DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS RI CANDIPURO
JL. Raya Titiwangi Desa Titiwangi Kec. Candipuro Kab. Lampung Selatan
Kode Pos : 35456 Email :candipuropuskesmas@gmail.com HP 0821 8348 5595
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Candipuro
Pada tanggal : 12Januari 2023
KEPALA UPTD. PUSKESMAS RI CANDIPURO,
SKRINING PASIEN
1. Mengidentifikasi pengunjung yang datang ke UPTD Puskesmas Candipuro
2. Mengisi buku Tamu dengan maksud datang ke Puskesmas Candipuro.
3. Melakukan Skrining pasien yang melakukan pemeriksaaan di lingkungan
UPTD Puskesmas RI Candipuro
4. Melakukan pengukuran suhu dan memberitahukan kepada pasien hasil
pengukuran suhu.
5. Pasien yang berkunjung dipilah berdasarkan keluhan pasien sesuai kriteria
penyakit menular dan tidak menular.
6. Petugas mengidentifikasi pasien berdasarkan prioritas penanganan (pasien
gawat darurat, pasien Lansia, Pasien Balita atau anak-anak, Pasien disabilitas
(berkebutuhan khusus), dan resiko jatuh.
7. Pasien dengan disabilitas dibantu oleh petugas dengan menggunakan kursi
roda atau di antar di tempat ruang pelayanan.
8. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib diidentifikasi dan
ditindak lanjuti
9. Pasien dengan resiko jatuh diberi pita warna kuning pada lengan bawah
10. Petugas mencatat di register skrining sesuai dengan keluhan pasien.
11. Menginformasikan apabila ada tamu atau pasien yang mengalami kesulitan
mendaptakan informasi.
PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran pasien harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan didukung oleh
sarana dan lingkungan yang memadai.
3. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten. Dalam hal ini petugas
yang dimaksud adalah petugas loket dengan pendidikan minimal SMA.
4. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
5. Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan pedoman protokol kesehatan
mengutamakan hak dan kewajiban pasien dan memperhatikan keselamatan
Pasien.
6. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi
sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien, alamat/tempat tinggal, dan
nomor rekam medis.
7. Puskesmas menyediakan informasi yang jelas mudah dipahami dan mudah di
akses dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis
pelayanan,alur ketersediaan tempat tidur yang tersedia dan ditempel, proses
pelayanan rujukan dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan
yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran, serta pelayanan
tersebut mudah di pahami oleh pasien dan masyarakat.
8. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran sebagaimana yang tertuang dalam
keputusan Kepala Puskesmas tentang Hak dan Kewajiban Pasien 800/013
/2022.
9. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib diidentifikasi dan
ditindak lanjuti.
10. Prosedur pendaftaran perlu disosialisasikan kepada petugas dan juga kepada
pasien agar mengetahui dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
11. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (General consent) kepada pasien
atau keluarganya pada saat pasien masuk/ penerima pertama kali ke
Puskesmas untuk pendaftaran rawat jalan dan setiap kali rawat inap serta pada
saat observasi atau stabilisasi.
12. Informasi tentang rujukan harus tersedia di pendaftaran termasuk ketersediaan
perjanjian kerja sama (PKS) dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut
memuat jelis layanan yg disediakan.
6
13. Koordinasi petugas pendaftaran dengan unit lain / unit terkait dapat dilakukan
agar pasien atau keluarga memperoleh pelayanan.
11. Dilakukan identifikasi tentang informasi yang dibutuhkan dalam pengkajian dan
harus dicatat dalam rekam medis meliputi informasi kajian medis, kajian
keperawatan, dan profesi kesehatan lainnya.
12. Dilakukan koordinasi dari komunikasi dengan petugas kesehatan yang lain
untuk menjamin perolehan dan pemanfaatan informasi yang dibutuhkan dalam
pengkajian secara tepat waktu dan dicatat dalam rekam medis.
13. Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera diberikan prioritas
untuk asesmen dan pengobatan melalui proses triase oleh petugas yang
profesional dan kompeten.
10
PENYELENGGARA LABORATORIUM
KONSELING GIZI
1. Hasil kajian awal klinis dianalisis oleh petugas kesehatan dan/atau tim
kesehatan antar profesi yang profesional dan kompenten untuk digunakan
dalam menyusun keputusan layanan klinis.
2. Disusun rencana asuhan gizi berdasarkan kajian kebutuhan gizi pada pasien
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien.
3. Makanan perlu disediakan secara reguler sesuai dengan rencana asuhan,
umur, budaya dan bila memungkinkan pilihan menu. Pasien berperan serta
dalam perencanaan dan seleksi makanan.
4. Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai dengan standar angka
kecukupan gizi.
5. Konseling gizi pada pasien dengan resiko gangguan gizi diberikan secara
reguler sesuai dengan rencana asuhan berdasarkan penilaian status gizi dan
kebutuhan pasien sesuai PAGT, yang tercantum dalam pedoman pelayanan
Gizi di Puskesmas.
6. Bila keluarga pasien atau pihak lain menyediakan makanan pasien, mereka
diberikan edukasi tentang makanan yang dilarang/kontra indikasi dengan
kebutuhan dan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang interaksi obat
dengan makanan.
7. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara yang beku untuk mengurangi
resiko kontaminasi dan pembusukan.
8. Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai jadwal dan pemesanan
dan didokumentasikan.
9. Pasien dan/atau keluarga diberi edukasi tentang pembatasan diit pasien dan
keamanan atau kebersihan makanan, bila keluarga ikut menyediakan makanan
bagi pasien.
10. Proses kolaboratif digunakan untuk merencanakan, memberikan dan
memantau terapan gizi.
11. Respon pasien terhadap konseling Gizi dipantau dan dicatat dalam rekam
medisnya.
12. Konseling gizi pada pasien rawat inap harus dicatat dan didokumentasikan di
dalam rekam medis dengan baik.
PENYELENGGARAAN KEFARMASIAN
1. Jenis dan jumlah obat serta bahan medis habis pakai (BMHP) harus tersedia
sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2. Penarikan obat kadaluarsa, rusak, atau obat subtitusi dari peredaran dikelola
sesuai dengan kebijakan dan prosedur.
3. Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia di Puskesmas perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian
pelayanan kepada pasien dengan mengacu pada formularium nasional.
4. Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman, kurangnya stok
nasional,atau sebab lain yang tidak dapat diantisipasi dalam pengendalian
inventaris yang normal.
5. Obat yang sediakan harus dapat dijamin keasliannya dan keamanannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengelolaan rantai pengadaan obat.
6. Peresepan dilakukan oleh tenaga medis dalam pelayanan resep petugas,
farmasi wajib melakukan pengkajian atau telaah resep yang meliputi
pemenuhan persyaratan administrasi persyaratan farmaseutik, dan persyaratan
klinis, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Dalam pemberian obat harus juga dilakukan kajian yang benar meliputi
ketepatan identitas pasien, ketepatan obat, ketetapan dosis, ketepantan rute
pemberian, dan ketepatan waktu pemberian.
8. Untuk Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pasien atau pengobatan
sendiri, baik yang dibawa ke puskesmas, yang diresepkan, maupun yang
dipesan dipuskesmas diketahui dan dicatat dalam rekam medis.
9. Obat yang perlu diwaspai adalah obat yang mengandung resiko yang
meningkat bila ada salah penggunaan dan dapat menimbulkan kerugian besar
pada pasien.
10. Berdasarkan pemantauan dosis atau jenis obat bila perlu dapat disesuaikan
dengan memperhatikan pemberian obat secara rasional.
11. Bila terjadi kegawatdaruratan pasien akses cepat terhadap obat gawat darurat
yang tepat adalah sangat penting perlu ditetapkan lokasi penyimpanan obat
gawat darurat di tempat pelayanan dan obat gawat darurat yang harus di suplai
kelokasi tersebut.
13
d. Persalinan
18
7. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang dari rawat inap terdiri
dari:
19
RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas maka
Pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien baik ke fasilitas rujukan tingkat lanjut
(FKRTL) Puskesmas lain, homecare maupun paliatif.
2. Pasien yang akan dirujuk perlu dilakukan stabilisasi sesuai dengan
standar rujukan.
3. Informasi tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar
rujukan yang meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan
yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
4. Pasien/keluarga pasien memperoleh informasi rujukan meliputi alasan
rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk pilihan fasilitas
kesehatan lainnya jika ada. Sehingga pasien/ keluarga dapat
memutuskan fasilitas mana yang dipilih serta kapan rujukan harus
dilakukan.
5. Pasien/keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan rujukan
berdasarkan kebutuhan pasien dan kriteria rujukan untuk menjamin
kelangsungan layanan kefasilitas kesehatan yanglain.
6. Kriteria rujukan ditetapkan unruk menentukan keputusan pasien dirujuk.
Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien meliputi kebutuhan
trasnportasi, petugas kompeten yang mendampingi, sarana medis dan
keluarga yang menemani termasuk pilihan fasilitas kesehatan rujukan
selama proses rujukan.
7. Pada proses rujukan, petugas harus melakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan penerima rujukan FKRTL unruk memastikan
kemampuan dan ketersediaan pelayan serta memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien
gawat darurat dengan menggunakan aplikasi sistem rujukan terintegrasi
(Sisrute).
8. Selama proses rujukan petugas yang kompeten harus memantau
kondisi pasien dan fasilitas kesehatan penerima rujukan diberi resume
tertulis mengenai kondisi pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
9. Dilakukan serah terima pasien ditempat rujukan dan petugas yang
mendampingi pasien, memberikan informasi secara lengkap (SBAR)
tentang kondisi pasien kepada petugas penerima rujukan.
21