Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

DINAS KESEHATAN
UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
PEUDAWA

KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS PEUDAWA
NOMOR : / / SK / PKM / /

TENTANG

PELAYANAN KLINIS
PADA UPTD PUSKESMAS PEUDAWA TAHUN 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS PEUDAWA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menjamin mutu layanan klinis dan


keselamatan pasien, harus ditetapkan suatu kebijakan
pelayanan klinis;
b. Bahwa pelayanan klinis puskesmas dilaksanakan dengan
memberi informasi yang jelas tentang tahapan layanan
klinis yang akan dilalui oleh pasien;
c. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan klinis
dan keselamatan pasien, perlu adanya peran aktif tenaga
klinis dalam seluruh kegiatan pelayanan klinis mulai dari
dari pendaftaran, kajian awal, pemeriksaan oleh tenaga
medis yang kompeten, pemeriksaan penunjang,
pemberian obat, pengambilan obat, tidakan medis,
penentuan terapi dengan cairan dan anastesi lokal,
rujukan internal maupun eksternal, pelayanan gawat
darurat dan pelayanan pasien dengan resiko tinggi;
d. Bahwa untuk menjamin dan menunjang kelancaran
peningkatan mutu layanan klinis tersebut juga diperlukan
koordinasi dan komunikasi antar praktisi klinis, dan
penjaminan layanan klinis yang berkesinambungan;
e. Bahwa untuk menjamin kesimabungan layanan klinis,
maka perlu diidentifikasi dan ditindaklanjuti adanya
hambatan hal yang tidak perlu serta menyusun rencana
layanan terintegrasi dan terpadu;
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksus dalam
huruf a, b, c, d dan e di atas, maka perlu ditetapkan
keputusan Kepala UPTD Puskesmas Pamulang Timur
tentang pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Pamulang
Timur;

Mengingat: 1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2024 tentang


Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomoe 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. undang- Undang Republik Indonesia Nomer 36 tahun 2014 tentang
tenaga Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 tahun
2008 tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Indonesia Nomor 75
tahun 2014 tentang pusat Kesehatan Masayarakat;
9. Peraturan menteri Kesehatan Republik Iindonesia Nomor 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan Pengedalian Infeksi di Faskes
Primer;
11. peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyusun Survei Kepuasan Masyarakat Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun
2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
13. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2018 Tentang Pelayanan Kegawat daruratan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di
Faskes Primer;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Gigi;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang pandua Praktik Klinis Bagi
Dokter di Failitas Pelayanan Kesehtaan Tingkat Pertama.
17. peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Puskesmas Pada
Dinas Kesehatan Kota Tanggerang Selatan;

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PEUDAWA TENTANG
PELAYANAN KLINIS DI IPTD PUSKESMAS PEUDAWA
KESATU : Penetapan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Peudawa
sebagaimana tercantum dalam lampiran dari surat keputusan ini mengenai:
1. Meja Informasi;
2. Pendaftaran pasien;
3. Rekam medis;
4. Pengkajian awal klinis
5. Pentuyunan dan pelaksanaan rencana layanan;
6. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan kebidahan;
7. Koordinasi dan komunikasi antar praktisi klinis;
8. Penanganan pasien gawat darurat dan risiko tinggi;
9. Rujukan internal pasien;
10. Rujukan eksternal pasien;
11. Pembedahanbminor;
12. Penggunaan dan pemberian obat dan/atau cairan intravena;
13. Pemberian anastesi dan sedasi di Puskesmas
KEDUA : Pelayanan klinis dipandu oleh prosedur baku yang jelas.
KETIGA : Segala biaya yang di timbulkan akibat pelaksanaan surat keputusan ini
dibebankan kepada anggaran UPTD Puskesmas Peudawa.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Peudawa
Pada tanggal : 05 Januari 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS PEUDAWA

NUR ASYIKIN,STR.Keb
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPELA UPTD
PUSKESMAS PEUDAWA
NOMOR :
TENTANG : PELAYANAN KLINIS

PELAYANAN KLINIS
DI UPTD PUSKESMAS PEUDAWA

Penetapan Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Peudawa mengenai:


1. MEJA INFORMASI
a. Petugas meja informasi wajib melakukan identifikasi pasien:
1) Non darurat
2) Gawat darurat dengan kriteria kejang, demam tinggi atas 39℃, sesak
barat, luka bakar, penurunan kesadaran, dehidrasi berat, nyeri
dada,pendarahan, cidera kepala, patah tulang terbuka, kolik abdomen.
3) Risiko tinggi dengan kriteria TB Paru, varicella/cacar air, Campak,
Hepatitis B, HIV/AIDS, Malaria, Demam berdarah Dengue.
4) Risiko jatuh dengan Kriteria disabilitas fisik, kesulitan berdiri atau
berjalan/ menggunakan alat bantu berjalan, setelah minum alkohol/mabuk,
gaya berjalan/keseimbangan terganggu.
5) Lansia dengan kriteria usia diatas 60 tahun.
b. Menyediakan informasi tentang:
1) Alur pelayanan pasien meliputi :
 Alur pelayann pasien non gawat darurat
 Alur pelayanan pasien gawat darurat
 Alur pelayanan pasien risiko tinggi
2) Jenis pelayan klinis yang tersedia,
3) Tarif pelayanan sesuai peraturan daerah,
4) Jenis tindakan yang dapat dilakukan di Puskesmas Sebagai Fasilitas
kesehatan primer,
5) Informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan,
6) Hak dan kewajiban pasien,
7) Semua informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang berkaitan dengan
pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Peudawa.
c. Selain secara lisan, pemberian informasi disediakan dalam bentuk banner, brosur ,
leaftlet maupun poster.
2. PENDAFTARAN PASIEN.
a. Pendaftaran dilakukan oleh petugas lokat pendaftan sesuai dengan prosedur
b. Pendaftaran pasien memperhatikan hasil indentifikasi pasien dan keselamatan
pasien.
c. Identifitas pasien harus dipastikan dengan cara identifikasi sebagai berikut : nama
pasien , tanggal lahir pasien, alamat/tempat tinggal, nama ibu kandung, nomor
induk kependudukan dan nomor rekam medis.
d. Pendaftaran pasien mengindentifikasi hambatan bahasa, budaya, kebiasaan, dan
penghalang lain dalam pelayanan kesehatan dan menindaklanjuti berdasarkan
hasil rencana tidak lanjut hambatan.
1) Hambatan budaya meliputi : sikap perilaku kepda pasien yang memegng
norma, nilai menurut kepercyaan adat atau agama.
2) Hambatan bahasa meliputin :
a) Kesulitan pemahaman bahasa indonesia bagi pasien daerah local
terutama bagi pasien usia lanjut.
b) Penyampaian pengggunaan istilah medis kepada pasien yang tidak
dipahami pasien terutama tingkat pendidikan yang rendah.
c) Pasien disabilitas dimana tidak semua petugas kesehatan dapat
berkomunikasi dengan mereka.
3) Hambatan kebiasaan meliputi :
Pasien yang tidak sabar dengan prosedur standar pelayanan kesehtan yang
memakan waktu relatif lama.
4) Hambatan lain :
a) Hambatan lokasi geografi.
b) Transportasi.
c) Tingkat pendidikan.
e. Pengevaluasian penjelasan hak dan kewajiban pasien dari meja informasi
dilakukan oleh petugas pendaftaran dengan cara pasien menandatangani lembar
hak dan kewajiban pasien.
f. Petugaspendaftaran menjaga komunikasi dan koordinasi dengan petugas layanan
klinis diruang pelayanan lain dengan menadakan rapat antar unit kerja secara
berkala minimal 6 bulan sekali.
g. Petugas pendaftaran mengarahkan pasien ke ruang pelayanan yang dituju pasien
sesuai diatur dalam standar prosedur.
3. REKAM MEDIS
a. Petugas rekam medis adalah petugas lulus D3 atau S1 Rekam Medis atau pegawai
puskesmas yang telah mendapatkan pelatihan tentang rekam medis.
b. Petugas rekam medis bertanggung jawab dalam mengambil, mendistribusikan dan
mengembalikan, menyusun berkas rekam medis sebelum, selama dan sesudah
waktu pelayanan.
c. Pengelolaan dan penyimpangan Rekam Medis yang teratur dan benar untuk
memudahkan pencarian Rekam Medis pasien, sehingga tidak perlu terjadi
pengulangan membuat Rekam Medis yang baru.
d. Petugas rekam medis bertugas sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e. Petugas layanan klinis yang meliputi dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi,
dan bidan wajib menuliskan secara lengkap dalam rekam medis :
1) Hari, tanggal dan waktu
2) Hasil pengkajian
3) Semua pemeriksaaan fisik dan penunjang
4) Rencana terapi dan pengobatan
5) Tindakan medis
6) Edukasi
7) Nama dan tanda tangan petugas
f. Petugas layanan klinis wajib saling mengingatkan jika menemukan pengulangan
yang tidak perlu dalam rekam medis pasien.

4. PENGKAJIAN AWAL
a. Pengkajian awal sesuai prosedur dilakukan oleh tenaga yang kompeten melakukan
pengkajian, yaitu perawat, perawat gigi, dan bidan.
b. Pengkajianawal meliputi kajian medis asuhan keperawatan, asuhan kebidanan dan kajian
lain oleh tenaga profesional kesehan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Proses pengkajian dilakukan mengacu standar profesi dan dan standar asuhan.
d. Sebelum melakukan pengkajian awal, pasien wajib diidentifikasi demi keselamatan
pasien.
e. Proses pengkajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang
tidak perlu.
f. Proses pengkajian dilakukan dengan peralatan dan tempat yang memadai.
g. Peralatan dan tempat pelyanan wajib menjamin keamana pasien dan petugas.
h. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus pririotaskan dalan pelayanan.

5. PENYUSUNAN DAN PAKSANAAN RENCANA LAYANAN


a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana layanan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi setelah menerima pengkajian awal dari perawa/perawat gigi/bidan.
b. Dokter/dokter gigi rencana pelayanan sesuai dengan panduan organisasi profesi.
c. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien dan melibatkan pasien .
d. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
e. Semua rencana layanan ditulis dalam rekam medis
f. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.
g. Tindakan medis/ pengobatan yang beresiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
h. Pemberian informasi, persetujuan dan penolakan pasien (informed consent)
twrhadap tindakan medis, pengobatan farmakologis, rujukan wajib
didokumentasikan.
i. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti.
j. Evaluasi harus dilakukan terhadap pelaksanaan tindak lanjut.
k. Dokter/dokter gigi membuat recana layanan setelah melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan/ atau pemeriksaan tindak lanjut.
l. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus
diinformasikan kepada pasien.
m. Dokter/dokter gigi melakukan terapi dan pengobatan sesuai dengan rencana
layanan.
n. Dokter/dokter gigi dapat melakukan tindakan medis bagi pagien yang
memerlukan tindakan medis dibantu oleh petugas paramedis.
o. Pendidikan/ penyuluhan kesehatan pada pasien, juga termasuk konsultasi,
informasi dan edukasi (KIE) dilaksankan sesuai dengan rencana layanan didalam
Rekam medis.
p. Penyuluhan /pendidikan pasien dapat dilakukan juga saat pasien sebelum mulai
pelayanan klinis diruang tunggu pasien.
q. Penyuluhan/pendidikan dapat dioberikan oleh petugas pelayanan klinis,
pemegang program, petugas ruang konsultasi.

6. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


a. Perawat/perawat gigi/ bidan melaksanakan pelayanan klinis terhadap pasien
sesuai dengan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan yang telah dibuat.
b. Perawat/perawat gigi/bidan membantu dokter/dokter gigi dalam proses palayanan
klinis dan bertindak sesuai instruksi dokter.
7. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI ANTAR PRAKTISI KLINIS
a. Antar petugas layanan klinis wajib menjaga komunikasi dan koordinasi dalam
proses layanan klinis sehingga informasi kajian dapat tersampaikan dengan baik
terutama jika terdapat kelainan dalam pengkajian atau pasien yang membutuhkan
penanganan khusus.
b. Proses koordinasi dan komunikasi dalam pelayanan klinis baik pada waktu
transfer maupun pergantian shift, maupun pelaporan kasus dan instruksi tindakan
sesuai dengan prosedur, demikian juga koordinasi pada kasus yang memerlukan
penangannan trintegrasi atau dilakukan rujukan internal antar unit layanan.
c. Setiap petugas di Puskesmas berkewajiban untuk memlakukan layanan yang
berkesinambungan/ terus menerus. Pelayanan mulai dari pendaftaran,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelayanan
layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk
harus dijamin kesinambungannya.
8. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DAN RISIKO TINGGI
a. Kasus-kasus yang termasuk gawat darurat dan risiko tinggi perlu diidentifikasi.
b. Identifikasi pertama kali dilakukan di meja informasi.
c. Setelah identikasi pasien gawat darurat langsung diarahkan ke ruang tindakan
untuk mendapatkan pertolong peratama.
d. Opertugads ruang tindakan melakukan triase sesuai prosedur jika pasien yang
datang dalamwaktu bersamaan lebih dari satu pasien.
e. Kasus-kasus gawat darurat harus diperioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat.
f. Pasien dengan identifikasi risiko tinggi Tuberkolosis diarahkan keruang
pelayanan TB.
g. Pasien dengan identifikasi ridiko tinggi lain didahulukan dalam menerima
pelayanan diruang pemeriksaan.
h. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan ( kewaspadaan universal).
9. RUJUKAN INTERNAL PASIEN
a. Dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan internal laboraturan jika pasien
membutuhkan pemeriksaan penunjang dengan mengisi lembar permintaan
laboratorium.
b. Pelayanan pemeriksaan penunjang laboratorium diberikan sesuai indikasi medis dan
harus ditentukan oleh dokter, dengan alur permintaan pemeriksaan laboratorum yang
tersedia, hasil pemeriksaan laboratorium dianalisa dan di interpretasikan oleh dokter
penentu pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium adalah hak dan
rahasia dari pasien, sedangkan formulir dan catatan rekam medis adalah milik
Puskesmas.
c. Dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan internal/permintaan konsultasi kepada
rekan sejawat maupun tenaga kesehatan ahli lain dalam ruang konsultasi dengan
menuliskan permintaan dalam rekam medis.

10. RUJUKAN EKSTERNAL PASIEN


a. Jika setelah pengakan diagnosis didapati pasien tidak dapat ditangani di Puskesmas
atau pasien memerlukan penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi, maka dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan eksternal pasien melalui
proses informed Consent.
b. Rujukan pasien dapat dibagi menjadi rujukan eksternal pasien non- emergensi dan
rujukan dan rujukan eksternal pasien emergensi.
c. Dokter yang menangani pasien bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
rujukan.
d. Kriteria merujuk pasien meliputi pasien yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas
karena ketidaksesuaian kompotensi petugas dan tidak lengkapnya peralatan di
Puskesmas , juga termasuk :
1) Kasus spesialistik.
2) Kasus penyakit yang sudah diterapi namun tidak ada perbaikan.
3) Kasus penyakit berulang/kronis.
4) Kasus penyakit dengan komplikasi berat.
e. Umpan baik dari fasilitas rujukan wajib ditindaklanjuti oleh dokter yang menangani
pasien.
f. Jika pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk, pihak puskesmas wajib memberikan
alternatif pelayanan.
g. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
h. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah
dilakukan, dan kebutahan akan tindakan lanjut.
i. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
j. Setelah pasien setuju dirujuk, pasien dipersiaokan berdasarkan prosedur persiapan
asien rujukan.
k. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang kompeten dan
keluarga.
l. Pada saat proses rujukan pasien termasuk kondisi gawat darurat petugas harus terus
melakukan identifikasi kebutuhan, pendampingan dan monitoring terhadap pasien
untuk keamanan dan keselamatan pasien
m. Transportasi rujukan.
Mobil ambulance dan sarana didalamnya harus dalam kondisi lengkap dan siap
digunakan saat diperlukan.

11. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN


a. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
b. Dokter yang menagani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses pemulangan/
rujukan.
c. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter yang menangani.
d. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan alternatif
pelayanan.
e. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
f. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah
dilakukan, dan kebutuhan akan tindakan lanjut.
g. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan
h. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petuas yang kompeten.
i. Kriteria merujuk pasien meliputi : memerlukan tindakan lebih lanjut, alat dan sarana
tidak tersedia, ddl.
j. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi tentang tindak
lanju layanan.
12. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN
a. Rawat jalan
Kriteria pemulangan pasien rawat jalan :
1) Pasien dalam kondisi stabil
2) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan.
3) Prognosis baik.
4) Mampu minum obat.
5) Disarankan kontrol apabilan obat habis.
b. UGD
Kriteria pemulangan pasien UGD
1) Pasien dalam kondisi stabil, GCS 4 5 6.
2) Tidak didapatkan tanda gawat darurat yang mengancam jiwa.
3) Prognosis pasien baik
4) Mampu meminum obat dan mematuhi petunjuk dokter pemeriksa.
5) Apabila terjadi tanda-tanda penurunan kondisii, segera kembali memeriksa diri
6) Mempu kontrol apabila obat habis.
13. RUJUKAN BAL;IK
a. Prosedur Klinis
1) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah sakit yang
tersakhir merawat pasien tersebut.
2) Melakukan tinda lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau
kondisi klinis pasien sampai sembu.
3) Pelayanan Rujukan balik adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di
Faskes tingkat Pertama sebagai bagian dari program pelayanann rujuk balik.
4) Jenis penyakit yang termasuk Program rujuk Balik adalah:
a) Diabetes Melitus
b) Hipertensi
c) Jantung
d) Asma
e) Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK)
f) Epilepsy
g) Schizophrenia
h) Stroke
i) Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
b. Jenis obat- obat yang termasuk dalam obat rujuk ballik adalah :
1) Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan oleh dokter Spesialis/sub spesialis
di fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan tercantum pada Formularium
Nasional untuk obat Program rujuk balik.
2) Obat Tambahan yaitu obat yang mutlak diberikan bersamma obat utama dan
diresepkan oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan Tingakat
Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping
akibat obat umata.
14. PEMBEDAHAN MINOR
a. Tindakan pembedahan minor adalah tindakan medis invasif yang dilakukan dengan
cara menyayat/mengiris permukaan tubuh atau organ untuk membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang bermasalah.
b. Tindakan pembedahan minor dilakukan oleh dokter dibantu perawat/perawat gigi/
bidan dan ditunjang dengan alat-alat yang memadai.
c. Dokter/ dokter gigi melakukan pembedahan minor sesuai prosedur yang baku ,
meliputi :
1) Assessment pra bedah
2) Asuhan pembedahan
3) Edukasi dan penyampaian informasi efek samping/ resiko
4) Informed Consent
5) La[poran operasi
6) Monitoring status fisiologis sebelum, saat dan sesudah pembedahan
d. Tindakan pembedahan minor yang dapat dilakukan di puskesmas Rajabasa indah
meliputi :
1) Penjahit luka
2) Insisi abses
3) Ekstraksi gigi
4) Pemasangan dan pencabutan IUD dan KB Implan
15. PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT DAN/ATAU CAIRAN INTRAVENA
a. Jenis obat/cairan intravena yang digunakan dalam pelayanan klinis di UPTD
puskesmas Peudawa :
1) Cairan ringer Laktat.
2) Cairan NaCL 0,9%
3) Cairan Dekstrosa 5%
4) Antibiotik Single dose
5) PPI
6) Anti-emetik
7) Alagetik
8) Anti-konvulsi
9) Anti-anafilaktif
b. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemperian
obat/cairan intravena yang baku, mengikuti prosedur aseptik dan kewaspadaan
universal.
16. PEMBERIAN ANASTESI DAN SEDASI DI PUSKESMAS
a. Pemberian anastesi lokal dan sedasi.
1) Penyususnan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara pasien dewasa dana
nak atau pertimbangan khusus.
2) Persyaratan persetujuan khusus informed consent dan informed of choice.
3) Teknik melakukan lokal anastesi dan sedasi sesuai prosedur asuhan profesi.
4) Frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan.
5) Kompetensi petugas pelaksana yang dapat melakukan anastesi lokal dan
pemberian sedasi adalah;
a) Dokter dan dokter gigi
b) Perawat, perawat gigi, dan bidan di bawah instruksi
dokter/dokter gigi
6) Ketersediaan dan penggunaan peralatan anastesi.
7) Dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi efektif.
b. Jenis-jenis sedasi yang dapat dilakukan di UOTD Puskesmas Peudawa dipandu oleh
prosedur baku yang jlas, yaitu :
1) Anastesi lokal
a) Anastesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor.
b) Preparat yang digunakan adalah lidocaine ampul 2%.
2) Sedai Per Rectal
a) Sedasi per rectal digunakan untuk pasien anak dengan kejang deam sederhana
maupun kompleks.
b) Preparat yang digunakan adalah diazepam suppositoria, atau Diazepam ampul
2 ml.
c) Dosis pemberian Diazepam suppositoria 5 mg untuk anak dengan berat badan
dibawah 10 kg, dan 10 mg untuk anak di atas 10 kg.
3) Sedasi Per Oral
Sedasi per oral untuk pasien dewasa, preparat yang digunakan adalah Diazapam
tablet dengan dosis 2 mg atau 5 mg dengan indikasi pasien gadoh gelisa atau
pasien dengan kecemasan.
c. Monitoring status fisiologis selama pemberian anastesi lokal
1) Selama pemberian anastesi lokal dan sedasi petugas melakukan monitoring staus
fisiologi pasien.
2) Monitoring status fisiologis pasien selama pemberian anastesi lokal dipandu oleh
prosedur baku yang jelas.
3) Monitoring status fisiologis di tulis lengkap dalam rekam medis.

Ditetapkan di : Peudawa
Pada tanggal : 05 Januari 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS PEUDAWA

NUR ASYIKIN

Anda mungkin juga menyukai