DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PANDAN
KECAMATAN PANDAN
Jl. Jend. Feisal Tanjung Kelurahan Pasar Baru Kec. Pandan Kode Pos: 22613
Email:puskemaspandan392154@yahoo.com Telp. 0631-3730057
TENTANG
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS DAN PENUNJANG
UPTD PUSKESMAS PANDAN
MEMUTUSKAN
Tembusan Yth. :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah
2. Arsip
LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS UPTD PANDAN NOMOR / UPTD - PP /
SK / I / 2022
TENTANG: PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS DAN PENUNJANG UPTD PUSKESMAS UPTD
PANDAN
1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga medis atau
Profesional Pemberi Asuhan lainnya yang kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi status fisis / neurologis / mental, psikososiospritual,
ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, penilaian nyeri, penilaian risiko
jatuh, penilaian fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi,
kebutuhan edukasi, rencana pemulangan.
-5-
3. Proses kajian dilakukan dengan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan
yang tidak perlu.
5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan
lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah – langkah SOAP:
Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologjs,
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan
informasi tersebut dilakukan anamnesis (data Subjektif = S),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (data Objektif = O).
Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah,
kondisi, dan diagnosis unruk mengidentifikasi kebutuhan pasien
(asesmen atau analisis = A).
Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu menyusun
solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
7. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan
peralatan dan tempat yang memadai.
8. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan
petugas.
9. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan
disusun secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
C. PELAKSANAAN LAYANAN
10. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
11. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
12. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena.
13. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu.
14. Pelayanan anestesi lokal harus dipandu dan dimonitor dengan prosedur yang
telah ditetapkan di Puskesmas Pandan.
15. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan anestesi lokal di
Puskesmas Pandan, yaitu:
Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
Puskesmas Pandan;
Perawat dan Bidan yang sudah memiliki STR dan SIP dan telah
diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
E. KESELAMATAN PASIEN
2. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi
sebagai berikut: nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi
menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien).
3. Identiflkasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat
menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang
tanpa identitas yang jelas, dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama
atau mirip menggunakan nomor rekam medis dan gelang (identitas pasien).
4. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining, pada saat
pendaftaran. setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan,
pemberian obat, pemberian imunisasi dan pemberian diit.
5. Pelaksanaan komunikasi secara efektif dilakukan pada proses,
a) Komunikasi antara Dokter dan Perawat/Bidan mengenai kasus atau
kondisi pasien harus tertulis pada lembar Rekam Medis Pasien dengan
menggunakan tehnik SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), ditulis lengkap oleh Perawat/Bidan (T), dibaca ulang
oleh Perawat/Bidan (B), dan dikonfirmasi Perawat/Bidan kepada Dokter
(K);
b) Penyampaian hasil kritis pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan
cara menggarisbawahi menggunakan spidol merah dan penyampaian
secara langsung kepada Dokter yang menangani dalam waktu dibawah
5 (lima) menit;
c) serah terima pasien dengan unit layanan lain menggunakan formulir
rujukan internal dengan kelengkapan identitas dan rencana tindak
lanjut.
6. Penanggung jawab Farmasi melakukan penyimpanan, penataan,
peresepan,pelabelan, penyiapan, penggunaan dan evaluasi penggunaan pada
obat yang perlu diwaspadai (high alert), obat dengan nama atau rupa mirip
(LASA) dan obat golongan psikotropika, narkotika.
7. Penanggung jawab farmasi melakukan pengawasan dan pengendalian
penggunaan obat-obatan psikotropika/narkotika.
8. Puskesmas PANDAN melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko
jatuh pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get
up and go test.
F. PELAYANAN LABORATORIUM
a) Spesimen darah:
1) Pemeriksaan Glukosa, Kolesterol dan Asam Urat (Vena Kapiler);
2) Pemeriksaam RDT Sifilis, Hepatitis B dan HIV;
3) Golongan Darah;
4) RDT Malaria.
b) Spesimen urin.
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis
kesehatan, memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan
laboratorium.
3. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan
SIP.
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan prosedur mulai dari permintaan, pemeriksaan, penerimaan spesimen,
pengambilan dan penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan
hasil.
5. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD sesuai standar untuk
pemeriksaan spesimen (darah, sputum) pada kasus-kasus berisiko tinggi.
6. Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku.
7. Limbah B3 sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius.
8. Jenis Reagensia Esensial dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium
harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, antara lain:
a) Ziehl Neelsen;
b) Kit Golongan darah;
c) Kit Rapid test Kehamilan;
d) Kit Rapid Test Malaria;
e) Kit Rapid Test Protein dan Glukosa Urin;
f) Kit Anti HIV;
g) Kit Hb.
9. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan
suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib
dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali.
11. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan
laboratorium guna memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium
dilakukan ketika reagensia tersebut sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan
awal.
- 10 -
12. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan, yaitu waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium
selambat lambatnya dalam waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA
dalam waktu 1 hari.
13. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal
dengan acuan sebagai berikut:
a) pH 5.0 – 9.0
1.005 – 1.030
b) SG
Mmol/L 0–7
c) Glucose
µmol/L Negative
d) Billirubin mmol/L 0 – 1.0
e) Ketone mmol/L 0 – 5.6
f) Ascorbic acid cells/µL 0 – 20
g/L 0 – 0.30
g) Blood
µmol/L 3.3 – 16
h) Protein
µmol/L 0 – 18
i) Urobilinogen cells/µL 0 – 15
j) Nitrite g/L 0 – 10
k) Leukocytes g/L 0 – 0.15
g/L Negative
l) Creatinine
m) Calcium ions
n) Microalbumin
16. Tes Kehamilan
17. BTA DS (-)
18. Swab Rapid Test Antigen Non Reaktif
14. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter
Puskesmas yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah
hasil diperoleh dengan acuan sebagai berikut:
LIMIT LIMIT
NO PARAMETER SATUAN
RENDAH TINGGI
1 Glukosa 40 450 mg / dL
2 HB (Haemoglobin) 7 20 gr / dL
G. PELAYANAN FARMASI
4. Yang berhak menyediakan obat adalah oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker
sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Asisten Kefarmasian.
5. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali.
6. Petugas Farmasi membuat daftar obat yang perlu diwaspadai di Puskesmas
Pandan dan dilakukan monitoring penggunaan obat.
7. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
8. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi
memeriksa semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan
keadaan fisik obat, menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat
dengan mengikuti sistem FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah
ditetapkan.
9. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut:
a) Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya bolah dilakukan oleh
Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP;
b) Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat
narkotika dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci
lemari dipegang oleh Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
10. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindak lanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
a) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi fisik pasien;
b) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek
bertentangan dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan
oleh dokter di Puskesmas Pandan;
c) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek
ganda dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan;
d) Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan
interaksi obat dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
11. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan memperhatikan higiene dan kebersihan.
12. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap
obat.
13. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan
waktu menggunakan.
14. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi,
interaksi obat, dan efek samping obat.
- 13 -
15. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam
rekam medis.
16. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan
ditindak lanjuti.
17. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk mengatasi jika
terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan.
18. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera diganti
jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.
4. Laboratorium HB Hemoglobin
BTA-DS Basil Tahan Asam – Direct Smear
HCG TEST Human chorionic gonadotropin test
10. Penyimpanan rekam medik dilakukan di ruang khusus yaitu Ruang Rekam
Medik.
11. Masa retensi rekam medik adalah sebagai berikut:
a) Dikatakan inaktif apabila pasien selama dua tahun berturut-turut tidak
pernah berkunjung ke Puskesmas,
b) Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalah rekam medik inaktif selama
dua tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas.
12. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga,
nomor rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, penyuluhan, persetujuan / penolakan
rujukan / tindakan, diagnosis terapi dan rencana pengobatan.
13. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin
satu minggu sekali.
- 17 -
2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik,
dipelihara dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi.
3. Petugas inventaris bertanggung jawab atas lingkungan fisik Puskesmas yang
mencakup pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan
(instalasi listrik, air, ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan
Puskesmas Pandan.
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan.
5. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup.
6. Semua Petugas di Puskesmas Pandan yang berhubungan dengan B3 wajib
melakukan Inventarisasi, Pengelolaan, Penyimpanan dan Penggunaan B3.
7. Inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 harus sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
8. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan / atau kegiatan yang mengandung B3.
9. Pengelolaan Limbah B3 di Puskesmas Pandan dilakukan dengan cara:
a) Pengurangan dan pemilahan Limbah B3,
b) Penyimpanan Limbah B3,
c) Pengangkutan Limbah B3,
d) Pengolahan Limbah B3,
e) Penguburan Limbah B3, dan / atau
f) Penimbunan Limbah B3.
10. Puskesmas Pandan tidak melakukan Penyimpanan Limbah B3, Limbah B3
yang dihasilkan wajib diserahkan paling lama 2 (dua) hari sejak Limbah B3
dihasilkan kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 yang tempat penyimpanan Limbah B3nya digunakan
sebagai depo pemindahan.
11. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:
12. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu.
13. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor.
14. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar.
15. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola
sesuai SOP.
1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM.
- 18 -