensi
mengancam nyawa
4) Alamat tidak diketahui atau berasal dari luar kota
5) Dirawat kembali dalam 30 hari
6) Pasien tidak dikenal / tanpa identitas
7) Korban kasus kriminal
b. Identifikasi dan diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia apa yang
tersedia untuk pasien

Kepala Puskesmas Sidangoli

SOFYAN LABUHA, SKM


Nip.19810605 200012 1 006

Anda mungkin juga menyukai