Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PANDAN
KECAMATAN PANDAN
Jl. Jend. Feisal Tanjung Kelurahan Pasar Baru Kec. Pandan Kode Pos: 22613
Email:puskemaspandan392154@yahoo.com Telp. 0631-3730057

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PANDAN


NOMOR : / UPTD-PP/SK/I/2023

TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS DAN PENUNJANG
UPTD PUSKESMAS PANDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS PANDAN,

Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses


penerimaan pasien sampai dengan pemulangan, pelayanan
laboratorium dan pelayanan farmasi dilaksanakan sesuai standar
dengan memperhatikan kebutuhan pasien, mutu pelayanan serta
keselamatan pasien;
b. bahwa Surat Keputusan Pimpinan Puskesmas Nomor: / UPTD-
PP / SK / / tentang Pelayanan Klinis Puskesmas Pandan sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan pelayanan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat, sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Pandan tentang Penyelenggaran Pelayanan Klinis
dan Penunjang UPTD Puskesmas Pandan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;
-2-

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
10. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 37 Tahun
2012 tentangPenyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 11 Tahun
2017 tentang KeselamatanPasien;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
-3-

21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514


Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasyankes Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PANDAN TENTANG


PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS DAN PENUNJANG
UPTD PUSKESMAS UPTD PANDAN.
KESATU : Penyelenggaraan Pelayanan Klinis dan Penunjang tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
surat keputusan ini.
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : UPTD PANDAN


Pada tanggal : Januari 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS PANDAN,

DEFRI STEVANY RAMBE


-4-

Tembusan Yth. :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
2. Arsip
LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS UPTD PANDAN NOMOR / UPTD - PP /
SK / I / 2022
TENTANG: PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS DAN PENUNJANG UPTD PUSKESMAS UPTD
PANDAN

A. PELAYANAN PENERIMAAN PASIEN

1. Penerimaan pasien meliputi proses pendaftaran pasien rawat jalan dengan


prosedur pendaftaran pasien dan identifikasi pemenuhan kebutuhan pasien
dengan risiko, kendala dan kebutuhan khusus antara lain: balita, ibu hamil,
disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau kendala lainnya agar tidak
terjadi hambatan atau tidak optimalnya proses asesmen maupun pemberian
asuhan klinis.
2. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) kepada
pengguna layanan atau keluarganya saat pertama kali datang untuk rawat
jalan.
3. Pendaftaran pasien harus memperhatikan keselamatan pasien.
4. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi,protokol kesehatan harus
diterapkan mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pemulangan, yaitu
dengan penggunaan masker, menjaga jarak dan pengaturan agar tidak terjadi
kerumunan
5. Puskesmas memberikan informasi yang jelas tentang sarana pelayanan, antara
lain: tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses
pelayanan dan rujukan.
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran sampai dengan pemulangan.

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN

1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga medis atau
Profesional Pemberi Asuhan lainnya yang kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi status fisis / neurologis / mental, psikososiospritual,
ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, penilaian nyeri, penilaian risiko
jatuh, penilaian fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi,
kebutuhan edukasi, rencana pemulangan.
-5-

3. Proses kajian dilakukan dengan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan
yang tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan
lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah – langkah SOAP:
 Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologjs,
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan
informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Subjektif = S),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (data Objektif = O).
 Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah,
kondisi, dan diagnosis unruk mengidentifikasi kebutuhan pasien
(asesmen atau analisis = A).
 Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu menyusun
solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
7. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan
peralatan dan tempat yang memadai.
8. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan
petugas.
9. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan
disusun secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.

C. PELAKSANAAN LAYANAN

1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.


2. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
3. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis.
4. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
5. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
6. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikanpadarekammedispasien.
7. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
8. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
9. Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas dilaksanakan sesuai
prosedur Penanganan pasien gawat darurat.
-6-

10. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
11. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
12. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena.
13. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
14. Pelayanan anestesi lokal harus dipandu dan dimonitor dengan prosedur yang
telah ditetapkan di Puskesmas Pandan.
15. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan anestesi lokal di
Puskesmas Pandan, yaitu:
 Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
Puskesmas Pandan;
 Perawat dan Bidan yang sudah memiliki STR dan SIP dan telah
diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.

D. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN PASIEN

1. Rencana pemulangan pasien di Puskesmas Pandan antara lain: pasien


rawatjalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap,pasien yang karena
kondisinya memerlukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rawatan Tingkat Lanjut
(FKRTL) dipandu oleh prosedur yang telah ditetapkan oleh Puskesmas.
2. Dokter yang menangani (DPJP) bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan atau rujukan pasien.
3. Pemulangan pasien di Puskesmas Pandan, dilaksanakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
4. Kriteria pemulangan pasien gawat darurat sebagai berikut:
a) Pasien dalam kondisi stabil, GCS 15(E=4,V=5, M=6),
b) Tidak didapatkan tanda gawat darurat yang mengancam jiwa,
c) Prognosis pasien baik,
d) Mampu meminum obat dan mematuhi petunjuk dokter pemeriksa,
e) Mampu kontrol apabila obat habis.
5. Kriteria pemulangan pasien di rawat jalan, sebagai berikut:
a) Pasien dalam kondisi stabil (vital sign padarentang normal),
b) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan,
c) Prognosis pasien baik,
-7-

d) Mampu meminum obat dan mematuhi petunjuk dokter pemeriksa,


e) Mampu kontrol apabila obat habis.
6. Kriteria pemulangan pasien di rawat inap, sebagai berikut:
a) Pasien secara klinis sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan,
misalnya: tidak demam dalam waktu 2 x 24 jam tanpa pemberian obat
antipiretik, GDS dalam keadaan stabil, tekanan darah dalam keadaan
stabil, dehidrasi sudah teratasi.
b) Pasien sudah bisa minum obat secara oral,
c) Tidak didapatkan tanda-tanda kegawatdaruratan yang mengancam
jiwa,
d) Mampu kontrol apabila obat habis.
7. Kriteria pemulangan pasien bersalin, sebagai berikut:
a) Ibu dalam kondisi yang stabil dalam 1 x 24 jam setelah melahirkan,
misalnya: kontraksi uterus bagus, keras, pendarahan tidak massif, BAK
normal,
b) Tanda-tanda vital bagus,
c) Ibu mampu minum obat secara peroral,
d) Bayi: kondisi stabil, bayi sudah BAB dan BAK,
e) Bayi mampu menetek,
f) Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri di
rumah,
g) Mampu kontrol apabila obat habis.
8. Pasien harus mendapatkan informasi mengenai rujukan ke FKRTL, dan
didokumentasikan dalam formulir persetujuan atau penolakan rujukan.
9. Kriteria pasien yang harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rawatan Tingkat
Lanjut (FKRTL):
a) Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan
di Puskesmas Pandan ,
b) Membutuhkan fasilitas atau peralatan penunjang yang tidakada di
Puskesmas Pandan,
c) Tenaga professional (ahli) yang tidak dimiliki Puskesmas Pandan
10. Proses rujukan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
11. Resume medis harus diberikan kepada pasien/keluarga pasien pada saat
pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan lain.

E. KESELAMATAN PASIEN

1. Proses identifikasi pasien di Puskesmas PANDAN dilakukan sesuai dengan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Identifikasi Pasien.
-8-

2. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi
sebagai berikut: nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi
menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien).
3. Identiflkasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat
menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang
tanpa identitas yang jelas, dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama
atau mirip menggunakan nomor rekam medis dan gelang (identitas pasien).
4. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining, pada saat
pendaftaran. setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan,
pemberian obat, pemberian imunisasi dan pemberian diit.
5. Pelaksanaan komunikasi secara efektif dilakukan pada proses,
a) Komunikasi antara Dokter dan Perawat/Bidan mengenai kasus atau
kondisi pasien harus tertulis pada lembar Rekam Medis Pasien dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), ditulis lengkap oleh Perawat/Bidan (T), dibaca ulang
oleh Perawat/Bidan (B), dan dikonfirmasi Perawat/Bidan kepada Dokter
(K);
b) Penyampaian hasil kritis pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan
cara menggarisbawahi menggunakan spidol merah dan penyampaian
secara langsung kepada Dokter yang menangani dalam waktu dibawah
5 (lima) menit;
c) serah terima pasien dengan unit layanan lain menggunakan formulir
rujukan internal dengan kelengkapan identitas dan rencana tindak
lanjut.
6. Penanggung jawab Farmasi melakukan penyimpanan, penataan,
peresepan,pelabelan, penyiapan, penggunaan dan evaluasi penggunaan pada
obat yang perlu diwaspadai (high alert), obat dengan nama atau rupa mirip
(LASA) dan obat golongan psikotropika, narkotika.
7. Penanggung jawab farmasi melakukan pengawasan dan pengendalian
penggunaan obat-obatan psikotropika/narkotika.
8. Puskesmas PANDAN melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko
jatuh pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get
up and go test.

F. PELAYANAN LABORATORIUM

1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di Puskesmas UPTD


Pandan meliputi:
-9-

a) Spesimen darah:
1) Pemeriksaan Glukosa, Kolesterol dan Asam Urat (Vena Kapiler);
2) Pemeriksaam RDT Sifilis, Hepatitis B dan HIV;
3) Golongan Darah;
4) RDT Malaria.
b) Spesimen urin.
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis
kesehatan, memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan
laboratorium.
3. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan
SIP.
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan prosedur mulai dari permintaan, pemeriksaan, penerimaan spesimen,
pengambilan dan penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan
hasil.
5. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD sesuai standar untuk
pemeriksaan spesimen (darah, sputum) pada kasus-kasus berisiko tinggi.
6. Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku.
7. Limbah B3 sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius.
8. Jenis Reagensia Esensial dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium
harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, antara lain:
a) Ziehl Neelsen;
b) Kit Golongan darah;
c) Kit Rapid test Kehamilan;
d) Kit Rapid Test Malaria;
e) Kit Rapid Test Protein dan Glukosa Urin;
f) Kit Anti HIV;
g) Kit Hb.
9. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan
suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib
dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali.
11. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan
laboratorium guna memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium
dilakukan ketika reagensia tersebut sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan
awal.
- 10 -

12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan, yaitu waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
selambat lambatnya dalam waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA
dalam waktu 1 hari.
13. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal
dengan acuan sebagai berikut:

NO JENIS PEMERIKSAAN SATUAN NILAI RUJUKAN

1. RDT Hepatitis (-)


2. RDT Sifilis (-)
3. RDT Malaria (-)
4. RDT Salmonella Ag (-)
5. HIV-AIDS Non Reaktif
6. Gula Darah mg/dL ad Random : < 200
Puasa : 80 – 100
2 Jam PP : 70 – 140
7. Kolesterol Total mg/dL < 200

8. Asam Urat mg/dL Pria :<7


Wanita : < 6
9. Golongan Darah
10. SGOT U/L < 38
11. SGPT U/L < 41
12. Ureum mg/dl < 51
13. Kreatinin mg/dl 0,70-1,20
14. Darah Rutin
a) Haemoglobin (HBG) g/dl Pria : 13,0 – 17,0
Wanita : 12,0 – 16,0
106/µl 4,2 – 4,87
b) Eritrosit (RBC)
10 /µl
3
4,5 – 11
c) Leukosit (WBC) % 43 – 49
d) Hematokrit (HCT) 103/µl 150 - 450
e) Trombosit (PLT) fl 85 – 95
pg 28 – 32
f) MCV
g/dL 33 – 35
g) MCH
fL 35 – 56
h) McHc % 10 – 15
i) RDW-SD fL 7 – 10,2
j) RDW-CV % 0,1 – 0,5
% 10 – 18
k) MPV
l) PCT
m) PDW
15. Urinalisa
- 11 -

a) pH 5.0 – 9.0
1.005 – 1.030
b) SG
Mmol/L 0–7
c) Glucose
µmol/L Negative
d) Billirubin mmol/L 0 – 1.0
e) Ketone mmol/L 0 – 5.6
f) Ascorbic acid cells/µL 0 – 20
g/L 0 – 0.30
g) Blood
µmol/L 3.3 – 16
h) Protein
µmol/L 0 – 18
i) Urobilinogen cells/µL 0 – 15
j) Nitrite g/L 0 – 10
k) Leukocytes g/L 0 – 0.15
g/L Negative
l) Creatinine
m) Calcium ions
n) Microalbumin
16. Tes Kehamilan
17. BTA DS (-)
18. Swab Rapid Test Antigen Non Reaktif

14. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter
Puskesmas yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah
hasil diperoleh dengan acuan sebagai berikut:

LIMIT LIMIT
NO PARAMETER SATUAN
RENDAH TINGGI
1 Glukosa 40 450 mg / dL
2 HB (Haemoglobin) 7 20 gr / dL

15. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan


mutu internal dan pemantapan mutu eksternal.
16. Risiko dalam pelayanan lobaratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti.

G. PELAYANAN FARMASI

1. Puskesmas Pandan melaksanakan penilaian, pengendalian, penyediaan dan


penggunaan obat dengan metode berdasarkan standar operasional
pengelolaan obat yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanaan, pendistribusian pengendalian pencataan dan pelaporan obat.
2. Obat harus tersedia di Puskesmas sesuai dengan Formularium Puskesmas.
3. Yang berhak menulis resep adalah Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR
dan SIP di Puskesmas Pandan.
- 12 -

4. Yang berhak menyediakan obat adalah oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker
sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Asisten Kefarmasian.
5. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali.
6. Petugas Farmasi membuat daftar obat yang perlu diwaspadai di Puskesmas
Pandan dan dilakukan monitoring penggunaan obat.
7. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
8. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi
memeriksa semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan
keadaan fisik obat, menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat
dengan mengikuti sistem FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah
ditetapkan.
9. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut:
a) Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya bolah dilakukan oleh
Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP;
b) Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat
narkotika dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci
lemari dipegang oleh Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
10. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindak lanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
a) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi fisik pasien;
b) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek
bertentangan dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan
oleh dokter di Puskesmas Pandan;
c) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek
ganda dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan;
d) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan
interaksi obat dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
11. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan memperhatikan higiene dan kebersihan.
12. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap
obat.
13. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan
waktu menggunakan.
14. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi,
interaksi obat, dan efek samping obat.
- 13 -

15. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis.
16. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan
ditindak lanjuti.
17. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi jika
terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan.
18. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti
jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.

H. PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

1. PenyelenggaraanRekam Medis harus memenuhi prinsip keamanan data dan


informasi, meliputi kerahasiaan, integritas dan ketersediaan
2. Memberlakukan Buku International Statistical Classification of Diseases And
Related Health Problem (ICD-X) sebagai Standarisasi Kode Klasifikasi
Diagnosis dan Terminologi yang digunakan di Puskesmas Pandan.
3. Menentukan pembakuan singkatan yang digunakan dalam rekam medis
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
No. Kategori Singkatan Keterangan
1. Hasil pemeriksaan KU Keadaan Umum
PF Pemeriksaan Fisik
BB Berat badan
TB Tinggi Badan
TD Tekanan darah
Temp Suhu badan
N Frekuensi Nadi
RR Respiratory Rate (Frekuensi Pernafasan)
d.b.n Dalam batas normal
t.a.k Tidak ada kelainan

2. Pelayanan Pemeriksaan Umum DM Diabetes Mellitus


DBD Demam berdarah dengue
ISK Infeksi Saluran Kencing
TBC Tuberkulosis
PPOK Penyakit paru obstruksi kronik
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Atas
CC Common Cold
RA Reumatoid artritis
OA Osteoartritis
GA Gout artritis
HT Hipertensi
SI Stroke Iskemik
- 14 -
SH Stroke hemoragik
LBP Lower back pain
OMA Otitis media akut
OMSK Otitits media supuratif kronik
GE Gastroenteritis
OBS Observasi
SUSP Suspek
FR Fraktur
CHF Cronic heart failure

Pelayanan Kesehatan Ibu dan PE Preeklamsia


3.
Anak
PEB Preeklamsia berat
KPD Ketuban pecah dini
KET Kehamilan ektopik terganggu
CPD Cepalo pelvik disproportion
KJDK Kematian janin dalam kehamilan

4. Laboratorium HB Hemoglobin
BTA-DS Basil Tahan Asam – Direct Smear
HCG TEST Human chorionic gonadotropin test

5. Farmasi PCT Paracetamol


GG Gliseril guaikolat
ISDN Isosorbit dinitrat
GTT Jumlah tetesan cairan infus
MF PULV Misce fac pulveres (dibuat sediaan pulvis)
AC Ante cunam (sesudah makan)
PC Post cunam (sebelum makan)
DTD Dalam tiap dosis
IM Injeksi Intramuskular
IV Injeksi Intravena
IC Injeksi Intracutan
SL Sublingual (dibawah lidah)

4. Kepala Puskesmas memberikan hak akses rekam medik untuk:


a) Penginputan data untuk pengisian data administrative bagi Petugas
Rekam Medis dan Pendaftaran serta pengisian data klinis pasien bagi
Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan;
b) Perbaikan data apabila terjadi kesalahan dalam penginputan data
administratif dan data klinis Pasien bagi Petugas Rekam Medis dan
Pendaftaran dengan batas waktu paling lama 2x24 jam sejak data diinput;
- 15 -

c) Melihat data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga internal


Puskesmas untukmendapatkan informasi terkait data di dalam Rekam
Medis untuk keperluan pelayanan atau administrasi.
5. Jika ada Pihak Luar dari Puskesmas yang membutuhkan akses terhadap rekam
medis harus mendapat persetujuan dari Pasien dan disampaikan secara tetulis
kepada Kepala Puskesmas untuk kepentingan sebagai berikut:
a) Kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan,penyembuhan, dan
perawatan Pasien;
b) Permintaan Pasien sendiri; dan/atau
c) Keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan
kesehatan.
6. Jika ada Pihak Luar dari Puskesmas yang membutuhkan akses terhadap rekam
medis tidak atas persetujuan Pasien dan disampaikan secara tetulis kepada
Kepala Puskesmas untuk kepentingan sebagai berikut:
a) Pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum;
b) Penegakan etik atau disiplin;
c) Audit medis;
d) Penanganan kejadian luar biasa/wabah penyakit menular / kedaruratan
kesehatan masyarakat / bencana;
e) Pendidikan dan penelitian;
f) Upaya perlindungan terhadap bahaya ancaman keselamatan orang lain
secara individual atau masyarakat; dan / atau
7. Rekam medik pasien dibuat dalam bentuk family folder, yaitu rekam medis
keluarga yang disimpan dalam satu map rekam medis. Dari satu pasien hanya
boleh memiliki satu rekam medis.
8. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
a) Nomor rekam medis;
b) Nama kepala keluarga;
c) Nama pasien;
d) Pekerjaan.
e) Alamat.
f) Jenis Kelamin
g) Tanggal Lahir
h) Tempat Lahir
i) Agama
j) Suku/Ras
k) Nomor Kartu JKN
l) Nomor HP
- 16 -

9. Pengelolaan rekam medis dilakukan sesuai aturan berikut:


a) Rekam medis disimpan sentralisasi dengan sistem penomoran Rekam
Medis X.Y.AAA
b) Sistem penomoran aplikasi Rekam Medis disusun dengan aturan sebagai
berikut:
1) Dua digit pertama menandakan Kelurahan,
 A : Kelurahan Pandan
 B : Kelurahan Pandan Wangi
 C : Kelurahan Lubuk Tukko
 D : Kelurahan Lubuk Tukko Baru
 E : Kelurahan Sibuluan Raya
 F : Kelurahan SibuluanTerpadu
 G : Kelurahan Sibuluan Indah
 H : Kelurahan Sibuluan Baru
 I : Kelurahan Sibuluan Nauli
 J : Kelurahan Sihaporas Nauli
 K : Kelurahan Pasar Baru
 L : Kelurahan Aek Tolang
 M : Kelurahn Campur-Campur
2) Satu digit berikutnya menandakan Huruf pertama Kepala Keluarga

10. Penyimpanan rekam medik dilakukan di ruang khusus yaitu Ruang Rekam
Medik.
11. Masa retensi rekam medik adalah sebagai berikut:
a) Dikatakan inaktif apabila pasien selama dua tahun berturut-turut tidak
pernah berkunjung ke Puskesmas,
b) Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalah rekam medik inaktif selama
dua tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas.
12. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga,
nomor rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, penyuluhan, persetujuan / penolakan
rujukan / tindakan, diagnosis terapi dan rencana pengobatan.
13. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.

I. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin
satu minggu sekali.
- 17 -

2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik,
dipelihara dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi.
3. Petugas inventaris bertanggung jawab atas lingkungan fisik Puskesmas yang
mencakup pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan
(instalasi listrik, air, ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan
Puskesmas Pandan.
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan.
5. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup.
6. Semua Petugas di Puskesmas Pandan yang berhubungan dengan B3 wajib
melakukan Inventarisasi, Pengelolaan, Penyimpanan dan Penggunaan B3.
7. Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 harus sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
8. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan / atau kegiatan yang mengandung B3.
9. Pengelolaan Limbah B3 di Puskesmas Pandan dilakukan dengan cara:
a) Pengurangan dan pemilahan Limbah B3,
b) Penyimpanan Limbah B3,
c) Pengangkutan Limbah B3,
d) Pengolahan Limbah B3,
e) Penguburan Limbah B3, dan / atau
f) Penimbunan Limbah B3.
10. Puskesmas Pandan tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, Limbah B3
yang dihasilkan wajib diserahkan paling lama 2 (dua) hari sejak Limbah B3
dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 yang tempat penyimpanan Limbah B3nya digunakan
sebagai depo pemindahan.
11. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:
12. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu.
13. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor.
14. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar.
15. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola
sesuai SOP.

J. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS

1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM.
- 18 -

2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis.


3. Tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin
praktek yang berlaku.
4. Evaluasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat satu
tahun sekali.
5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan
kepada Tenaga klinis.
6. Tiap tenaga klinis harus mempunayi uraian tugas dengan kejelasan
kewenangan klinis untuk masing-masing petugas.
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenang setiap tenaga klinis harus dievaluasi
dan ditindak lanjuti.

KEPALA UPTD PUSKESMAS PANDAN,

DEFRI STEVANY RAMBE

Anda mungkin juga menyukai